11 juni 2014
06 : 38 wibBalai kota madya, Surabaya"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar seorang tentara."Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan."Tapi lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", lanjut sang komandan."Siap pak...!!", sahut tentara tersebut."Kita tidak ingin memakan lebih banyak korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan."Perhatian..!! Untuk mobil yang berhenti di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan jika kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya menggunakan pengeras suara."Mif.. cepetan masukin mobil nya..", ujar Arul."Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta."Jika bukan, kami akan menembak pada hitungan ke tiga..... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.TIIIIIINNNN..!!! TIIIIINNNNN....!! TIIIIIIINNNNNNNNN....!!!!!"Tunggu..!!! Kami manusia.. tolong buka gerbang nya... Kami belum terinfeksi..!!", Teriak Fiki.Fiki, Arul, dan Mifta, telah sampai di tempat evakuasi pusat, di kantor kota madya Surabaya. Mereka sempat di interogasi sejenak saat memasuki gerbang. Namun tak selang lama, mereka pun di ijinkan masuk, dengan mendaftar terlebih dahulu sebagai pengungsi dan pemeriksaan medis. Mobil yang mereka tumpangi juga di sita oleh petugas. Beberapa petugas ada yang memuji mereka, karena bisa selamat dari Sidoarjo. Mengingat di sana lah, lokasi pertama yang di nyatakan musnah oleh para petugas.Di dalam tempat tersebut, banyak orang-orang bersedih, ada pula yang terlihat setengah gila karena kehilangan keluarga nya, dan ada yang berdoa tak henti-henti, ada pula yang berkoar-koar menyalahkan pemerintah, seolah tidak bertanggung jawab dalam hal keamanan. Untuk saat ini, tidak ada yang tau dengan pasti, siapa yang bertanggung jawab untuk apa. Karena semua masih dalam suasana kacau balau.Mereka bertiga mencari tempat untuk duduk, mengistirahatkan tubuh mereka setelah lelah, kabur dari mayat hidup yang mengejar. Istirahat sejenak sebelum nanti nya akan di evakuasi kembali, menuju jakarta."Oy... Lu gak papa Mif..? Melamun terus lu..", ujar Fiki."Ah enggak Fik... Masih shock aja gue...", ujar Mifta."Kalo lu laper.. di sana ada tempat makanan...", ujar Arul."Kejadian gini, gue malah gak mood makan...", sahut Mifta."Gak ada yang makan nih....? Ya udah gue ke sana dulu, cari makan..", ujar Arul sambil pergi ke kios makanan."Kasihan Angga...", ujar Mifta."Yah... Mau gimana lagi... Dia kurang beruntung saat itu...", ujar Fiki."Semoga aja dia bisa selamat, tapi.. melihat arus sungai tadi, kecil kemungkinannya..", ujar Mifta."doa kan saja yang terbaik mif...", ujar"Sama seperti keluarga kita mif.. kita harus nya lebih semangat.. untuk hidup.. mereka sudah berkorban untuk kita..", ujar Fiki."...............", Mifta mulai menangis."ya.... lu bener.....", sambung mifta."Tapi... gue emang masih penasaran tentang kejadian ini.....", ujar Fiki."maksud lu.... ada yang gak beres gitu....?", sahut mifta."ya..... gak masuk akal aja... secara, negara kita termasuk cukup kuat dalam hal keamanan... gak mungkin serangan berskala besar kayak gini, negara gak bisa mendeteksi sebelum nya.... atau setidak nya, ada indikasi penyerangan lah...", jelas fiki."menurut lu..... ada kemungkinan serangan dari dalam negara gitu..? kayak, sabotase gitu..?", ujar mifta."mungkin seperti itu lah..... kayak musuh dalam selimut gitu... kita pun gak tau, saat ini berada dalam selimut siapa.... selimut yang aku maksud adalah, pengawasan...", ujar fiki."emang, dari dulu gue gak begitu percaya ama pemerintahan.... terlalu banyak pengalihan isu nya, cuma buat menutupi bau busuk nya.... ujung-ujung nya, ntar bakal kecium juga..", ujar mifta."bukan pemerintahan nya mif... tapi oknum di dalam pemerintahan itu sendiri, yang saling menghasut, untuk kepentingan pribadi...", ujar fiki.Fiki dan mifta, masih sibuk berdebat tentang kejadian ini, sementara suara tembakan beruntun ke arah luar tempat evakuasi, tak ada henti nya. Semua teriakan para prajurit, jeritan anak kecil ketakutan, dan tangisan orang-orang yang semakin putus harapan, menambah suasana mencekam di tempat itu. Sedari tadi, terlihat para pengungsi