“Hm,” jawab Diko sambil mengangguk tanpa reaksi berlebihan, dia tidak terpancing dengan gaya Cintya.Mereka berdua memang tidak begitu akrab satu sama lain.Dalam keheningan, mereka berjalan berdampingan, menyusuri karpet tebal di lorong yang meredam suara langkah kaki. Suasana menjadi agak canggung.Diko yang pertama memecah keheningan.“Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang? Kamu terlihat agak lemas dan ada sedikit keringat di dahimu. Sebaiknya kamu banyak istirahat dan memperhatikan asupan nutrisi hingga benar-benar pulih.”Meski tidak terlalu suka dengan Cintya, Diko tahu jelas bahwa Cintya adalah kekasih kesayangan Jack.Jika terjadi sesuatu pada Cintya, Jack pasti akan menyalahkannya sebagai kepala rumah sakit.Pada akhirnya, dirinya yang harus bekerja lembur.Jack memang selalu begitu, terutama saat menyangkut wanita yang disayangi. Tak pernah masuk akal dan selalu memanjakan tanpa batas.Dia hanya berharap Cintya bisa lebih bijak, tidak terus-menerus melemahkan tubuhnya sendiri.S
“Siapa? Siapa yang gigit?” tanya Cintya dengan suara bergetar.Jack terdiam.Wajahnya memuram tanpa bicara. Dia melirik Diko, berharap dia bisa membantu mencari alasan untuk keluar dari situasi ini.Diko yang tadinya menikmati drama di depan matanya, merasa terkejut saat menyadari Jack mengharapkan bantuannya.Apa? Yang benar saja?!Kamu meninggalkan Cintya, lalu pergi bersama dengan wanita lain?Dan bahkan membiarkan dirimu digigit sampai meninggalkan jejak begitu?!Sekarang malah memintaku membantumu?Kamu lebih bajingan dari yang kubayangkan.Fiona dan Cintya bahkan tidak cukup, sekarang malah punya wanita lain!Jack memandang Diko dengan tatapan serius.Ya sudahlah, namanya juga teman.Sahabat sejati harus selalu mendukung di saat genting, rela berkorban tanpa berpikir panjang.Diko mendorong bingkai kacamata peraknya, tersenyum pada Cintya dan berkata, “Cintya, luka di leher Jack itu sebenarnya bekas gigitanku, kamu nggak keberatan, ‘kan?”Mendengar itu, Jack langsung menatapnya d
Usai mengoleskan obat, Diko menutup lukanya dengan perban dan plester besar.“Ada apa dengan kalian berdua, untuk apa sampai begini!” ujar Diko sambil membuang bungkus obat dan kapas ke tempat sampah.Jack mendengus, wajahnya memuram dan bertanya, “Nggak ada topik lain? Datang hanya buat bilang ini?”“Baiklah baiklah, aku nggak bicarakan lagi,” ujar Diko mengalah dan tidak mau berdebat lagi.Kebetulan, ponselnya berdering. Setelah membuka ponselnya dan melihat sekilas, Diko tersenyum lebar.“Kayaknya kamu pernah beli kembang api stik untuk Cintya, kamu simpan dimana? Bagi aku sedikit dong!” ujar Diko sambil melihat sekeliling ruangan.Suasana hati Jack sedang tidak baik, jadi tidak penasaran dengan kelakuan aneh sahabatnya. Dengan santai, dia mengangkat dagu ke satu arah. “Kodenya empat nol.”Diko membuka koper dan langsung menemukan kembang api stik. “Terima kasih bro.”Saat hendak pergi, tiba-tiba Diko berbalik dan mengingatkan, “Jangan lupa ganti kemejamu, ada noda darah juga.”Mesk
Fiona menerima kantong obat dari pelayan dan mengucapkan, “Terima kasih.”Dia tak menyangka Yogi bergerak secepat ini. Baru saja membalas pesan Whatsappnya, obatnya sudah langsung diantar.Tanpa pikir panjang, Fiona mengambil obat itu dan mengirimkan pesan terima kasih padanya.Saat membuka kantong, dia melihat tidak hanya obat untuk menghilangkan bengkak dan kemerahan, tetapi juga ada obat flu dan obat penenang untuk tidur.Obat flu?Malam ini terasa panas seperti musim panas, bukan seperti beberapa hari lalu yang dingin saat malam hari. Air pun tidak dingin, untuk apa minum obat flu?Namun, obat penenang ini cukup tepat. Sejak kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatan, dirinya menjadi trauma dengan air. Setelah kejadian tercebur ke kolam renang, minum obat penenang mungkin bisa membantunya tidur malam ini.Tak disangka, Yogi cukup perhatian sampai memikirkan hal seperti ini. Fiona diam-diam memujinya dalam hati.Tiba-tiba, bel pintu kembali berbunyi.“Yogi!”Fiona terkej
