Home / Romansa / cinta yang terpisah / BAB 6 LEMBARAN BARU

Share

BAB 6 LEMBARAN BARU

Author: Rara
last update Huling Na-update: 2025-04-16 09:06:04

Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil.

Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini.

Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu."

Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?"

"Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius."

Vika terkejut mendengar perkataan Aldo. Ia tidak menyangka bahwa Aldo akan membahas topik ini secepat ini.

"Apa maksudmu?" tanya Vika dengan nada gugup.

"Aku ingin kita menikah," jawab Aldo dengan mantap. "Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."

Vika terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa bahagia, tetapi juga takut. Ia takut mengambil langkah yang terlalu besar terlalu cepat.

"Aldo, aku..." Vika mencoba menjawab, tetapi kata-katanya tercekat di tenggorokan.

"Aku tahu ini mungkin terlalu cepat bagimu," kata Aldo dengan lembut. "Aku tidak memaksamu untuk menjawab sekarang. Pikirkanlah baik-baik. Aku akan menunggumu."

Vika mengangguk pelan. "Aku butuh waktu," katanya dengan suara lirih.

Aldo tersenyum dan menggenggam tangan Vika. "Aku mengerti. Ambil waktu sebanyak yang kau butuhkan."

Setelah malam itu, Vika merasa semakin bimbang. Ia mencintai Aldo, tetapi ia masih ragu apakah ia siap untuk menikah. Ia takut jika mereka menikah, masalah-masalah lama akan kembali muncul dan menghancurkan hubungan mereka.

Ia memutuskan untuk berbicara dengan ibunya tentang perasaannya. Ibunya selalu menjadi sumber kebijaksanaan dan dukungan baginya.

"Ibu, Aldo melamarku," kata Vika dengan nada bingung.

Ibunya tersenyum bahagia. "Benarkah? Itu kabar baik! Apa yang membuatmu ragu?"

"Aku takut, Ibu," jawab Vika dengan jujur. "Aku takut jika kami menikah, semuanya akan berubah. Aku takut masalah-masalah lama akan kembali menghantui kami."

Ibunya meraih tangan Vika dan menggenggamnya dengan lembut. "Vika, setiap hubungan pasti memiliki masalah. Tidak ada hubungan yang sempurna. Yang penting adalah bagaimana kalian berdua menghadapinya bersama-sama."

"Tapi bagaimana jika kami tidak bisa menghadapinya?" tanya Vika dengan nada cemas.

"Kalian harus saling percaya dan saling mendukung," jawab ibunya dengan bijak. "Jika kalian berdua berkomitmen untuk menjaga hubungan ini, maka kalian akan bisa melewati semua rintangan."

Nasihat ibunya memberikan Vika sedikit ketenangan. Ia tahu bahwa ibunya benar. Ia dan Aldo harus saling percaya dan saling mendukung jika ingin hubungan mereka berhasil.

Setelah berpikir matang-matang, Vika akhirnya memutuskan untuk menerima lamaran Aldo. Ia merasa bahwa ia siap untuk mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan mereka.

Ia menghubungi Aldo dan mengajaknya bertemu di taman tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama.

"Aldo, aku sudah memikirkannya," kata Vika dengan nada serius. "Aku bersedia menikah denganmu."

Mata Aldo berbinar-binar mendengar jawaban Vika. Ia memeluk Vika erat-erat dan menciumnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku sangat bahagia, Vika," kata Aldo dengan suara bergetar. "Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya."

Setelah itu, mereka mulai merencanakan pernikahan mereka. Mereka sepakat untuk mengadakan pernikahan yang sederhana tetapi bermakna, dihadiri oleh keluarga dan teman-teman terdekat.

Mereka memilih lokasi pernikahan di sebuah vila di tepi pantai. Tempat itu memiliki pemandangan yang indah dan suasana yang romantis.

Vika mulai mencari gaun pengantin yang sempurna. Ia ingin gaun yang sederhana tetapi elegan, sesuai dengan kepribadiannya.

Sementara itu, Aldo sibuk mengurus semua persiapan lainnya, seperti katering, dekorasi, dan hiburan. Ia ingin memastikan bahwa pernikahan mereka berjalan lancar dan berkesan.

