Home / Fantasi / Zurvive / IX. Truth of trusts (part 2)

Share

IX. Truth of trusts (part 2)

Author: Zero
last update Last Updated: 2021-08-23 22:52:15

11 Juni 2014

18 : 30 Wib

Stadion GBK, Jakarta

POV : fiki

"Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki.

"Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku.

"Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis.

"Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku.

"Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan, mencari perlindungan.... dan... dan", ujar kiki.

"Sudah lah kiki... tetap lah tenang, yang terpenting adalah, bagaimana kita bisa mencari jalan keluar dari masalah ini....", ujar ku.

"Kita bisa mempublikasikan ini pada semua, bahwa kita telah di manfaatkan... itu jalan keluar nya", ujar kiki.

"Bentar... itu dia... kamu benar... kita memang harus mencari jalan, untuk keluar dari sini...", sahut ku.

"Apa..? Kamu mau kabur...?? Gimana dengan mereka ini...??", tanya kiki.

"Aku jelas kan nanti, banyak petugas yang mulai berlalu lalang saat ini... Kita simpan dulu bukti ini, jangan sampai ketahuan siapapun...", ujar ku.

"Baik... kita kembali ke tempat teman-teman ku, agar tidak di curigai...", ujar kiki.

"Ide bagus... akan kita pikir lagi nanti, bagaimana selanjut nya....", ujar ku menyetujui.

Jadi sudah jelas, dari video yang di rekam oleh arul, bahwa semua ini memang sudah di rencanakan. Sempat terfikir, bahwa pulau yang padat penduduk di negara ini, adalah simulasi yang cocok untuk uji coba sebuah senjata biologis. Yang semua data lapangan nya, akan menjadi referensi bagus, untuk semakin memikat para pembeli cairan ini.

Setelah melakukan kegiatan sholat, aku masih merenung. Selain memikirkan bukti yang ada padaku, aku juga memikirkan keadaan teman-teman yang masih di surabaya. Sampai detik ini, aku belum melihat mereka turun dari salah satu helikopter evakuasi. 

"Hei fiki.. Assalamuallaikum..", ujar kiki menyapa.

"Eh... iya... Wa alaikumsalam..", sahut ku.

"Kamu bukan nya doa, malah ngelamun... ada apa sih..?", ujar kiki.

"Hehehe.... ya.. saat posisi seperti ini, pikiran jelas menumpuk... dan bingung harus apa... semua tindakan punya resiko...", ujar ku.

"Lalu, rencana yang kamu maksud tadi itu apa...?", tanya kiki.

"Aku harap, kamu paham dengan apa yang mau aku sampaikan ini, karena hanya ini lah satu-satunya rencana kita... aku sih belum memikirkan rencana B... jadi semoga aja rencana ini berhasil...", ujar ku.

"Oke.. terus gimana..?", ujar kiki.

"Berkas ini kita simpan, sementara untuk serum antivirus ini... aku ingin menguji coba ke tubuh ku sendiri, tercatat di sini bahwa, mutasi apapun tidak akan terjadi, ketika telah di suntikkan serum antivirus, yang berarti, jika aku tergigit oleh zombi, maka bisa di pastikan aku gak akan jadi kayak mereka, cuma hanya terluka bekas gigitan nya saja... kebetulan golongan darah ku O, jadi ingin aku jadikan sampel darah ku ini sebagai sampel yang bisa di produksi secara masal, kita bisa menyembuhkan semua orang, setidak nya sebagai pencegah...", jelas ku.

"Kamu... gila fiki...? Kamu gak bisa ngorbanin diri kamu sendiri gitu aja, apa kamu gak mikir perasaan orang di sekitar mu jika kamu kenapa-kenapa... pikir resiko nya...", tegas kiki.

"Siapa yang peduli... paling cuma ortu ku, dan kayak nya ortu ku, lebih fokus kerjaan nya, ketimbang aku yang adalah anak kandung nya...", ujar ku.

"Aku.... pikirkan perasaan ku...", sahut kiki.

".................", seketika aku menatap mata sipit nya yang indah.

"Maksud mu apa...?", ujar ku.

"Aku.... punya perasaan ke kamu...", ujar kiki.