Selama beberapa hari ini, terkadang mereka bertiga bermian bersama, tetapi terkadang Susan menghilang untuk menemui pria tampan yang baru dikenalnya.Akhir-akhir ini, Fiona sengaja menghindari Jack dan akhirnya mereka tidak bertemu lagi.Di parkiran.Mobil Susan rusak karena ditabrak dan harus diderek untuk diperbaiki. Yogi dengan sukarela menyediakan mobil dengan sopir untuk mengantar mereka.Karena hal ini, Susan semakin terkesan pada Yogi. Dia berkata, “Wah nggak nyangka, kamu benar-benar royal dan baik juga!”Yogi tak hanya cepat memberi uang ganti rugi, tetapi juga langsung menyediakan mobil untuk mengantar mereka pergi. Ditambah lagi, setelah beberapa hari bersama, Susan bukan tipe yang pendendam, akhirnya benar-benar memaafkan Yogi.Wajah muda Yogi tersenyum ceria dan menjawab, “Ini memang sudah seharusnya.”Yogi lalu memanggil teman-temannya untuk membantu memasukkan koper Fiona dan Susan ke bagasi.Kalau saja tidak ada urusan dengan teman-temannya setelah ini, Yogi sebenarnya
“Kalau begitu, biar aku bantu beres-beres, ya,” kata Cintya dengan gembira.“Iya,” jawab jack dengan datar.Sebenarnya Jack merasa enggan, tidak terbiasa orang lain membereskan pakaiannya. Namun, dia khawatir kalau mengatakannya, Cintya akan berpikir aneh-aneh. Jadi, dia membiarkannya.Hanya beberapa pakaian saja, tidak masalah.Setelah koper Jack selesai dikemas, Diko juga datang membawa kopernya untuk bergabung dengan mereka.Mereka bertiga pun pergi bersama.Di perjalanan.Diko sibuk membalas pesan di ponselnya, sudut bibirnya menajam, tampak dalam suasana hati yang sangat baik.Begitu tiba di parkiran, Diko berpamitan dengan Jack dan naik ke mobilnya sendiri. Rute pulangnya berbeda dengan Jack.“Hm,” jawab Jack sambil mengangguk, menandakan bahwa dirinya mengerti.Jack memegang dua koper di kedua tangannya, miliknya dan milik Cintya.Wendi, sopir sekaligus pengawalnya menghentikan mobil di depan Jack, turun dan mengambil koper-koper itu. Lalu menaruhnya di bagasi.“Bos, silakan na
Jack tidak menjelaskan apa-apa dan Cintya juga tidak bertanya.Mereka berdua sudah saling mengerti. Selama Jack memilihnya, itu sudah cukup bagi Cintya.Beberapa hari terakhir, Jack benar-benar selalu berada di sisi Cintya, kecuali untuk urusan pekejraan yang harus diselesaikan dan waktu tidur masing-masing. Selain itu, mereka hampir selalu bersama.Namun, satu-satunya yang membuat Cintya bingung adalah …Hubungan mereka tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Yang paling jauh hanya sekedar bergandengan tangan atau saling merangkul.Sebenarnya Cintya tidak terlalu terburu-buru untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan fisik, karena masih ada beberapa hal yang ingin dia selesaikan.Yang paling mengganggunya adalah kenyataan bahwa Jack belum memberi penegasan tentang status hubungan mereka.Tidak ada pernyataan cinta untuk menjadi pacarnya, status mereka terasa berada di posisi yang canggung, seperti wanita yang tidak memiliki status yang sah.Hanya setelah menjadi pacar Jack dan mengu
Jack memandang wajah Cintya yang tampak lebih kurus, alisnya berkerut dan terlihat kekhawatiran di tatapan matanya.Terlalu kurus!Jack melihat jam tangannya dan berkata, “Aku sudah hampir telat, harus pergi dulu.”“Aku antar kamu.”Cintya mengantar Jack sampai ke pintu lift.Hingga pintu lift tertutup dan sosok Jack menghilang, Cintya baru kembali ke rumah.Dia menutup pintu dan membuka ponsel.Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari rumah sakit di internet.Dia sengaja menghindari Rumah Sakit Broswal.Setelah menemukan rumah sakitnya, Cintya membuat janji untuk melakukan operasi.Layar menunjukkan bahwa pemesanan berhasil, Cintya tersenyum kecil dan matanya bersinar dengan rasa puas.Jack kembali ke mobil dan Wendi mengemudi.Jack duduk di kursi belakang, tampak lelah, dia menyandarkan tubuhnya dan menghela napas, tangannya menekan keningnya dengan berat.Dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa malam terakhir.Begitu tertidur, dia selalu bermimpi. Terkadang tentang Fiona