"Jika kamu menghalangi rencanaku, maka aku tidak segan-segan untuk menghabisi nyawamu," Seorang perempuan cantik berusia tiga puluhan itu menempelkan sebuah pisau di leher seorang wanita tua yang tampak pucat pasi.
Ucapan yang terdengar seperti ancaman itu mempu membuat seorang wanita tua tidak berkutik sedikit pun.Tanpa mereka sadari seorang gadis kecil berusia sembilan tahun mendengar apa yang di ucapkan oleh wanita itu.Mata bulatnya menatap seorang wanita yang masih meletakkan pisau di leher wanita tua itu."Aunty, mengapa kau meletakkan pisau dileher bibi?"***Airysh terbangun, tiba-tiba ia merasa pusing, apa yang baru saja ia alami adalah mimpi, ia bahkan tidak melihat mimpinya dengan jelas.Gadis itu perlahan bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengambil segelas air putih yang tersedia di dalam kamarnya.Ia bahkan tidak mengerti mengapa kepalanya tiba-tiba terasa pusing.sambil memijit pelan kepalanya, Airysh kembali memikirkan mimpinya yTiga belas tahun lalu...Ruangan dengan bau obat-obatan itu langsung tercium ketika seorang gadis kecil baru saja membuka matanya, Ia terlihat bingung sambil mengedarkan pandangannya ke segala macam penjuru yang bisa di jangkau oleh penglihatannya.Perlahan ia ingin bangkit dari tempat ia berbaring, namun seorang lelaki dengan cepat menghampirinya, wajahnya terlihat panik."Airysh kau sudah sadar," Kalimat itu yang pertama kali di ucapkan oleh lelaki itu.gadis kecil itu tidak menjawab, namun orang-orang dengan seragam putih dengan langkah cepat menghampiri nya sebelum ia mampu mengucapkan sebuah kalimat.Mereka memeriksa keadaannya, lalu berjalan menuju lelaki yang tak lain adalah ayah gadis itu, yang saat ini juga terdapat satu perempuan disampingnya."Syukurlah Airysh Sudah sadar, namun ia mengalami amnesia, ini sedikit lebih parah namun ingatannya bisa kembali meskipun membutuhkan banyak waktu," seseorang dengan pakaian putih itu dengan samar-samar mengat
Gadis dengan setelan mantel tebal itu dengan langkah tergesa memasuki sebuah rumah yang tengah ramai dengan suara anak-anak, baru saja ia membuka pintu suara riuh dengan sapaan dan kebahagiaan terucap dari mereka.Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya untuk ikut menyapa mereka, dan juga sedikit senyuman yang membuat anak-anak itu melihat kebahagiaan nya."Apakah kau akan membacakan cerita untuk kami hari ini?" tanya salah satu dari mereka.gadis yang tak lain adalah Airysh itu tampak menggeleng pelan, ia menunjukkan ekspresi menyesalnya."Anak-anak maaf ya, kali ini ada yang harus aku selesaikan, em tapi, aku janji hari Minggu saat aku kesini, aku akan membawa kue cokelat dan buku cerita," ujar Airysh menyesal.Anak-anak tampak mengangguk, meskipun terlihat kecewa namun anak-anak itu tampak kembali semangat ketika Airysh mengatakan akan membawa kue dan buku cerita.Airysh tersenyum, lalu meneruskan langkah ke dalam untuk mencari seseorang.Gadis itu me
