"Ayo makan siang,"
Seorang gadis dengan rambut pirang menepuk bahu Airysh hingga membuatnya menoleh.
"Aku sangat lapar," Ujarnya lagi.
Camilla, gadis cantik dengan rambut pirang itu menarik-narik tangan Airysh.
"Aku sangat malas," balas Airysh.
Ia masih terus membaca buku dihadapan nya tanpa memperhatikan Camilla yang mulai kesal.
"Kamu tidak merasa kasihan dengan sahabatmu," Camilla mulai merengek seperti anak kecil.
Airysh menatapnya sekilas, biasanya ia yang selalu merengek seperti itu kepada Camilla, tapi kenapa sekarang malah sebaliknya.
"Kamu selalu mengajakku makan ketika aku ingin diet, tapi kamu sama sekali tidak makan jika aku yang mengajakmu makan," Airysh menggerutu sambil menutup novelnya yang tadi ia baca.
Camilla tertawa, "Lebih baik kita tidak diet sama sekali, bagaimana menurutmu?, Aku benci harus menahan nafsu makan ketika aku merasa lapar," ujar Camilla.
"Kamu yang mengajakku diet, tapi sekarang kamu berubah pikiran," balas Airysh.
"Ya, aku menyesal, mari kita batalkan semuanya,"
Airysh tampak berpikir, namun beberapa saat menyetujuinya, sejujurnya ia juga tidak ingin melakukan itu.
"Dimana Lily?" Tanya Airysh karena tidak melihat gadis itu.
Biasanya ada lima orang gadis di meja ini, mereka berteman dekat.
Airysh, Camilla, Lily, Jessica dan Emily.
Dari kelima gadis tersebut bagi mereka Lily adalah yang paling cantik, Lily seperti kesayangan mereka, bahkan dianggap seperti adik.
Lalu Jessica gadis paling tomboi dan terkenal suka memukuli cowok.
Kemudian ada lagi Emily, dia yang paling pintar dan eksis di berbagai organisasi makadari itu Emily sangat jarang berkumpul dengan mereka.
Camilla adalah yang paling cerewet, perhatian, dan Paling baik, Camilla juga yang paling ada di setiap waktu dengan mereka, kapan pun dan dimana pun salah satu diantara mereka ingin dijemput maka Camilla siap menjemput, Camilla yang terbaik bagi mereka.
Dan terakhir Airysh, gadis itu sedikit berbeda dari segi wajah, rambut, dan lain-lain.
Karena hanya dia satu-satunya yang berasal dari Asia, lebih tepatnya Indonesia, hanya dia dari kelima sahabatnya yang semuanya asli dari Amerika. Tapi meskipun lahir di Indonesia, ia tinggal di Amerika sejak kecil.
Mereka berlima biasanya bersama jika akan makan siang, namun hari ini hanya tersisa Camilla dan Airysh saja karena mereka sedang memiliki urusan masing-masing.
"Kupikir dia bertengkar dengan pacarnya," Jawab Camilla.
Airysh yakin ini pasti karena kejadian semalam, karena Reece berulah dengan mencium Lily. Ini juga sebenarnya salahnya, ia tahu Reece akan melakukan hal diluar dugaan, tapi ia tetap tidak melakukan apa yang Reece katakan.
Itulah balasan nya.
Airysh dan Camilla akhirnya pergi ke kantin tanpa Lily, mereka berharap menemukan Lily di jalan.
"Apa kamu sudah bicara dengan Reece?" Tanya Camilla sesaat setelah mereka memesan makanan.
Airysh mengangguk, "Itulah mengapa aku ingin bicara dengannya,"
"Lily pasti mendapatkan masalah karena pria brengsek itu,"
Airysh mendegus.
"Lalu kenapa kamu tidak putus dengan Reece saja?" Tanya Camilla heran.
"Aku sudah berjanji tidak akan putus sebelum satu tahun," sesal Airysh merasa telah dibodohi.
Lagipula ia sangat ingin balas dendam dengan mantan pacarnya.
"Itu terlalu lama untuk bertahan disamping pria segila Reece," ucap Camilla.
"Aku tahu, tapi setidaknya aku bisa membuktikan kepada Felix, jika aku baik-baik saja tanpa dia,"
Camilla tidak mengerti, dia berpikir jika Airysh sangat berlebihan, itu bukan cara balas dendam yang baik, Airysh bahkan mendapatkan masalah karena Reece.
"Aku berpikir bahwa kamu masih sangat mencintai Felix," ujar Camilla.
"Tapi kamu terlalu bodoh, ketika kalian putus kamu tidak memberikan kesempatan kedua meskipun kamu masih mencintainya, kamu ingin balas dendam tapi malah menjadi seperti ini, aku tidak berpikir itu balas dendam yang menyenangkan,"
Airysh tidak menanggapi, Ia tidak ingin memberikan kesempatan kedua kepada Felix karena ia tahu itu tidak akan berubah.