Aku tak bisa berkata apapun, kata-kata itu seperti membuat ku berdiri di atas awan senja, sungguh indah. Ternyata, dia juga memiliki rasa yang sama. Aku yang selama ini melihat nya dari ujung jalan, melihat dia tertawa dari kejauhan, kini ada langkah untuk mendekati nya, semakin dekat.

"Lucu ya....", ujar ku.

"Apa nya yang lucu....", sahut kiki.

"Benar,.. semua akan indah pada waktu nya... kita yang selalu di jodohkan di kelas... aku yang selalu mengagumi mu dalam diam.... sekarang semua terungkap di saat seperti ini....", ujar ku.

"Sampai saat ini..... aku hanya selalu menunggu, tapi kamu gak pernah, sekalipun, untuk mengatakan nya,.. kamu selalu menghindar seolah perasaan mu sedang bercanda.... aku kira kamu akan cemburu, melihat ku berkumpul selalu bersama teman laki-laki lain... aku gak bahagia dengan mereka... tak hanya hati mu yang sakit, perasaan ku pun juga tertekan... untuk membujuk rasa mu terhadap ku", ujar kiki.

"Aku cuma... takut.... karena penolakan menurut ku cukup mengecewakan....", sahut ku.

"Ketakutan mu, menjadikan mu pengecut.... kalau begitu, sekarang, katakan di depan ku... aku ingin mendengar nya...", ujar kiki.

".................", aku bingung harus berkata apa.

"katakan sekarang, secara jantan... apa yang mau kamu ungkapkan...!! Kamu laki-laki, bagaimana kamu bisa jadi imam kalau-", ucapan kiki terhenti oleh ku.

"Ya.. Kiki..... mungkin bukan saat nya mengucapkan ini, di saat kondisi seperti ini.... tapi bagaimanapun, aku harus memberitahu mu, apa yang terpendam selama ini..... ya.. aku menyukai mu,.. di setiap sifat dan langkah mu, di setiap ceria dan canda mu, di setiap penampilan anggun sehari-hari mu, di setiap kata semangat mu saat kita satu kumpulan... aku.. bahwa aku... ingin melamar mu,...", aku mengatakan dengan cukup lantang sehingga beberapa orang ada yang menoleh pada kami.

".........", mata kiki berbinar, bibir nya pun seolah tak percaya.

"Kamu... sungguh-sungguh..? Kamu kali ini gak bercanda kan...? Kamu gak menunggu di ujung jalan seperti biasa kan..? Kamu.....", ujar kiki terbata-bata.

"Aku coba mendekat kiki, gak mau berada di ujung jalan hanya untuk memandang mu lagi....", ujar ku.

"Bismillah... apapun yang kamu lakukan, aku selalu di pihak mu... itu kan yang sering aku katakan... ya.... aku mau....", jawab kiki.

Kau tau langit senja...? Kau bisa melukis nya..? Tak semudah itu. Tidak ada kanvas dan cat yang bisa menandingi goresan langit senja. Dan aku, berada di sana, saat ini memandang nya. Langit senja itu, yang sedang memakai jilbab warna putih saat ini, yang memakai kacamata tipis, dan berbaju biru motif bunga. Bernama, kiki.

"Fiki... ku mohon, jangan menjadi seperti orang-orang yang kusayang, yang saat ini meninggalkan ku... kamu jangan seperti mereka... kumohon, apa ada cara lain untuk serum itu...?", ujar kiki.

"Setahu ku... di perkumpulan ku dengan teman-teman, ada 3 orang dengan golongan darah O.... aku, angga, dan andre....  untuk angga, ada kemungkinan dia tidak selamat waktu itu di jembatan... tapi untuk andre, keberadaan nya aku gak tau...", ujar ku.

"Lalu gimana..??", tanya kiki.

"Nah aku berencana kembali ke surabaya, mau gak mau aku yang harus jadi orang tersebut... di surabaya, aku ada laboratorium punya teman, yang biasa aku pakai untuk percobaan... mungkin ada sesuatu juga yang bisa kita cari kembali di sana...", ujar ku.

"..........", kiki terlihat mulai menangis.

