“Kapan kau berencana naik gunung lagi?” Tanya pria pertama.
“Entahlah,” jawab pria pendek yang duduk tepat di belakang Xue Yao. “mungkin besok. Ada beberapa tumbuhan yang harus ku cari untuk mengobati si tua Jing.”
“Kudengar di atas ada kedai makanan yang menjual mie yang sangat enak.”
Xue Yao menegakkan tubuhnya dengan waspada mendengar percakapan mereka dan tanpa sadar memutar tubuhnya menghadap pada keempat pria itu.
“Iya, benar” jawab pria pendek itu setelah meneguk minumannya.
“Kau dapat menemukan tempat itu?!” pria keempat yang awalnya tidak tertarik dengan percakapan temannya, bertanya dengan penuh keheranan.
Pria pendek menjawab dengan bangga. “Benar. Aku secara tidak sengaja menemukan tempat itu.”
“Tentu saja—kau tidak akan dapat menemukan tempat itu dengan sengaja. Menurut cerita dari kakekku, gunung itu menjawab permintaan kita.
“Penginapan???” ketiga pria yang lain berkata bersamaan.Pria pendek semakin bersemangat bercerita. “Benar”, ujarnya. “Saat aku melangkah masuk, penginapan itu sangat ramai. Dan dari pakaian yang mereka kenakan, aku yakin mereka berasal dari Negeri Cahaya. Tapi—“ si pria pendek memberi jeda, membiarkan teman-temannya penasaran dengan ceritanya. “yang menarik perhatianku adalah—pria berambut putih dengan penampilan seperti dewa, sedang bermain catur dengan pria gagah yang sering kita temui di pasar setiap akhir bulan… pria berambut kelabu dan yang selalu berpakaian warna hitam—““Yang selalu ditemani pria tua pendek itu?”“Benar!”. Mata pria pendek itu berbinar. “Aku terpana melihat mereka. Kalian tahu—tubuh mereka mengeluarkan cahaya! Dan sepertinya hanya aku saja yang melihatnya.”“Benarkah?”“Lalu?”Pri
Pria pendek memejamkan mata. “Dia sangat manis. Senyumnya seperti matahari pagi setelah semalaman turun hujan, begitu menyegarkan dan menyilaukan. Rambutnya lurus dan terurai dengan sempurna. Bahkan meskipun pakaiannya sangat sederhana, ia bersinar dengan caranya sendiri.”Seperti itulah Xue Ling dalam benak Xue Yao.“Tapi jika gadis itu seindah seperti yang kau ceritakan, bahkan meski kau punya putra, gadis itu tidak pantas menjadi menantumu. Seharusnya gadis itu menikah dengan raja dan pangeran!”Keempat pria itu tertawa.“Yah—kau benar. Gadis itu pantasnya menikah dengan raja dan pangeran. Hhh….apa yang kupikirkan?” si pria pendek memukul kepalanya sendiri.Senyumnya seperti matahari pagi setelah semalaman turun hujan, begitu menyegarkan dan menyilaukan. Rambutnya lurus dan terurai dengan sempurna. Bahkan meskipun pakaiannya sangat sederhana, ia bersinar dengan caranya sendiri.Sep
Xue Yao mengingat percakapan yang ia dengar di kedai makanan, hutan hanya memberikan yang kau minta. Xue Yao memejamkan mata, lalu bergumam dengan pelan dan lembut , “Aku mencari kekasihku. Dia pergi meninggalkan aku karena kebodohanku. Tolong bantu aku menemukannya.”Xue Yao membuka matanya perlahan. Lalu pemandangan di depannya berubah dengan perlahan. Pohon-pohon yang mulanya rapat, perlahan-lahan bergerak, membentuk jalan baginya.Xue Yao tidak membuang waktu, ia langsung berlari mengikuti jalan setapak yang ada. Sama sekali tidak memiliki prasangka buruk, hanya keyakinan bahwa jalan itu akan membawanya pada Xue Ling. Tidak sekalipun ia menoleh ke belakang meski hanya sekadar untuk melihat apakah Mo Fan Wan mengikutinya atau tidak. Ia bahkan sudah lupa bahwa wanita itu dan adik seperguruannya mengikutinya dan bertahan tidak mau pergi meski sudah ia usir berulang kali hingga Xue Yao sampai pada titik ia tidak peduli lagi apakah wanita itu akan t
Hari mulai gelap. Cahaya mulai pudar dari pandangan. Beberapa kunang-kunang beterbangan dengan cantik seolah menjadi penuntun bagi Xue Yao untuk terus melangkah. Saat matahari benar-benar tenggelam, Xue Yao menghentikan langkahnya. Ia memejamkan mata. Menolak untuk berhenti.“KELUAR” perintahnya.Sesuatu bergerak dalam dirinya. Malas. Dan Xue Yao mengutuknya karena bergerak lambat.“TUAN, MESKI AKU BUKAN MANUSIA, TETAP SAJA AKU BUTUH ISTIRAHAT. KAU SUDAH MEMBUATKU TERSADAR SELAMA TIGA BULAN. TIGA BULAN YANG MENYIKSA.”Xue Yao mendengus tidak peduli.Lalu seperti tersadar dengan keadaan sekelilingnya, kesadaran itu bertanya dengan waspada. “DIMANA INI?”“HUTAN FUJIAN—““APA!!!” Xue Yao merasakan sesuatu yang aneh. Butuh beberapa detik saat ia sadar bahwa kesadaran dalam dirinya m