Di tengah persiapan pernikahan, Vika tiba-tiba mendapat kabar yang mengejutkan. Karina, mantan rekan kerja Aldo yang pernah membuat Vika cemburu, kembali muncul dalam kehidupan mereka.

Karina menghubungi Aldo dan memintanya untuk bertemu. Ia mengaku bahwa ia masih mencintai Aldo dan ingin merebutnya kembali dari Vika.

Aldo menolak permintaan Karina dan mengatakan bahwa ia sudah bertunangan dengan Vika dan sangat mencintainya. Namun, Karina tidak menyerah begitu saja. Ia terus berusaha mendekati Aldo dan membuat Vika merasa tidak aman.

Vika merasa sangat marah dan kecewa dengan tindakan Karina. Ia tidak mengerti mengapa Karina masih mengganggu mereka setelah sekian lama.

Ia memutuskan untuk menghadapi Karina secara langsung. Ia ingin menjelaskan kepadanya bahwa Aldo adalah miliknya dan ia tidak akan membiarkan siapa pun merebutnya.

Vika mengajak Karina bertemu di sebuah kafe. Ia ingin berbicara dengan Karina secara baik-baik dan menyelesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya.

"Karina, aku ingin bertanya kepadamu," kata Vika dengan nada tegas. "Mengapa kamu masih mengganggu kami? Mengapa kamu tidak bisa membiarkan kami bahagia?"

Karina tersenyum sinis. "Karena aku mencintai Aldo," jawabnya dengan nada penuh dendam. "Aku tidak bisa melihat dia bahagia dengan wanita lain."

"Tapi Aldo tidak mencintaimu," kata Vika dengan tenang. "Dia mencintaiku. Kami akan menikah."

"Itu tidak mungkin," bantah Karina dengan keras kepala. "Aldo masih mencintaiku di dalam hatinya. Aku tahu itu."

"Kamu salah," kata Vika dengan yakin. "Aldo sudah melupakanmu. Dia hanya mencintaiku. Jadi, tolong, pergilah dari kehidupan kami dan jangan pernah kembali."

Karina menatap Vika dengan tatapan penuh kebencian. "Aku tidak akan menyerah," katanya dengan nada mengancam. "Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Aldo kembali."

Vika tidak takut dengan ancaman Karina. Ia tahu bahwa ia memiliki Aldo di sisinya dan mereka akan menghadapi semua rintangan bersama-sama.

"Kamu boleh mencoba," kata Vika dengan senyum sinis. "Tapi aku yakin kamu akan gagal. Karena cinta kami lebih kuat dari apa pun."

Setelah mengatakan itu, Vika pergi meninggalkan Karina sendirian di kafe. Ia merasa lega telah menghadapi Karina dan mengungkapkan semua perasaannya.

Vika menceritakan semua kejadian itu kepada Aldo. Aldo merasa sangat marah dengan tindakan Karina dan berjanji akan melindungi Vika dari segala ancaman.

"Aku tidak akan membiarkan Karina menyakitimu," kata Aldo dengan tegas. "Aku akan selalu ada di sisimu dan melindungimu."

Vika merasa sangat terharu dengan dukungan Aldo. Ia tahu bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat dengan menerima lamarannya.

"Terima kasih, Aldo," kata Vika dengan suara lembut. "Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Vika," jawab Aldo sambil memeluknya erat-erat.

Setelah itu, Aldo mengambil tindakan untuk menjauhkan Karina dari kehidupan mereka. Ia berbicara dengan atasannya di kantor dan meminta agar Karina dipindahkan ke divisi lain. Ia juga memblokir nomor telepon Karina dan semua akun media sosialnya.

Dengan tindakan tegas Aldo, Vika merasa lebih aman dan tenang. Ia tahu bahwa Aldo akan selalu melindunginya dari segala bahaya.

Akhirnya, hari pernikahan yang dinanti-nantikan tiba. Vika bangun pagi-pagi sekali dengan perasaan gugup dan bahagia. Ia tidak sabar untuk segera menjadi istri Aldo.

Ia pergi ke salon untuk merias wajah dan menata rambut. Ia ingin tampil cantik dan sempurna di hari pernikahannya.

Sementara itu, Aldo juga sedang bersiap-siap di tempat lain. Ia mengenakan tuksedo hitam yang membuatnya terlihat tampan dan gagah.

