Beranda / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

Share

BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

Penulis: Rara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-12 21:24:55

Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor.

"Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.

Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"

Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"

Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?"

"Aku lebih suka yang pahit."

"Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.

Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak hal. Kadang, Aldo akan menunggu Vika di lobi kantor hanya untuk sekadar berjalan bersamanya menuju lift. Hal-hal kecil itu mulai menjadi kebiasaan, sesuatu yang mereka nantikan setiap hari.

Suatu malam, setelah lembur di kantor, Vika turun ke lobi dan mendapati Aldo sedang duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya.

"Aldo? Kau masih di sini?" tanyanya heran.

Aldo menoleh dan tersenyum. "Aku menunggumu. Kupikir kau masih di atas. Mau pulang bersama?"

Vika sedikit terkejut, tapi ia tidak menolak. "Boleh. Tapi aku lapar, kau mau makan dulu?"

Aldo tertawa kecil. "Aku juga lapar. Ayo kita cari tempat makan."

Mereka berjalan menyusuri trotoar kota Jakarta yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan menerangi langkah mereka, memberikan suasana yang hangat di tengah malam yang dingin. Vika merasa nyaman berada di samping Aldo. Ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya merasa aman dan dihargai.

Mereka akhirnya menemukan sebuah warung makan sederhana yang masih buka. Vika memilih nasi goreng, sementara Aldo memesan mie ayam. Saat makanan mereka datang, Aldo menatap Vika sambil tersenyum.

"Aku senang kita sering bertemu seperti ini," katanya pelan.

Vika tersenyum. "Aku juga. Rasanya... menyenangkan."

Aldo mengangguk. "Aku berharap kita bisa terus seperti ini."

Vika menatapnya, merasa jantungnya berdebar. Ia tahu perasaannya mulai tumbuh lebih dari sekadar teman. Tapi ia masih ragu. Apakah Aldo merasakan hal yang sama?

Malam itu, mereka mengobrol hingga larut, menikmati setiap momen kebersamaan mereka. Tanpa mereka sadari, sesuatu yang lebih besar sedang berkembang di antara mereka.

Dan mereka tidak bisa menghindarinya.

Keesokan harinya, kebiasaan mereka berlanjut. Vika mulai menyadari bahwa Aldo selalu mencari cara untuk menghabiskan waktu bersamanya. Ia juga merasa lebih nyaman, seolah-olah Aldo telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Namun, di balik kebahagiaan yang mereka rasakan, ada sesuatu yang belum mereka sadari. Sesuatu yang kelak akan menguji seberapa kuat hubungan yang mulai mereka bangun.

Suatu sore, saat mereka berdua menikmati kopi di kafe favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu."

Vika menatapnya penuh tanda tanya. "Apa itu?"

Aldo menghela napas, tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku akan dipindahkan ke cabang kantor di luar negeri. Aku belum tahu pasti kapan, tapi kemungkinan besar dalam waktu dekat."

Jantung Vika berdegup kencang. Seolah semua kebersamaan mereka akan berakhir begitu saja.

"Oh..." Hanya itu yang bisa keluar dari bibirnya. Ia berusaha tersenyum, tapi hatinya terasa berat.

Aldo menatapnya dengan mata yang penuh arti. "Aku tidak ingin kita kehilangan ini, Vika. Aku benar-benar menyukai kebersamaan kita."

Vika menggigit bibirnya, mencoba menahan emosinya. "Aku juga, Aldo. Tapi... apa yang bisa kita lakukan?"

Aldo menggenggam tangannya di atas meja, jemarinya hangat dan menenangkan. "Kita cari jalan keluar bersama. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Vika menatapnya dalam diam, hatinya dipenuhi oleh berbagai perasaan. Ia tahu, perpisahan akan datang. Tapi apakah mereka bisa menghadapinya?

Di luar, hujan kembali turun, seolah menandakan bahwa cobaan baru telah menanti mereka berdua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12

Bab terbaru

  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status