Lagipula saat ia menerima Reece menjadi pacarnya, semua orang di kampus pasti akan tahu, karena Reece biasanya hanya mendekati para gadis tanpa mengajaknya pacaran, agar ia bisa dekat dengan gadis-gadis lain. Tapi tetap saja ada gadis yang menjadi pacar Reece hanya saja mereka tidak akan bertahan sampai satu bulan tentu saja karena sikap Reece yang selalu mempermainkan para gadis.
Sangat berbeda dengan Reece dan Airysh sekarang, mereka sudah lebih dari dua bulan berpacaran, meskipun tidak saling menyukai satu sama lain, namun Airysh sangat yakin bahwa orang-orang tidak akan mengira bahwa Reece dan dirinya tidak saling mencintai.
"Aku tahu," ujar Airysh.
"Lagipula tidak ada yang berubah karena Felix juga menerima perjodohan orangtuanya," ujar Airysh lesu.
Camilla tidak tahu harus kasihan atau kesal kepada sahabatnya itu, Airysh juga tidak pernah menerima sarannya.
Ponsel Airysh berdering, Airysh yang melihat nama Reece menjadi sangat malas ketika ingin membuka nya.
Reece.
Baby ..
Aku menjemputmu jam 8.
Okay?
Jangan lupa.
Airysh berdesis, lalu bergumam setelah membaca kata 'baby', Reece akan selalu mengatakan itu jika ia membutuhkan Airysh.
Reece.
Kamu tidak menjawab.
Kamu dimana?
Haruskah aku menjemputmu sekarang?
Heyy .
Baby..
Cepat jawab aku, aku merindukanmu.
Airysh tertawa, ia tahu jika Reece sangat playboy makanya dia sangat berbakat menggunakan kalimat seperti itu.
Ok, jam 8
Jawab Airysh.
Reece
Kamu sangat dingin.
Tapi tidak masalah, aku mencintaimu.
Camilla juga ikut bergidik membaca pesan-pesan dari Reece, Camilla berpikir Reece seperti pacar sungguhan yang benar-benar mencintai gadisnya.
"Kamu tidak benar-benar menyukai Reece bukan?" Camilla bertanya untuk memastikan.
"Tentu saja tidak,"
"Ya, untuk saat ini," tambah Camilla.
***
Reece mengerjapkan sebelah matanya, lalu tersenyum kepada Airysh, sedangkan gadis itu hanya menatap Reece dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
Mungkin ia merasa muak.
"Mengapa kamu tidak tersenyum?" Tanya Reece setelah mereka berdua masuk kedalam mobil.
Reece mengatakan itu untuk mencairkan suasana.
"Kenapa aku harus tersenyum?" Ujar Airysh balik bertanya.
"Kamu akan terlihat lebih cantik,"
Reece mengatakan itu sambil menatap Airysh.
Namun Airysh tidak mengatakan apapun, bahkan tidak menoleh sedikit pun.
"Cepat nyalakan musiknya," ujar Airysh.
"Apa?!" Reece terkejut.
"Nyalakan musiknya," ulang Airysh lagi.
Reece menatap Airysh lagi, namun gadis itu malah menatap keluar jendela.
"Kamu benar-benar terlalu berani," gumam Reece kesal.
Ini pertama kalinya seorang gadis berani menyuruh nya.
Reece akhirnya menyalakan musik, meskipun ia kesal.
Beberapa saat kemudian hanya suara musik yang terdengar, sedangkan mereka hanya diam menikmati pikirannya masing-masing.
***
Airysh POV
Entah mengapa aku selalu merasa berdebar ketika mobil Reece melewati pintu gerbang mansion keluarganya.
Aku tidak mengerti apa masalahnya, tapi aku merasakan nya sejak pertama kali masuk ke mansion ini, aku merasakan Sesuatu yang berbeda.
Daripada mansion aku lebih memilih menyebutnya sebagai istana, ini benar-benar sangat mewah.
Aku bahkan merasa berjalan diatas red karpet ketika aku turun dari mobil, karena terlalu banyaknya pengawal yang menyambut dengan seragam hitam dan juga para pelayan dengan seragam hitam putih yang berbaris rapi.
Sama seperti saat ini setelah aku dan Reece keluar dari mobil semua orang langsung berkumpul layaknya menyambut seorang pangeran.
Saat pertama kali aku benar-benar merasa terkejut namun Reece langsung mengenggengam tanganku, seperti ia merasakan apa yang sedang kurasakan.
Dan Sekarangpun Reece juga melakukan hal yang sama.
