Home / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

Share

BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

Author: Rara
last update Last Updated: 2025-03-12 21:41:30

Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.

Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya.

"Aldo, kapan kau akan berangkat?"

Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."

Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."

Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu."

"Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.

Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diucapkan menggantung di udara. Hati Vika berperang antara keinginan untuk mempertahankan Aldo dan ketakutan akan perpisahan yang perlahan mendekat.

Malam itu, mereka berjalan bersama menuju tempat parkir. Aldo tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menarik Vika ke dalam pelukan.

"Aku menyukaimu, Vika," bisiknya di telinga gadis itu.

Jantung Vika berdetak kencang. Ia tahu, ia juga merasakan hal yang sama. Tapi apakah perasaan itu cukup untuk melawan jarak dan waktu?

Vika menutup matanya, menikmati kehangatan dalam pelukan Aldo. "Aku juga menyukaimu, Aldo."

Namun, dalam hatinya, ia bertanya-tanya: apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan?

Minggu depan semakin dekat, dan keputusan besar harus segera diambil.

Malam semakin larut, namun Vika dan Aldo masih duduk berdua di bangku taman yang sepi. Angin malam berhembus pelan, membawa hawa dingin yang menusuk kulit. Namun, yang lebih menusuk bagi mereka bukanlah angin, melainkan kenyataan bahwa perpisahan semakin dekat.

Aldo menatap langit yang dipenuhi bintang. "Aku tak pernah membayangkan akan ada saat seperti ini. Saat di mana aku harus memilih antara mengejar impianku atau tetap di sini bersamamu."

Vika menghela napas panjang, menundukkan kepala, memainkan ujung jaketnya dengan gelisah. "Aku juga tak pernah menyangka akan bertemu seseorang yang begitu berarti dalam hidupku, hanya untuk kehilangannya begitu cepat."

Aldo meraih tangan Vika dan menggenggamnya erat. "Kita tidak akan kehilangan satu sama lain, Vika. Aku janji. Aku akan tetap menghubungimu, aku akan tetap kembali. Aku ingin kita tetap bersama, meski jarak akan memisahkan kita."

Vika menatap mata Aldo yang penuh ketulusan. Namun, hatinya masih dipenuhi keraguan. "Aldo, hubungan jarak jauh itu sulit. Aku takut... takut kalau semuanya berubah."

Aldo tersenyum tipis, mengusap punggung tangan Vika dengan lembut. "Aku juga takut. Tapi aku lebih takut kehilanganmu. Aku ingin kita mencoba, Vika. Aku tidak ingin menyerah sebelum kita bahkan memulai."

Vika menatapnya lama. Kata-kata Aldo terasa begitu tulus, begitu dalam. Namun, di dalam hatinya, ada pertanyaan yang terus menghantuinya: apakah mereka benar-benar bisa bertahan?

HARI-HARI TERAKHIR SEBELUM PERPISAHAN

Sejak percakapan malam itu, Vika dan Aldo berusaha menikmati setiap detik yang tersisa sebelum Aldo berangkat. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama—pergi ke tempat-tempat yang menyimpan kenangan bagi mereka, berbicara tentang masa depan, dan saling menguatkan satu sama lain.

Suatu hari, mereka pergi ke pantai, tempat favorit Vika sejak kecil. Mereka duduk di atas pasir, menatap ombak yang datang dan pergi, seperti melambangkan ketidakpastian dalam hubungan mereka.

"Kau tahu? Aku selalu merasa tenang di sini," kata Vika sambil memejamkan mata, merasakan hembusan angin laut yang menyapu wajahnya.

Aldo tersenyum dan merangkul Vika. "Mungkin karena di sini kau bisa mendengar suara hatimu dengan lebih jelas."

Vika menoleh ke arah Aldo. "Dan suara hatiku berkata bahwa aku akan sangat merindukanmu."

Aldo menarik napas dalam-dalam, lalu menggenggam tangan Vika lebih erat. "Aku juga. Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku ingin kau percaya padaku, Vika. Percaya bahwa aku akan kembali."

Vika menatap mata Aldo, mencoba menemukan keyakinan di dalamnya. "Aku percaya padamu, Aldo. Aku hanya takut... takut bahwa waktu akan mengubah segalanya."

Aldo menangkup wajah Vika dengan kedua tangannya. "Dengar, Vika. Aku tidak akan membiarkan waktu atau jarak mengubah perasaanku padamu. Aku mencintaimu."

Jantung Vika berdetak kencang. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Aldo, namun terdengar begitu tulus, begitu dalam.

Vika merasa matanya mulai berkaca-kaca. "Aku juga mencintaimu, Aldo."

Mereka saling menatap, membiarkan momen itu terukir di hati masing-masing. Mungkin ini akan menjadi malam terakhir mereka bersama sebelum Aldo pergi, dan mereka ingin mengabadikannya dalam ingatan mereka selamanya.

HARI KEBERANGKATAN

Hari itu akhirnya tiba. Bandara dipenuhi suara pengumuman keberangkatan, langkah-langkah tergesa-gesa, serta pelukan perpisahan yang menyakitkan.

Vika berdiri di dekat gerbang keberangkatan, tangannya menggenggam erat jaket Aldo yang pernah dipinjamkan kepadanya saat hujan pertama kali mempertemukan mereka. Matanya sembab, namun ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Aldo berdiri di depannya, membawa koper besar dan tas ransel di bahunya. Ia berusaha tersenyum, meski matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam.

"Aku akan segera kembali, Vika. Ini bukan perpisahan selamanya," ujar Aldo dengan suara lembut.

Vika mengangguk, tapi suaranya tercekat di tenggorokan. "Aku tahu. Tapi tetap saja rasanya... berat."

Aldo menariknya ke dalam pelukan, memeluknya erat seolah ingin mengabadikan kehangatan Vika dalam dirinya. "Jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu menghubungimu, aku janji."

Vika membalas pelukan itu dengan erat. "Jangan lupa pulang, Aldo. Aku akan menunggumu."

Aldo mencium kening Vika lama, sebelum akhirnya melepaskan pelukannya. Ia melangkah mundur perlahan, masih menatap Vika yang kini berdiri dengan mata berkaca-kaca.

Saat Aldo mulai berjalan menuju gerbang keberangkatan, Vika menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis. Namun, begitu sosok Aldo menghilang di balik pintu, air matanya akhirnya jatuh.

Di dalam hatinya, ia hanya bisa berharap bahwa cinta mereka cukup kuat untuk bertahan melewati jarak dan waktu.

Dan bahwa Aldo akan menepati janjinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

    Last Updated : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

    Last Updated : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah    BAB 6 LEMBARAN BARU

    Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil. Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?" "Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius." Vika terkejut me

    Last Updated : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   BAB 7 UJIAN CINTA

    Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka. Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh. Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka. Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita

    Last Updated : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

    Last Updated : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

    Last Updated : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

  • cinta yang terpisah   BAB 7 UJIAN CINTA

    Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka. Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh. Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka. Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita

  • cinta yang terpisah    BAB 6 LEMBARAN BARU

    Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil. Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?" "Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius." Vika terkejut me

  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status