"Hei.... aku gak bakal kenapa-kenapa ki... aku janji akan nikahi kamu... inilah jalan satu-satu nya, agar semua selesai....", ujar ku.

"Kamu janji..... ingat itu...", sahut kiki.

Entah, apa bisa ku tepati. Yang terpenting, aku dan kiki harus segera keluar dari sini terlebih dahulu.

Menurut berkas tersebut, ada informasi tentang sebuah projek "evolusi". Serum B-syndrome, yang merupakan serum untuk mutasi, akan di injeksi kan kepada subjek, reaksi mutasi tergantung pada fisik subjek. Ada 3 tahap yang berlangsung, pada projek evolusi. Yaitu injeksi, adaptasi, dan evolusi. Setelah injeksi, subjek akan di isolasi selama 48jam, dan memasuki tahap adaptasi. Subjek akan langsung mati, jika gagal melewati tahap adaptasi. Jika berhasil, akan tetap hidup, dan berlanjut ke tahap evolusi.

Pada tahap evolusi, subjek yang telah lulus, akan di suntik B-syndrome dengan dosis 2x lipat. Subjek yang bisa menerima, akan menjadikan nya superhuman. Dengan bertambah nya kepintaran, kecepatan, kelincahan, dan sistem regenerasi 10x lipat dari manusia normal. 

Namun, jika tidak bisa menerima, fisik akan bermutasi, menjadikan nya monster dengan bermacam bentuk sesuai fisik masing-masing. Hasil evolusi yang gagal ini lah yang akan menjadi, senjata biologis. Tercatat di sini, ada 2 projek yang berhasil melewati tahap evolusi secara sempurna. Yaitu projek twins, dan projek K. Info tentang hal itu tidak tercantum di berkas yang ku ambil.

Biar ku luruskan semua hal ini. Para pengungsi akan di suntik serum "antivirus", yang berisikan B-syndrome, atau serum mutasi. Lalu di terbangkan ke pulau seribu, terisolasi dari dunia luar. Yang inti nya, semua pengungsi akan di jadikan kelinci percobaan, untuk di jadikan senjata biologis. Iblis pun, tidak sejahat ini. Entah bagaimana aku akan melawan mereka.

Related chapters

  • Zurvive   X. Truth of Trusts (part 3)

    11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"

    Last Updated : 2021-08-26
  • Zurvive   XI. Fall a part (part 1)

    11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!

    Last Updated : 2021-10-01
  • Zurvive   XII. Fall a part (part 2)

    12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang

    Last Updated : 2021-11-11
  • Zurvive   I. Outbreak

    10 juni 201406 : 30 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga KRIINNGGG...!!!!!!! KRRIIIIIINNGGGGG.....!!!!!!!!!Bunyi alarm hp ku, memecah keheningan dan lelapnya tidurku. 'masih malam', pikirku saat aku masih mengantuk, setelah begadang cuman untuk menyelesaikan misi sebuah game online. Dan, aku Angga, 21 tahun, aku tinggal di Sidoarjo, jawa timur. Gak ada yang spesial, cuma seorang yang suka masak dan gamer biasa. Mungkin bisa jadi, aku cuman sesosok 'NPC' aja di bumi ini."Mas, bangun!! Cepet mandi, sarapan!!", teriak adik angkat ku, yang langsung membuka kelopak mataku yang masih merekat."Iya iya, aku udah bangun.. Bentar", jawab ku. "Udah setengah 7 ini.. Ntar telat lho..", ujar adik angkat ku. Dia namanya Ayu, 19 tahun, Salah satu dari 5 saudara angkat ku. Meninggal nya ibu ku setahun yang lalu, membuat ayah ku menikah lagi dengan seorang janda, dan telah berjalan hingga sekarang. Di rumah, kami tinggal berlima. Ibu angkat ku, bu Yuli, membawa 2 anak nya ke rumah ku, yaitu Ayu

