“Apa maksudmu? Aku? Menikah? Dengan siapa?”
“Tentu saja dengan Nona Ketua Mantra, Nona Mo Fan Wan!” jawab Tuan Chou.
“Apa!” seru Xue Yao dan Mo Fan Wan bersamaan.
“Benar.” Lalu tuan Chou mendorong Xue Yao keluar dari kamar Mo Fan Wan. Sebelum keluar ia masih sempat melihat dua orang pelayan wanita yang dibawa oleh Tuan Chou menggiring Mo Fan Wan ke bilik ruang ganti sambil membawa gaun pengantin berwarna merah dengan sulaman burung phoenix berwarna emas. “Tuan Ketigabelas juga harus berganti pakaian, nona Xue sudah memesankan kamar untuk Tuan.”
Satu alis Xue Yao terangkat. Xue Ling?
Saat Xue Yao masih berusaha mencerna kata-kata tuan Chou, Tuan Chou sudah menanggalkan baju luarnya dan sedang memakaikan pakaian pengantin pada Xue Yao. Gerakannya terhenti saat Xue Yao mencengkeram pergelangan tangan tuan Chou. Ia membuka mulut untuk meminta penjelasan namun apapun yang ingin ia katakan, terh
Senyum langsung hilang dari wajah Xue Yao. Ia juga merasa bingung. Baju pengantin, kamar pengantin, makanan dan minuman, bahkan pendamping pernikahan juga sudah disiapkan oleh Xue Ling, tapi Xue Yao tidak melihat gadis itu sama sekali. Tiba-tiba satu kesadaran terbentuk dalam dirinya. Ia ingat, sejak kemarin Xue Ling bertingkah tidak seperti biasanya. Tidak—salah, sejak ia kembali, Xue Ling menjadi pendiam.Tadi pagi, saat ia mencari gadis itu, ia melihat selimut terlipat rapi di samping botol minuman di depan abu api unggun yang masih hangat di halaman belakang rumahnya. Ia tidak begitu memperhatikan karena ia merasa tidak ada yang aneh.Apakah racun dinginnya kembali? Kalau diingat-ingat kembali, Xue Ling sudah tidak pernah mengeluh kedinginan padanya.Lalu payung hitam yang tidak berada di tempatnya.Rasa ketakutan tiba-tiba merayap naik dalam diri Xue Yao.Ia menepis tangan Tuan Chou, tangannya bergerak melepas baju pengantin yang s
Mendengar jawaban Tuan Chou, Xue Yao langsung berlari menuruni tangga penginapan, ia terus berlari menuju ke rumahnya. Ia tidak mengurangi kecepatan bahkan saat mendorong pintu rumahnya, berlari naik ke arah kamar tidur, membuka ruang rahasia di bawah ranjang, tangannya gemetar saat meraih kotak penyimpanan uang yang tergeletak diam. Xue Ling tidak akan pernah pergi kemanapun tanpa membawa kotak uang itu saat Xue Yao ada di rumah, ia begitu tidak mempercayai dirinya jika menyangkut uang.Xue Yao melangkah menuju lemari pakaian, membuka cepat dan melihat baju-bajunya tertata rapi, kaos kaki tertumpuk sempurna. Semua pakaian Xue Yao ada, tapi pakaian Xue Ling tidak ada.Xue Yao memejamkan mata dan bernapas dengan susah payah. Ia melangkah kembali ke arah tempat tidur, membuka kotak penyimpanan dan mengambil seluruh uang yang ada di dalamnya. Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki di pintu depan, Xue Yao bergegas keluar kamar, langkahnya terhenti di anak tangga teratas, ra
Xue Yao menuruni tangga dengan langkah pelan. Seluruh tubuh dan pikirannya terasa kosong. Seperti mayat hidup, ia meraih golok penebang dan panah kometnya, mengikat golok dan kotak panah pada tubuhnya, ia melangkah melewati Mo Fan Wan tanpa menoleh pada wanita itu. Di pintu Xue Yao berhenti, ia berbalik, menatap pada Yan Zilan dan berkata pelan. “Xue Ling tidak ada di dalam kota, kakak kedua. Ia pergi. Aku bisa merasakannya. Tolong sampaikan permintaan maafku pada guru besar, aku harus pergi mencari Xue Ling.”Tanpa menunggu jawaban Yan Zilan, Xue Yao melangkah cepat dan berlari menuju pintu gerbang kota. Jika Xue Ling meninggalkan ibu kota setelah matahari terbit, mengukur dari bekas api unggun di halaman belakang yang masih bergeretak saat Xue Yao melihatnya tadi pagi, seharusnya Xue Ling masih belum terlalu jauh. Jika ia terus berlari, Xue Yao yakin ia pasti akan dapat menemukan Xue Ling.Di gerbang kota, kakak Feng melihat dan memanggilnya namun Xue Yao