Kami berjalan beriringan, Reece selalu bersikap pendiam dihadapan keluarganya ketika bersama ku. Ia juga selalu mengenggengam tanganku ketika kami berhadapan langsung dengan kakek Reece.
Aku merasa Reece sangat tegang ketika kakeknya memanggil Reece untuk berbicara dengannya, aku merasakan genggaman Reece semakin erat.
Sejujurnya aku sangat penasaran dengan keluarga ini, mansion mewah ini ditinggali oleh keluarga besar Reece. Ibunya, kakeknya, paman, bibi dan juga sepupu-sepupu Reece. Tapi mengapa Reece memilih untuk tinggal sendiri? ia malah membeli rumah yang letaknya tidak jauh dari kampus.
Apa yang membuatku penasaran adalah tentang Reece yang memilih untuk tinggal sendiri.
"Reece…, Mommy sudah menunggu mu," ujar Selena, ibu Reece yang langsung menghampiri putra semata wayangnya.
Mommy memeluk Reece.
Kemudian menatapku setelah melepaskan Reece.
"Apa kabar?," Tanya mommy ramah.
Aku tersenyum, "baik mommy, terimakasih, bagaimana dengan mommy?" Tanya ku berbasa-basi terlebih dahulu.
Aku juga harus memanggil ibu Reece dengan panggilan mommy karena permintaan ibu Reece sendiri.
"Aku selalu baik-baik saja, aku harus berterimakasih karena kamu sudah membawa Reece kemari," ujar mommy.
Aku hanya tersenyum, padahal Reece yang membawanku kemari, bukan malah sebaliknya.
Namun, Aku tetap diam seolah-olah aku terlah berhasil membujuk Reece , sekalipun aku tidak tahu dalam situasi apa saat ini.
"Kalian bisa beristirahat terlebih dahulu," ujar Selena yang meninggalkan kami berdua.
Kini hanya aku dan Reece disini. Reece menatap ku.
"Kamu harus ingat bahwa kamu tidak boleh mengatakan kepadan siapapun bahwa aku adalah bagian dai keluarga ini," ujar Reece.
Aku mengangguk, aku benar-benar tidak lupa, pertama kali mengetahui hal ini aku memang sangat terkejut. Reece sangat kaya, keluarga nya adalah pemilik perusahaan mobil yang sangat terkenal.
Kakeknya merupakan pendiri perusahaan, lalu semua anak-anak dan cucunya ditempatkan di perusahaan itu kecuali Reece.
Aku tidak tahu apa alasannya, dan aku juga tidak terlalu paham bagaimana kakek Reece menempatkan semua anggota keluarga dirumah ini dalam perusahaan.
Aku dan Reece tidak saling bicara, kami hanya duduk dan beberapa pelayan berbaris untuk bertanya apa yang ingin kami makan atau minum,
Namun Reece tidak ingin apapun, dan aku juga hanya diam meniru Reece.
Selang beberapa saat muncul seorang pria tampan dengan setelan jas hitam diikuti seseorang di belakangnya, aku belum pernah melihat mereka, namun saat aku melihat gayanya berjalan itu seperti seseorang yang sangat terhormat dan elegan.
Tanpa ku sangka pria itu menghampiri kami, pria itu tampak tersenyum kepada Reece, namun senyum yang aneh.
"Lama tidak bertemu," gumam pria itu lalu duduk di hadapan kami.
Aku menatap mereka secara bergantian, sudah 3 kali aku ke mansion ini tapi aku tidak pernah bertemu dengan pria itu.
"Aku baru melihat mu di rumah ini," ujar pria itu lagi, Joseph yang tak lain adalah sepupu Reece.
"Aku sering datang kesini, tapi sayangnya kamu tidak melihat ku," ujar Reece datar.
Apapun yang Reece ucapkan saat berada di mansion ini, sangat berbeda dengan gaya bicara Reece saat berada di kampus, aku melihat Reece yang lain saat berada disini.
"Oh aku lupa menanyakan kabarmu, kupikir kamu baik-baik saja, bukankah begitu?" Ucap pria itu.
"Seperti yang kamu lihat, aku memang baik-baik saja,"
Reece menjawab sekedarnya, aku melihat ketidaknyamanan Reece saat bicara dengan pria itu.
"Aku melihat mu muncul di majalah, kupikir kamu akan segera menjadi model terkenal,"
"Sangat cocok untuk seseorang seperti mu," tambah pria itu.
Kupikir ini tidak terdengar seperti pujian, aku malah berpikir jika ini adalah nada sindiran, terlihat jelas jika pria itu tidak menyukai Reece.
Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua, terlebih melihat Reece yang terlihat tidak menyukainya.
