Hello readers...
Happy reading....Sean tak kuasa menahan senyum sepanjang jalan menuju mansion keluarga besar Kingston, hatinya seperti bunga bermekaran di musim semi tatkala mendapat persetujuan dari gadis yang sudah mengisi harinya belakangan ini.Flashback on"Mau berkencan dengan ku?" Sean bertanya menatap dalam manik coklat Kesya."Huh?" Kesya menjawab dengan nada tidak percaya.Melihat guratan di wajah kebingungan Kesya, Sean menambahkan perkataan."Aku tidak pernah jatuh cinta Kesya, aku tidak tahu apa itu cinta. Bagiku, hubungan itu hanya sebatas ranjang, saat aku sudah turun dari atas ranjang maka selesai sudah, tak ada lagi hubungan apapun. Jantungku tidak pernah berdebar sama seperti yang ku rasakan saat di dekatmu, melihatmu menangis ada luka yang tak bisa ku jelaskan di lubuk hatiku, saat kau mengangkat dagu menantangku aku semakin menggila untuk memiliki mu. Aku tahu kau sangat membenciku, sikapku sudah keterlaluan pada mu, tapi tidakkah kau mengerti, semua itu kulakukan hanya untuk mendapat perhatian dari mu. Aku tidak tahu cara mendekatimu dengan benar, balasan dingin dari mu membuat ku memutuskan cara seperti itu. Aku memang pria berotak selangkangan, tapi ketahuilah hati ku juga merindu dicintai. Kau dan aku bukanlah manusia tanpa cela, aku tahu luka di hati mu bersemayam di balik kesombongan mu, kau membentengi diri dengan keangkuhan dari rasa sakit yang kau pendam. Kesya, aku tidak berjanji untuk tidak pernah menyakitimu tapi izinkan aku untuk menemanimu membalut luka meskipun luka yang kau dapat dariku nantinya. Lupakan cerita semalam, hari ini biarkan kita menyatu membentuk cinta. Temani aku, aku membutuhkanmu." Sean berucap ironi menumpahkan seluruh isi hatinya di hadapan Kesya.Kesya memandangi wajah sendu di hadapannya, rasa haru, gelisah, terkejut, bersatu dalam benaknya."Aku bukan wanita sepadan denganmu, aku hanya sebatas debu di hamparan berjuta pasir, tidakkah kau salah memintaku untuk mengajari mu cinta?" Kesya berujar lemah, kristal bening membuat pandangannya mengabur."Aku rela meninggalkan kemewahan jika kesederhanaan membuatku bahagia, aku rela menggenggam debu dan mencintai layaknya berlian." Sean sengaja berterus terang untuk meyakinkan Kesya.Kesya terdiam meragu, meskipun begitu jantungnya tak mampu berbohong, hatinya terenyuh mendengar kalimat Sean."Tapi aku adalah seorang penari striptis, bahkan Upik abu tak layak dibandingkan dengan diriku, apa yang kau banggakan jika nanti aku berada di sisimu" Kesya berucap lirih sengaja berterus terang tentang dirinya.Tanpa menunggu lama lagi, Sean langsung membawa Kesya ke dalam pelukannya dan mendekapnya erat."Aku tidak peduli tentang siapa dirimu, semua dalam dirimu, kekurangan maupun kelebihan, aku akan menerimanya." Sean berujar mantap, menghadiahkan kecupan kecil di puncak kepalanya.Kesya menangis kencang, menumpahkan seluruh kesedihan, kesepian, penderitaan, ketakutan, dan semuanya, semua yang telah lama terpendam seorang diri."Kau menyakiti hatiku dengan tangis mu." Sean berbisik lirih, tangis Kesya membuat sudut hatinya terpukul."Kau membuatku menangis." Kesya membalas serak, dia segera melarikan punggung tangannya mengusap air matanya.Sean melepas pelukan mereka, menatap wajah sembab Kesya yang sudah mereda dari tangis."Kenapa kau selalu cantik dalam keadaan apapun." ujarnya untuk membuat Kesya malu.Dan berhasil, semburat merah mulai menghiasi wajah Kesya, dia menundukkan kepalanya gugup.Sean tertawa keras."Dimana wanita angkuh yang selalu menantang ku selama ini, kenapa dia berubah jadi kucing jinak." Sean berucap menyindir Kesya, melancarkan aksi menggodanya."Diam sialan." gugup Kesya menahan debaran jantungnya yang menjadi."Aku ingin pagi ku sehangat ini, selamanya." Sean tersenyum tulus, membawa tubuh Kesya kembali ke dalam pelukannya.Kesya menenggelamkan wajahnya di dada bidang Sean, bibirnya tak letih tersenyum sedari tadi."Kesya?" Sean memanggil wanita yang masih bersandar