Setelah selesai bersiap-siap, Vika dan Aldo berangkat menuju vila tempat pernikahan mereka akan diadakan.

Ketika tiba di vila, Vika terpesona dengan keindahan dekorasi pernikahan mereka. Tempat itu dihias dengan bunga-bunga segar berwarna putih dan ungu. Suasana romantis dan elegan terasa sangat kental.

Para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Mereka memberikan ucapan selamat dan doa restu kepada Vika dan Aldo.

Acara pernikahan dimulai dengan prosesi pengantin. Vika berjalan menuju altar didampingi oleh ayahnya. Ia terlihat sangat cantik dan anggun dengan gaun pengantin putihnya.

Aldo menunggu Vika di altar dengan senyum bahagia. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Vika. Ia merasa sangat beruntung bisa menikahi wanita yang sangat dicintainya.

Setelah Vika sampai di altar, ayahnya menyerahkannya kepada Aldo. Aldo menggenggam tangan Vika dengan erat dan menatapnya dengan penuh kasih sayang.

Upacara pernikahan dilanjutkan dengan pembacaan janji suci pernikahan. Vika dan Aldo mengucapkan janji mereka dengan tulus dan sepenuh hati. Mereka berjanji untuk saling mencintai, menghormati, dan mendukung dalam suka maupun duka.

Setelah selesai mengucapkan janji, pendeta menyatakan Vika dan Aldo sebagai suami istri. Aldo mencium Vika dengan mesra di hadapan semua tamu undangan.

Semua orang bertepuk tangan meriah untuk memberikan selamat kepada pasangan pengantin baru.

Setelah upacara pernikahan selesai, acara dilanjutkan dengan resepsi pernikahan. Para tamu undangan menikmati hidangan lezat dan minuman segar sambil mendengarkan musik yang merdu.

Vika dan Aldo berjalan berkeliling untuk menyalami semua tamu undangan dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka.

Mereka juga menyempatkan diri untuk berfoto bersama dengan keluarga dan teman-teman.

Suasana resepsi pernikahan sangat meriah dan penuh kebahagiaan. Semua orang merasa senang bisa menjadi bagian dari momen spesial dalam kehidupan Vika dan Aldo.

Acara resepsi pernikahan juga diisi dengan pidato dan ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman terdekat Vika dan Aldo.

Ayah Vika memberikan pidato yang menyentuh hati tentang perjalanan cinta Vika dan Aldo. Ia mengucapkan selamat kepada mereka dan berharap mereka selalu bahagia bersama.

Sahabat Vika, Rina, juga memberikan ucapan selamat yang lucu dan mengharukan. Ia menceritakan kenangan-kenangan indah yang pernah mereka alami bersama dan mendoakan agar Vika dan Aldo selalu saling mencintai dan mendukung.

Aldo juga memberikan pidato singkat untuk mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah hadir dan memberikan dukungan kepada mereka. Ia juga mengungkapkan cintanya yang mendalam kepada Vika dan berjanji akan selalu menjaganya dengan baik.

Salah satu momen yang paling dinantikan dalam resepsi pernikahan adalah tari pertama pengantin baru. Vika dan Aldo berdansa dengan anggun dan mesra diiringi lagu romantis.

Semua mata tertuju pada mereka. Mereka terlihat sangat bahagia dan serasi bersama.

Setelah selesai berdansa, Vika dan Aldo berpelukan erat. Mereka merasa sangat bersyukur bisa merayakan pernikahan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai.

Di tengah acara resepsi, tiba-tiba lampu di ruangan itu padam. Semua orang terkejut dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

Tiba-tiba, sebuah sorot lampu menyoroti panggung. Di sana, seorang penyanyi terkenal muncul dan mulai menyanyikan lagu kesukaan Vika dan Aldo.

Vika dan Aldo terkejut dan merasa sangat terharu dengan kejutan itu. Mereka tidak menyangka bahwa teman-teman mereka telah menyiapkan kejutan yang begitu istimewa untuk mereka.

Mereka berdua naik ke atas panggung dan berdansa bersama diiringi lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi tersebut.

Semua orang ikut bernyanyi dan berdansa bersama dengan mereka. Suasana semakin meriah dan penuh kebahagiaan.

Acara resepsi pernikahan berakhir pada tengah malam. Vika dan Aldo mengucapkan selamat tinggal kepada semua tamu undangan dan berterima kasih atas kehadiran mereka.