Sesuatu dalam dirinya bergerak naik, berusaha berkomunikasi dengannya. Xue Yao kembali memejamkan mata kembali, sedikit demi sedikit indranya menjadi lebih tajam, suara-suara semakin terdengar jelas, ia dapat mendengar suara langkah kaki yang berlari dan berhenti di belakangnya, tanpa membuka mata Xue Yao tahu itu adalah Mo Fan Wan.“KE ARAH MANA?”Kesadaran dalam dirinya bergerak mengendus udara, terdiam sebentar dan menjawab. “KANAN.”Xue Yao membuka mata, berbalik dan menatap Mo Fan Wan. “Aku minta maaf, Nona Ketua. Tapi aku tidak bisa menikah denganmu. Ada hal yang lebih penting yang harus kulakukan sekarang.”Mo Fan Wan balas menatap Xue Yao. Dari awal ia tahu bahwa tidak ada yang lebih penting dari nona Xue Ling bagi Xue Yao namun ia tetap bersikeras menyangkal fakta itu. Saat ini, Xue Yao terlihat berbeda. Ia bukan lagi pemuda tampan yang selalu tersenyum manis dan berkata lemah
Xue Yao tidak menunggu jawaban Mo Fan Wan, ia berbalik dan berlari pergi. Tidak ada alasan baginya untuk menunda mencari Xue Ling. Jika Mo Fan Wan penyebab Xue Ling pergi, maka wanita itu tidak layak. Bahkan dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh Mo Fan Wan.Xue Ling adalah hidupnya. Bagaimana ia bisa hidup jika Xue Ling tidak berada disampingnya.Selama berhari-hari, Xue Yao mendengarkan perdebatan yang dilakukan oleh kakak seperguruannya. Beberapa berharap Xue Yao menikah dengan Mo Fan Wan, tapi sebagian tidak setuju. Mereka mengatakan bahwa ia tidak akan bisa hidup tanpa Xue Ling. Xue Ling gadis yang paling tepat untuk dinikahi. Xue Yao tidak mengerti saat itu. Ia hanya menggelengkan kepala mendengarkan perdebatan itu. Bagaimana mungkin ia menikahi Xue Ling jika selama hidupnya ia telah mengganggap Xue Ling sebagai keluarganya. ia memang menyukai Xue Ling, tapi bukan jenis suka yang itu. Karena itu, ia merasa lega saat dirinya tidak perlu memutuskan. Ia lega Xue
Xue Yao terus berlari, sesekali ia berhenti berlari tapi hanya untuk memastikan arah mana yang harus ia ambil. Ia melewati banyak jalan setapak, melewati desa-desa kecil dan terpencil. Xue Ling benar-benar mengambil rute yang sulit untuk menghilangkan jejaknya. Seandainya tidak ada kesadaran lain dalam dirinya, Xue Yao yakin ia tidak akan dapat menemukan arah yang dilalui oleh Xue Ling. Xue Yao hanya berhenti saat tubuhnya benar-benar sudah tidak dapat dipaksa untuk berjalan, ia tidur dimanapun saat sudah kepayahan. Makan hanya karena ia harus menjaga tenaganya. Xue Yao tidak memperdulikan Mo Fan Wan dan Chen Yu yang terus mengikutinya. Saat medan yang ia lalui begitu sulit untuk dilewati, Xue Yao tetap tidak memperdulikan Mo Fan Wan. Ia sama sekali tidak memperdulikan apapun. Seluruh tenaga dan pikirannya hanya terfokus pada Xue Ling.Sudah hampir 3 bulan Xue Yao mencari jejak dan masih tidak dapat menemukan gadis itu. Xue Yao benar-benar merasa frustasi dan marah pada
“Tuan ketigabelas, sebaiknya kita beristirahat dulu. Kau butuh makan.” Kata Mo Fan Wan dengan lembut.Xue Yao menoleh menatap Mo Fan Wan. Wanita itu benar-benar penuh tekat. Xue Yao sudah mengusirnya, tapi ia masih bertahan.“Tadi kita melewati kedai makan.” Sambung Mo Fan Wan.Xue Yao tidak menjawab, tapi ia melangkah kembali menuju ke tengah desa. Kedai makan itu tidak begitu ramai, Xue Yao duduk. Seorang pemuda segera mendatangi mereka.“Selamat datang Tuan dan Nyonya.” Katanya gembira. “Hari ini menu spesial kami adalah bebek goreng.”Xue Yao mengangguk.“Arak?” Tanya pemuda itu lagi.Xue Yao menggeleng. Ia tidak bisa minum. Ia membutuhkan kesadaran penuh dari dirinya. “Air saja. Nasi dua mangkok besar dan tolong cepatlah.”Pelayan itu mengangguk dan segera masuk kembali ke dalam kedai dengan tergopoh-gopoh dan tidak menunggu lama untuk kembali dan meng
“Kapan kau berencana naik gunung lagi?” Tanya pria pertama.“Entahlah,” jawab pria pendek yang duduk tepat di belakang Xue Yao. “mungkin besok. Ada beberapa tumbuhan yang harus ku cari untuk mengobati si tua Jing.”“Kudengar di atas ada kedai makanan yang menjual mie yang sangat enak.”Xue Yao menegakkan tubuhnya dengan waspada mendengar percakapan mereka dan tanpa sadar memutar tubuhnya menghadap pada keempat pria itu.“Iya, benar” jawab pria pendek itu setelah meneguk minumannya.“Kau dapat menemukan tempat itu?!” pria keempat yang awalnya tidak tertarik dengan percakapan temannya, bertanya dengan penuh keheranan.Pria pendek menjawab dengan bangga. “Benar. Aku secara tidak sengaja menemukan tempat itu.”“Tentu saja—kau tidak akan dapat menemukan tempat itu dengan sengaja. Menurut cerita dari kakekku, gunung itu menjawab permintaan kita.