"Oh ya, kakek akan bicara padamu, mungkin dia akan memberimu kejutan," pria itu bangkit dari tempatnya duduk, lalu menatap Reece yang tidak bicara lagi.
"Kuharap kamu sangat menikmatinya,"
Ucap pria itu lagi sebelum benar-benar pergi.
"Woah," Ujarku tanpa sengaja.
Reece menatapku, lalu aku juga membalas tatapannya.
Dia menatapku heran. "Apa?" Tanyaku.
"Apa katamu tadi?" Tanya Reece.
"Aku tidak mengatakan apapun, tapi.. orang yang baru saja bicara denganmu itu tampan," Ujarku jujur namun terdengar acuh.
Reece masih menatapku,
"Dia tidak terlihat seperti itu sama sekali,"
"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,"
Sepertinya Reece kesal, ia ingin berbicara, namun seseorang memanggil Reece.
"Tuan will memanggil tuan muda di halaman belakang," ujar seorang pelayan.
Aku mengikuti langkah Reece, dia sempat menghela nafas beberapa kali, aku pikir dia sangat takut.
Kami sampai di halaman belakang, disini sangat indah, aku melihat banyak macam bunga dan tumbuhan yang terawat, beberapa pohon yang tumbuh juga menjadikan halaman belakang terlihat sangat sejuk.
Aku sangat menyukainya. Namun aku menjadi sangat terkejut tatkala mendengar seseorang berkata dengan sangat keras.
"Reece!!"
***
Reece!!" Suara tinggi khas dari William Dellson, kakek Reece sontak membuat Reece dan Airysh menoleh.
Dengan langkah tergesa-gesa Will menghampiri Reece, dari tatapannya sudah menunjukkan bahwa ia tidak senang melihat Reece.
hingga tiba-tiba...
Plakk!!
Suara tamparan keras mengejutkan Airysh, ia melihat sendiri bagaimana Reece ditampar oleh kakeknya sendiri.
Reece yang hampir jatuh karena tamparan keras kakeknya perlahan mengangkat kepalanya.
"Ini balasan mu sekarang?!" Suara Will bergetar.
Ia menatap marah ke arah Reece, sedangkan pria itu hanya diam tanpa mengatakan apapun.
"Aku memberimu kebebasan tapi ini yang kamu lakukan!"
"Kamu tahu sedang berhadapan siapa?!!" Nada suara Will kembali meninggi.
Reece tersenyum miring, ia seperti tidak merasakan apapun atas tamparan kakeknya.
Pria itu menatap Will lalu tersenyum,
"Apakah kamu takut?" Reece melemparkan pertanyaan, membuat Will seketika terdiam sambil menatap Reece tajam.
"Aku tahu dengan siapa aku bekerjasama, tapi aku tidak tahu jika itu membuatmu takut," ujar Reece dengan penuh penekanan di setiap kalimat nya.
Mendengar ucapan Reece, Will semakin marah, ia ingin menampar Reece lagi, namun pria itu menahan tangannya.
"Kamu tidak perlu membuang tenaga mu untuk ini, pikirkan saja perusahaan ini, dan jangan pikirkan apapun tentang aku," ujar Reece lagi.
"Kurang ajar!" Umpat Will keras
Membuat Selena berlari ke arah Reece dan juga Will.
Ia tahu mereka pasti akan seperti ini.
"Reece, lepaskan," pinta Selena.
Reece yang mendengarkan ibunya langsung melepaskan tangan Will darinya.
"Aku tidak minta apapun darimu, maka jangan campuri urusanku," ujar Reece.
"Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan perusahaan mu,"
"Aku menuruti apa yang kamu katakan tapi Itu akan membuat ku sangat menyesal, maka dari itu, aku tidak menuruti mu lagi sejak saat itu, jadi jangan harap aku akan kembali kesini untuk mengemis uangmu," ujar Reece.
Airysh terkejut dengan perkataan kasar Reece kepada kakeknya, tapi ia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.
"Lihat perilaku anakmu!, Dia berani melawanku," ujar Will kepada Selena.
Selena menghampiri Reece dan Airysh yang diam di tempatnya.
"Reece tolong...dengarkan mommy,"
Pinta Selena lalu menggenggam tangan Reece.
Reece menatap ibunya yang hampir menangis, beberapa detik kemudian Reece melepaskan tangannya dari ibunya dengan pelan.
"Aku akan melakukan apapun yang mommy mau tapi tidak ada yang bisa menghentikan apa yang aku inginkan termasuk mommy ataupun... Kakek," ujar Reece sambil mengarahkan pandangannya ke arah Will.
