Bagi Sandra, ukuran cup A adalah luka seumur hidupnya. Sekarang, Baskara malah membahasnya secara langsung. Ini membuat Sandra benar-benar ingin melahap pria itu hidup-hidup."Kenapa kamu menatapku seperti itu? Sekalipun kamu terus menatapku, aku tetap nggak akan membantumu meningkatkan ukuran otot dada. Ya sebenarnya ini cuma hal sepele bagiku sih," ujar Baskara dengan nada tidak puas."Kamu? Dasar penipu!" balas Sandra sambil tersenyum mengejek.Ekspresi Baskara langsung berubah tidak senang. Dia paling tidak suka ketika keahliannya diragukan. Tiba-tiba, dia melangkah maju ke arah Sandra. Tindakannya membuat wanita itu terkejut dan sedikit ketakutan."Kamu mau apa ...." Belum sempat Sandra menyelesaikan kalimatnya, Baskara sudah mengeluarkan beberapa jarum perak dan menusukkannya ke area dada, tepatnya di otot dada wanita itu.Dalam sekejap, tubuh Sandra menjadi kaku dan tidak bisa bergerak. Jelita yang berada di dekat mereka langsung panik. Dia berujar dengan khawatir, "Baskara, jan
Melihat kedua pengawal menyerbu ke arah mereka, Sandra yang masih berada dalam pelukan Baskara mulai panik. Kali ini, mereka pasti akan celaka. Sandra hanya bisa berharap, mereka tidak melukainya secara tidak sengaja.Saat itu juga, Baskara melepaskan Sandra. Dengan gerakan cepat, dia melayangkan tamparan keras ke arah kedua pengawal tersebut. Masing-masing hanya dengan satu tangan. Dua pria yang terlatih itu terlempar jauh dan jatuh ke lantai. Wajah mereka langsung bengkak sebelah.Agus sontak tercengang. Kedua pengawal itu adalah orang-orang yang dia bayar mahal. Mereka terkenal mampu menghadapi 10 orang sekaligus. Namun di depan Baskara, mereka bahkan tidak mampu bertahan satu tamparan.Baskara berjalan mendekati Agus. Jelas, dia ingin memberinya pelajaran. Baginya, Agus yang sudah berusaha mencelakai dirinya tidak bisa dibiarkan begitu saja.Baskara memang bukan tipe orang yang suka menahan diri. Dia selalu menggunakan kekuatan untuk menyelesaikan masalah. Melihat ini, Sandra seger
Sandra bertanya dengan penasaran, "Harga lukisanmu semahal itu?""Mungkin saja," balas Baskara sambil mengangguk. Dia kelihatannya tidak terlalu peduli.Melihat sikap Baskara yang malas untuk menjelaskan, Sandra tidak bertanya lebih lanjut. Namun, pikirannya masih tertuju pada cek senilai 200 miliar yang ada di dalam tas kecilnya. Perasaan penasaran terhadap Baskara menjadi makin besar.Pria seperti apa sebenarnya Baskara ini? Dia memiliki kemampuan medis yang luar biasa, bakat melukis yang tidak kalah hebat, dan tadi sudah terbukti memiliki kekuatan fisik yang mengesankan.Dua anak buah Agus bahkan terlempar begitu saja karena tamparannya. Dia benar-benar pria yang penuh misteri.Sandra memandang Baskara dengan penuh perhatian. Makin mengamatinya, makin sulit baginya untuk memahami pria itu. Rasanya seolah-olah ada lapisan kabut tebal yang tidak pernah bisa ditembus.Setelah selesai makan, Sandra berniat untuk membayar tagihan. Namun, petugas kasir malah mengatakan bahwa semua sudah l
Agus dan dua pengawalnya dihajar habis-habisan oleh anak buah Igor. Mereka sempat mencoba melawan, tetapi itu hanya membuat pukulan yang mereka terima makin brutal.Melihat adegan tersebut, Sandra merasa tidak nyaman dan mengingatkan Ivana, "Bibi, anakmu memukul orang lagi."Ivana yang dikenal ramah dan penuh rasa terima kasih itu, sebenarnya tidak suka melihat anaknya memukul orang. Namun, kali ini dia hanya menjawab, "Nggak apa-apa, yang dipukuli itu orang jahat. Itu juga termasuk perbuatan baik."Jelas sekali dalam pandangan Ivana, Agus dan anak buahnya sudah masuk kategori "orang jahat". Logika Ivana sangat sederhana. Baskara adalah orang baik, jadi musuh Baskara pasti adalah orang jahat.Sementara itu, anaknya tidak boleh memukul orang baik. Hanya saja, tidak masalah jika dia memukul orang jahat.Tidak lama kemudian, Igor kembali setelah memberikan pelajaran kepada Agus. Sementara itu, Agus dan kedua pengawalnya tergeletak di jalan sambil mengerang kesakitan.Sebenarnya, Igor tida
