Happy Reading
Sean memijat keningnya pelan, berkas yang menggunung di hadapannya membuat kepalanya teramat pusing. Dengan kesal, dia membolak-balikkan kertas di hadapannya, lalu menorehkan tanda tangan. Tiba-tiba...
BRAKKKKSuara pintu terbuka keras mengalihkan perhatiannya, menampakkan wajah Dastan sahabatnya."Pintu kantor ku jauh lebih mahal dibandingkan dirimu sialan." geram Sean menatap ke arah pria yang menjadi sumber kekesalannya.Dastan memasang wajah tanpa dosa, dengan santai dia mendudukkan dirinya di sofa empuk."Kau sibuk?" tanyanya basa basi. Dastan sebenarnya hanya menggoda pria workholic itu, tanpa bertanya dia sudah bisa menyimpulkan sendiri bahwa sahabatnya sedang bertarung dengan segunung berkas."Terimakasih untuk basa-basinya." ujar Sean datar tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya."Kau memburu mangsaku." celutuk Dastan langsung.Kalimat itu sukses mendapat perhatian dari Sean, dia mengangkat wajahnya dari kertas putih, menatap bingung pria yang tengah duduk di sofa mewahnya."Kesya." Dastan menambahkan, menjawab kebingungan yang terlukis di wajah pria itu.Sean mulai tertarik mendengar nama yang belakangan ini mengusik hidupnya, dia menyandarkan punggungnya di kepala kursi."Kau menyukainya?""Dia menarik.""Ya atau tidak." ucapnya menuntut kejelasan dari pria itu.Dastan memandangi lama wajah lawan bicaranya."Ya, aku menyukainya." ujar Dastan dalam sekali tarikan nafas.Sean menyembunyikan kepalan tangan di bawah meja, dia sangat terusik dengan pengakuan sahabatnya.Brengsek! makinya dalam batinSean berdehem menormalkan raut wajahnya."Sejak kapan kau mengetahui identitas penari itu?""Aku sudah mengetahuinya jauh sebelum kau mengetahuinya." balas Dastan cepat.Sialan! Dia mendahului langkahku. kesal Sean membatin"Lalu kenapa kau bertanya pada Baron waktu itu?" tukas Sean, mengingatkan kembali ke percakapan mereka beberapa saat lalu."Aku ingin membawanya keluar dari sana, Baron tidak ingin melepaskan Kesya, dia harta karun club' itu." ujar Dastan."Bukankah jalang memang berada di tempat kotor? Kenapa kau malah ingin membebaskannya." sindir Sean tajam, hatinya panas mendengar pembelaan dari sahabatnya. Dia tidak suka ada yang mendekati gadis itu selain dirinya."Dia bukan jalang!" desis Dastan, tidak terima atas penghinaan sahabatnya.Niatnya kesini untuk meminta bantuan dari sahabatnya untuk mengeluarkan Kesya dari tempat terkutuk itu, tapi sepertinya kedatangannya tidak disambut dengan baik."Kalau dia bukan jalang, berarti pelacur." ucap Sean enteng.BRAKKKKDastan menggebrak meja di hadapannya, bibirnya bergetar menahan amarah."Tutup mulutmu Kingston, Kesya adalah wanita baik-baik!" sentak Dastan dengan tatapan membunuh.Sean membalas datar tatapan pria yang mengarah padanya.Ada pertunjukan menarik sebentar lagi. Sean membatin."Wanita baik-baik? Apa wanita baik-baik akan membuka pahanya lebar-lebar bagi semua pria?" ujar Sean remeh, semakin menyulut amarah pria itu.Dastan tertawa."Jangan terlalu mudah percaya dengan penglihatan mu Sean, karena yang kau lihat belum tentu kebenaran." cercah Dastan memperingati pria sombong itu."Mata tidak pernah salah Dastan." balas Sean dengan senyum miring."Kau benar mata memang tidak pernah salah, tapi manusia yang terlalu cepat menghakimi tanpa mencari tahu kebenaran terlebih dulu." lirih Dastan.deg!Kenapa kalimat itu membuat hatiku ngilu. batin Sean"Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya, ada apa denganmu?" tanya Sean, rasa penasaran menghantui benaknya melihat kegigihan sahabatnya membela gadis yang sama sekali tidak selevel dengan mereka."Kau akan mengerti jika kau sudah merasakan." Dastan memberi jawaban menohok, membuat pria itu bungkam seketika."Aku pergi, ceramahku cukup sampai disini." celetuk Dastan setelah mengusir keheningan sesaat diantara mereka.Dia harus menelan kekecewaan, usahanya