    Last Updated : 2021-05-14
  • Zurvive   II. Escape

    11 juni 201401 : 20 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga Sudah lewat dini hari, kami semua masih bertahan di dalam rumah. Semua mata terlihat kosong, seperti tidak memiliki harapan. Ada yang cemas dan berdoa tak henti-henti, ada juga yang menelfon semua nomor di kontak hp, mencoba meminta bantuan, namun tak satupun membalas. Dari luar terdengar banyak sekali suara geraman dari 'mereka' yang lapar. Mungkin tak ada lagi manusia hidup yang tersisa di luar sana. Kesempatan untuk hidup memang kecil, bila di hadapkan dengan kejadian ini. Ya, sama seperti film yang sering ku lihat. Jadi seperti ini lah rasanya, seperti ini lah kekacauan nya. Semua menggunakan segala cara untuk tetap hidup, meski harus mengorbankan teman atau keluarga, menjadikan mereka umpan atau santapan zombi. Dan ini benar-benar tidak lucu, tidak seru seperti di film. Darah berceceran, organ tubuh dan isi perut bagaikan hidangan lezat mereka. Penyebaran yang sangat cepat, membuat jumlah mereka bertambah banyak.Ibu Yul

    Last Updated : 2021-05-17
  • Zurvive   III. Separated

    11 juni 201403 : 15 wibTengah kota Sidoarjo, Jawa Timur POV : Angga Setelah 20 menit kami melewati jalanan yang kondisi nya bagaikan tempat jagal manusia, kami berdua pun akhirnya sampai di basecamp, berletak di sebuah perumahan yang cukup luas, di pinggiran Sidoarjo kota. Cukup sepi ternyata, hanya beberapa zombi terlihat berkeliaran di sekitar. Jelas saja, memang perumahan selalu identik dengan suasana sepi, karena kurang nya sosialisasi, terlebih lagi, rata-rata dihuni oleh pendatang luar kota yang merantau.Kami berhenti di depan halaman basecamp, berpagar besi dengan cat oranye, terlihat kokoh sehingga zombi tak bisa menembus. Kami melihat dari luar, rumah itu terlihat sepi, apa mungkin teman-teman berada di dalam? Dengan mengendap-endap, kami mencoba memanggil teman-teman kami yang ada di dalam. "Fik, ini Angga ama Arul..!! Cepet keluar..", teriak ku lirih. "Eh... Yang keras dong..", ujar Arul. "Lu mau di keroyok zombi apa gimana..?", Sahut ku. "Ya gak bakal denger lah, s

    Last Updated : 2021-06-12
  • Zurvive   IV. 'It' Did

    11 juni 201404 : 27 wibTerminal Joyoboyo, Surabaya POV : Penulis (Narator) Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Angga yang tenggelam di sungai berantas.Mereka tercengang akan pemandangan di dalam area tempat evakuasi. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini dari sesuatu, namun gagal. "Ini....", Ujar Fiki terlihat shock. "Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak tempat jagal.. banyak potongan mayat di sini..", tambah Mifta. "Oy.. pergi yuk.. serem di sini..", sahut Arul. "Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mi

    Last Updated : 2021-06-12
  • Zurvive   V. Before.....

    9 Juni 201407 : 30 WIBSumenep Kota, MaduraPOV : Ardian"kamu hati-hati di sana... Telfon kalau sudah sampai dan kalau ada apa-apa...", ujar ku."iya sayang... Udah aku berangkat dulu, assalamuallaikum...", ujar Nindi."wa allaikumsalam... semoga kamu bisa jaga diri di sana..", sahut ku."entah kenapa firasat ku gak enak...", gumam ku dalam hati.Nama ku, Ardianto. Seorang yatim piatu, yang sedang merantau, di pulau madura, tepat nya di kabupaten sumenep. Hanya memiliki kehidupan biasa, dan sederhana. Aku di lahirkan di Surabaya, atau bisa di bilang, di buang oleh kedua orang tua ku. Lalu singkat cerita, sebuah panti asuhan mengambilku dan merawat ku saat aku berusia 7 tahun, lepas dari kerasnya hidup jalanan bersama para pengemis dan gelandangan. Hingga aku berusia 17 tahun, dan lulus sekolah. Aku telah banyak mengenal tentang dunia luar dari internet dan ilmu yang aku pelajari lewat buku. Aku suka sekali membaca, apalagi jika berhubungan dengan sebuah ilmu pengetahuan. Karena kebo

    Last Updated : 2021-08-18

Latest chapter

  • Zurvive   XII. Fall a part (part 2)

    12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang

  • Zurvive   XI. Fall a part (part 1)

    11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!

