Beranda / Romansa / Yes, I Do / Bab 25. Bukan Keenan

Share

Bab 25. Bukan Keenan

Penulis: Adelia17
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-14 09:14:06

“Tidak apa-apa. Ternyata di area sini cukup banyak orang yang suka lari pagi,” jawab Keenan, yang kemudian mulai berlari, menyusul Cheryl yang sudah cukup jauh berada di depan kami.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling sejenak, lalu ikut berlari, berusaha menyejajarkan langkahku dengan Keenan.

“Apa kamu juga suka lari pagi?” tanyaku.

“Tidak. Aku lebih suka menggunakan fasilitas yang ada di apartment untuk olahraga,” jawab Keenan.

Aku mengangguk dan kembali fokus untuk berlari, karena bicara sambil berlari akan membuatku lebih cepat lelah.

Setelah berlari sekitar tiga puluh menit lamanya, kami berhenti di sebuah kursi kosong yang ada di depan salah satu mall, yang biasa menjadi tempat pengunjung mall menunggu taxi.

“Kamu larinya cepat sekali, Ryl,” ujarku sambil mengatur napas.

“Aku hanya mulai terlebih dahulu, bukan lebih cepat,” jawab Cheryl.

Aku duduk sambil meluruskan kaki, diikuti oleh Keenan yang duduk di sampingku.

“Hari ini lebih banyak orang yang lari pagi, dibandingkan min
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Yes, I Do   Bab 26. Merasa Malu

    “Halo, Keenan. Apa tawaran untuk menikmati hidangan laut di Alexander Apartment masih berlaku?” tanyaku melalui telepon.“Baik, sebelum jam dua belas kami akan tiba di Alexander Apartment,” ujarku.Kemudian aku memutuskan sambungan telepon sambil memegangi dada yang sedari tadi belum bisa berdebar normal, sampai membuatku sedikit gemetaran.“Minum dulu, Li.” Cheryl memberikan satu gelas berisi air putih.Aku menerima gelas tersebut, lalu minum air sampai habis, dan meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja.“Li, jangan takut! Kita akan baik-baik saja,” ujar Cheryl, menenangkanku.“Maaf, aku hanya ingin jalan-jalan,” jawabku mencari alasan.Tadi begitu melihat ada kotak paket misterius, yang ada di pikiranku adalah ingin segera pergi dari unit apartment kami ini. Dan yang aku ingat hanya tawaran Keenan untuk mencicipi hidangan laut. Itu sebabnya, aku segera menghubungi Keenan.Padahal kalau dipikir-pikir lagi, tempat paling aman sebenarnya di unit apartment kami ini sendiri.“Kam

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Yes, I Do   Bab 27. Permintaan Maaf

    Raut wajah Keenan yang sangat terkejut terlihat sangat kentara, saat mendengar perkataan Cheryl.“Aku minta maaf,” ucap Cheryl.“Kalian yakin?” tanya Keenan, sambil melihat ke arahku dan Cheryl bergantian.“Tidak seratus persen, tapi kami rasa pengirim misterius itu bukan kamu,” jawabku.“Bagaimana bisa?” Bukannya menanggapi permintaan maaf Cheryl, Keenan malah lebih penasaran dengan cerita kami.Apa dia tidak merasa lega, kami tidak mencurigainya lagi?“Apa kamu memaafkan kami?” tanyaku.“Sebenarnya tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku mengerti kecurigaan kalian. Satu tahun yang lalu, aku memergoki kekasihku selingkuh dan aku tidak tahu bagaimana cara meluapkan kesedihan. Ide datang begitu saja, mengantarkanku pada sebuah pemakaman yang mempertemukanku dengan kalian. Di sana aku menangis sepuasnya, dan akhirnya aku kembali merasakan lapar.” Keenan bercerita begitu saja sambil tersenyum malu.“Dari pemakaman, aku bertemu kalian lagi di salah satu tempat makan siap saji. Lalu, beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Yes, I Do   Bab 28. Es Krim Potong

