11 juni 2014
11:25 WibPerjalanan udara menuju Stadion GBK, JakartaPOV : Fiki
Aku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.
Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...
Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Namun aku yakin, masih ada pihak yang baik di dalam sana.
Petugas saat aku berada di surabaya itu bilang, ada seseorang yang ingin bertemu dengan ku di jakarta, entah siapa. Aku masih terpikir orang tua ku yang berada di luar pulau, dan mereka belum memberi kabar satupun, semoga mereka baik-baik saja. Atau mungkin...
Setelah beberapa jam mengudara, akhirnya kami pun mendarat di lokasi. Tempat nya berada di gelora bung karno Jakarta, dimana banyak sekali tenda-tenda putih bersimbolkan ‘biohazard’. Cukup strategis untuk menjadi tempat penelitian, di kelilingi dinding tebal stadion, dan ribuan tentara, tak mungkin makhluk-makhluk tersebut menerobos masuk. Aku dan beberapa orang yang turun dari helikopter, di arah kan menuju sebuah tenda besar, yang di dalam nya terdapat orang-orang berpangkat, militer, dan para ilmuwan besar, mereka masih membahas virus yang berasal dari para zombi tersebut. Aku di suruh untuk menunggu di ruang tunggu tenda utama ini, dan aku masih mengenali sekitar ku, siapa tahu ada yang ku kenal.
Dan tak beberapa lama, ada dua orang yang sangat ku kenal, mereka adalah kedua orang tua ku, menghampiri ku dari ujung lorong, ayah dan ibu ku menangis sesenggukan sambil memeluk ku. Syukur lah.
"Syukurlah fiki.. kami berdua khawatir sama kamu dan adek...", Ujar ibu ku.
"Maaf ma, adek sudah, meninggal.....", Ujar ku.
"Ya Allah...", Tangis ibu ku kembali.
"Innalillahi... Ya Allah, semoga mereka tenang,.. yang terpenting kamu masih selamat nak..", ujar ayah ku.
"Kok ayah sama ibu bisa ada di sini..?", Tanya ku.
"Kami kapan hari kan ke kalimantan.. terus kemarin kami di kabar kan ada penyakit aneh yang menyebar di pulau jawa, akhir nya kami di suruh pergi ke jakarta ini..", ujar ayah ku.
"Awal nya kami minta buat pulang ke rumah dulu, mereka gak ngasih ijin fik.. ya akhir nya ibu minta tolong ke petugas, pas tenda pengungsian di surabaya mulai di buat, untuk nyari nama kamu, siapa tahu ada di tempat pengungsian..", ujar ibu ku.
"Ya alhamdulillah ma, aku ama temen-temen bisa selamat sampai surabaya, kalo gak ada mereka, mungkin aku sembunyi terus di rumah...", ujar ku.
"Kamu memang beruntung punya teman-teman kayak gitu nak...", Ujar ayah ku.
Kami pun cukup lama berbincang-bincang mengenai keadaan sidoarjo, rumah, bagaimana aku bisa selamat sampai surabaya, dan banyak hal. Hingga akhir nya, mereka berdua di panggil oleh seorang petugas, untuk mengikuti rapat tertutup.
"Fiki, kamu tunggu sini dulu ya... Ayah sama mama mu mau rapat sebentar...", Ujar ayah ku.
"Bagian makanan ada di sebelah sana kalau kamu mau makan..", ujar ibu menunjukkan lorong menuju kafetaria.
"Iya... Nanti aku ke sana kok..", ujar ku.
Mereka pun bergegas menuju tempat rapat tersebut. 'kenapa tertutup?', itu lah yang masih mengganjal di pikiran ku. Akhir nya aku pun mengendap, mengikuti mereka dari jauh di belakang. Tempat rapat nya pun benar-benar tertutup, cukup jauh dari tenda utama, berada di tenda kecil yang di jaga beberapa tentara. Namun ada jalan celah kecil di belakang tenda tersebut. Dengan berjalan memutar, menghindari para penjaga, aku mengendap-endap di belakang tenda itu. Ada jendela yang terbuka sedikit, yang cukup untuk mengintip apa saja yang mereka diskusi kan.