gagal kali ini.Sean sama sekali tidak mendengar perkataan pria itu, pikirannya masih berkelana mencari jawaban dari teka-tekinya.Merasa tidak ada balasan dari lawan bicaranya, Dastan bangkit dari duduknya."Jangan menyakiti Keysa, dia sudah banyak menderita. Jika kau hanya ingin menjadikannya obsesi nafsumu, aku akan maju merebutnya, tapi jika kau menginginkannya karena cinta, aku akan mundur. Kebahagiaan Kesya adalah prioritas ku. Aku akan melupakan persahabatan kita jika kau menyakitinya, camkan itu baik-baik." jelas Dastan dengan nada mengancam, sebelum meninggalkan pria itu dengan sejuta pertanyaan.Cinta? Apa aku mulai mencintainya?. bisik Sean dalam batin.Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, tidak terasa hari berlalu begitu cepat. Seluruh pegawai Kingston Corp bersorak ria menyambut damai malam yang mulai menampakkan cahayanya.Tapi tidak halnya dengan seorang pria tampan yang berdiri di balik jendela kaca, sebelah tangannya memegang gelas berisi alkohol, matanya menatap kosong binar malam kota itu. Pikirannya masih berkecamuk dengan percakapan mereka tadi siang."Lama-lama aku bisa gila." kesal Sean mengutuk dirinya sendiri, dia benar-benar bingung mencerna perkataan sahabatnya, ini pertama kalinya seorang Kingston sibuk memikirkan orang lain, dan sialnya dia adalah gadis itu. Hidupnya berubah total saat mengenal gadis itu.Sean meneguk habis alkoholnya, dia ingin pergi ke suatu tempat.Selang beberapa menit, Sean sampai di parkiran mewah perusahaan Kingston, keningnya berkerut mendapati tangan kanannya berdiri di sudut mobilnya."Apa yang kau lakukan disini." ujar Sean mendekati pria itu."Tuan Charles meminta anda untuk datang ke mansion malam ini juga tuan muda." jelas Ben, menyampaikan pesan majikannya.Sean berdecak kesal, waktunya tidak tepat."Katakan pada ayah, besok aku akan datang." tolak Sean langsung."Tapi tuan muda, tuan Charles ingin...."Tutup mulutmu Ben, atau ku tembak kepalamu!" sentak Sean, membuat nyali pria itu menciut."B-baiklah tuan muda." Ben menjawab terputus-putus, degup jantungnya berdetak kencang mendengar ancaman tuannya."Minggir dari mobil ku." perintah Sean, mengusir pria yang menghalangi langkahnya."Silahkan tuan muda." ucap Ben membawa tubuhnya menjauh.Sean memasuki mobilnya, menghidupkan mesin lalu membelah jalanan dengan kecepatan tinggi ."Hufffttt, akhirnya lepas dari singa lapar, semoga saja raja singa juga akan melepas ku nanti." ujar Ben meramalkan doa.Kesya tertawa terpingkal-pingkal menonton acara TV, seperti biasa jika dia tidak bekerja maka dia akan menghabiskan waktu untuk menonton TV. Setidaknya, sedikit bisa mengusir kebosanan, aktivitasnya terganggu saat mendengar bunyi ponselnya."Siapa ini?" gumam Kesya melihat digit nomor tak dikenalinya terpampang di benda pipihnya. Dia segera melarikan ibu jarinya, menggeser layar merah menolak panggilan tersebut. Matanya kembali ke layar televisi di depannya.Kekesalannya semakin menjadi saat ponselnya kembali berbunyi dengan nomor yang sama, dengan cepat dia menggeser layar hijau ponselnya."Siapa ini?" ketus Kesya, menempelkan ponselnya di telinga."Aku yakin kau pasti sangat cantik dengan wajah marah mu." balas suara pria di balik panggilan itu.Sean? ini suara si brengsek itu, darimana dia dapat nomor ponsel ku?. batin Kesya bertanya-tanya"Kau?! darimana kau dapat nomor ponselku." geram KesyaSuara tawa membuncah terdengar di seberang sana."Aku bahkan mengetahui semua tentangmu, jangan lupa aku adalah seorang Kingston, tanyakan hal yang masuk akal." ujar Sean sombong.Kesya merutuki kebodohannya."Aku tutup." balas Kesya, hampir saja jarinya menggeser layar merah sebelum suara di balik ponsel itu mengurungkan niatnya."Aku disini, keluar, jika kau tidak ingin terjadi keributan di kompleks kumuh ini." perintah Sean."Brengsek kau Kingston." Kesya mengumpat kesal, saat