di naikkan ke helikopter, untuk menuju ke jakarta, para pengungsi lain termasuk mereka bertiga menunggu giliran untuk di panggil. Pemerintah berinisiatif untuk memindahkan semua korban ke pulau yang aman."Bingung, meski dapat kupon gratis untuk makan, tapi bingung milih yang mana...", Gumam Arul."Eh Li... Lu jangan ambil banyak-banyak, yang lain gak kebagian...", terdengar suara yang tak asing."ini kan fasilitas.... ya harus di gunakan sebaik mungkin dong...", sahut seseorang yang juga familiar."Bentar... Kayak nya gue kenal suara nya..", gumam Arul sambil mendekati asal suara tersebut."Eh itu Arul...!! Oyy..!!", Teriak salah satu pengungsi sambil melambaikan tangan.Arul bertemu dengan dua teman yang masih satu komunitas, Ali dan Radit. Mereka berdua pun saling bersapa dan bercerita, bagaimana mereka bisa ada di sini. Mereka yang saat itu sedang terjebak di salah satu mall di Surabaya, akhirnya bisa berhasil keluar, lalu bertemu dan di arahkan oleh para petugas yang tengah mengarsir para korban, untuk naik ke mobil pengangkut, menuju evakuasi pusat di kantor kota madya. Mereka juga bersedih, karena tidak bisa kembali ke Sidoarjo, karena larangan para petugas. Kesedihan mereka bertambah, saat Arul bercerita tentang Sidoarjo."Yang penting kalian selamat.. bersyukurlah..", ujar Arul."Tapi Rul... Gue juga mau lihat ke sana langsung.. kalau memang keluarga gue tewas, biar gue urus jenazah nya...", Ujar Radit dengan menangis."Mungkin ada saat nya nanti petugas ini pergi ke sana... Proses evakuasi korban atau gimana, gue gak tau...", ujar Arul."yang penting kan kita nyelametin diri dulu... jangan sampai berakhir seperti mereka juga...", tambah arul."Lalu mana Mifta ama Fiki..? Kata nya lu bareng ama mereka...", Tanya Ali."Oh iya.. ayo ikut gue,.. tapi gue ambil makanan dulu ya bentar..", ujar Arul.Ali dan Radit pun, ikut dengan Arul untuk berkumpul dengan Mifta dan Fiki. setelah berkumpul, mereka pun berbicara tentang apa yang sudah mereka lalui masing-masing.Tak selang beberapa lama, ada helikopter turun, yang di iringi dengan berkumpul nya semua wartawan, dan para orang dari pemerintahan, lalu keluar lah beberapa pejabat dan petinggi militer, menteri pertahanan dan ada juga ilmuwan. Mereka berkumpul dan akan menuju tenda besar yang ada di tengah tempat evakuasi, untuk melakukan rapat darurat. Para wartawan tak henti-henti nya menghujani pertanyaan pada para pejabat tersebut. Pandangan Arul tertuju pada salah seorang petinggi militer yang mencurigakan, yang di ketahui bernama pak Hariyanto. Orang tersebut pergi ke sudut lain salah satu tenda kecil, jauh dari kerumunan, sambil membawa salah seorang awak media. Arul pun penasaran, dan ingin tahu tentang apa yang mereka bicarakan. Dia beralasan kepada yang lain untuk pergi ke toilet."Aku peringatkan kamu.. jangan sampai rahasia ini terbongkar, kalau sampai presiden tahu, kau.. dan semua nya akan di seret ke penjara, hukuman mati juga menunggu...", ujar Hariyanto sambil mengancam tubuh si wartawan."Tapi pak.. saya sudah kehabisan kata saat teman media menanyakan ke saya, waktu saya interview dengan bapak...", ujar wartawan tersebut."apa kau bodoh?! buat keterangan palsu, apapun itu aku tidak perduli... Ingat.... Keluarga mu ada di tangan ku, jangan sampai kau melihat mereka sudah tak bernyawa karena kebodohan mu.. apa uang yang kuberikan kurang cukup untuk mu..?!!", tegas Hariyanto.".........lebih dari cukup pak... Saya memang telah memalsukan info pada beberapa orang-orang dari media lain nya... tapi nampak nya mereka masih kurang yakin... kecuali ada beberapa pejabat yang sependapat dengan apa yang saya sampaikan ke teman-teman...", sahut wartawan."aku bisa mengurus hal itu... semua yang bekerja sama dengan ku dari menteri pertahanan dan staff kepresidenan, juga akan memberikan keterangan dan alasan palsu, bahwa terjadi pencemaran air PDAM,...", ujar Hariyanto."saya juga mendengar sebuah info pak, bahwa presiden menyuruh satuan khusus nya, untuk menyebar ke pulau jawa, menyelidiki kasus ini..", ujar wartawan."anjing-anjing bodoh itu tidak tahu apa-apa... Apalagi, beberapa senjata eksperimen juga telah di lepas, untuk melihat dan melatih data tempur mereka... Jadi, mereka akan menjadi subjek yang cocok... Tinggal menunggu waktu saja...", ujar Hariyanto."Akan saya kabari lagi pak, info perkembangan selanjut nya... Beberapa informan saya juga tersebar di mana-mana...", ujar wartawan."selama semua berjalan sesuai rencana, kau akan menjadi orang yang kaya di indonesia, melebihi artis-artis yang sombong itu.... hahaha..", ujar hariyanto."Untung gue bawa hp.. jadi bisa gue rekam video mereka...", gumam Arul sambil merekam perbincangan mereka berdua.KLOONTAANNGGGG...!!!"Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", perintah Hariyanto."Sial... kok bisa ada kaleng sih......", ujar Arul sambil mencari tempat bersembunyi.11 Juni 201408 : 37 wibBalai kota madya, Surabaya POV : Penulis (Narator) KLOONTAANNGGGG...!!! "Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", ujar Hariyanto. "Sial.........", Ujar arul sambil bersembunyi di belakang tumpukan drum. "Tidak ada siapa-siapa pak.. mungkin dia sudah kabur..", ujar wartawan. "Bodoh!!.. bagaimana kalau penguping itu mendengar semua nya.. cepat cari!!", ujar Hariyanto. "Akan saya cari kembali pak, mungkin dia tidak jauh...", sahut wartawan. "Urus semua ini..!! Aku tidak ingin ada masalah..", ujar Hariyanto sambil kembali ke kerumunan orang. "Kayak nya aman deh... Gue harus beritahu yang lain soal ini..", gumam Arul sembari keluar
11 juni 201411:25 WibPerjalanan udara menuju Stadion GBK, JakartaPOV : FikiAku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Na
11 Juni 201418 : 30 WibStadion GBK, Jakarta POV : fiki "Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki. "Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku. "Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis. "Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku. "Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan,
11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"
11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!
12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang
10 juni 201406 : 30 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga KRIINNGGG...!!!!!!! KRRIIIIIINNGGGGG.....!!!!!!!!!Bunyi alarm hp ku, memecah keheningan dan lelapnya tidurku. 'masih malam', pikirku saat aku masih mengantuk, setelah begadang cuman untuk menyelesaikan misi sebuah game online. Dan, aku Angga, 21 tahun, aku tinggal di Sidoarjo, jawa timur. Gak ada yang spesial, cuma seorang yang suka masak dan gamer biasa. Mungkin bisa jadi, aku cuman sesosok 'NPC' aja di bumi ini."Mas, bangun!! Cepet mandi, sarapan!!", teriak adik angkat ku, yang langsung membuka kelopak mataku yang masih merekat."Iya iya, aku udah bangun.. Bentar", jawab ku. "Udah setengah 7 ini.. Ntar telat lho..", ujar adik angkat ku. Dia namanya Ayu, 19 tahun, Salah satu dari 5 saudara angkat ku. Meninggal nya ibu ku setahun yang lalu, membuat ayah ku menikah lagi dengan seorang janda, dan telah berjalan hingga sekarang. Di rumah, kami tinggal berlima. Ibu angkat ku, bu Yuli, membawa 2 anak nya ke rumah ku, yaitu Ayu
11 juni 201401 : 20 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga Sudah lewat dini hari, kami semua masih bertahan di dalam rumah. Semua mata terlihat kosong, seperti tidak memiliki harapan. Ada yang cemas dan berdoa tak henti-henti, ada juga yang menelfon semua nomor di kontak hp, mencoba meminta bantuan, namun tak satupun membalas. Dari luar terdengar banyak sekali suara geraman dari 'mereka' yang lapar. Mungkin tak ada lagi manusia hidup yang tersisa di luar sana. Kesempatan untuk hidup memang kecil, bila di hadapkan dengan kejadian ini. Ya, sama seperti film yang sering ku lihat. Jadi seperti ini lah rasanya, seperti ini lah kekacauan nya. Semua menggunakan segala cara untuk tetap hidup, meski harus mengorbankan teman atau keluarga, menjadikan mereka umpan atau santapan zombi. Dan ini benar-benar tidak lucu, tidak seru seperti di film. Darah berceceran, organ tubuh dan isi perut bagaikan hidangan lezat mereka. Penyebaran yang sangat cepat, membuat jumlah mereka bertambah banyak.Ibu Yul
12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang
11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!