nyaman di dadanya."Ya?""Saat ini kita resmi jadi sepasang kekasih." Sean berujar meresmikan hubungan mereka, dia bisa merasakan bahwa Kesya mengangguk sebagai jawaban di dadanya.Suara siulan menjadi pengiring Sean membawa kakinya memasuki mansion mewah, kebahagiaan dirinya belum juga menghilang, senyumnya bahkan masih bertahan di wajah tampannya, gerakannya berhenti saat suara yang tak asing menyapa dirinya."Aku pikir kau tidak akan sudi menginjakkan kaki di mansion ini." Maria yang tak lain adalah ibu sambung Sean langsung menghentikan langkah putra tirinya dengan seutas kalimat sindiran."Aku tidak perlu menghabiskan waktu hanya untuk menjelaskan alasan yang sudah tentu kau ketahui, i..bu." Sean melempar perkataan yang tak lagi membuat Maria mampu berkata-kata, dan tidak dilupakannya menekan kata terakhir di ujung kalimatnya, bibirnya tak pernah sudi mengucapkan kata ibu untuk seorang seperti dirinya yang tak tahu malu."Anak sialan." bisik Maria dengan nada mendesis segera setelah Sean meninggalkannya.Sean mendorong pintu ruang kerja ayahnya dengan kasar, mengambil duduk di sofa yang terletak tengah ruangan itu."Katakan dengan cepat, aku tidak tahan dengan aroma busuk di mansion ini." Sean bermaksud menyindir kedua wanita parasit yang kini sudah memiliki status Kingston, siapa lagi kalau bukan ibu tiri dan adik tirinya Sheila."Aku tidak suka awal kata manis jika akhirnya berujung pahit." Charles yang tak lain adalah ayah Sean membalas dengan kalimat yang membuat keningnya berkerut bingung."Jelaskan." perintah Sean singkat dan dingin"Putuskan hubunganmu dengan penari striptis itu." Charles menjawab dengan sepenggal kalimat yang langsung menghapus kebingungan di wajah Sean."Jika kau sudah selesai, aku pergi." Sean berucap datar setelah berhasil lolos dari keheningan yang menyapa mereka sesaat tadi, dia lalu mengangkat bokong dari sofa berjalan mendekati pintu, perintah ayahnya sama sekali tidak diindahkan."Kau bisa memilikinya asalkan identitasnya tetap terjaga, aku tidak ingin keluarga Kingston menjadi headline news di berbagai negara nantinya." Charles menambahkan perkataannya yang membuat Sean berhenti di ujung pintu. Dia sangat mengenal putranya, mengalah adalah jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan hubungan di antara mereka yang sudah lama retak.Sean tidak perduli apapun pendapat ayahnya,tanpa membalas perkataannya, dia melanjutkan langkahnya."Kak Sean!" pekik girang seorang gadis yang tak lain adalah Sheila ketika melihat Sean menuruni anak tangga.Sean tak membalas bahkan melirik pun tidak, kedua wanita itu sama sekali tidak dianggap olehnya."Kak Sean, Sheila sangat merindukanmu." Sheila berujar manja dengan nada sensual, tanpa rasa malu dia mengalungkan tangannya di lengan Sean sambil bergelayut manja disana."Jangan sentuh aku." Sean menarik tangannya kasar membuat tubuh Sheila terhuyung ke belakang hingga akhirnya jatuh terduduk di lantai karena kehilangan keseimbangan."Apa yang kau lakukan Sean!" Maria meneriaki Sean sesaat setelah melihat putri kandungnya meringis menahan sakit di lantai."Nasehati putrimu agar tidak berlaku jalang sepertimu." Sean memperingati dingin membuat balasan menohok untuk wanita yang menatap dirinya berapi-api."Tutup mulutmu." perintah Maria tidak terima dirinya disebut jalang.Sean hanya mengangkat sudut bibirnya miring, rasa muak sudah tak lagi sanggup di tahannya. Dengan langkah lebar dia melangkah keluar dari mansion meninggalkan kedua wanita berstatus ibu dan anak itu."Kak Sean! Kak Sean! Jangan pergi, jangan tinggalin Sheila!" Sheila meneriaki nama Sean dengan sekuat tenaga yang tentunya sama sekali hanya dianggap angin lalu olehnya."Aku tidak terima di perlakukan seperti ini, aku akan mendapatkan mu, bagaimana pun caranya." Sheila bermonolog sendiri dengan mendesis tajam, kegilaannya untuk memiliki Sean sudah tak terbendung lagi. Dia tidak peduli bahwa mereka kini sudah menjadi saudara, Sean