panggilannya berakhir sepihak.Sean terkekeh pelan menatap layar ponselnya, dia sepertinya sudah gila, bukannya marah dia malah tertawa bahagia mendengar nada amarah gadis itu. Dia mengangkat wajahnya saat mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya, senyum kecil terbit di wajahnya melihat kedatangan wanita yang sedari tadi di tunggunya.Kesya menghentakkan kakinya mendekati pria yang bersandar di punggung mobil."Apa yang kau lakukan disini." Kesya langsung melontarkan pertanyaan, setelah berdiri di hadapan pria itu.Sean menegakkan punggungnya, meneguk ludah kasar melihat kaki jenjang mulus di hadapannya."Kau sangat panas malam ini." ujar Sean menjelajahi seluruh tubuh gadis itu dengan matanya.Bagaimana tidak, gadis itu keluar dengan kaos oblong tipis berwarna putih, memakai hotpants hitam, rambutnya digelung keatas menampakkan leher jenjangnya. Pria mana yang tahan menolak suguhan seperti itu.Kesya memutar bola matanya jengah."Apa isi otak mu itu hanya selangkangan?"Aku pria normal, wajar jika aku tergiur dengan kemolekan." celutuk Sean, membela diri."Tutup mulut mu, katakan untuk apa kau datang kesini." tuntut Kesya, menagih jawaban atas pertanyaannya."Aku lapar, ayo kita makan." ajak Sean, menarik lengan kurus gadis itu.Kesya menepis tangannya dari genggaman pria itu."Ini bukan tempat makan, pergi dari sini sekarang.Sean mengangkat sebelah sudut bibirnya melihat penolakan gadis itu."Kau lupa bahwa aku memiliki rahasia mu, kau tidak ingin bukan seisi kompleks ini mengetahui identitas mu yang tidak lain adalah seorang penari striptis." ancam Sean, penuh kemenangan.Kesya bungkam, tidak bisa berkutik sama sekali, dia menarik nafas panjang mengusir kegundahan yang singgah di benaknya.Si brengsek ini, selalu saja membuatku mati kutu. kesal Kesya membatin"Baiklah aku akan menuruti mu." putus Kesya mengalah, dia tidak ingin ancaman pria dihadapannya menjadi kenyataan.Sean menyeringai, akal bulusnya berjalan mulus."Ayo pergi.""Tidak perlu." balas Kesya cepat."Apa maksud mu." geram Sean"Kita makan malam di rumah ku saja, aku akan memasak." ujarnya, Kesya berbalik memasuki rumah."Not bad." gumam Sean mengangkat kedua bahunya, mengikuti langkah gadis itu."Kau bisa duduk." Kesya menawarkan kursi kayu panjang di ruang tengah, dia segera memasuki dapur yang terletak di sebelah kiri ruang tamu."Kau tidak butuh bantuan." seru Sean, membaringkan tubuhnya di kursi panjang itu."Tidak, tunggu saja disitu." tolak Kesya cepat."Baiklah kalau begitu."Setengah jam berkutat dengan dapur, Kesya membawa hasil masakannya pada pria yang sedang berbaring tidak nyaman di atas kursi kayu. Dia menahan tawa sedari tadi, melihat pria itu kesakitan."Kursi apa ini, badanku sakit semua." adu Sean bangkit dari posisi telentang, memijit punggungnya yang berkali kali lipat pegal dari sebelumnya.Kesya menggigit bibirnya menahan tawa.Rasakan itu Kingston, siapa suruh kau datang ke gubuk ku. batin Kesya."Makanlah, aku sudah menyiapkannya untuk mu." kata Kesya meletakkan nampan di atas meja.Sean menatap ngeri makanan dihadapannya."Makanan apa ini?" tanya Sean mengamati bentuk makanan yang baru sekali dilihatnya.Kesya mendengus kesal."Itu Indomie telur, jika kau tidak tahu.""Apa?! Kau menghabiskan hampir satu jam hanya untuk memasak makanan aneh ini?" seru Sean, menatap tak percaya gadis yang sudah duduk di hadapannya."Kalau tidak mau buang saja." dengus Kesya.Sean mengendurkan otot wajahnya."Baiklah aku akan memakan karena kau yang memasak." balas Sean mulai mencicipi kuah mie itu.Kesya tersenyum iblis, batinnya mulai menghitung.12ti.."Brengsek! pedas sekali." seru Sean tiba-tiba, mengipas-ngipas lidahnya yang terbakar cabai.Kesya tertawa terpingkal-pingkal, melihat wajah pria dihadapannya memerah. Dia sudah menaruh cabai lima sendok di dalam mie itu, rencananya berjalan sukses."Hahhahaha, wajahmu