Reece menarik tangan Airysh tiba-tiba lalu mengajak gadis itu berjalan dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Reece membawa Airysh ke suatu tempat tanpa berbicara apapun, sejak dari mansion itu Reece terlihat sangat dingin, Airysh mengerti Reece sedang dalam perasaan yang amat buruk, itulah sebabnya ia juga tidak berbicara ataupun mengganggu pria itu. Airysh mengerti, mungkin perasaan Reece sedang terluka akibat dari tamparan keras sang kakek, namun Airysh juga tidak mengerti mengapa mereka bertengkar. Tiga kali pergi ke mansion itu, Airysh menyimpulkan bahwa Reece dan kakeknya tidak pernah akur, terbukti sudah tiga kali ia pergi ke tempat itu, kakek Reece selalu saja mengatakan sesuatu yang kasar terhadap Reece namun bedanya Reece tidak pernah menjawab, biasanya ia hanya diam lalu pergi dengan acuh, berbeda halnya dengan hari ini, Reece bahkan berani membentak kakeknya. "Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan minum hari ini," ujar Reece setelah mereka keluar dari mobil. Mereka datang di salah satu cafe yang terkenal di New Yor
"Bisakah kami kembali seperti dulu?" Felix menatap Airysh sendu.Pria itu sudah menunggu Airysh di depan kelas gadis itu untuk menunggunya datang.Airysh menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia hanya bersikap santai tanpa terlihat salah tingkah didepan Felix."Aku hanya berpikir jika aku mencintaimu," ujar Felix lagi"kamu sudah punya calon istri," ujar Airysh tenang."Lalu kenapa?" Tanya Felix yang membuat Airysh menjadi kesal, namun Airysh ingin tetap terlihat tenang.Sekarang Airysh berpikir bahwa Felix lebih brengsek dari Reece."Berarti kami tidak perlu memulainya lagi, ini tidak ada artinya sama sekali karena aku tahu kami pasti akan putus lagi, jadi apa gunanya?" Ucap Airysh menahan dirinya."tapi aku ingin kamu,"Kalimat itu membuat Airysh tersenyum miring, sekarang ia tahu jika seorang Felix Wilson adalah pria yang sangat brengsek."Apa yang kamu bicarakan dengan pacar ku?" Tanya
Airysh POV Aku terkejut ketika Reece tiba-tiba mentransfer uang yang sangat banyak kepadaku, aku bahkan sempat meneleponnya tadi karena sangat penasaran dengan apa yang ingin ia lakukan kepadaku menggunakan hal seperti itu. Tapi sampai sekarang Reece belum mengangkat teleponku. Hingga beberapa saat setelah itu Reece yang menelepon ku. "Yes, baby," ujar Reece dari seberang saat ia meneleponku. "Aku lupa membawa ponsel, jadi aku melewatkan panggilan mu," Lanjutnya. "Kenapa kamu mentransfer uang sebanyak ini kepadaku?" Tanyaku tidak sabaran. "Aku mentransfer mu karena aku mengatakan akan membayarmu waktu itu," jawab Reece ringan. Aku mendegus, padahal aku sudah memperingatkannya. Lagipula kalimat itu tidak cocok dengan ku, aku sama sekali bukan wanita bayaran. "Aku bilang itu tidak perlu," ujar ku kepada Reece. "Apa salahnya memberikan uang kepada pacar sendiri?, Aku bahkan belum pernah
Airysh terbangun dengan mata yang masih sembab, gadis itu sempat mengerjapkan matanya beberapa kali karena terasa sakit. Airysh menatap cermin dan mendapati matanya bengkak karena menangis semalaman, beberapa saat kemudian ponsel nya berbunyi, suara pesan masuk yang sangat banyak membuat Airysh harus meraih ponselnya di atas kasur. Banyak pesan yang masuk dari Camilla dan juga Reece. "Mengapa Reece mengirim pesan?, tidak biasanya," gumam Airysh. Camilla Kamu tidak mengangkat telepon ku. Apakah kamu baik-baik saja? Apakah ayahmu memarahi mu? Airysh kenapa tidak menjawab😭 Aku sangat khawatir. Dan 5 panggilan tidak terjawab dari Camilla. Airysh tersenyum, setidaknya ia harus bersyukur memiliki sahabat yang begitu menyayanginya, jika tidak ada sahabat nya, Airysh yakin tidak akan bisa hidup seperti ini. Ia pasti tidak akan punya teman. Airysh membalas pesan Camilla.