"Mereka kayak nya lagi presentasi.. suara nya kurang begitu terdengar.. mungkin kalau aku lebih ke-...", Gumam ku.
"Fiki..? Sedang apa kamu di sini..?", Ujar seorang gadis menepuk pundak ku.
"Ehh... lho.. kiki? Kok kamu bisa ada di sini..? Eh, awas, jangan sampe terlihat penjaga..", bisik ku.
"Iya, aku di ajak temen-temen kemarin lusa untuk terbang ke jakarta, kata nya ada tugas medis, dan butuh banyak tenaga...", Ujar kiki.
"Oh.. jadi... Kamu belum tahu tentang kejadian di surabaya..?", Tanya ku.
"Iya... Aku.. sudah tahu..... Jangan di ceritakan fiki... Aku sudah cukup berduka mendengar nya.. dan aku ikhlas dengan apa yang terjadi sama mama dan papa ku di sana..", ujar kiki murung.
"Maaf.... Kita semua juga sama-sama kehilangan... Dua adik ku meninggal juga.. yang terpenting, kita berdoa untuk mereka saja kiki, semoga mereka tenang..", ujar ku.
"Iya.. tapi omong-omong, kenapa kamu ada di sini..?", Tanya kiki.
"Sini... Kamu lihat di dalam sana? Mereka sedang mempresentasikan sesuatu,.. dari tadi aku lihat, para ilmuwan itu memamerkan botol-botol berisi cairan.. seperti serum.. dan juga ada beberapa gambar di layar proyektor, seperti hasil percobaan eksperimen pada manusia...", Ujar ku.
"Maaf fiki, aku gak paham maksud kamu..", sahut kiki.
"Kemarin... Aku berhasil lolos, bersama teman-teman ku, dari sidoarjo menuju evakuasi pusat surabaya.. saat kami di situ, salah satu teman ku, sedang mengikuti beberapa orang yang cukup mencurigakan..", ujar ku.
"Terus..?", Sahut kiki.
"Lalu... Eh menunduk, ada yang lewat..", ujar ku sambil menundukkan kepala kiki.
"Hmm... Sudah lewat?", Sahut kiki.
"Maaf ki... Iya sudah..", Ujar ku.
"Udah gak papa, lanjutkan cerita mu..", ujar kiki.
"Ya setelah teman ku yang nama nya Arul itu, mengikuti orang tersebut, dia merekam semua perbincangan orang itu, dan... Inti pembicaraan mereka adalah, semua kejadian ini, telah di rencanakan...", Ujar ku.
"Maksud kamu, ini bukan insiden kecelakaan gitu? Kata pemerintah, ada gas alam yang bocor, hingga air PDAM tercampur...", Ujar kiki.
"Berfikir lah logis kiki... Kamu yakin semua ini penyebab nya dari gas alam? Trus gimana yang lumpur di sidoarjo itu? Itu isi nya gas alam semua lho, udah lama juga, kenapa baru sekarang kita terinfeksi nya, kenapa gak dari dulu sidoarjo udah jadi zombi semua...", Ujar ku.
"Ya aku belum tau pasti... Terus, penyebab nya apa?", Ujar kiki.
"Nanti kujelaskan lagi, lihat, mereka sedang pergi ke ruangan lain... Bagaimana kalau kita masuk lewat jendela ini, melihat ke dalam, ambil sesuatu yang sekira nya, bisa di jadikan bukti...", Ujar ku.
"Entah lah fiki... aku gak yakin.... gimana kalau kita nanti ketahuan...", ujar kiki.
"Percaya sama aku... aku akan gerak cepat, menemukan sesuatu di sana...", sahut ku.
"Aku gak tau apa yang mau kamu lakukan, tapi aku selalu ada di pihak mu.., baik aku jaga di luar, kamu coba masuk...", Ujar kiki.
"Makasih....", ujar ku.
Vriandes Rizki Buana, pertama kali ku dengar nama dan wajah itu saat pertama masuk di kampus, dan dia satu kelas dengan ku. Melihat nya terasa begitu sejuk di hati. Ya, aku jatuh hati pada nya. Kami cukup kompak saat menjadi satu kelompok tugas kuliah, tapi aku belum cukup berani buat menyatakan isi hati.