Mereka merasa sangat lelah, tetapi juga sangat bahagia. Mereka tidak akan pernah melupakan hari pernikahan mereka yang indah ini.

Setelah semua tamu undangan pulang, Vika dan Aldo masuk ke kamar pengantin mereka. Mereka berdua merasa sangat bersyukur bisa merayakan pernikahan mereka dengan orang-orang yang mereka cintai.

"Aku sangat bahagia, Aldo," kata Vika dengan suara lembut. "Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan sebahagia ini."

"Aku juga sangat bahagia, Vika," jawab Aldo sambil memeluknya erat-erat. "Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya."

Mereka berdua berciuman dengan mesra dan menghabiskan malam pertama mereka sebagai suami istri.

Keesokan harinya, Vika dan Aldo berangkat untuk bulan madu mereka. Mereka memilih Bali sebagai destinasi bulan madu mereka.

Mereka menghabiskan waktu selama seminggu di Bali, menikmati keindahan alam dan kebudayaan Bali. Mereka mengunjungi pantai-pantai yang indah, kuil-kuil yang megah, dan desa-desa tradisional yang unik.

Mereka juga mencoba berbagai macam aktivitas yang menyenangkan, seperti surfing, snorkeling, dan diving.

Selain itu, mereka juga menikmati makanan khas Bali yang lezat dan spa tradisional yang menenangkan.

Selama bulan madu, Vika dan Aldo semakin dekat dan saling mencintai. Mereka berbagi cerita, tertawa bersama, dan saling mendukung.

Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama sebagai pasangan suami istri.

KEMBALI KE KEHIDUPAN NYATA

Setelah seminggu berlalu, Vika dan Aldo kembali ke Jakarta. Mereka kembali ke kehidupan nyata dan mulai menjalankan rutinitas mereka seperti biasa.

Vika kembali bekerja di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi.

Meskipun mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka selalu menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu bersama setiap hari.

Mereka makan malam bersama, menonton film, atau hanya sekadar mengobrol tentang hari mereka.

Mereka juga terus saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil.

KEHAMILAN

Beberapa bulan setelah menikah, Vika menyadari bahwa ia hamil. Ia merasa sangat bahagia dan terkejut dengan berita tersebut.

Ia segera memberi tahu Aldo tentang kehamilannya. Aldo juga merasa sangat bahagia dan terharu dengan berita tersebut.

Mereka berdua sangat antusias untuk menyambut kehadiran anak pertama mereka.

Selama masa kehamilan, Aldo selalu menjaga dan merawat Vika dengan baik. Ia memastikan bahwa Vika selalu makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan mendapatkan perawatan medis yang memadai.

Ia juga selalu menemani Vika saat kontrol ke dokter dan menghadiri kelas persiapan persalinan.

Vika merasa sangat beruntung memiliki suami yang begitu perhatian dan penyayang.

Setelah sembilan bulan mengandung, akhirnya tiba saatnya bagi Vika untuk melahirkan. Ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat dan tampan.

Vika dan Aldo merasa sangat bahagia dan terharu dengan kelahiran anak pertama mereka. Mereka memberi nama anak mereka, Rafael.

Rafael menjadi sumber kebahagiaan baru dalam kehidupan Vika dan Aldo. Mereka berdua sangat menyayangi Rafael dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Setelah kelahiran Rafael, kehidupan Vika dan Aldo berubah drastis. Mereka harus menyesuaikan diri dengan peran baru mereka sebagai orang tua.

Mereka harus belajar bagaimana merawat bayi, memberi makan, mengganti popok, dan menidurkannya.

Awalnya, mereka merasa kesulitan dan kewalahan. Namun, dengan kerja sama dan saling

pengertian, mereka berhasil melewati masa-masa sulit itu.

Mereka belajar untuk saling mendukung dan membantu dalam merawat Rafael.

Meskipun kehidupan mereka menjadi lebih sibuk dan melelahkan, Vika dan Aldo tetap merasa bahagia dan bersyukur.

Mereka merasa bahwa kehadiran Rafael telah melengkapi kehidupan mereka.

Mereka berjanji akan selalu memberikan yang terbaik untuk Rafael dan membesarkannya menjadi anak yang saleh, cerdas, dan berbakti kepada orang tua.