11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"
11 Juni 201418 : 30 WibStadion GBK, Jakarta POV : fiki "Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki. "Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku. "Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis. "Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku. "Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan,
11 juni 201411:25 WibPerjalanan udara menuju Stadion GBK, JakartaPOV : FikiAku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Na
11 Juni 201408 : 37 wibBalai kota madya, Surabaya POV : Penulis (Narator) KLOONTAANNGGGG...!!! "Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", ujar Hariyanto. "Sial.........", Ujar arul sambil bersembunyi di belakang tumpukan drum. "Tidak ada siapa-siapa pak.. mungkin dia sudah kabur..", ujar wartawan. "Bodoh!!.. bagaimana kalau penguping itu mendengar semua nya.. cepat cari!!", ujar Hariyanto. "Akan saya cari kembali pak, mungkin dia tidak jauh...", sahut wartawan. "Urus semua ini..!! Aku tidak ingin ada masalah..", ujar Hariyanto sambil kembali ke kerumunan orang. "Kayak nya aman deh... Gue harus beritahu yang lain soal ini..", gumam Arul sembari keluar
11 juni 201406 : 38 wibBalai kota madya, Surabaya"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar seorang tentara."Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan."Tapi lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", lanjut sang komandan."Siap pak...!!", sahut tentara tersebut."Kita tidak ingin memakan lebih banyak korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan."Perhatian..!! Untuk mobil yang berhenti di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan jika kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya menggunakan pengeras suara."Mif.. cepetan masukin mobil nya..", ujar Arul."Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta."Jika bukan, kami akan menembak pada hitungan ke tiga..... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.TIIIIIINNNN..!!! TIIIIINNNNN....!! TIIIIIIINNNNNNNNN....!!!!!"Tunggu..!!! Kami manusia.. tolong buka g
9 Juni 201407 : 30 WIBSumenep Kota, MaduraPOV : Ardian"kamu hati-hati di sana... Telfon kalau sudah sampai dan kalau ada apa-apa...", ujar ku."iya sayang... Udah aku berangkat dulu, assalamuallaikum...", ujar Nindi."wa allaikumsalam... semoga kamu bisa jaga diri di sana..", sahut ku."entah kenapa firasat ku gak enak...", gumam ku dalam hati.Nama ku, Ardianto. Seorang yatim piatu, yang sedang merantau, di pulau madura, tepat nya di kabupaten sumenep. Hanya memiliki kehidupan biasa, dan sederhana. Aku di lahirkan di Surabaya, atau bisa di bilang, di buang oleh kedua orang tua ku. Lalu singkat cerita, sebuah panti asuhan mengambilku dan merawat ku saat aku berusia 7 tahun, lepas dari kerasnya hidup jalanan bersama para pengemis dan gelandangan. Hingga aku berusia 17 tahun, dan lulus sekolah. Aku telah banyak mengenal tentang dunia luar dari internet dan ilmu yang aku pelajari lewat buku. Aku suka sekali membaca, apalagi jika berhubungan dengan sebuah ilmu pengetahuan. Karena kebo
11 juni 201404 : 27 wibTerminal Joyoboyo, Surabaya POV : Penulis (Narator) Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Angga yang tenggelam di sungai berantas.Mereka tercengang akan pemandangan di dalam area tempat evakuasi. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini dari sesuatu, namun gagal. "Ini....", Ujar Fiki terlihat shock. "Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak tempat jagal.. banyak potongan mayat di sini..", tambah Mifta. "Oy.. pergi yuk.. serem di sini..", sahut Arul. "Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mi