Mata gadis itu terpejam, suhu tubuhnya sangat panas saat Reece menyentuh dahi gadis itu dan bibirnya bahkan terlihat membiru.Reece menatap gadis itu cemas, ia mengompres dahi gadis itu dan menyelimutinya dengan selimut tebal, penghangat ruangan juga telah bekerja dengan baik sehingga Reece berharap Airysh akan cepat tersadar."Seharusnya aku datang lebih cepat," Ucap reece menyalahkan dirinya sendiri.Reece tahu Airysh tidak bisa berlama-lama diluar saat musim dingin, Reece tahu jika Airysh tidak pernah bisa meminum es, ia tahu Airysh tidak bisa berenang dan trauma dengan segala sesuatu yang dingin, Reece tahu semua itu tanpa Airysh memberitahunya lebih dulu.Diam-diam ia juga mengikuti Airysh, mengamati gadis itu dari jauh, melihat cara gadis itu tersenyum dan tertawa.Tapi Reece tidak pernah melihat gadis itu menangis dihadapannya kecuali saat membela Lily.Airysh selalu ingin melindungi orang-orang yang dekat dengannya.Reece mengatupkan rahangnya, ia
"Semua ini?" Airysh mengerjap tidak percaya ketika Reece membukakan sebuah lemari lalu menunjukkan banyaknya pakaian wanita disana."Ya, kau harus memakainya," ucap Reece sambil mengambil satu mantel dari dalamnya."Tapi ini yang paling penting, kupastikan kamu tidak akan kedinginan lagi," ujar Reece kemudian.Airysh menatap Reece yang menyodorkan mantel tebal kepadanya."Jangan bilang banyak gadis yang tidur bersamamu dan kamu membeli pakaian ini untuk mereka yang menginap," tuduh Airysh yang tak yakin jika Reece membelikan semua itu untuknya.Reece menaikkan alisnya, mendengar Airysh mengatakan itu membuatnya naik darah."Hei... nona merylia, apa kau pikir aku murahan?""Apa kamu berpikir aku terbiasa tidur dengan para gadis??" tanya Reece dengan nada tinggi meskipun ekspresinya tidak ada kemarahan sedikitpun."Em, bukan itu maksutku," Airysh jadi merasa bersalah dan canggung, ia sungguh tidak berniat untuk menuduh Reece dengan jahatnya."Tuan A
Airysh POVReece mencium temanku bukan aku, hal pertama yang kupikirkan tentang dia adalah 'brengsek!' aku ingin mengumpat dan menamparnya…Saat ini Reece duduk di hadapan ku sambil menatapku dengan tatapan yang entah bagaimana bisa ku artikan.Aku juga membalas tatapan Reece dengan tatapan sebal, namun aku tetap santai seolah-olah aku baik-baik saja, ini balasan nya jika tidak menuruti seorang Reece Andromeda.Ia akan melakukan apapun agar orang lain bisa menuruti keinginannya.Aku tidak habis pikir Reece akan melakukan hal segila itu, terlebih kepada temanku sendiri, aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana takutnya Lily jika tersebar gosip buruk tentang nya di kampus ini."Bisakah aku pergi?"Reece mengalihkan pandangannya setelah mengeluarkan ponsel dari sakunya."Bisakah kamu
"Ayo makan siang," Seorang gadis dengan rambut pirang menepuk bahu Airysh hingga membuatnya menoleh. "Aku sangat lapar," Ujarnya lagi. Camilla, gadis cantik dengan rambut pirang itu menarik-narik tangan Airysh. "Aku sangat malas," balas Airysh. Ia masih terus membaca buku dihadapan nya tanpa memperhatikan Camilla yang mulai kesal. "Kamu tidak merasa kasihan dengan sahabatmu," Camilla mulai merengek seperti anak kecil. Airysh menatapnya sekilas, biasanya ia yang selalu merengek seperti itu kepada Camilla, tapi kenapa sekarang malah sebaliknya. "Kamu selalu mengajakku makan ketika aku ingin diet, tapi kamu sama sekali tidak makan jika aku yang mengajakmu makan," Airysh menggerutu sambil menutup novelnya yang tadi ia baca. Camilla tertawa, "Lebih baik kita tidak diet sama sekali, bagaimana menurutmu?, Aku benci harus menahan nafsu makan ketika aku merasa lapar," ujar Camilla. "Kamu yang mengajakku diet, tap
