Beranda / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 7 UJIAN CINTA

Share

BAB 7 UJIAN CINTA

Penulis: Rara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 09:09:48

Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka.

Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh.

Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka.

Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita nonton film!" tulis Rina.

Vika merasa senang dengan tawaran itu dan memutuskan untuk pergi. Namun, saat ia sedang bersenang-senang dengan Rina, ia tidak bisa berhenti memikirkan Aldo yang sedang bekerja keras. Ketika pulang ke rumah, ia menemukan Aldo sudah tertidur di sofa dengan laptopnya masih terbuka.

Keesokan harinya, Vika mencoba membangunkan Aldo. "Aldo, kamu harus tidur lebih awal. Ini tidak baik untuk kesehatanmu," katanya lembut.

Aldo terbangun dengan mata setengah tertutup. "Aku tahu, Vika. Tapi aku harus menyelesaikan proyek ini," jawabnya dengan nada lelah.

"Proyek itu tidak akan pergi ke mana-mana. Kita perlu waktu untuk diri kita sendiri juga," balas Vika dengan tegas.

Aldo menghela napas panjang. "Aku mengerti, tapi aku juga ingin memastikan kita memiliki masa depan yang baik. Kita butuh uang untuk membesarkan Rafael."

Vika merasa frustrasi mendengar alasan itu. "Tapi apa gunanya memiliki masa depan yang baik jika kita tidak punya waktu untuk satu sama lain? Kita harus menemukan keseimbangan."

Percakapan itu berakhir tanpa solusi yang jelas. Keduanya merasa tertekan dan bingung tentang bagaimana melanjutkan hubungan mereka di tengah kesibukan masing-masing.

Di tengah ketegangan ini, Karina kembali muncul dalam kehidupan mereka. Meskipun Aldo telah memblokir semua kontaknya, Karina berhasil mendapatkan nomor telepon baru Aldo melalui seorang teman di kantor.

Suatu malam, Vika menerima pesan dari Aldo saat ia sedang menyusui Rafael. "Karina menghubungiku lagi," tulis Aldo singkat.

Vika merasakan jantungnya berdegup kencang. "Apa yang dia inginkan?" tanyanya cemas.

"Aku tidak tahu. Dia hanya ingin berbicara," jawab Aldo.

Vika merasa marah dan cemas sekaligus. "Kenapa kamu tidak bilang padanya untuk pergi? Dia sudah cukup mengganggu hidup kita."

"Aku sudah bilang padanya bahwa aku menikah dan mencintaimu," balas Aldo defensif.

Vika merasa hatinya terbakar oleh rasa cemburu dan ketidakpastian. "Tapi kenapa dia masih terus mengganggu kita? Apa kamu yakin dia tidak punya niat lain?"

Aldo mencoba menenangkan Vika. "Aku berjanji bahwa aku hanya mencintaimu dan tidak akan membiarkan siapa pun merusak hubungan kita."

Namun, meskipun kata-kata itu menenangkan, keraguan tetap ada di benak Vika.

Merasa perlu menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya, Vika memutuskan untuk menghadapi Karina secara langsung. Ia mengajak Karina bertemu di sebuah kafe tempat mereka pernah bertemu sebelumnya.

"Karina," kata Vika tegas saat mereka bertemu, "aku ingin tahu kenapa kamu terus mengganggu kami? Apa yang kamu inginkan dari Aldo?"

Karina tersenyum sinis. "Aku ingin merebut kembali apa yang menjadi milikku," jawabnya tanpa ragu.

Vika merasa marah mendengar jawaban itu. "Aldo bukan milikmu lagi! Dia sudah memilihku."

"Dia mungkin memilihmu sekarang, tetapi aku tahu dia masih memikirkan aku," bantah Karina dengan percaya diri.

Vika berusaha tetap tenang meskipun hatinya bergejolak. "Kamu harus berhenti mengganggu hidup kami. Jika kamu benar-benar mencintainya, kamu seharusnya membiarkannya bahagia."

Karina menatap Vika dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan menyerah begitu saja."

Setelah pertemuan itu, Vika merasa semakin cemas tentang hubungan mereka. Ia menceritakan semuanya kepada Aldo dan berharap ia bisa mendapatkan dukungan darinya.

"Aldo," katanya dengan suara bergetar saat mereka duduk bersama setelah makan malam, "aku merasa terancam oleh Karina."

Aldo menatap Vika dengan serius. "Aku tidak akan membiarkan dia merusak hubungan kita, Vika. Aku mencintaimu dan hanya kamu."

Namun, Vika merasa ada sesuatu yang hilang dalam hubungan mereka—kepercayaan diri Aldo terhadap keputusan yang diambilnya untuk menjauhkan Karina dari kehidupan mereka.

"Aku ingin kita berbicara tentang masa depan kita," kata Vika akhirnya. "Apa rencana kita setelah ini? Apakah kita akan terus seperti ini?"

Aldo terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku ingin kita memiliki rumah sendiri dan membesarkan Rafael bersama-sama."

"Bagaimana jika ada halangan lain seperti Karina?" tanya Vika skeptis.

"Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama," jawab Aldo tegas.

Vika merasa sedikit lega mendengar jawaban itu tetapi masih meragukan komitmen Aldo terhadap hubungan mereka.