Suasana pesta ulang tahun di rumah Lily sangat ramai, banyak tamu undangan dari kalangan mahasiswa yang datang, gadis itu sangat populer sehingga tamu undangan yang datang pun sangat banyak. Mata Lily menatap satu persatu tamu undangan yang hadir, gadis itu tampak mencari-cari seseorang, ia juga berkali kali menatap jam dinding, kemudian mendegus putus asa ketika tidak mendapati seseorang yang ia harapkan. Camilla yang melihat keresahan Lily mendekat. Seperti tahu segalanya Camilla menepuk bahu Lily, " Alex pasti datang, kamu tidak perlu cemas, dia tidak mungkin Setega itu kepada mu," ujar Camilla mencoba menenangkan Lily. Lily mengangguk, " Tapi, kami sempat bertengkar kemarin," ujar Lily lalu menunduk. "Kalian sudah sering bertengkar, tapi itu bukan masalah besar, kalian baik-baik saja setelah itu, sudahlah percaya padaku," ujar Camilla lagi. Emilly, Jessica, Camilla yang tiba-tiba datangpun kemudian memeluk Lily, bagi m
13 tahun lalu... "Airysh!" Suara Hendri, Ayah Airysh terdengar keras, namun Airysh sama sekali tidak bisa menjawab panggilan Ayahnya. 'Ayah aku disini...' batinnya lemah. Airysh begitu lemas, tubuhnya tidak mampu bergerak lagi, ia merasa pasrah. Sesak dan dingin... Air danau dimalam hari, membuatnya tenggelam. Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu tidak bisa melakukan apapun setelah ia mencoba berkali-kali melambaikan tangan. Namun di detik-detik selanjutnya, saat Airysh merasa sudah tahan lagi, ia melihat seseorang melompat kedalam air. Seorang anak laki-laki remaja berenang ke arahnya lalu menarik Airysh. Anak laki-laki yang berusia sekitar lima belas tahun tersebut memeluk tubuh gadis kecil yang sudah memejamkan matanya. Ia membawa Airysh naik dengan cepat. "Hey, bangun..." Anak laki-laki itu berusaha memanggil nya. Namun Airysh sudah tidak bisa memb
"Hasil jepretan yang sempurna, pose menatap sang dewa matahari, dengan menyipitkan matanya yang besar." Emilly tertawa sambil menyodorkan kamera digitalnya kepada Jessica dan Camilla. Airysh tampak bingung dengan teman-temannya pagi ini, terlebih Camilla terlihat senyum-senyum sejak bertemu dengannya. "Ada apa ?" Tanya Airysh tidak mengerti. Airysh lalu berjalan mendekati mereka, "kenapa kalian memotret ku," ujar Airysh yang melihat hasil jepretan Emilly yang baginya terlihat sangat buruk. "Selamat untuk hari ini, atau tadi malam," ujar Emilly seperti mengingat ingat namun terlihat tersenyum nakal kepadanya. "Selamat untuk apa?" Tanya Airysh bingung. Jessica dan Emilly malah menahan senyumnya, sedangkan Camilla tidak memberitahunya sama sekali. "Dimana ponselmu sekarang?" Tanya Camilla tanpa menjawab pertanyaan Airysh terlebih dahulu. "Aku tidak tahu, mungkin terjatuh di kolam renang Lily atau hilang," "It
Airysh menatap retakan di ponselnya, kemarahannya semakin menjadi-jadi ketika ia ingat Reece yang membawanya, ia berpikir Reece telah melampiaskan kekesalannya pada ponselnya. "sial, sial, sial!" umpat Airysh pelan. Entah bagaimana ia menjadi sangat bodoh dalam beberapa bulan terakhir ini, pertama Airysh berpikir dengan menjadi pacar Reece selama setahun akan mengalihkan perasaannya dari Felix, kedua ia menuruti semua yang di katakan Reece bahkan ia juga terlibat dalam keluarga Reece yang sangat rumit, lalu yang terakhir Reece benar-benar mengacaukan hati sahabatnya. lalu ditambah lagi sekarang, ponselnya retak dan terlihat berantakan. "Mengapa Reece juga menghancurkan mu?" tanya Airysh kesal pada ponselnya. Airysh menatap jam tangannya kemudian ia teringat sesuatu. Airysh ingat hari ini adalah pertemuan pertamanya dengan seorang pria. Pria yang selalu bicara dengannya setiap hari karena kode undian toko buku lov