Xue Yao berjalan perlahan. Dadanya berdebar-debar. Tubuh gagahnya bergetar penuh antisipasi. Sinar bulan menerangi rambutnya yang merah kecoklatan—memberi warna baru ditengah lautan warna gelap yang menyelimuti hutan.Ia sampai pada tepian hutan, didepannya terhampar dataran yang luas, padahal Xue Yao yakin ia berada di atas gunung. Di sebelah kanannya Xue Yao melihat cekungan yang sangat lebar, dan ia yakin itu adalah jurang.Xue Yao tidak yakin bangunan yang ada di depannya itu adalah penginapan seperti yang diceritakan warga desa, karena dari tampilannya, bangunan itu lebih tampak seperti kuil. Pintu masuknya terbuat dari batu hitam tinggi berukir, tampak seperti sebuah arca. Simbol cahaya menghiasi sebagian dekorasi bangunan utama. Xue Yao yakin, bangunan samping yang sekarang ini terlihat terang benderang adalah dapur, karena ia melihat asap mengepul dari bangunan itu.Seorang pria dengan jubah berwarna merah terlihat keluar, sepertinya pria itu adala
Pria gagah itu masuk kedalam di ikuti Xue Ling. Xue Yao menunggu. Tidak lama kemudian, Xue Ling melangkah keluar sambil memegang poci teh. Gadis itu telah melepas celemek dapurnya, rambutnya terurai bebas, gadis itu berjalan melewati gerbang masuk menuju ke arah jurang. Tangan Xue Yao terulur, mulutnya terbuka untuk memperingatkan Xue Ling untuk tidak terlalu dekat dengan jurang, lalu ia melihat, di bawah sinar bulan yang semakin terang, di pinggir jurang, ada bangku dan meja kecil dan pagar pembatas. Xue Yao menutup mulutnya kembali.Ia tetap tidak bergerak dari tempatnya berdiri sejak melihat Xue Ling.Xue Ling duduk memunggungi Xue Yao. Ia menuang teh untuk dirinya sendiri, meniupnya sebentar dan menyesap pelan. Bulan bersinar begitu indah. Xue Ling menengadah, membiarkan cahaya bulan menyentuh wajah polosnya.Xue Yao terpesona. Di bawah sinar bulan, Xue Ling terlihat begitu cantik dan memukau. Perlahan tanpa ia sadari, Xue Yao melangkah mendekati Xue Ling. L
“Tuan Muda, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Xue Ling lemah. Kedua tangannya terkulai lemas tak berdaya pada kedua sisi tubuhnya. Ia membiarkan Xue Yao mendekapnya dengan erat. Xue Ling menghirup aroma segar Xue Yao dan baru menyadari betapa rindunya ia pada Tuan Mudanya itu. Air mata mengancam keluar dengan membabi buta pada kedua matanya. Xue Ling berusaha menahannya.Xue Yao mengangkat satu alis. “Apa yang kau lakukan disini?” ia balik bertanya dengan suara lembut namun berbahaya.Xue Ling tergeragap. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Xue Yao akan dapat menemukan dirinya. Gadis itu sudah merasa aman dan yakin bahwa dirinya tidak akan ditemukan. Ia sudah berusaha keras menghilangkan jejak ditambah lagi ia tidak berada di pemukiman penduduk di kota dan desa manapun. Seharusnya gunung ini menjadi tempat persembunyian yang aman baginya. Xue Ling menunduk tapi Xue Yao tidak membiarkannya. Pria itu mengangkat dagu Xue Ling dan menahannya. Xue
Xue Yao membenamkan wajahnya di leher Xue Ling, menghirup aroma gadis itu. Tubuh besarnya bergetar. Betapa ia sangat merindukan Xue Ling. “Kenapa kau meninggalkan aku?” bisiknya lembut.Xue Ling menghentikan pukulannya. Ia tertegun mendengar bisikan Xue Yao di lehernya. Rasa marahnya karena kehadiran Mo Fan Wan menguap. Lalu Xue Ling mengalungkan kedua lengannya, memeluk tubuh bergetar pria itu. Air mata tidak dapat ia tahan lagi. Mengalir dipipinya yang merona. ‘’Maaf.” Bisiknya lirih. Ia membiarkan Xue Yao memeluknya sampai ia merasa dekapan Xue Yao mengendur, Xue Ling langsung mendorong dirinya turun dari pangkuan pria itu. Ia menunduk dan berkata cepat, “Setelah Tuan Muda menikah, tidak baik untuk memperlakukan aku seperti ini. Tidak pantas. Dan Nyonya akan marah.” Lalu ia berlari meninggalkan Xue Yao yang masih terdiam mendengar ucapan Xue Ling.Ia melihat Xue Ling berlari, melewati gerbang masuk dan disambut oleh pria gag