lucu sekali." celutuk Kesya di sela-sela tawanya."Wanita sialan, kau mengerjai ku." geram Sean tak terima.Bukannya sakit hati, tawa Kesya semakin membuncah, dia bahkan memegangi perutnya, melihat pria tanpa celah itu meneguk tandas segelas air seperti orang kesetanan.Tiba-tiba suara kilat petir menyapa pendengaran mereka, membuat kedua manusia itu berjengkit kaget. Sedetik kemudian langit menangis deras membasahi bumi."Bagaimana caranya kau pulang?" tanya Kesya, setelah berhasil lolos dari keterkejutannya.Sean tersenyum licik, kesempatan emas tidak boleh di sia-siakan."Hoammm.... aku mengantuk." Sean menghiraukan pertanyaan gadis itu, dia merenggangkan otot-ototnya, membaringkan tubuhnya kembali."Apa yang kau lakukan?!" seru Kesya."Tidur, apa lagi." balas Sean singkat."Jangan gila, pulang sana." perintah Kesya."Kau yang gila, diluar hujan deras." celutuk Sean memejamkan matanya.Kesempatan ini tidak boleh hilang begitu saja, aku tidak apa-apa meski punggungku terasa ngilu. batin Sean"Terserah kau saja, aku tidak tanggungjawab jika kau sampai masuk rumah sakit besok." terang Kesya, membiarkan pria itu tidur menahan sakit di punggungnya.Kesya melirik jam dinding, tidak terasa sudah pukul 10 malam, waktunya untuk membungkus diri dalam selimut. Dia melirik sebentar ke arah pria itu."Sepertinya dia sudah tidur". gumam Kesya kecil.Kesya beranjak dari duduknya menaiki gundukan kayu menuju kamarnya, mengambil selimut lalu menuruni anak tangga. Dia menyelimuti pria yang berbaring di kursi panjang, memandangi wajah rupawan yang melekat di pria itu."Kau sangat manis saat tidur, selamat malam." gumam Kesya tersenyum kecil meninggalkan pria itu.Sean membuka kelopak matanya, dia hanya pura-pura memejamkan mata dari tadi."Ku harap mimpi mu adalah wajah manis ku, selamat malam juga Kesya." monolog dirinya sendiri, merapatkan selimut beraroma khas tubuh Kesya, bersiap menuju alam mimpi.Seorang lelaki paruh bayah berjalan sempoyongan menuju kamar yang terletak di ujung tangga, menggedor-gedor pintu bercat putih, seorang gadis remaja terkesiap mendapati pria mabuk berdiri di depan pintu kamarnya."Mau apa kau!" seru gadis itu marahMata pria itu berkilat marah mendengar seruan gadis kecil dihadapannya, tanpa menunggu lama lagi dia mendorong gadis itu ke dalam kamar, membanting tubuhnya di atas kasur, lalu menindihnya."Lepaskan, lepaskan aku brengsek." gadis itu meronta-ronta melepaskan diri dari pria di atasnya."Nikmati saja sayang." ujar si pria mulai melancarkan aksinya, menjilati leher mulus gadis itu, sebelah tangannya menahan kedua tangan gadis itu di atas kepalanya, sebelah tangannya tak tinggal diam, dia menggerayangi tubuh gadis itu yang dari luar baju tidur. Nafsu birahinya semakin meningkat mendengar jeritan gadis kecil di bawahnya.Gadis itu menangis menjerit-jerit, menendang-nendang kakinya di udara, jantungnya berdetak kencang saat lidah pria itu mulai menjelajahi dadanya yang sudah tidak terlindung apapun."Lepaskan aku, ku mohon lepaskan aku brengsek!" teriak gadis itu sekuat tenaga, dia mulai kelelahan menghadapi tenaga pria diatasnya, suaranya berubah serak.Entah kekuatan dari mana dia berhasil mendaratkan lututnya tepat di milik pria."Ahrggghh...ku bunuh kau jalang." teriak pria itu memegangi miliknya.Gadis itu bergetar ketakutan, dia segera turun dari ranjang sambil membenarkan letak bajunya, berlari menggapai pintu sebelum kakinya ditarik hingga membuat keningnya terbentur di lantai."Lepaskan aku, lepaskan aku!""Tolong!!!""Tolong!!!!""Tolong aku!!!" teriak si gadis tidak memperdulikan dari yang merembes dari keningnya."Siapapun tolong aku!"Pria itu tertawa mengerikan."Teriak saja, tapi ku pastikan semua usaha mu akan sia-sia." ujar si pria menyeringai tajam, dia memanggul tubuh kecil itu di bahunya, melemparnya kembali di atas kasur.Dia menindih kuat tubuh berontak