"Semua ini?" Airysh mengerjap tidak percaya ketika Reece membukakan sebuah lemari lalu menunjukkan banyaknya pakaian wanita disana."Ya, kau harus memakainya," ucap Reece sambil mengambil satu mantel dari dalamnya."Tapi ini yang paling penting, kupastikan kamu tidak akan kedinginan lagi," ujar Reece kemudian.Airysh menatap Reece yang menyodorkan mantel tebal kepadanya."Jangan bilang banyak gadis yang tidur bersamamu dan kamu membeli pakaian ini untuk mereka yang menginap," tuduh Airysh yang tak yakin jika Reece membelikan semua itu untuknya.Reece menaikkan alisnya, mendengar Airysh mengatakan itu membuatnya naik darah."Hei... nona merylia, apa kau pikir aku murahan?""Apa kamu berpikir aku terbiasa tidur dengan para gadis??" tanya Reece dengan nada tinggi meskipun ekspresinya tidak ada kemarahan sedikitpun."Em, bukan itu maksutku," Airysh jadi merasa bersalah dan canggung, ia sungguh tidak berniat untuk menuduh Reece dengan jahatnya."Tuan A
Mata gadis itu terpejam, suhu tubuhnya sangat panas saat Reece menyentuh dahi gadis itu dan bibirnya bahkan terlihat membiru.Reece menatap gadis itu cemas, ia mengompres dahi gadis itu dan menyelimutinya dengan selimut tebal, penghangat ruangan juga telah bekerja dengan baik sehingga Reece berharap Airysh akan cepat tersadar."Seharusnya aku datang lebih cepat," Ucap reece menyalahkan dirinya sendiri.Reece tahu Airysh tidak bisa berlama-lama diluar saat musim dingin, Reece tahu jika Airysh tidak pernah bisa meminum es, ia tahu Airysh tidak bisa berenang dan trauma dengan segala sesuatu yang dingin, Reece tahu semua itu tanpa Airysh memberitahunya lebih dulu.Diam-diam ia juga mengikuti Airysh, mengamati gadis itu dari jauh, melihat cara gadis itu tersenyum dan tertawa.Tapi Reece tidak pernah melihat gadis itu menangis dihadapannya kecuali saat membela Lily.Airysh selalu ingin melindungi orang-orang yang dekat dengannya.Reece mengatupkan rahangnya, ia
Gadis dengan setelan mantel tebal itu dengan langkah tergesa memasuki sebuah rumah yang tengah ramai dengan suara anak-anak, baru saja ia membuka pintu suara riuh dengan sapaan dan kebahagiaan terucap dari mereka.Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya untuk ikut menyapa mereka, dan juga sedikit senyuman yang membuat anak-anak itu melihat kebahagiaan nya."Apakah kau akan membacakan cerita untuk kami hari ini?" tanya salah satu dari mereka.gadis yang tak lain adalah Airysh itu tampak menggeleng pelan, ia menunjukkan ekspresi menyesalnya."Anak-anak maaf ya, kali ini ada yang harus aku selesaikan, em tapi, aku janji hari Minggu saat aku kesini, aku akan membawa kue cokelat dan buku cerita," ujar Airysh menyesal.Anak-anak tampak mengangguk, meskipun terlihat kecewa namun anak-anak itu tampak kembali semangat ketika Airysh mengatakan akan membawa kue dan buku cerita.Airysh tersenyum, lalu meneruskan langkah ke dalam untuk mencari seseorang.Gadis itu me
Tiga belas tahun lalu...Ruangan dengan bau obat-obatan itu langsung tercium ketika seorang gadis kecil baru saja membuka matanya, Ia terlihat bingung sambil mengedarkan pandangannya ke segala macam penjuru yang bisa di jangkau oleh penglihatannya.Perlahan ia ingin bangkit dari tempat ia berbaring, namun seorang lelaki dengan cepat menghampirinya, wajahnya terlihat panik."Airysh kau sudah sadar," Kalimat itu yang pertama kali di ucapkan oleh lelaki itu.gadis kecil itu tidak menjawab, namun orang-orang dengan seragam putih dengan langkah cepat menghampiri nya sebelum ia mampu mengucapkan sebuah kalimat.Mereka memeriksa keadaannya, lalu berjalan menuju lelaki yang tak lain adalah ayah gadis itu, yang saat ini juga terdapat satu perempuan disampingnya."Syukurlah Airysh Sudah sadar, namun ia mengalami amnesia, ini sedikit lebih parah namun ingatannya bisa kembali meskipun membutuhkan banyak waktu," seseorang dengan pakaian putih itu dengan samar-samar mengat
"Jika kamu menghalangi rencanaku, maka aku tidak segan-segan untuk menghabisi nyawamu," Seorang perempuan cantik berusia tiga puluhan itu menempelkan sebuah pisau di leher seorang wanita tua yang tampak pucat pasi.Ucapan yang terdengar seperti ancaman itu mempu membuat seorang wanita tua tidak berkutik sedikit pun.Tanpa mereka sadari seorang gadis kecil berusia sembilan tahun mendengar apa yang di ucapkan oleh wanita itu.Mata bulatnya menatap seorang wanita yang masih meletakkan pisau di leher wanita tua itu."Aunty, mengapa kau meletakkan pisau dileher bibi?" ***Airysh terbangun, tiba-tiba ia merasa pusing, apa yang baru saja ia alami adalah mimpi, ia bahkan tidak melihat mimpinya dengan jelas.Gadis itu perlahan bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengambil segelas air putih yang tersedia di dalam kamarnya.Ia bahkan tidak mengerti mengapa kepalanya tiba-tiba terasa pusing.sambil memijit pelan kepalanya, Airysh kembali memikirkan mimpinya y