Vika dan Aldo menatap masa depan dengan penuh harapan dan optimisme. Mereka tahu bahwa kehidupan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi mereka yakin bahwa mereka bisa melewati semua rintangan bersama-sama.

Mereka berjanji akan selalu saling mencintai, menghormati, dan mendukung dalam suka maupun duka.

Mereka juga berjanji akan selalu menjaga keutuhan keluarga mereka dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Dengan cinta dan komitmen yang kuat, Vika dan Aldo siap untuk menghadapi masa depan dan membangun keluarga yang bahagia dan harmonis.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • cinta yang terpisah   BAB 7 UJIAN CINTA

    Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka. Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh. Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka. Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

    Huling Na-update : 2025-04-16
  • cinta yang terpisah   Bab 9 : Bayang-Bayang Keraguan

    Kepulangan Vika dan Rafael ke rumah membawa kehangatan yang telah lama hilang. Aldo menyambut mereka dengan senyum tulus dan pelukan erat, berusaha meyakinkan Vika bahwa ia bersungguh-sungguh dengan perubahan yang dijanjikannya. Beberapa minggu pertama terasa seperti bulan madu yang tertunda. Aldo berusaha keras untuk menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, pulang tepat waktu, dan aktif terlibat dalam mengurus Rafael. Mereka kembali menikmati momen-momen sederhana seperti makan malam bersama, membacakan cerita sebelum tidur, dan menghabiskan akhir pekan di taman.Namun, di balik keharmonisan yang mulai terbangun, Vika masih menyimpan keraguan. Bayangan Karina dan ketidakpedulian Aldo di masa lalu masih menghantuinya. Ia mengamati setiap gerak-gerik Aldo, mencari tanda-tanda kebohongan atau kembalinya kebiasaan lama. Kepercayaan yang retak tidak semudah itu untuk dipulihkan.Suatu malam, saat mereka sedang menonton televisi bersama, telepon Aldo berdering. Nama yang tertera di layar mem

    Huling Na-update : 2025-04-19
  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

    Huling Na-update : 2025-03-12
  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

    Huling Na-update : 2025-03-12

Pinakabagong kabanata

  • cinta yang terpisah   Bab 9 : Bayang-Bayang Keraguan

    Kepulangan Vika dan Rafael ke rumah membawa kehangatan yang telah lama hilang. Aldo menyambut mereka dengan senyum tulus dan pelukan erat, berusaha meyakinkan Vika bahwa ia bersungguh-sungguh dengan perubahan yang dijanjikannya. Beberapa minggu pertama terasa seperti bulan madu yang tertunda. Aldo berusaha keras untuk menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, pulang tepat waktu, dan aktif terlibat dalam mengurus Rafael. Mereka kembali menikmati momen-momen sederhana seperti makan malam bersama, membacakan cerita sebelum tidur, dan menghabiskan akhir pekan di taman.Namun, di balik keharmonisan yang mulai terbangun, Vika masih menyimpan keraguan. Bayangan Karina dan ketidakpedulian Aldo di masa lalu masih menghantuinya. Ia mengamati setiap gerak-gerik Aldo, mencari tanda-tanda kebohongan atau kembalinya kebiasaan lama. Kepercayaan yang retak tidak semudah itu untuk dipulihkan.Suatu malam, saat mereka sedang menonton televisi bersama, telepon Aldo berdering. Nama yang tertera di layar mem

  • cinta yang terpisah   BAB 8: KEPUTUSAN YANG KRUSIAL

    Setelah berjanji untuk lebih terbuka dan saling mendukung, Vika dan Aldo berusaha memperbaiki hubungan mereka. Namun, ketegangan yang terus meningkat dari pekerjaan, gangguan Karina, dan tanggung jawab sebagai orang tua mulai menguji komitmen mereka. Pada bagian ini, konflik semakin intens, membawa mereka pada titik di mana keputusan besar harus diambil. Aldo semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Proyek teknologi yang ia kerjakan mendapat perhatian besar dari perusahaan, tetapi juga membawa tekanan yang luar biasa. Ia sering pulang larut malam dengan wajah lelah dan pikiran yang penuh. Vika, di sisi lain, mulai merasa bahwa Aldo tidak lagi memberikan waktu untuk keluarga mereka. Suatu malam, saat Aldo pulang lebih larut dari biasanya, Vika mencoba berbicara dengannya. "Aldo, kita perlu bicara," katanya dengan nada serius. Aldo melepaskan jasnya dan duduk di sofa tanpa menatap Vika. "Aku tahu apa yang akan kamu katakan, Vika. Aku minta maaf karena terlalu sibuk." “Tidak hanya sibu