    Aku melirik ke arah Cheryl berharap mendapatkan bantuan untuk menjawab, tetapi ternyata dia sibuk dengan ponselnya.“Boleh. Besok aku akan ke kantormu,” putusku.“Kalau perlu aku jemput, beri tahu saja,” ujar Keenan.“Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri. Untuk waktunya, aku akan mengabarimu besok, karena jadwalku tergantung pekerjaan di kantor,” jawabku.“Siap,” sahut Keenan sambil tersenyum.Tanpa terasa, kini kami sudah masuk ke dalam MRT dan duduk di salah satu kursi yang kebetulan masih kosong.“Kita beruntung mendapatkan tempat duduk. Lihat saja! MRT sangat penuh,” bisik Cheryl.“Hm,” gumamku.Di pemberhentian pertama, ada dua orang wanita yang usianya kurang lebih sama seperti mamaku, berjalan masuk ke dalam MRT, sambil membawa tas belanja yang terlihat cukup berat.Mengetahui kalau saat ini MRT sedang penuh dan tidak ada bangku kosong, aku dan Cheryl praktis bangkit berdiri untuk memberikan tempat duduk kami pada kedua wanita itu. Tak disangka, Keenan ternyata juga ikut bangkit ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Yes, I Do   Bab 29. Bekerja

    Usai menikmati es krim, aku, Cheryl, dan Keenan jalan-jalan sebentar, lalu kami kembali ke Alexander Apartment untuk mengambil mobil.Aku dan Cheryl memutuskan untuk menghabiskan waktu di unit apartment, tanpa mengungkit masalah pengirim hadiah misterius lagi.Hingga keesokan harinya …Tiba-tiba Cheryl membuka pintu kamarku dan menyembulkan kepalanya, “Li, aku antar kamu ke kantor ya?”“Lho, kamu belum berangkat?” tanyaku keheranan. Pasalnya, setiap hari Senin, Cheryl selalu berangkat lebih awal karena ada satu pasien yang lebih suka konsultasi di pagi hari.“Pasienku sedang sakit. Jadi, aku akan menemuinya di rumah. Arah rumahnya melewati tempat kerjamu.” Cheryl memberi tahu.Aku meraih tas kecil di atas nakas, lalu berjalan mengikuti Cheryl.Tepat ketika Cheryl hendak membuka pintu utama unit apartment, tiba-tiba Cheryl berhenti dan membalikkan tubuhnya.“Kenapa?” tanyaku bingung.“Kamu pasti belum sarapan. Apa aku benar?” tanya Cheryl sambil memicingkan matanya.“Sudah minum susu,”

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Yes, I Do   Bab 30. Semakin Dekat

    Setelah aku memberi tahu Keenan mengenai sistem kerja, Keenan langsung bertanya tentang sistem pembayaran. Di sini aku menilai Keenan sebagai seorang pemuda yang cerdas dan cekatan. Dia juga tahu poin-poin penting yang harus kami bicarakan sebelum mulai bekerja.Cara kerja yang seperti ini yang aku suka. Tidak bertele-tele dan jelas sejak sebelum kerja sama dimulai.“Jika proses kerja sama sudah selesai, berapa lama aku bisa mendapatkan desain gambarnya?” tanya Keenan.“Biasanya aku membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Dari kamu sendiri, berapa lama waktu yang diberikan untuk aku menyelesaikan semuanya?” jawabku.“Satu minggu seharusnya cukup,” sahut Keenan.Aku mengangguk.“Besok aku akan mengurus semuanya agar kita bisa segera mulai bekerja,” ujar Keenan, membuatku melongo. Sungguh aku tidak bisa berkata-kata.“Apa kamu setuju dengan sistem kerja dan pembayaran yang aku ajukan? Kamu tidak butuh contoh gambar?” tanyaku memastikan.“Iya, aku tidak keberatan. Mengenai contoh gam

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Yes, I Do   Bab 31. Tergores

    “Finn. seseorang yang kita hadiri pemakamannya … dia adalah kekasihku,” jawabku.Masih ada perasaan sedih setiap kali menyebutkan nama Finn. Bedanya, sekarang aku sudah tidak terlalu sering menangis lagi.“Ah, maafkan aku,” ucap Keenan.“Tidak apa-apa,” jawabku sambil tersenyum.“Rupanya hari itu kita sama-sama kehilangan kekasih,” ujar Keenan berniat menghibur.“Iya. Finn pergi untuk selamanya. Sedangkan kekasihmu pergi bersama pria lain. Aku yakin, dia pasti menyesal telah meninggalkan seorang pria sebaik kamu,” jawabku ikut menghibur.Keenan hanya tersenyum tipis untuk menanggapi.Untuk beberapa saat, kami sama-sama diam, membiarkan seorang pelayan restoran menyajikan sushi yang kami pesan.“Terima kasih,” ucap Keenan pada seorang pelayan itu.“Hm, kelihatannya sangat lezat,” ujarku.“Langsung makan, Li!” sahut Keenan.Aku meraih sumpit di atas meja, lalu mulai memasukkan sushi ke dalam mulut.“Benar-benar lezat! Rupanya selera kita sama,” pujiku setelah menelan suapan pertama.Kee

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Yes, I Do   Bab 32. Informasi Terkini

    Jangan salah sangka dulu! Aku mengajak Keenan menginap hanya karena merasa bersalah. Seandainya aku tidak mengajaknya masuk, mungkin dia tidak akan tergores.Ngomong-ngomong, meskipun tergores, tetapi aku sempat melihat lukanya cukup dalam. Itu masuk akal karena darahnya sampai banyak mengalir keluar.Setelah mendapat persetujuan Cheryl dan dengan sedikit memaksa, akhirnya Keenan mau menginap. Tentu saja dia terpaksa mengganti pakaian seadanya dan tidur di sofa.“Aku bisa tidur dengan Lilian kalau kamu mau di kamar,” tawar Cheryl.“Sofa ini sudah cukup nyaman. Kalian bisa tidur di kamar,” jawab Keenan.Cheryl mengangguk.“Keenan, maafkan aku,” ucapku untuk kesekian kalinya.“Kamu tidak salah. Berhentilah minta maaf! Lagi pula aku baik-baik saja,” jawab Keenan sambil tersenyum.“Kalau haus atau lapar, semua ada di dapur,” kataku.“Iya,” jawab Keenan.Cukup lama aku memandangi Keenan yang sudah mengganti pakaiannya dan siap tidur di sofa. Meskipun aku dan Cheryl sudah berusaha untuk mem

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-20
  • Yes, I Do   Bab 33. Menjalin Kerja Sama

    “Apa kamu kenal orang yang ada di foto ini?” Om Danendra bertanya padaku.“Tidak, Om,” jawabku cepat.“Dilihat pelan-pelan, Li,” pinta Cheryl.“Aku tidak mengenalnya,” jawabku yakin.“Sudah Om duga. Firasat Om, dia ini hanya orang suruhan tapi aktingnya bagus. Orang kepercayaan Om bahkan sudah mengancamnya,” ujar Om Danendra.“Bisa saja orang ini lihat Lilian lalu menyukainya,” celetuk Cheryl.“Iya, bisa saja begitu. Itu juga yang orang ini katakan,” ujar Om Danendra.“Dia bilang apa, Om?” tanyaku penasaran.“Katanya sudah sejak lama dia sering duduk di cafe yang ada di dekat Harper Apartment. Hingga suatu hari dia melihatmu keluar dari gerbang Harper Apartment dalam keadaan melamun. Lalu dia merasa penasaran denganmu. Kira-kira begitu ceritanya kalau menurut orang kepercayaan Om,” jawab Om Danendra.Memang agak sedikit aneh tapi kenyataannya ada cerita yang seperti itu.“Selanjutnya, apa yang harus saya lakukan, Om?” tanyaku.“Tetap hati-hati saja. Kalau dia orang suruhan, maka kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21

Bab terbaru

  • Yes, I Do   Bab 116. New Member

    Aku melihat ke sekeliling ruang kamar VVIP, tempat aku dirawat sekarang. Hingga pandanganku berakhir pada sosok bayi perempuan mungil di dalam pelukanku.Namanya Gina, yang berarti wanita kuat. Aku ingin anakku tumbuh menjadi wanita kuat, tidak seperti aku yang suka menangis dan selalu terlihat lemah.Masih teringat rasa sakit saat kontraksi dan tak kunjung melahirkan. Namun, semuanya itu terbayarkan dengan rasa bahagia yang membuatku seketika melupakan rasa sakitnya.Saat ini, Keenan, Papa Mario, Mama Louisa, Papa, Mama, Tante Iva, dan Om Danendra sedang berada di dalam kamar, tempat aku dirawat.Begitu tahu aku merintih kesakitan, Mama Louisa mengajakku ke rumah sakit dan di dalam perjalanan beliau menghubungi semua orang terdekat.Aku tahu kalau keinginanku untuk melahirkan di Singapura memang tidak mungkin menjadi kenyataan karena Keenan tidak mengizinkanku bepergian. Meskipun demikian, aku tetap menaruh harapan bisa pergi ke Singapura di detik-detik menjelang mau melahirkan.Aku h

  • Yes, I Do   Bab 115. Perubahan Sikap

    Untungnya, aku tidak sampai memuntahkan makan siangku. Namun, rasa mual membuatku sedikit lemas.Ketika aku keluar dari salah satu toilet yang ada di dalam mall ini, Keenan ternyata sudah menungguku di dekat pintu masuk toilet.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Keenan terlihat khawatir.“Baik. Hanya saja, bagaimana dengan Om Danendra dan Tante Iva? Mereka di mana?” Aku bertanya dengan sedikit perasaan tidak enak.“Mereka masih makan. Kita kembali, yuk!” ajak Keenan.Aku hanya mengangguk mengikuti Keenan.“Jangan dimakan kalau tidak selera, Li!” tegur Tante Iva.Aku memandangi makanan di atas piring yang ada di hadapanku dengan perasaan bersalah. Tapi, aku sungguh-sungguh tidak mampu memakannya lagi.“Maaf, Om, Tante,” ucapku lirih.“Eh, tidak apa-apa. Sudah … jangan dilihat terus! Nanti mual lagi.” Tante Iva menarik piringku.Sesudah Keenan, Om Danendra, dan Tante Iva menghabiskan makanan, kami segera beranjak dari tempat itu.“Li, kamu belum makan lho,” ujar Keenan.“Tidak apa-apa. Ta

  • Yes, I Do   Bab 114. Sebuah Tanda

    Tiga bulan kemudian …Sejak menikah, selain menjadi istri dan ibu rumah tangga, status aku berubah menjadi pengangguran akut.Dalam sebulan, hanya sesekali saja aku merancang desain untuk produk mainan anak yang dibuat oleh Keenan. Sisa waktu yang lain, aku gunakan untuk membersihkan rumah, masak, pergi ke cafe terdekat, dan melakukan perjalanan ke Singapura.Biasanya, aku melakukan perjalanan ke Singapura kalau Keenan ada pekerjaan di Jakarta dan Singapura. Jadi, aku sengaja menghindari bertemu keluargaku dengan melakukan perjalanan ke Singapura terlebih dahulu. Nanti aku pulang ke Pulau Bali bersama Keenan.Di Singapura, aku membersihkan unit apartmentku dan mengunjungi Tante Iva. Bersama Tante Iva, aku jalan-jalan dan wisata kuliner.Seperti sekarang, aku dan Tante Iva sedang mencicipi hidangan laut yang ada di salah satu pujasera.“Huaaa … ini enak sekali, Li! Kamu tahu nggak, Tante sudah lama ingin makan di sini. Hm, sepertinya sejak sebelum kamu menikah, tapi Om tidak pernah mau,

  • Yes, I Do   Bab 113. I Love You

    “Eee ….”Aku bahkan belum mulai bicara, tiba-tiba Keenan kembali melumat bibirku dan beralih menghisap leher bagian bawah. Itu sangat geli hingga membuatku tertawa kecil.Jangan lupakan tangannya yang mulai meremas kedua benda kenyal milikku! Pun ciumannya semakin turun sampai tulang selangka miliku.“Kee …! Aaaaahh.” Akhirnya lolos juga desahanku ketika merasakan lumatan di ujung salah satu bukit kembarku.Tubuhku benar-benar terasa tegang dan sepertinya Keenan bisa merasakan itu.“Maaf,” ucap Keenan tepat di telingaku, “tapi, aku sudah boleh melakukannya, bukan?”“Boleh,” sahutku singkat.Suamiku ini lucu juga. Sudah melakukan sampai sejauh ini baru minta maaf. Lagipula, aku bukannya keberatan, melainkan lebih ke arah malu dan khawatir karena belum pernah melakukannya.Di dalam hati, aku terus mencoba mengingat-ingat perkataan Cheryl agar tetap santai walaupun kenyataannya praktik itu sangat susah.“Baik. Kamu yang santai, Sayang!” ujar Keenan sambil mengusap-usap kepalaku.“Pelan-p

  • Yes, I Do   Bab 112. Bulan Madu

    Keenan dan aku memang memilih untuk membuat acara pernikahan yang sederhana karena kami adalah pribadi yang tidak menyukai acara-acara besar.Jadi, kesederhanaan yang kami putuskan tidak ada sangkut pautnya dengan sikap Mama.Berhubung acara kami sangat sederhana, usai makan dan berbincang, kebanyakan tamu langsung pamit sehingga tidak sampai malam, keseluruhan acara sudah selesai.“Terima kasih untuk semua tim event organizer, tim dekorasi, salon, bridal, fotografer, video, pembawa acara, souvenir, dan semua tim yang terlibat. Kalian sudah bekerja keras hingga acara pernikahan saya dan istri dapat berjalan dengan lancar,” ucap Keenan sebelum mereka semua pulang.Mendengar Keenan menyebutku sebagai istri, membuatku sedikit tersipu. Status yang baru ini masih terdengar aneh di telingaku.“Sebelum pulang, jangan lupa makan dulu, ya!” sambungku.Keenan dan aku lantas pamit untuk masuk ke kamar hotel.Wah, iya … aku hampir saja lupa. Sekarang aku dan Keenan sudah akan tinggal di satu kama

  • Yes, I Do   Bab 111. Acara yang Sederhana

    Aku melihat Mama Louisa meletakkan tas di atas meja. Beliau lantas mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dari dalam tasnya dan duduk di sebelahku.“Lilian, Mama minta maaf karena sewaktu pertama kali kita bertemu, Mama terkesan tidak menyukaimu, pun Mama menolak membuat gaun pengantin untukmu. Itu semua bukan karena Mama membencimu,” jelas Mama Louisa.“Iya, Ma ….”“Mama juga tidak pernah membenci Keenan,” potong Mama dengan suara pelan, “mungkin Keenan sudah menceritakan semuanya padamu.”Aku hanya diam karena tidak tahu harus berkata jujur atau tidak.“Tidak apa-apa. Jangan khawatir! Mama tidak marah,” sambung Mama Louisa sambil tersenyum.Cantik!Astaga! Mama mertuaku cantik sekali kalau tersenyum begini. Hidungnya mancung. Kulitnya masih kencang. Beliau bahkan tidak memiliki kantong mata.“Ma, Keenan sangat sedih ….” Aku tidak melanjutkan perkataanku karena tidak ingin salah bicara. Aku tidak mau memanfaatkan suasana.“Mama tahu dan di sini Mama memang sudah melakukan k