Sekarang, dia kembali bersama ku, membantu ku mencari sebuah bukti kejahatan, dari orang-orang jahat ini. Aku masuk melalui jendela tenda, sementara kiki menjaga di luar. Banyak sekali bukti di dalam sini, tapi aku hanya butuh beberapa yang cukup kuat. Ku harap, kami menemukan sesuatu di sini.
Tak berselang lama, terdengar suara orang-orang tersebut, dan mereka menuju kembali ke ruangan rapat. Tanpa ragu, ku ambil dua botol serum yang berbeda warna, dan beberapa kertas di meja presentasi di dekat nya, lalu mengendap keluar tenda bersama kiki. Kami pun kembali ke tenda-tenda pengungsian, dan kembali berbaur dengan orang-orang.
Setelah beberapa menit berlalu, kami mencari tempat aman, di belakang sebuah tenda yang jauh dari kerumunan, untuk melihat apa yang sudah ku ambil tadi.
"Jadi, apa yang kita dapat tadi fiki..?", Tanya kiki.
"Entah lah, ini kertas yang kuambil berisi tentang.... Hasil percobaan.... Mutasi? Virus syndrome?", Heran ku saat melihat isi kertas yang ku genggam.
"Hah? Lalu dua botol itu..?", Sahut kiki.
"Ini semacam... yang satu bertuliskan, W-Syndrome antivirus... dan satu lagi B-Syndrome mutasi... tunggu... Jadi, semua ini.. ada obat nya?!", Ujar ku heran.
"Lalu... yang syndrome...?? Tunggu,.. cairan hitam ini... ", tanya kiki.
"Kenapa kiki...?", ujar ku.
"Selama berada di sini, aku bergabung bersama tim medis untuk bagian injeksi, yang bertugas memberi vaksin yang kata nya adalah vaksin kekebalan tubuh... aku tau pasti dan masih ingat, meski botol vaksin yang di suntikkan kepada para pengungsi itu tertutup label, tapi aku masih bisa melihat dengan jelas, bahwa cairan yang di suntikkan, warna nya sama dengan B-Syndrome ini, yaitu hitam....", jelas kiki.
"Maksud mu.... cairan ini sudah di suntikkan ke semua orang di sini...??", tanya ku.
"Ya pada para pengungsi, sebelum mereka di pindah ke pulau seribu untuk isolasi... setelah para pengungsi di suntik, giliran para staff dan semua petugas, termasuk presiden, akan di vaksin juga...", jelas kiki.
"Ada tulisan tentang B-Syndrome di kertas ini.... bahwa untuk meningkatkan..... mutasi...", ujar ku.
"Mu....tasi??", sahut kiki.
11 Juni 201418 : 30 WibStadion GBK, Jakarta POV : fiki "Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki. "Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku. "Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis. "Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku. "Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan,
11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"
11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!
12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang
10 juni 201406 : 30 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga KRIINNGGG...!!!!!!! KRRIIIIIINNGGGGG.....!!!!!!!!!Bunyi alarm hp ku, memecah keheningan dan lelapnya tidurku. 'masih malam', pikirku saat aku masih mengantuk, setelah begadang cuman untuk menyelesaikan misi sebuah game online. Dan, aku Angga, 21 tahun, aku tinggal di Sidoarjo, jawa timur. Gak ada yang spesial, cuma seorang yang suka masak dan gamer biasa. Mungkin bisa jadi, aku cuman sesosok 'NPC' aja di bumi ini."Mas, bangun!! Cepet mandi, sarapan!!", teriak adik angkat ku, yang langsung membuka kelopak mataku yang masih merekat."Iya iya, aku udah bangun.. Bentar", jawab ku. "Udah setengah 7 ini.. Ntar telat lho..", ujar adik angkat ku. Dia namanya Ayu, 19 tahun, Salah satu dari 5 saudara angkat ku. Meninggal nya ibu ku setahun yang lalu, membuat ayah ku menikah lagi dengan seorang janda, dan telah berjalan hingga sekarang. Di rumah, kami tinggal berlima. Ibu angkat ku, bu Yuli, membawa 2 anak nya ke rumah ku, yaitu Ayu