gadis itu di bawah kungkungannya."Mari kita bersatu dalam kehangatan." bisik si pria menyeringai dengan suara serak."Tidakkkkkk........."Kelopak Kesya terbuka seketika, matanya melotot menatap ke atas langit-langit, tubuhnya bergetar ketakutan, nafasnya tercekat, keringat dingin mengucur deras dari dahinya, bibirnya bergetar menahan isakan.Sean terbangun saat mendengar suara isakan dari lantai atas, dengan cepat dia menyibakkan selimutnya menuju asal suara itu."Kesya, buka pintunya!" seru Sean mengetuk pintu kayu itu."Kesya!""Kesya!""Buka pintu mu sialan!"Sean tak lagi bisa menahan sabar, rasa takut, gelisah, khawatir melanda benaknya, dalam sekali tendangan pintu itu terbuka.Sean membeku saat melihat tubuh gadis itu bergetar di atas ranjang, manik coklatnya ketakutan menatap ke atas langit kamar, isakan- isakan kecil lolos dari bibir mungilnya.Sean duduk di sisi ranjang, mengangkat bahu bergetar itu dari posisi terlentang."Kau bermimpi buruk?" tanya Sean setelah gadis itu duduk di hadapannya.Kesya memandangi wajah pria itu lekat, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya, getar badannya semakin kuat, tiba-tiba tangisnya pecah, dia menangis histeris, menangis sekencang-kencangnya, suasana kamar berubah mencekam, jeritannya begitu menyayat hati.Sean terdiam, hatinya diiris-iris mendengar tangisan pilu gadis itu."Tolong aku!""Ku mohon tolong aku!""Bawa aku pergi""Aku sudah tidak sanggup lagi.""Bawa aku pergi!" jerit Kesya bertubi- tubi, meremas kuat kemeja pria dihadapannya.Air matanya berjatuhan membasahi gaun tipisnya.Sean membawa gadis itu ke pelukannya, mengelus lembut surai hitam cantiknya. Dia tak kuasa melihat wajah menderita gadis itu."Tenang, itu hanya mimpi, aku disini." bisik Sean berulang kali menenangkan gadis itu.Kesya masih menangis di ceruk leher pria itu, dia semakin membenamkan kepalanya di pelukan pria itu.Sean tidak peduli bajunya yang sudah basah air mata, dia tidak pernah menduga bahwa gadis sombong di hadapannya menyimpan banyak luka. Perkataan Dastan kembali terngiang di benaknya.Kau sangat menderita sepertinya, apa yang ku lewatkan darimu." batin SeanHampir setengah jam mereka berada di posisi seperti itu, Sean tak henti-hentinya mengelus sayang gadis itu, suara tangis tak lagi terdengar, hanya tersisa isakan kecil dari bibir mungil gadis itu, dia bahkan menyandarkan wajahnya di puncak kepala gadis itu."Sean." panggil Kesya tiba-tiba"Hm?" gumam Sean.Hening."Jangan tinggalkan aku."holla readersI am right back....happy readingSean menatap lekat wajah dihadapannya, tangan panjangnya tak letih mengusap lembut punggung wanita itu, perasaannya tergelitik melihat wajah sembabnya."Sean, jangan pergi." lirih Kesya dengan suara serak, rasa takut tak kunjung pergi darinya."Aku disini, jangan takut." Sean berujar sangat lembut, sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, hatinya berubah tak karuan.Kesya tak menimpali ucapannya, dia menggeser tubuhnya, menempelkannya di dada bidang pria itu, tangan kecilnya melingkar sempurna di pinggang lebarnya, seakan takut pria itu pergi darinya.Jantung Sean berdegup kencang mendapat perlakuan tiba-tiba dari wanita itu, badannya membeku, dia menundukkan wajahnya menatap rumput hitam panjang yang kini sudah berada di pelukannya, tangannya berubah kaku.Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya, banyak wanita yang pernah mengisi h
Hello readers...Happy reading....Sean tak kuasa menahan senyum sepanjang jalan menuju mansion keluarga besar Kingston, hatinya seperti bunga bermekaran di musim semi tatkala mendapat persetujuan dari gadis yang sudah mengisi harinya belakangan ini.Flashback on"Mau berkencan dengan ku?" Sean bertanya menatap dalam manik coklat Kesya."Huh?" Kesya menjawab dengan nada tidak percaya.Melihat guratan di wajah kebingungan Kesya, Sean menambahkan perkataan."Aku tidak pernah jatuh cinta Kesya, aku tidak tahu apa itu cinta. Bagiku, hubungan itu hanya sebatas ranjang, saat aku sudah turun dari atas ranjang maka selesai sudah, tak ada lagi hubungan apapun. Jantungku tidak pernah berdebar sama seperti yang ku rasakan saat di dekatmu, melihatmu menangis ada luka yang tak bisa ku jelaskan di lubuk hatiku, saat kau mengangkat dagu menantangku aku semakin menggila untuk memiliki mu. Aku tahu kau sangat me
Oh tolong dilewatkan yah, sepertinya ada sedikit icip-icip di part ini. Mohon bantuannya untuk tidak membully. WKKWKKWKKWKWKKWhappy readingKesya memekik kaget di luar pintu saat mendapati Sean berada di dalam ruangan VIP, sungguh kehadiran yang tak pernah dibayangkan olehnya. Matanya bergerak liar menjelajahi seluruh isi ruangan, tak ada seorang pun disana, tak ada boss yang mencarinya, hanya ada sosok pria tampan disana duduk seorang diri.Begitu Kesya melangkah kedalam, wajah Sean langsung mendongak mengukir senyum bahagia.Dengan tenang, Sean mengulurkan tangannya memberi isyarat pada Kesya untuk mendekat padanya."Kemarilah, Baron tidak disini jika dia yang kau cari." ujar Sean bernada memerintah dan menjawab kebingungan di wajah Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya langsung memburu Sean dengan pertanyaan mengabaikan perintahnya."Apa lagi kalau bukan menjemput kekasihku" Sean
Thanks for reading ❤️let's meet Sean and Kesya againNgakak aku tuh pas baca novel aku yang ini, idih geli sendiri gua, malah tulisannya juga jelek. Pengen ngebully tapi sayang yang nulis saya sendiri. wkwkwkkwkwPewaris tunggal Kingston Corp kepergok berkencan dengan seorang gadis yang belum diketahui asal usulnya, hal ini tentu menjadi buah bibir terhangat di beberapa negara mengetahui bahwa seorang Sean Theodore Kingston akhirnya lepas dari penyandang gelar playboy selama bertahun-tahun.kabar itu juga menjadi bukti bahwa hubungan Sean dengan Helena telah berakhir."Wah, duniamu semakin mengerikan." Adrian meledek Kesya yang menatap kesal layar televisi di hadapannya. Saat ini mereka tengah berada di restoran Jepang, sesuai perjanjian, Kesya harus rela menjadi ATM berjalan untuk Adrian selama sebulan."Setidaknya ak
Happy ReadingTeman-teman jika berkenan bolehkah kiranya saya minta tap love kalian, supaya novel ini dikontrak. Hihihihih... gak maksa tapi. Terimakasih"Se-sean?" Kesya membelalak tak percaya bahwa pria yang duduk di kursi kayu adalah Sean."Kenapa wajah mu memucat, hm?" dengan tatapan membunuh Sean melangkah mendekati Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya tergagap, matanya bergerak liar menghindari tatapan Sean."Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi kekasihku?" Sean tersenyum miring bermaksud menyindir Kesya."Bu-bukan begitu, aku......."Aku melihat mu berciuman dengan pria asing." potong Sean cepat tanpa mendengar kelanjutan kalimat Kesya."Kau salah paham, namanya Adrian dan dia adalah sahabat ku, dia seorang DJ di club' tempat ku bekerja dulu." jelas Kesya yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa tertekan dengan tatapan Sean
Sean membuka matanya ketika merasakan sinar matahari mengganggu tidurnya. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepalanya yang terasa berat seperti tertimpa bongkahan batu besar, hang overnya mulai mereda. Dengan perlahan, dia menegakkan tubuhnya duduk di atas ranjang.Kepingan-kepingan memori tadi malam membuat Sean langsung membelalak. Matanya bergerak cepat menoleh ke sisi ranjang yang kosong. Dia segera melompat saat menyadari wanita yang menemani tidurnya tadi malam tidak berada di sampingnya.Rasa panik dan takut langsung mengisi benaknya."Kesya!" teriak Sean dengan suara membahana. Dia berlari dari dalam kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa."Kesya! Dimana kamu...."Sean tak lagi melanjutkan kalimatnya saat menyadari sosok wanita yang dicari sudah menampakkan diri."Sean, kau sudah bangun?" tanya Kesya yang baru saja datang dari arah pintu.Sean melangkah lebar menghampiri Kesya yang berdiri dengan wajah b