Satu tahun lalu.."lihat!! ini sangat romantis," teriak Emilly heboh ketika mendapati salah satu lukisan yang terpajang disana.Airysh menoleh, menatap Emilly yang kemudian mengambil ponselnya untuk memotret karya lukisan tersebut."Ini tidak boleh di foto," peringat Camilla yang juga ada disana."Apa? dimana peraturannya?" gerutu Emilly yang pada akhirnya kembali meletakkan ponsel kedalam tasnya.Airysh mendekati lukisan tersebut, matanya menyapu seluruh detail yang ada didalamnya."Wahh, ini sangat menakjubkan," pujinya kemudian."Sayang sekali aku tidak bisa mengambil foto, tapi aku akan ambil diam-diam," ujar Emilly dengan sangat percaya diri.Camilla mendesis, "Kau akan mendapatkan Masalah," peringatnya lagi.Emilly mendegus kesal, "Oke tidak jadi," ucapnya putus asa.Airysh masih mengagumi lukisan tersebut, "Ini lebih cocok dinamai Romeo dan Juliet," ucap Airysh asal-asalan memberi nama lukisan tersebut."Tapi mereka tidak melak
Aroma lembut coffe latte menyapa nya, Airysh sudah tentu tidak asing dengan aroma ini ketika seorang pelayan cafe meletakkan dua cangkir coffe latte.Aroma yang membangkitkan suasana yang manis dan elegan.Reece dengan mata birunya yang indah menatap nya tanpa henti, seperti hanya gadis itu yang menariknya bagaikan Medan magnet hingga ia bahkan kesulitan untuk mengalihkan pandangannya."Kenapa kau suka kopi?" Pertanyaan itu muncul begitu saja ketika pelayan itu sudah pergi.Airysh yang baru saja tampak menenangkan hatinya berdehem dengan pelan."Aku suka rasanya yang menurutku tidak monoton. ada rasa manis, gurih dan ada sedikit rasa pahit," jawab Airysh yang langsung terdengar akrab ditelinga nya, ia pernah mendengar Airysh mengatakan itu kepada temannya."Kau seperti ingin mengatakan tentang filosofinya," Ujar Reece kembali memancingnya bicara lebih banyak lagi.Airysh tersenyum tipis, gadis itu menatap kopi di cangkirnya, coffe lat
Semakin malam keadaan menjadi semakin ramai, bahkan beberapa game juga dimainkan, sorakan dan teriakan juga terdengar memenuhi ruangan, Airysh merasa sangat tidak nyaman dengan suasana seperti ini, aroma alkohol juga membuatnya menjadi pusing dan mual.Airysh tahu jika tempat seperti ini tidak cocok dengannya, ini benar-benar salahnya telah mau pergi ke tempat seperti ini.Airysh ingin pulang, namun ia harus bilang kepada Emilly yang telah membawanya kemari, ia akan pulang sendiri.Namun gadis itu masih terlihat sibuk dengan beberapa orang disana."Kau ingin pulang?" Tanya Reece yang tiba-tiba kembali entah darimana.Airysh mengangguk sambil mengambil tasnya dari atas meja."Aku akan pulang denganmu," Ujar Reece lalu menyeimbangi langkah Airysh yang akan menghampiri Emilly."Hey, kami akan pulang!" teriak Reece pada Emilly dan gerombolannya disana.Airysh langsung menoleh mendengar kalimat itu dari Reece.Emilly yang men
Ini bukan pertama kalinya, Airysh juga sudah beberapa kali pergi ke tempat ini, ya, ia akhirnya datang ke pesta minum ini, acara yang sebenarnya di khususkan untuk mahasiswa baru yang bergabung dalam organisasi ini, hampir semuanya adalah anak populer di kampus, dan sisanya adalah anak aktifis kampus.Sulit bagi Airysh untuk menyesuaikan diri dengan mereka, ia hanya duduk di samping Emilly yang sering berlalu lalang mencari beberapa anggota mereka, sedangkan Airysh hanya duduk diam sambil mengamati keadaan sekitarnya.Airysh bahkan tidak tahu kenapa ia dengan mudahnya mau di ajak oleh Emilly,'ini sungguh bukan tentang Reece' tepis Airysh dalam hatinya.Lily yang cantik tampak memasuki bar, gadis itu dengan pakaian tebalnya yang berwarna cokelat terlihat sangat cantik, dan bukan pemandangan yang asing lagi jika semua pasang mata memandang kearahnya, tak terkecuali Airysh.Gadis itu sedikit tersenyum lalu menghampiri Airysh setelah gadis