Seiring waktu berlalu, ketegangan antara Vika dan Aldo semakin meningkat karena tekanan dari pekerjaan dan gangguan dari Karina. Mereka mulai saling menyalahkan satu sama lain atas masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu malam setelah pertengkaran hebat mengenai pekerjaan dan tekanan dari luar, Vika meninggalkan rumah untuk berjalan-jalan sendirian sambil merenungkan semuanya. Ia merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya dalam hubungan mereka.

Di tengah perjalanan pulang, ia menerima telepon dari Rina yang menanyakan kabar terbaru tentang pernikahannya dengan Aldo. Mendengar suara sahabatnya membuatnya merasa sedikit lebih baik.

"Rina, aku merasa semuanya semakin sulit," ungkap Vika sambil menahan air mata.

"Apa yang terjadi?" tanya Rina khawatir.

"Karina kembali muncul dalam hidup kami dan membuat semuanya semakin rumit," jawab Vika dengan suara putus asa.

Rina memberikan nasihat bijak tentang pentingnya komunikasi dalam hubungan dan bagaimana cara menghadapi konflik secara dewasa tanpa saling menyalahkan.

Setelah percakapan tersebut, Vika mulai merenungkan semua saran Rina dan menyadari bahwa ia perlu berbicara lagi dengan Aldo—dengan cara yang lebih terbuka dan jujur tentang perasaannya serta kekhawatiran yang menghantuinya.

Keesokan harinya, saat suasana hati keduanya sudah lebih tenang setelah beberapa hari penuh ketegangan, Vika memutuskan untuk membuka pembicaraan lagi dengan Aldo mengenai perasaan mereka masing-masing terhadap situasi ini.

"Aldo," katanya saat sarapan bersama Rafael di meja makan, "aku ingin kita berbicara tentang apa yang terjadi antara kita."

Aldo menatapnya serius sambil menggigit roti panggangnya. "Baiklah."

"Karena semua tekanan ini—dari pekerjaan dan gangguan Karina—aku merasa seperti kita semakin menjauh satu sama lain," ungkap Vika jujur.

"Aku juga merasakannya," balas Aldo pelan sambil menunduk sejenak sebelum melanjutkan berbicara. "Tapi aku ingin kita mencari solusi bersama-sama."

Dengan semangat baru untuk memperbaiki hubungan mereka, keduanya sepakat untuk lebih terbuka satu sama lain mengenai perasaan masing-masing dan mencari cara agar bisa saling mendukung meskipun dalam situasi sulit sekalipun.

Mereka berjanji untuk menghadapi setiap tantangan bersama-sama—apakah itu datang dari pekerjaan atau gangguan pihak ketiga seperti Karina—dengan saling percaya bahwa cinta mereka akan mampu melewati segala ujian yang ada di depan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   Bab 9 : Bayang-Bayang Keraguan

    Kepulangan Vika dan Rafael ke rumah membawa kehangatan yang telah lama hilang. Aldo menyambut mereka dengan senyum tulus dan pelukan erat, berusaha meyakinkan Vika bahwa ia bersungguh-sungguh dengan perubahan yang dijanjikannya. Beberapa minggu pertama terasa seperti bulan madu yang tertunda. Aldo berusaha keras untuk menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, pulang tepat waktu, dan aktif terlibat dalam mengurus Rafael. Mereka kembali menikmati momen-momen sederhana seperti makan malam bersama, membacakan cerita sebelum tidur, dan menghabiskan akhir pekan di taman.Namun, di balik keharmonisan yang mulai terbangun, Vika masih menyimpan keraguan. Bayangan Karina dan ketidakpedulian Aldo di masa lalu masih menghantuinya. Ia mengamati setiap gerak-gerik Aldo, mencari tanda-tanda kebohongan atau kembalinya kebiasaan lama. Kepercayaan yang retak tidak semudah itu untuk dipulihkan.Suatu malam, saat mereka sedang menonton televisi bersama, telepon Aldo berdering. Nama yang tertera di layar mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah    BAB 6 LEMBARAN BARU

    Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil. Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?" "Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius." Vika terkejut me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16

Bab terbaru

  • cinta yang terpisah   Bab 9 : Bayang-Bayang Keraguan

    Kepulangan Vika dan Rafael ke rumah membawa kehangatan yang telah lama hilang. Aldo menyambut mereka dengan senyum tulus dan pelukan erat, berusaha meyakinkan Vika bahwa ia bersungguh-sungguh dengan perubahan yang dijanjikannya. Beberapa minggu pertama terasa seperti bulan madu yang tertunda. Aldo berusaha keras untuk menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, pulang tepat waktu, dan aktif terlibat dalam mengurus Rafael. Mereka kembali menikmati momen-momen sederhana seperti makan malam bersama, membacakan cerita sebelum tidur, dan menghabiskan akhir pekan di taman.Namun, di balik keharmonisan yang mulai terbangun, Vika masih menyimpan keraguan. Bayangan Karina dan ketidakpedulian Aldo di masa lalu masih menghantuinya. Ia mengamati setiap gerak-gerik Aldo, mencari tanda-tanda kebohongan atau kembalinya kebiasaan lama. Kepercayaan yang retak tidak semudah itu untuk dipulihkan.Suatu malam, saat mereka sedang menonton televisi bersama, telepon Aldo berdering. Nama yang tertera di layar mem

  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

  • cinta yang terpisah   BAB 7 UJIAN CINTA

    Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka. Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh. Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka. Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita

  • cinta yang terpisah    BAB 6 LEMBARAN BARU

    Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil. Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?" "Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius." Vika terkejut me

  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status