  • Yes, I Do   Bab 110. Pertemuan Keluarga

    “Apa yang bisa Papa lakukan sekarang? Papa ingin bertanggung jawab dan ingin marah karena kalian menolak. Akan tetapi, Papa bisa memaklumi keputusan kalian,” ujar Papa Mario.Aku dan Keenan diam-diam saling berpandangan. Namun, kami tidak memberikan tanggapan. Kami tetap pada pendirian kami untuk menjalani semuanya sendiri sampai akhir.Ting!Papa Mario, aku, dan Keenan praktis menoleh ke arah ponsel milik Keenan yang dia letakkan di atas meja. Itu tanda ada pesan yang masuk.Keenan meraih ponsel dan membuka layarnya.“Dari Mama,” ujar Keenan, “katanya di hari pernikahan kita sudah ada yang memesan gaun pengantin.”“Baik, tidak apa-apa. Aku sudah punya alternatif. Nanti aku akan membuat janji,” jawabku sambil tersenyum.Sebenarnya, aku sudah bisa menduga jawaban ini. Mama Louisa pasti tidak ingin mencampuri urusan kami.Kecewa itu pasti. Aku masih manusia. Ada rasa nyeri di hati karena merasa diabaikan. Namun, melihat raut wajah Keenan yang jelas terlihat sedih, membuatku praktis memb

  • Yes, I Do   Bab 109. Menerima Diri Sendiri

    Keenan terlihat tidak enak hati saat melihat mamanya tidak menyapaku dengan benar. Namun, aku tetap mempertahankan senyum dan sikapku yang tenang sebagai bentuk dukungan.Seperti yang aku katakan bahwa ini adalah realita yang harus kami hadapi. Baik calon mama mertua maupun mamaku sendiri sama-sama memiliki luka yang tidak mungkin disembuhkan oleh aku dan Keenan.Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku dan Keenan tidak melakukan kesalahan apa pun. Tante Louisa dan Mama terluka karena diri mereka sendiri. Namun, satu-satunya cara agar kami tetap dapat melangkah adalah menerima keadaan diri sendiri.Keadaannya memang calon mama mertua maupun mamaku menganggap Keenan dan aku ini anak-anak yang menyebalkan.Keadaannya memang calon mama mertua maupun mamaku menganggap Keenan dan aku ini penyebab luka yang mereka alami.“Apa kalian sudah makan siang?” tanya Om Mario.Aku melirik ke arah jam dengan rantai emas yang melingkar di pergelangan tanganku. Saat ini sudah lewat jam makan siang.“Sudah,

  • Yes, I Do   Bab 108. Menghadapi Realita

    “Sebenarnya, kedatangan saya dan Lilian kemari mau sekalian pamit, Om,” jelas Keenan saat melihat raut wajah bingung Om Danendra.“Lho … nanti kalian pasti akan kembali juga, ‘kan?” tanya Om Danendra.“Iya, tapi kami akan lebih sering berada di Indonesia,” jawab Keenan.“Tidak apa-apa. Selagi kita masih berpijak di bawah langit yang sama maka artinya kita belum berpisah. Om dan Tante pasti akan mengunjungi kalian. Sebaliknya kalian tidak boleh lupa mengunjungi Om dan Tante.” Om Danendra berkata.“Kami tidak mungkin lupa sama Om dan Tante,” jawabku masih terisak.“Bukankah Om dan Tante sudah menganggap Lilian sebagai anak kandung sendiri? Pun Lilian sudah menganggap Om dan Tante sebagai orang tuanya. Mudah-mudah saya bisa sering-sering mengajak Lilian main ke Singapura,” ujar Keenan.“Saya juga masih punya unit apartment di sini. Jadi, kami pasti bisa sering datang berkunjung,” sambungku dengan sok yakin.Keenan hanya mengangguk setuju.“Tante merasa bahagia melihat kalian akan segera

DMCA.com Protection Status