Saat keduanya kembali ke rumah, Sandra terlihat sangat ceria. Melihat ekspresi bahagia seperti itu, Jelita merasa sangat terkejut. Jelas ada sesuatu yang membuatnya sangat senang."Kak Sandra, apa yang terjadi? Kenapa kamu kelihatan bahagia sekali?" tanya Jelita dengan penasaran.Sandra mengeluarkan selembar cek dari tasnya, lalu berujar, "Lihat ini!"Nominal 200 miliar membuat Jelita terkejut. Bahkan, matanya sampai membelalak. Dia sontak bertanya, "Apa kamu menjual dirimu? Nggak mungkin. Kalaupun kamu menjual diri, nggak mungkin dihargai sebanyak ini!"Sandra mengetuk kepala Jelita perlahan. Tindakannya membuat Jelita langsung meringis dan berjongkok sambil memegangi kepalanya.Sandra memberi tahu, "Kamu ini selalu ngawur! Mana mungkin aku jual diriku demi uang? Cek ini dikasih sama Baskara."Jelita melirik ke arah Baskara dengan tatapan penuh keraguan. Ini bukan kenyataan, 'kan? Perlu diketahui, kemarin Baskara bahkan tidak punya uang untuk makan. Bagaimana mungkin dia bisa punya ua
Pikiran Karno sangat sederhana. Apabila Master Lamting tidak tidur nyenyak dan memberikan lukisan yang asal-asalan, bukankah dia akan rugi besar?Keduanya mengobrol santai sambil menunggu. Tak lama kemudian, Sandra datang dengan membawa sebuah lukisan di tangannya. Dia terlihat sedikit linglung seolah-olah belum sepenuhnya kembali ke dunia nyata.Baru saja, Sandra menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Baskara melukis sebuah karya. Pengalaman itu membuatnya luar biasa terkejut. Tidak ada keraguan lagi, Baskara adalah Master Lamting. Di dunia ini, tidak ada pelukis lain yang bisa menandingi tingkat keahliannya.Bahkan pelukis yang dianggap sebagai nomor satu di dunia seni lukis saat ini pun, sebagian popularitasnya dihasilkan oleh tim pemasaran. Sementara itu, kemampuan Baskara jelas berada jauh di atas level mereka.Marten bertanya, "Sandra, apa Baskara sudah bangun?"Sandra membalas, "Dia sudah pergi. Tadi, dia pergi sama Jelita ke kampus. Sebelum pergi, dia menitipkan lukis
Leo tiba-tiba menghela napas panjang dan menunduk. Di sisi lain, Baskara bertanya sambil menatapnya, "Ada apa?""Seumur hidup ini, aku nggak mungkin bisa bikin dosen cantik seperti Bu Linda tertarik padaku," jawab Leo dengan ekspresi penuh kesedihan.Baskara meliriknya sebentar, lalu menepuk bahunya sambil berujar, "Jangan berpikir begitu."Mata Leo langsung berbinar penuh harapan. Dia bertanya dengan antusias, "Kak, menurutmu aku masih punya peluang?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Maksudku, bahkan di kehidupan berikutnya pun dia nggak akan tertarik padamu." Leo langsung memutar matanya. Dia merasa seperti dihantam pukulan telak.Sementara itu, Jelita yang berada di sebelah mereka terlihat menahan tawa. Dalam hati, dia merasa Baskara benar-benar terlalu kejam dalam bercanda.Tiba-tiba, Linda berbicara dengan nada dingin, "Kalian lagi membicarakan apa? Kalau lucu, kenapa nggak dibagikan dengan Ibu?"Wajah Leo langsung pucat pasi. "Gawat, kena masalah."Sebagai dosen wanita paling
"Berhenti." Saat Baskara sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang, tiba-tiba terdengar suara seseorang.Saat berbalik, Baskara mendapati lima pria sedang mendekat. Pemimpin mereka sepertinya kurang sehat. Jalannya lemah dan lingkar matanya agak gelap. Dia menatap Baskara dengan ekspresi marah.Baskara pun menunjuk dirinya sendiri, lalu bertanya, "Kamu memanggilku?""Ya," jawab pria itu sambil mendekat. Dia memandang Baskara dari atas ke bawah dengan penuh rasa tidak hormat, lalu bertanya, "Kamu pacarnya Jelita?"Baskara membalas sambil menggeleng, "Bukan." Tentu saja dia bukan pacarnya. Dia adalah suaminya.Pria itu sedikit terkejut. Dia menoleh ke arah pria berkacamata di sebelahnya, lalu bertanya, "Bukannya kamu bilang dia pacarnya Jelita?"Pria berkacamata itu menjawab dengan nada sedikit tersinggung, "Aku dengar sendiri dia panggil Jelita dengan sebutan Sayang."Orang itu mengangguk, sepertinya yakin bahwa temannya tidak berbohong. Dia kembali menatap Baskara dengan dingin, la
"Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan
Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be
Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga
Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu
Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter
"Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i
"Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang
"Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra
Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke