Usai mengoleskan obat, Diko menutup lukanya dengan perban dan plester besar.“Ada apa dengan kalian berdua, untuk apa sampai begini!” ujar Diko sambil membuang bungkus obat dan kapas ke tempat sampah.Jack mendengus, wajahnya memuram dan bertanya, “Nggak ada topik lain? Datang hanya buat bilang ini?”“Baiklah baiklah, aku nggak bicarakan lagi,” ujar Diko mengalah dan tidak mau berdebat lagi.Kebetulan, ponselnya berdering. Setelah membuka ponselnya dan melihat sekilas, Diko tersenyum lebar.“Kayaknya kamu pernah beli kembang api stik untuk Cintya, kamu simpan dimana? Bagi aku sedikit dong!” ujar Diko sambil melihat sekeliling ruangan.Suasana hati Jack sedang tidak baik, jadi tidak penasaran dengan kelakuan aneh sahabatnya. Dengan santai, dia mengangkat dagu ke satu arah. “Kodenya empat nol.”Diko membuka koper dan langsung menemukan kembang api stik. “Terima kasih bro.”Saat hendak pergi, tiba-tiba Diko berbalik dan mengingatkan, “Jangan lupa ganti kemejamu, ada noda darah juga.”Mesk
Fiona menerima kantong obat dari pelayan dan mengucapkan, “Terima kasih.”Dia tak menyangka Yogi bergerak secepat ini. Baru saja membalas pesan Whatsappnya, obatnya sudah langsung diantar.Tanpa pikir panjang, Fiona mengambil obat itu dan mengirimkan pesan terima kasih padanya.Saat membuka kantong, dia melihat tidak hanya obat untuk menghilangkan bengkak dan kemerahan, tetapi juga ada obat flu dan obat penenang untuk tidur.Obat flu?Malam ini terasa panas seperti musim panas, bukan seperti beberapa hari lalu yang dingin saat malam hari. Air pun tidak dingin, untuk apa minum obat flu?Namun, obat penenang ini cukup tepat. Sejak kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatan, dirinya menjadi trauma dengan air. Setelah kejadian tercebur ke kolam renang, minum obat penenang mungkin bisa membantunya tidur malam ini.Tak disangka, Yogi cukup perhatian sampai memikirkan hal seperti ini. Fiona diam-diam memujinya dalam hati.Tiba-tiba, bel pintu kembali berbunyi.“Yogi!”Fiona terkej
Selama beberapa hari ini, terkadang mereka bertiga bermian bersama, tetapi terkadang Susan menghilang untuk menemui pria tampan yang baru dikenalnya.Akhir-akhir ini, Fiona sengaja menghindari Jack dan akhirnya mereka tidak bertemu lagi.Di parkiran.Mobil Susan rusak karena ditabrak dan harus diderek untuk diperbaiki. Yogi dengan sukarela menyediakan mobil dengan sopir untuk mengantar mereka.Karena hal ini, Susan semakin terkesan pada Yogi. Dia berkata, “Wah nggak nyangka, kamu benar-benar royal dan baik juga!”Yogi tak hanya cepat memberi uang ganti rugi, tetapi juga langsung menyediakan mobil untuk mengantar mereka pergi. Ditambah lagi, setelah beberapa hari bersama, Susan bukan tipe yang pendendam, akhirnya benar-benar memaafkan Yogi.Wajah muda Yogi tersenyum ceria dan menjawab, “Ini memang sudah seharusnya.”Yogi lalu memanggil teman-temannya untuk membantu memasukkan koper Fiona dan Susan ke bagasi.Kalau saja tidak ada urusan dengan teman-temannya setelah ini, Yogi sebenarnya
“Kalau begitu, biar aku bantu beres-beres, ya,” kata Cintya dengan gembira.“Iya,” jawab jack dengan datar.Sebenarnya Jack merasa enggan, tidak terbiasa orang lain membereskan pakaiannya. Namun, dia khawatir kalau mengatakannya, Cintya akan berpikir aneh-aneh. Jadi, dia membiarkannya.Hanya beberapa pakaian saja, tidak masalah.Setelah koper Jack selesai dikemas, Diko juga datang membawa kopernya untuk bergabung dengan mereka.Mereka bertiga pun pergi bersama.Di perjalanan.Diko sibuk membalas pesan di ponselnya, sudut bibirnya menajam, tampak dalam suasana hati yang sangat baik.Begitu tiba di parkiran, Diko berpamitan dengan Jack dan naik ke mobilnya sendiri. Rute pulangnya berbeda dengan Jack.“Hm,” jawab Jack sambil mengangguk, menandakan bahwa dirinya mengerti.Jack memegang dua koper di kedua tangannya, miliknya dan milik Cintya.Wendi, sopir sekaligus pengawalnya menghentikan mobil di depan Jack, turun dan mengambil koper-koper itu. Lalu menaruhnya di bagasi.“Bos, silakan na
Jack tidak menjelaskan apa-apa dan Cintya juga tidak bertanya.Mereka berdua sudah saling mengerti. Selama Jack memilihnya, itu sudah cukup bagi Cintya.Beberapa hari terakhir, Jack benar-benar selalu berada di sisi Cintya, kecuali untuk urusan pekejraan yang harus diselesaikan dan waktu tidur masing-masing. Selain itu, mereka hampir selalu bersama.Namun, satu-satunya yang membuat Cintya bingung adalah …Hubungan mereka tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Yang paling jauh hanya sekedar bergandengan tangan atau saling merangkul.Sebenarnya Cintya tidak terlalu terburu-buru untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan fisik, karena masih ada beberapa hal yang ingin dia selesaikan.Yang paling mengganggunya adalah kenyataan bahwa Jack belum memberi penegasan tentang status hubungan mereka.Tidak ada pernyataan cinta untuk menjadi pacarnya, status mereka terasa berada di posisi yang canggung, seperti wanita yang tidak memiliki status yang sah.Hanya setelah menjadi pacar Jack dan mengu
Jack memandang wajah Cintya yang tampak lebih kurus, alisnya berkerut dan terlihat kekhawatiran di tatapan matanya.Terlalu kurus!Jack melihat jam tangannya dan berkata, “Aku sudah hampir telat, harus pergi dulu.”“Aku antar kamu.”Cintya mengantar Jack sampai ke pintu lift.Hingga pintu lift tertutup dan sosok Jack menghilang, Cintya baru kembali ke rumah.Dia menutup pintu dan membuka ponsel.Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari rumah sakit di internet.Dia sengaja menghindari Rumah Sakit Broswal.Setelah menemukan rumah sakitnya, Cintya membuat janji untuk melakukan operasi.Layar menunjukkan bahwa pemesanan berhasil, Cintya tersenyum kecil dan matanya bersinar dengan rasa puas.Jack kembali ke mobil dan Wendi mengemudi.Jack duduk di kursi belakang, tampak lelah, dia menyandarkan tubuhnya dan menghela napas, tangannya menekan keningnya dengan berat.Dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa malam terakhir.Begitu tertidur, dia selalu bermimpi. Terkadang tentang Fiona
Paman memanfaatkan perusahaan kosong untuk menarik uang dan jaringan dari Boganda, serta menjalankan urusannya sendiri.Ternyata dia berencana membuka perusahaan perdagangan internasional secara diam-diam untuk bersaing dengan Boganda!Dua puluh triliun? Itu agak sedikit!Sepertinya paman sudah menyisipkan saham pribadinya dalam Grup Bluecom.“Tolak saja, beri laporan penilaian beserta dokumen-dokumennya, tapi nggak perlu berikan hasil penyelidikannya,” ujar Jack sambil mengembalikan dokumen kepada Jimmy.Bagaimanapun, dia tetap harus menjaga reputasi pamannya dan tidak mengungkapkan kebenarannya.“Baik.”“Pembangunan distrik baru yang dibangun melalui tender dengan pemerintah Kota Beya sudah selesai. Pemeriksaan akan dilakukan pada tanggal 21 bulan ini, mereka mengundangmu untuk hadir.”“Pada tanggal 20 siang ada makan siang dengan direktur Grup Asia Global, nggak ada agenda sore harinya, jadi kamu bisa naik pesawat pribadi ke Kota Beya.”“Jam setengah sepuluh ada rapat investasi proy
Tatapan Joman terlihat tajam penuh kebencian.Setelah mendengar perkataan Joman, Jack menoleh meliriknya sekilas, lalu beralih melihat ke arah Pak Zoey, manajer umum yang tampak puas.Jadi, ini rencana mereka setelah pinjaman untuk Bluecom ditolak?Sebagai wakil direktur Grup Boganda, mengandalkan perusahaan kosong untuk menarik dana dari perusahaan? Sepertinya semakin tua, pamannya semakin pikun.Selama beberapa tahun terakhir, proyek-proyek yang dikelola Joman terus mengalami penurunan keuntungan dan semakin sering meminjamkan uang kepada teman-teman dekatnya. Sebenarnya, Jack sudah lama mengabaikan masalah ini.Jika bukan karena menghormati kakeknya, dia sudah lama menurunkan Joman dari posisi wakil direktur dan menggantikannya dengan seseorang yang lebih kompeten.“Pak Zoey memang berpengalaman, tetapi selama ini beliau hanya menangani sektor industri konvensional. Untuk proyek pengembangan teknologi energi listrik, lebih baik diserahkan kepada generasi muda,” ujar Jack tegas tanpa