Reece membawa Airysh ke suatu tempat tanpa berbicara apapun, sejak dari mansion itu Reece terlihat sangat dingin, Airysh mengerti Reece sedang dalam perasaan yang amat buruk, itulah sebabnya ia juga tidak berbicara ataupun mengganggu pria itu. Airysh mengerti, mungkin perasaan Reece sedang terluka akibat dari tamparan keras sang kakek, namun Airysh juga tidak mengerti mengapa mereka bertengkar. Tiga kali pergi ke mansion itu, Airysh menyimpulkan bahwa Reece dan kakeknya tidak pernah akur, terbukti sudah tiga kali ia pergi ke tempat itu, kakek Reece selalu saja mengatakan sesuatu yang kasar terhadap Reece namun bedanya Reece tidak pernah menjawab, biasanya ia hanya diam lalu pergi dengan acuh, berbeda halnya dengan hari ini, Reece bahkan berani membentak kakeknya. "Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan minum hari ini," ujar Reece setelah mereka keluar dari mobil. Mereka datang di salah satu cafe yang terkenal di New Yor
"Bisakah kami kembali seperti dulu?" Felix menatap Airysh sendu.Pria itu sudah menunggu Airysh di depan kelas gadis itu untuk menunggunya datang.Airysh menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia hanya bersikap santai tanpa terlihat salah tingkah didepan Felix."Aku hanya berpikir jika aku mencintaimu," ujar Felix lagi"kamu sudah punya calon istri," ujar Airysh tenang."Lalu kenapa?" Tanya Felix yang membuat Airysh menjadi kesal, namun Airysh ingin tetap terlihat tenang.Sekarang Airysh berpikir bahwa Felix lebih brengsek dari Reece."Berarti kami tidak perlu memulainya lagi, ini tidak ada artinya sama sekali karena aku tahu kami pasti akan putus lagi, jadi apa gunanya?" Ucap Airysh menahan dirinya."tapi aku ingin kamu,"Kalimat itu membuat Airysh tersenyum miring, sekarang ia tahu jika seorang Felix Wilson adalah pria yang sangat brengsek."Apa yang kamu bicarakan dengan pacar ku?" Tanya
"Semua ini?" Airysh mengerjap tidak percaya ketika Reece membukakan sebuah lemari lalu menunjukkan banyaknya pakaian wanita disana."Ya, kau harus memakainya," ucap Reece sambil mengambil satu mantel dari dalamnya."Tapi ini yang paling penting, kupastikan kamu tidak akan kedinginan lagi," ujar Reece kemudian.Airysh menatap Reece yang menyodorkan mantel tebal kepadanya."Jangan bilang banyak gadis yang tidur bersamamu dan kamu membeli pakaian ini untuk mereka yang menginap," tuduh Airysh yang tak yakin jika Reece membelikan semua itu untuknya.Reece menaikkan alisnya, mendengar Airysh mengatakan itu membuatnya naik darah."Hei... nona merylia, apa kau pikir aku murahan?""Apa kamu berpikir aku terbiasa tidur dengan para gadis??" tanya Reece dengan nada tinggi meskipun ekspresinya tidak ada kemarahan sedikitpun."Em, bukan itu maksutku," Airysh jadi merasa bersalah dan canggung, ia sungguh tidak berniat untuk menuduh Reece dengan jahatnya."Tuan A
Mata gadis itu terpejam, suhu tubuhnya sangat panas saat Reece menyentuh dahi gadis itu dan bibirnya bahkan terlihat membiru.Reece menatap gadis itu cemas, ia mengompres dahi gadis itu dan menyelimutinya dengan selimut tebal, penghangat ruangan juga telah bekerja dengan baik sehingga Reece berharap Airysh akan cepat tersadar."Seharusnya aku datang lebih cepat," Ucap reece menyalahkan dirinya sendiri.Reece tahu Airysh tidak bisa berlama-lama diluar saat musim dingin, Reece tahu jika Airysh tidak pernah bisa meminum es, ia tahu Airysh tidak bisa berenang dan trauma dengan segala sesuatu yang dingin, Reece tahu semua itu tanpa Airysh memberitahunya lebih dulu.Diam-diam ia juga mengikuti Airysh, mengamati gadis itu dari jauh, melihat cara gadis itu tersenyum dan tertawa.Tapi Reece tidak pernah melihat gadis itu menangis dihadapannya kecuali saat membela Lily.Airysh selalu ingin melindungi orang-orang yang dekat dengannya.Reece mengatupkan rahangnya, ia