11 juni 201401 : 20 wibSidoarjo, Jawa Timur POV : Angga Sudah lewat dini hari, kami semua masih bertahan di dalam rumah. Semua mata terlihat kosong, seperti tidak memiliki harapan. Ada yang cemas dan berdoa tak henti-henti, ada juga yang menelfon semua nomor di kontak hp, mencoba meminta bantuan, namun tak satupun membalas. Dari luar terdengar banyak sekali suara geraman dari 'mereka' yang lapar. Mungkin tak ada lagi manusia hidup yang tersisa di luar sana. Kesempatan untuk hidup memang kecil, bila di hadapkan dengan kejadian ini. Ya, sama seperti film yang sering ku lihat. Jadi seperti ini lah rasanya, seperti ini lah kekacauan nya. Semua menggunakan segala cara untuk tetap hidup, meski harus mengorbankan teman atau keluarga, menjadikan mereka umpan atau santapan zombi. Dan ini benar-benar tidak lucu, tidak seru seperti di film. Darah berceceran, organ tubuh dan isi perut bagaikan hidangan lezat mereka. Penyebaran yang sangat cepat, membuat jumlah mereka bertambah banyak.Ibu Yul
11 juni 201403 : 15 wibTengah kota Sidoarjo, Jawa Timur POV : Angga Setelah 20 menit kami melewati jalanan yang kondisi nya bagaikan tempat jagal manusia, kami berdua pun akhirnya sampai di basecamp, berletak di sebuah perumahan yang cukup luas, di pinggiran Sidoarjo kota. Cukup sepi ternyata, hanya beberapa zombi terlihat berkeliaran di sekitar. Jelas saja, memang perumahan selalu identik dengan suasana sepi, karena kurang nya sosialisasi, terlebih lagi, rata-rata dihuni oleh pendatang luar kota yang merantau.Kami berhenti di depan halaman basecamp, berpagar besi dengan cat oranye, terlihat kokoh sehingga zombi tak bisa menembus. Kami melihat dari luar, rumah itu terlihat sepi, apa mungkin teman-teman berada di dalam? Dengan mengendap-endap, kami mencoba memanggil teman-teman kami yang ada di dalam. "Fik, ini Angga ama Arul..!! Cepet keluar..", teriak ku lirih. "Eh... Yang keras dong..", ujar Arul. "Lu mau di keroyok zombi apa gimana..?", Sahut ku. "Ya gak bakal denger lah, s
11 juni 201404 : 27 wibTerminal Joyoboyo, Surabaya POV : Penulis (Narator) Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Angga yang tenggelam di sungai berantas.Mereka tercengang akan pemandangan di dalam area tempat evakuasi. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini dari sesuatu, namun gagal. "Ini....", Ujar Fiki terlihat shock. "Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak tempat jagal.. banyak potongan mayat di sini..", tambah Mifta. "Oy.. pergi yuk.. serem di sini..", sahut Arul. "Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mi
12 Juni 201410.18 Wib Pasar Tanah Merah, Bangkalan - Madura POV : Ardianto "Gimana tangan lu...?", ujar ku. "Agak nyeri ama perih di luka nya.. cuman masih bisa buat gerak...", ujar aldo. ".......kenapa gak sekalian lu bunuh gue...? Lu udah tau kan resiko nya...", tambah aldo. "..Lu pikir gampang.. ngebunuh orang, yang udah gue anggep saudara... lu tetap gue selametin, gimana pun cara nya... kita cari cara nya..", sahut ku. "Gue, nyesel soal rendi... gue bingung harus apa, gue bener-bener nyesel...", ujar aldo. "Gak usah nyesel... udah wajar... manusia bakal nekat kalau udah di kondisi terdesak kayak gitu... gue mungkin juga bakal ngelakuin hal yang sama... kita cuman harus belajar mengendalikan emosi...", ujar ku. "Yang
11 Juni 201412.30 WibPerbatasan sampang dan bangkalan, Madura.POV : ArdiantoKami berada di sebuah cafe kosong di kota sampang, sebelum mencapai bangkalan. Melepas lelah sembari mencari makanan sisa di cafe ini. Cukup besar cafe ini, bertuliskan NAWA di depan, terlihat dari bekas keramaian nya, dan juga bercak darah dimana-mana, seperti nya banyak pengunjung yang terinfeksi saat pandemi berlangsung."Gue pernah ke sini... kayak nya...", ujar aldo."Sihh..... sok gaul lu...", sahut rendi."Kasihan mereka yang di sini malam kemarin.... gak punya kesempatan kabur...", ujar ku."Lihat... banyak lubang di dinding, ada perlawanan juga...", ujar aldo."GUBRAAAKKKKK.....!!!
11 Juni 201423 : 40 WibStadion GBK, JakartaPOV : FikiJam hampir menunjukkan jam 12 malam, aku dan kiki berencana kabur di tengah malam, saat penjagaan mulai berkurang. Setelah kabur dari sini, kami akan segera menuju ke surabaya, ke laboratorium milik teman ku. Setelah aku melakukan uji coba antivirus, akan ku jadikan sampel darah ku sebagai salah satu bukti kuat. Mungkin bisa ku publikasikan lewat internet, tentang apa yang terjadi di sini.Kami berdua telah berada di sisi timur stadion, di salah satu pintu keluar yang di jaga hanya 2 polisi. Sudah sekitar 30 menit kami berada di sini, mengamati 2 polisi tersebut. Ketika mereka terlihat mengantuk, aku alihkan perhatian mereka, dengan langsung melempar sesuatu ke arah tumpukan tong yang ada di dekat mereka."KELONTANGG.....!!!!"
11 Juni 201418 : 30 WibStadion GBK, Jakarta POV : fiki "Mu...tasi?? Jadi, semua yang telah kusuntikkan ke para pengungsi....???", ujar kiki. "Ya.... itu serum untuk membuat sebuah monster,.. siapapun dia, di sini, telah merencanakan sesuatu yang sangat buruk... dia ingin merubah semua orang ini, menjadi senjata biologis....", sahut ku. "Ya allah.... gak mungkin...", ujar kiki mulai menangis. "Saat aku dan teman-teman di surabaya kemarin... kami sempat di serang semacam, monster... aku mengira kalau makhluk itu adalah hasil eksperimen, dan di gunakan untuk menjadi senjata biologis... mungkin, cairan syndrome ini, adalah senjata biologis itu, dan dapat merubah seseorang berbentuk seperti monster....", jelas ku. "Jahat sekali mereka... lihat orang-orang ini... bahkan ada anak kecil... mereka semua pupus harapan,
11 juni 201411:25 WibPerjalanan udara menuju Stadion GBK, JakartaPOV : FikiAku Fiki, di sini lah aku, berada di dalam helikopter yang tengah mengudara menuju kota jakarta. Ini kali kedua nya aku ke jakarta untuk keperluan medis. Sebelum nya, aku telah di percaya oleh para dosen ku, untuk menjadi bagian sebuah penelitian vaksin waktu itu, dan sekarang mereka memanggil ku lagi, terutama juga, untuk kejadian saat ini.Tak lebih dari 24 jam, hampir seluruh kota-kota besar di pulau jawa hancur, aku melihat dari dalam helikopter, semua begitu kacau di bawah sana. Siapa sangka, bahwa air yang di konsumsi beberapa pelanggan PDAM, telah di campur oleh senjata virus. Aku bersyukur tidak terkena dampak nya, tapi, adik-adik ku...Dari rekaman Arul itu, cukup jelas bahwa militer sampai senekat itu untuk mendapat keuntungan sendiri. Bahkan mengorbankan masyarakat yang tidak bersalah. Na
11 Juni 201408 : 37 wibBalai kota madya, Surabaya POV : Penulis (Narator) KLOONTAANNGGGG...!!! "Suara apa itu..? Ada yang menguping kita..!! Cari dia..!!", ujar Hariyanto. "Sial.........", Ujar arul sambil bersembunyi di belakang tumpukan drum. "Tidak ada siapa-siapa pak.. mungkin dia sudah kabur..", ujar wartawan. "Bodoh!!.. bagaimana kalau penguping itu mendengar semua nya.. cepat cari!!", ujar Hariyanto. "Akan saya cari kembali pak, mungkin dia tidak jauh...", sahut wartawan. "Urus semua ini..!! Aku tidak ingin ada masalah..", ujar Hariyanto sambil kembali ke kerumunan orang. "Kayak nya aman deh... Gue harus beritahu yang lain soal ini..", gumam Arul sembari keluar