Happy reading....Rahang Kesya hampir terlepas ketika mobil Sean berhenti di depan sebuah butik megah dan pastinya paling mahal se-kota itu. Kedua tangannya menepuk-nepuk pelan pipinya memastikan semua itu bukanlah mimpi."Se-sean, apa yang kita lakukan disini?" Kesya bertanya terbata-bata, rasa tidak percaya membuat lidahnya kelu.Sean terkekeh pelan melihat mulut Kesya yang menganga lebar."Tutup mulutmu, aku tidak ingin binatang buas menelusup ke dalam." ujar Sean dengan nada menggoda yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keysa."Cih, dasar mesum." cibir Kesya mengerti maksud perkataan Sean."Ayo masuk." Sean menarik tangan Kesya cepat tanpa memperdulikan umpatan-umpatan gadis itu.Hal yang pertama sekali di lihat Kesya di dalam butik itu adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih, dihias berbagai jenis pakaian branded dunia yang berjejer rapi. Jangan lupakan juga, ruang tamu yang begitu luas dan kl
Suara denting sendok yang beradu mengiringi suasana di meja makan, terlihat sekelompok orang berbeda usia sedang menikmati makan malam. Pada akhirnya Sean dan Kesya memutuskan untuk menikmati makan malam di mansion utama Kingston. Walau Kesya harus mengeluarkan jurus ampuh dengan memasang wajah memelas, setidaknya usahanya membuahkan hasil, Sean akhirnya menuruti keinginan Kesya."Kesya?" panggil Charles mengusir kebisuan diantara mereka."Yah ayah mertua." jawab Kesya ramah sambil mendongak ke arah Charles.Charles tersenyum kecil mendengar panggilan Kesya, keberanian gadis sombong di hadapannya patut diacungi jempol. Jika orang lain di posisi Kesya, mungkin sudah lari ketakutan tanpa menoleh sedikit pun padanya. Tapi Kesya berbeda, keangkuhan membuat dirinya semakin menarik. Wanita itu bukan sembarang wanita."Kenapa kau memanggilku ayah mertua." pandangan mereka bertemu, Kesya tersenyum santai, dirinya sama sekali tidak gentar akan soro
Hari ini benar-benar datang. Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka,momentyang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama kesakitan, merasa malu untuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan. Seorang perempuan yang sangat cantik tampak mengenakan gaun berwarna putih panjang. Potongan gaun pernikahan itu sedikit merendah di bagian dad@ membentuk hurufVmenampakkan leher jenjang nan bahu seksi itu. Tubuh indahnya terbungkus mewah dan membuat matanya tampak enggan berpaling. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu. Dia sangatlah cantik bak seorang Dewi. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Lengannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar ketika di sentuhkan ke w
"Apa maksudmu!"Wajah Charles mengeras mendapat perlakuan sedemikian buruk. Langkahnya untuk segera bertemu dengan Emily tertahan begitu saja karena para pengawal langsung bergerak sigap, memagari dirinya supaya tidak bisa masuk. Charles menggertakkan giginya, kemarahannya yang tampak kelas menguar dari matanya membuat suasana disini terasa mencekam. Begitupun halnya dengan para pengawal itu, tetapi mereka lebih menaruh rasa takut pada kemarahan Sean nantinya. Lelaki itu akan murka jika perintahnya dibantah, bisa saja leher mereka akan menjadi sasaran amukannya. Karena itulah untuk menghindari semuanya, mereka lebih baik memilih perintah Sean."Ku katakan sekali lagi menyingkir dari jalanku" desis Charles mengancam."Maaf tuan. Anda tidak bisa masuk."Rupanya amarahnya itu tak lagi bisa ditahan. Di detik yang sama Charles menelusupkan tangannya di balik jas, meraih senjatanya sebelum kemudian menodongkannya tepat di dahi pengawal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"Dahi Kesya berkerut ketika melihat keberadaan Sean di dapur. Lelaki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek selutut. Kesya melangkah maju ke arah Sean sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sean yang rupanya memergoki kebingungan istrinya tersenyum tipis. Perempuan itu pastilah bertanya-tanya mengapa keadaan rumah ini sepi. Namun Sean tidak ingin menyudahi kebingungan Kesya untuk waktu yang cepat, dia masih ingin menikmati wajah cantik itu dalam selang waktu yang lama."Kemana semua para pelayan? Sejak kita pindah di rumah ini, aku tidak menemukan siapapun selain kita berdua dan beberapa pengawal yang berjaga di luar." sambil menolehkan kepala ke arah Sean, Kesya berkata. Mengambil jarak sedekat mungkin, berdiri tepat di bawah dagu Sean.Ekspresi Sean lembut sementara jemarinya bergerak, menyelipkan anak-anak rambut yang menempel di dahi Kesya. Perempuan itu sungguh cantik, meski tanp
"Selamat pagi."Bisikan lembut yang menyapu indera pendengaran berhasil menembus kesadaran Kesya. Perlahan kelopak matanya mengerjap sebelum kemudian mata coklat terang itu terbuka lebar. Hal yang pertama sekali menyapa penglihatannya adalah wajah Sean yang sangat dekat dengan wajahnya, pipi Kesya merah padam, dia hendak menundukkan kepala tetapi jemari Sean langsung dengan bergerak sigap meraih dagunya memaksa menoleh ke arahnya."Apa yang sedang kau pikirkan? pipimu merona, dan itu membuatku bertanya-tanya." ujar Sean sambil menggeser hidungnya di hidung Kesya."Aku... tidak baik-baik saja." suara Kesya serak, senyumnya terurai karena malu-malu.Sean terkekeh kecil, kemudian menarik pinggang Kesya semakin merapat padanya. Tangannya bergerak sensual mengusap permukaan kulit Kesya, sementara matanya terpaku kedalam mata coklat itu. Sean menipiskan bibirnya ketika melihat pipi Kesya yang bertambah merah padam. Perempuan itu tengah men
Proses percintaan itu berlangsung begitu lama. Setelah ledakan yang luar biasa yang menguras kekuatan fisik dan mental, Kesya terbaring di sana dengan mata nyalang. Dadanya bergerak naik turun berjuang keras untuk memompa udara ke paru-parunya. Tubuh Sean masih terbaring di atasnya, dini hari menjelang lelaki itu seolah enggan melepaskan diri dari tubuhnya.Napas Sean sama terengahnya dengan napas Kesya. Dadanya pun bergerak naik turun sementara kepalanya tenggelam di sisi wajah Kesya, sesekali menggesekkan bibirnya mengirim sinyal senyar untuk kembali menggoda Kesya. Perempuan ini berhasil membuatnya kehilangan kontrol dan itu membuatnya senang. Sean mengeecupi garis leher Kesya, bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat percintaan mereka tadi. Bagaimana tidak, dia harus membimbing Kesya yang tidak berpengalaman ke dalam hal-hal lain yang tentunya membawa mereka dalam kepuasan bersama."Kau baik-baik saja?"Suara Sean yang terdengar parau tiba
"Istriku."Bisikkan itu lembut mengalun bagaikan musik syahdu yang menyejukkan hati. Di bawah kegelapan temaram Kesya merasakan lekukan lehernya dikecupii. Deru napas terasa panas menggelitik, dadanya yang malang sesak menahan debaran yang memukul. Suara lenguhan lolos tak tertahan ketika merasakan sentuhan itu bertambah intim. Tubuhnya yang tak berdaya, hanya bisa pasrah ketika diraup dan dibawa ke atas ranjang.Sean mengawasi wajah Kesya yang merona karena malu. Ketika kepala Kesya menyentuh permukaan ranjang, lelaki itu langsung menyusul di atasnya, menghadiahkan ciuman terbuka dan lidah menggoda yang tidak mungkin bisa ditolak Kesya. Tanpa ampun Sean meelumat, menccicipi, dan mennyesap kelembutan bibir Kesya yang terasa manis dan meledakkan hasratnya dengan cepat."Bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"Suara Sean yang terdengar parau tiba-tiba terdengar dekat di sisi telinganya, membuat Kesya sedikit terkesiap. Ditatapnya kedal
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t