  • Zurvive   X. Truth of Trusts (part 3)

    11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"

  • Zurvive   IX. Truth of trusts (part 2)

    11 Juni 201418 : 30 WibStadion GBK, Jakarta POV : fiki "Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki. "Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku. "Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis. "Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku. "Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan,

  • Zurvive   VIII. Truth of trusts (part 1)

    11 juni 201411:25 WibPerjalanan udara menuju Stadion GBK, JakartaPOV : FikiAku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Na

  • Zurvive   VII. Suspicious Suspect (part 2)

    11 Juni 201408 : 37 wibBalai kota madya, Surabaya POV : Penulis (Narator) KLOONTAANNGGGG...!!! "Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", ujar Hariyanto. "Sial.........", Ujar arul sambil bersembunyi di belakang tumpukan drum. "Tidak ada siapa-siapa pak.. mungkin dia sudah kabur..", ujar wartawan. "Bodoh!!.. bagaimana kalau penguping itu mendengar semua nya.. cepat cari!!", ujar Hariyanto. "Akan saya cari kembali pak, mungkin dia tidak jauh...", sahut wartawan. "Urus semua ini..!! Aku tidak ingin ada masalah..", ujar Hariyanto sambil kembali ke kerumunan orang. "Kayak nya aman deh... Gue harus beritahu yang lain soal ini..", gumam Arul sembari keluar

  • Zurvive   VI. Suspicious Suspect (part 1)

    11 juni 201406 : 38 wibBalai kota madya, Surabaya"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar seorang tentara."Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan."Tapi lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", lanjut sang komandan."Siap pak...!!", sahut tentara tersebut."Kita tidak ingin memakan lebih banyak korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan."Perhatian..!! Untuk mobil yang berhenti di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan jika kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya menggunakan pengeras suara."Mif.. cepetan masukin mobil nya..", ujar Arul."Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta."Jika bukan, kami akan menembak pada hitungan ke tiga..... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.TIIIIIINNNN..!!! TIIIIINNNNN....!! TIIIIIIINNNNNNNNN....!!!!!"Tunggu..!!! Kami manusia.. tolong buka g

  • Zurvive   V. Before.....

    9 Juni 201407 : 30 WIBSumenep Kota, MaduraPOV : Ardian"kamu hati-hati di sana... Telfon kalau sudah sampai dan kalau ada apa-apa...", ujar ku."iya sayang... Udah aku berangkat dulu, assalamuallaikum...", ujar Nindi."wa allaikumsalam... semoga kamu bisa jaga diri di sana..", sahut ku."entah kenapa firasat ku gak enak...", gumam ku dalam hati.Nama ku, Ardianto. Seorang yatim piatu, yang sedang merantau, di pulau madura, tepat nya di kabupaten sumenep. Hanya memiliki kehidupan biasa, dan sederhana. Aku di lahirkan di Surabaya, atau bisa di bilang, di buang oleh kedua orang tua ku. Lalu singkat cerita, sebuah panti asuhan mengambilku dan merawat ku saat aku berusia 7 tahun, lepas dari kerasnya hidup jalanan bersama para pengemis dan gelandangan. Hingga aku berusia 17 tahun, dan lulus sekolah. Aku telah banyak mengenal tentang dunia luar dari internet dan ilmu yang aku pelajari lewat buku. Aku suka sekali membaca, apalagi jika berhubungan dengan sebuah ilmu pengetahuan. Karena kebo

  • Zurvive   IV. 'It' Did

    11 juni 201404 : 27 wibTerminal Joyoboyo, Surabaya POV : Penulis (Narator) Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Angga yang tenggelam di sungai berantas.Mereka tercengang akan pemandangan di dalam area tempat evakuasi. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini dari sesuatu, namun gagal. "Ini....", Ujar Fiki terlihat shock. "Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak tempat jagal.. banyak potongan mayat di sini..", tambah Mifta. "Oy.. pergi yuk.. serem di sini..", sahut Arul. "Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status