11 juni 201406 : 38 wibBalai kota madya, Surabaya"Pak, laporan... Ada mobil jeep milik koloni kita mendekat..", ujar seorang tentara."Kalau begitu periksa, jika bukan manusia, langsung lenyapkan..", perintah sang komandan."Tapi lihat terlebih dahulu, siapkan perlindungan jika benar manusia..", lanjut sang komandan."Siap pak...!!", sahut tentara tersebut."Kita tidak ingin memakan lebih banyak korban di insiden ini... gara-gara teroris terkutuk itu...", gumam sang komandan."Perhatian..!! Untuk mobil yang berhenti di sana, cepat masuk ke dalam..!! Tunjukkan jika kalian masih manusia..!!", ujar seorang tentara di dekat pagar kantor kota madya menggunakan pengeras suara."Mif.. cepetan masukin mobil nya..", ujar Arul."Emang mereka mau apa..? Kita kan bener manusia..", ujar Mifta."Jika bukan, kami akan menembak pada hitungan ke tiga..... Satu,.. dua,...", lanjut tentara tersebut.TIIIIIINNNN..!!! TIIIIINNNNN....!! TIIIIIIINNNNNNNNN....!!!!!"Tunggu..!!! Kami manusia.. tolong buka g
9 Juni 201407 : 30 WIBSumenep Kota, MaduraPOV : Ardian"kamu hati-hati di sana... Telfon kalau sudah sampai dan kalau ada apa-apa...", ujar ku."iya sayang... Udah aku berangkat dulu, assalamuallaikum...", ujar Nindi."wa allaikumsalam... semoga kamu bisa jaga diri di sana..", sahut ku."entah kenapa firasat ku gak enak...", gumam ku dalam hati.Nama ku, Ardianto. Seorang yatim piatu, yang sedang merantau, di pulau madura, tepat nya di kabupaten sumenep. Hanya memiliki kehidupan biasa, dan sederhana. Aku di lahirkan di Surabaya, atau bisa di bilang, di buang oleh kedua orang tua ku. Lalu singkat cerita, sebuah panti asuhan mengambilku dan merawat ku saat aku berusia 7 tahun, lepas dari kerasnya hidup jalanan bersama para pengemis dan gelandangan. Hingga aku berusia 17 tahun, dan lulus sekolah. Aku telah banyak mengenal tentang dunia luar dari internet dan ilmu yang aku pelajari lewat buku. Aku suka sekali membaca, apalagi jika berhubungan dengan sebuah ilmu pengetahuan. Karena kebo
11 juni 201404 : 27 wibTerminal Joyoboyo, Surabaya POV : Penulis (Narator) Fiki, Arul, dan Mifta melanjutkan perjalanan, dan masuk ke dalam terminal Joyoboyo, untuk mencari bantuan agar bisa menolong teman mereka Angga yang tenggelam di sungai berantas.Mereka tercengang akan pemandangan di dalam area tempat evakuasi. Semua telah di hancurkan, potongan tubuh dan organ dalam manusia berserakan, darah pun berceceran, dan juga banyak sekali bekas cakaran yang cukup besar. Mereka sempat menduga ada sesuatu lain yang menghancurkan tempat tersebut. Terlihat juga banyak sekali bekas tembakan di mana-mana, mungkin para penjaga di sini, berusaha untuk mempertahankan tempat ini dari sesuatu, namun gagal. "Ini....", Ujar Fiki terlihat shock. "Terlihat penjagaan nya cukup banyak, tapi... Hancur, berubah jadi kayak tempat jagal.. banyak potongan mayat di sini..", tambah Mifta. "Oy.. pergi yuk.. serem di sini..", sahut Arul. "Pergi kemana, kita baru nyampe.. gimana sih lu, cemen..", sahut Mi