  • cinta yang terpisah   BAB 7 UJIAN CINTA

    Setelah pernikahan yang bahagia dan bulan madu yang menyenangkan, Vika dan Aldo kembali ke rutinitas mereka dengan semangat baru. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Munculnya konflik baru mulai menguji kekuatan cinta mereka. Beberapa bulan setelah kembali dari bulan madu, Aldo mulai merasakan tekanan di tempat kerjanya. Proyek baru yang dipegangnya ternyata lebih rumit daripada yang diperkirakan. Ia harus menghadapi tenggat waktu yang ketat dan tuntutan dari atasannya. Sementara itu, Vika juga sibuk dengan proyek desain grafisnya yang menuntut perhatian penuh. Keduanya berusaha untuk saling mendukung, tetapi sering kali mereka merasa lelah dan stres. Aldo sering pulang larut malam, dan Vika merasa kesepian di rumah. Meskipun mereka saling mencintai, jarak emosional mulai terasa di antara mereka. Suatu malam, saat Vika menunggu Aldo pulang, ia menerima pesan dari Rina, sahabatnya. Rina mengajak Vika untuk keluar bersamanya. "Kita butuh waktu untuk bersantai! Ayo kita

  • cinta yang terpisah    BAB 6 LEMBARAN BARU

    Liburan di pantai memberikan suntikan energi baru bagi Vika dan Aldo. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari dengan semangat yang lebih besar. Vika semakin fokus pada karirnya di bidang desain grafis, sementara Aldo terus mengembangkan bisnisnya di bidang teknologi. Keduanya saling mendukung dalam setiap langkah yang diambil. Namun, kebahagiaan mereka tidak sepenuhnya sempurna. Meskipun hubungan mereka semakin membaik, Vika masih memiliki sedikit keraguan di hatinya. Ia merasa perlu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berada di jalur yang benar sebelum melangkah lebih jauh dalam hubungan ini. Suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di restoran favorit mereka, Aldo tiba-tiba berkata, "Vika, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." Vika menatap Aldo dengan penuh perhatian. "Ada apa?" "Aku sudah memikirkannya matang-matang," kata Aldo sambil menarik napas dalam-dalam. "Aku ingin kita merencanakan masa depan bersama. Aku ingin kita serius." Vika terkejut me

  • cinta yang terpisah   BAB 5: CINTA YANG GOYAH

    Hari-hari terus berjalan, dan jarak di antara Vika dan Aldo semakin terasa nyata. Dulu, mereka selalu berbicara setiap hari, berbagi cerita tentang hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup mereka. Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda. Percakapan mereka semakin jarang, dan ketika mereka berbicara, itu tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi tawa yang mengalir dengan mudah, tidak ada lagi kata-kata manis yang menghangatkan hati. Vika mulai merasa semakin terasing. Ia mencoba mengalihkan perasaannya dengan fokus pada pekerjaannya, tetapi tetap saja pikirannya selalu kembali kepada Aldo. Setiap malam, ia menunggu pesan atau telepon dari Aldo, tetapi sering kali ia hanya mendapat balasan singkat atau bahkan tidak ada sama sekali. Hatinya semakin hancur, dan ia mulai bertanya-tanya, apakah Aldo masih mencintainya seperti dulu? KERAGUAN DAN KECEMASAN Suatu hari, Vika memutuska

  • cinta yang terpisah   BAB 4: MENANTI DALAM KERAGUAN

    Malam telah berganti pagi, dan Vika masih terjaga di kamarnya. Ponselnya tergeletak di sampingnya, menampilkan layar obrolan dengan Aldo. Mereka telah mengirim pesan beberapa kali sejak keberangkatan Aldo, tetapi tetap saja, ada sesuatu yang terasa kosong dalam hati Vika.Hari-hari pertama tanpa Aldo terasa begitu hampa. Setiap sudut kota ini mengingatkannya pada kenangan mereka berdua. Warung kopi tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama, taman di mana mereka pertama kali bertemu, dan bahkan hujan yang turun membuatnya mengingat saat Aldo meminjamkan jaketnya kepadanya.Vika menatap langit dari balik jendela kamarnya. "Bagaimana kalau semuanya berubah? Bagaimana kalau dia bertemu seseorang di sana dan melupakanku?" gumamnya lirih.Ia mencoba menepis pikiran buruk itu, tetapi ketakutan dan keraguan terus menggerogoti hatinya. Jarak memang hanya sebuah angka, tetapi perasaan bisa berubah kapan saja. Aldo selalu meyakinkannya bahwa mereka bi