Gadis dengan setelan mantel tebal itu dengan langkah tergesa memasuki sebuah rumah yang tengah ramai dengan suara anak-anak, baru saja ia membuka pintu suara riuh dengan sapaan dan kebahagiaan terucap dari mereka.Gadis itu sedikit membungkukkan tubuhnya untuk ikut menyapa mereka, dan juga sedikit senyuman yang membuat anak-anak itu melihat kebahagiaan nya."Apakah kau akan membacakan cerita untuk kami hari ini?" tanya salah satu dari mereka.gadis yang tak lain adalah Airysh itu tampak menggeleng pelan, ia menunjukkan ekspresi menyesalnya."Anak-anak maaf ya, kali ini ada yang harus aku selesaikan, em tapi, aku janji hari Minggu saat aku kesini, aku akan membawa kue cokelat dan buku cerita," ujar Airysh menyesal.Anak-anak tampak mengangguk, meskipun terlihat kecewa namun anak-anak itu tampak kembali semangat ketika Airysh mengatakan akan membawa kue dan buku cerita.Airysh tersenyum, lalu meneruskan langkah ke dalam untuk mencari seseorang.Gadis itu me
Tiga belas tahun lalu...Ruangan dengan bau obat-obatan itu langsung tercium ketika seorang gadis kecil baru saja membuka matanya, Ia terlihat bingung sambil mengedarkan pandangannya ke segala macam penjuru yang bisa di jangkau oleh penglihatannya.Perlahan ia ingin bangkit dari tempat ia berbaring, namun seorang lelaki dengan cepat menghampirinya, wajahnya terlihat panik."Airysh kau sudah sadar," Kalimat itu yang pertama kali di ucapkan oleh lelaki itu.gadis kecil itu tidak menjawab, namun orang-orang dengan seragam putih dengan langkah cepat menghampiri nya sebelum ia mampu mengucapkan sebuah kalimat.Mereka memeriksa keadaannya, lalu berjalan menuju lelaki yang tak lain adalah ayah gadis itu, yang saat ini juga terdapat satu perempuan disampingnya."Syukurlah Airysh Sudah sadar, namun ia mengalami amnesia, ini sedikit lebih parah namun ingatannya bisa kembali meskipun membutuhkan banyak waktu," seseorang dengan pakaian putih itu dengan samar-samar mengat
"Jika kamu menghalangi rencanaku, maka aku tidak segan-segan untuk menghabisi nyawamu," Seorang perempuan cantik berusia tiga puluhan itu menempelkan sebuah pisau di leher seorang wanita tua yang tampak pucat pasi.Ucapan yang terdengar seperti ancaman itu mempu membuat seorang wanita tua tidak berkutik sedikit pun.Tanpa mereka sadari seorang gadis kecil berusia sembilan tahun mendengar apa yang di ucapkan oleh wanita itu.Mata bulatnya menatap seorang wanita yang masih meletakkan pisau di leher wanita tua itu."Aunty, mengapa kau meletakkan pisau dileher bibi?" ***Airysh terbangun, tiba-tiba ia merasa pusing, apa yang baru saja ia alami adalah mimpi, ia bahkan tidak melihat mimpinya dengan jelas.Gadis itu perlahan bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengambil segelas air putih yang tersedia di dalam kamarnya.Ia bahkan tidak mengerti mengapa kepalanya tiba-tiba terasa pusing.sambil memijit pelan kepalanya, Airysh kembali memikirkan mimpinya y
Satu tahun lalu.."lihat!! ini sangat romantis," teriak Emilly heboh ketika mendapati salah satu lukisan yang terpajang disana.Airysh menoleh, menatap Emilly yang kemudian mengambil ponselnya untuk memotret karya lukisan tersebut."Ini tidak boleh di foto," peringat Camilla yang juga ada disana."Apa? dimana peraturannya?" gerutu Emilly yang pada akhirnya kembali meletakkan ponsel kedalam tasnya.Airysh mendekati lukisan tersebut, matanya menyapu seluruh detail yang ada didalamnya."Wahh, ini sangat menakjubkan," pujinya kemudian."Sayang sekali aku tidak bisa mengambil foto, tapi aku akan ambil diam-diam," ujar Emilly dengan sangat percaya diri.Camilla mendesis, "Kau akan mendapatkan Masalah," peringatnya lagi.Emilly mendegus kesal, "Oke tidak jadi," ucapnya putus asa.Airysh masih mengagumi lukisan tersebut, "Ini lebih cocok dinamai Romeo dan Juliet," ucap Airysh asal-asalan memberi nama lukisan tersebut."Tapi mereka tidak melak
Aroma lembut coffe latte menyapa nya, Airysh sudah tentu tidak asing dengan aroma ini ketika seorang pelayan cafe meletakkan dua cangkir coffe latte.Aroma yang membangkitkan suasana yang manis dan elegan.Reece dengan mata birunya yang indah menatap nya tanpa henti, seperti hanya gadis itu yang menariknya bagaikan Medan magnet hingga ia bahkan kesulitan untuk mengalihkan pandangannya."Kenapa kau suka kopi?" Pertanyaan itu muncul begitu saja ketika pelayan itu sudah pergi.Airysh yang baru saja tampak menenangkan hatinya berdehem dengan pelan."Aku suka rasanya yang menurutku tidak monoton. ada rasa manis, gurih dan ada sedikit rasa pahit," jawab Airysh yang langsung terdengar akrab ditelinga nya, ia pernah mendengar Airysh mengatakan itu kepada temannya."Kau seperti ingin mengatakan tentang filosofinya," Ujar Reece kembali memancingnya bicara lebih banyak lagi.Airysh tersenyum tipis, gadis itu menatap kopi di cangkirnya, coffe lat
Semakin malam keadaan menjadi semakin ramai, bahkan beberapa game juga dimainkan, sorakan dan teriakan juga terdengar memenuhi ruangan, Airysh merasa sangat tidak nyaman dengan suasana seperti ini, aroma alkohol juga membuatnya menjadi pusing dan mual.Airysh tahu jika tempat seperti ini tidak cocok dengannya, ini benar-benar salahnya telah mau pergi ke tempat seperti ini.Airysh ingin pulang, namun ia harus bilang kepada Emilly yang telah membawanya kemari, ia akan pulang sendiri.Namun gadis itu masih terlihat sibuk dengan beberapa orang disana."Kau ingin pulang?" Tanya Reece yang tiba-tiba kembali entah darimana.Airysh mengangguk sambil mengambil tasnya dari atas meja."Aku akan pulang denganmu," Ujar Reece lalu menyeimbangi langkah Airysh yang akan menghampiri Emilly."Hey, kami akan pulang!" teriak Reece pada Emilly dan gerombolannya disana.Airysh langsung menoleh mendengar kalimat itu dari Reece.Emilly yang men
Ini bukan pertama kalinya, Airysh juga sudah beberapa kali pergi ke tempat ini, ya, ia akhirnya datang ke pesta minum ini, acara yang sebenarnya di khususkan untuk mahasiswa baru yang bergabung dalam organisasi ini, hampir semuanya adalah anak populer di kampus, dan sisanya adalah anak aktifis kampus.Sulit bagi Airysh untuk menyesuaikan diri dengan mereka, ia hanya duduk di samping Emilly yang sering berlalu lalang mencari beberapa anggota mereka, sedangkan Airysh hanya duduk diam sambil mengamati keadaan sekitarnya.Airysh bahkan tidak tahu kenapa ia dengan mudahnya mau di ajak oleh Emilly,'ini sungguh bukan tentang Reece' tepis Airysh dalam hatinya.Lily yang cantik tampak memasuki bar, gadis itu dengan pakaian tebalnya yang berwarna cokelat terlihat sangat cantik, dan bukan pemandangan yang asing lagi jika semua pasang mata memandang kearahnya, tak terkecuali Airysh.Gadis itu sedikit tersenyum lalu menghampiri Airysh setelah gadis