  • cinta yang terpisah   BAB 3: KEPUTUSAN YANG BERAT

    Hari-hari yang mereka habiskan bersama semakin mendekatkan hati mereka. Namun, kabar tentang kepindahan Aldo ke luar negeri mulai menjadi bayangan kelam dalam pikiran Vika.Suatu sore, di kafe yang biasa mereka kunjungi, Vika memberanikan diri untuk bertanya."Aldo, kapan kau akan berangkat?"Aldo menatapnya sejenak, lalu menghela napas berat. "Minggu depan, Vika. Aku mendapatkan kepastian tadi pagi."Vika merasa dadanya sesak. Ia tahu ini akan terjadi, tapi mendengarnya langsung dari Aldo membuat semuanya terasa lebih nyata. "Jadi... ini benar-benar terjadi."Aldo menggenggam tangannya di atas meja. "Aku ingin kita tetap berhubungan, Vika. Aku tidak ingin kehilanganmu."Vika tersenyum pahit. "Tapi hubungan jarak jauh itu sulit, Aldo. Kau tahu itu.""Aku tahu. Tapi aku percaya kita bisa melewatinya," jawab Aldo penuh keyakinan.Mereka berdua terdiam cukup lama, membiarkan kata-kata yang baru saja diuca

  • cinta yang terpisah   BAB 2: AWAL KEBERSAMAAN

    Sejak pertemuan di halte itu, Vika dan Aldo mulai sering bertemu. Bukan kebetulan, ternyata mereka bekerja di gedung yang sama, hanya berbeda lantai. Suatu pagi, tanpa sengaja, mereka bertemu di kafe kecil dekat kantor."Vika?" Aldo menyapanya dengan sedikit terkejut.Vika menoleh dan tersenyum. "Aldo! Kau juga suka kopi di sini?"Aldo mengangguk. "Ya, menurutku kopi di sini punya rasa yang khas. Kau suka kopi hitam atau yang manis?"Vika tertawa kecil. "Aku tim kopi manis. Kau?""Aku lebih suka yang pahit.""Wah, kontras sekali dengan seleraku," goda Vika.Aldo tersenyum. Percakapan mereka mengalir begitu saja, membuat keduanya semakin nyaman satu sama lain. Hari itu, tanpa mereka sadari, menjadi awal kebersamaan yang lebih dari sekadar pertemanan.Hari-hari berlalu dengan cepat. Setiap pagi, mereka secara tidak sengaja bertemu di kafe yang sama, memesan kopi yang sama, dan mengobrol tentang banyak ha

  • cinta yang terpisah   BAB 1: PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

    Hujan turun deras membasahi jalanan kota Jakarta sore itu. Vika berlari kecil, mencoba menghindari hujan dengan mendekap tasnya erat-erat. Langkahnya terburu-buru menuju halte bus terdekat. Namun, nasib berkata lain. Sebuah genangan air yang dalam tidak dapat dihindarinya, membuat sepatunya basah kuyup."Astaga! Hari ini benar-benar sial," gerutunya pelan.Saat ia tiba di halte, napasnya masih tersengal. Dari sudut mata, ia melihat seorang pria berdiri di sana, juga berteduh. Pria itu tinggi, dengan wajah tegas dan tatapan tajam. Ia mengenakan kemeja putih yang sedikit basah di bagian bahu, mungkin terkena percikan hujan. Tanpa sadar, Vika memperhatikannya."Kau basah kuyup," suara pria itu membuat Vika tersentak.Vika mengerjap, merasa malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan orang asing. "Iya, genangan air sialan ini membuat sepatuku seperti kolam renang mini," jawabnya sambil tersenyum kecil.Pria itu tersenyum tipis. "Ak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status