hanya boleh akan memiliki status sebagai pendampingnya tidak yang lain.Sean meninju stir mobil sekencang-kencangnya demi melampiaskan kemarahan, mansion yang dulu penuh tawa bahagia kini berubah menjadi tempat yang paling mengerikan. Sejak perceraian kedua orangtuanya, Sean tak pernah sudi menginjakkan kaki di sana, semua ini karena kebodohan ayahnya, nafsu sesaat membuat mereka harus rela lepas dari kebahagiaan.Sean merogoh sakunya mengeluarkan benda pipih berlogo Apple lalu mendial nomor seseorang."Hallo?" suara merdu di balik panggilannya membuat ketenangan mulai mengisi hatinya."Sean ada apa?" suara itu mulai terdengar khawatir saat tak mendengar balasan.Tarikan nafas panjang di lakukan Sean sebentar sebelum membalas nada panik diseberang sana."Aku merindukanmu.......... sangat merindukanmu." Sean berujar lambat menekan setiap kata yang keluar dari bibirnya, kalimat itu merupakan percakapan terakhir di antara mereka, Sean langsung mengakhiri panggilannya sepihak.Sementara ditempat lain Kesya menatap bingung ponselnya."Dia sudah gila rupanya." monolog Kesya seorang diri, lalu melanjutkan kembali aktifitasnya merias diri. Yah, hari ini dia kembali bekerja menjadi seorang penari striptis, di polesnya wajah putih cantik itu dengan berbagai alat penunjang kecantikan.Rasa sedih merayapi dirinya mengingat dia yang seorang penari striptis menjalin kasih dengan seorang Kingston. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin, entah kenapa ada keinginan kuat dalam drinya untuk tak lagi mempertontonkan seluruh tubuhnya di hadapan semua orang."Aku makan gratis selama sebulan, aku menang dalam taruhan kita." Adrian berujar tiba-tiba dan langsung membuyarkan lamunan Kesya. Dia sudah tahu hubungan Kesya dengan Sean, awalnya rasa sakit tak bisa ditolak mendengar kenyataan pahit bahwa cintanya tak terbalas, tapi demi kebahagiaan Kesya dia rela menekan rasa itu menyembunyikan di ulu hatinya."Jangan di tempat mahal, aku bukan ratu Elisabet yang punya segudang uang." Kesya menimpali perkataan Adrian memberi peringatan yang ultimatum padanya."Kita akan berkencan selama sebulan." Andrian membalas menyelipkan nada menggoda pada Kesya.Kesya hanya memutar bola matanya malas."Aku mohon jangan menari terlalu erotis, aku sudah letih bermain solo." Adrian kembali menambahkan perkataanya dengan nada pura-pura memelas."Pergilah, aku akan tampil sebentar lagi." Kesya memberi Adrian perintah untuk segera meninggalkannya.Adrian membalas dengan kekehan.Kesya mematut dirinya sekali lagi, jantungnya kembali berdetak kencang, status yang dimilikinya sebagai seorang kekasih Sean membuat nyalinya menciut hilang tak berbentuk.Kau tidak pelacur, hanya penari. Kesya membatin menguatkan dirinya.Dengan perlahan dia mulai mengambil topeng yang tergeletak di sampingnya, kali ini tubuhnya dibungkus rapi oleh gaun hitam panjang, tangannya bergerak memasang topeng di wajahnya sebelum sebuah suara mengurungkan niatnya."Christin, temui boss di ruang VIP." perintah salah seorang wanita yang berprofesi seperti dirinya."Tapi sebentar lagi aku akan tampil." Kesya membantah perkataan wanita itu, telinganya sudah letih mendengar kerumunan orang meneriaki namanya."Biar aku yang menggantikan mu.""Tapi......"Pergilah." potong wanita itu cepat, mendorong tubuh Kesya keluar dari ruang hias.Siapa sangka Dewi Fortuna kali ini berpihak padanya, dengan langkah pasti dia keluar dari ruangan hias, mengangkat sedikit gaun hitam menjuntai di lantai agar tidak terinjak olehnya. senyum bahagia terpatri di wajahnya, dia benar-benar tidak ingin tampil malam ini.Kesya mengayunkan tangannya sesaat setelah berada di depan ruang VIP, suara berat berisikan perintah terdengar dari dalam.Cklek.."Kau?!"Oh tolong dilewatkan yah, sepertinya ada sedikit icip-icip di part ini. Mohon bantuannya untuk tidak membully. WKKWKKWKKWKWKKWhappy readingKesya memekik kaget di luar pintu saat mendapati Sean berada di dalam ruangan VIP, sungguh kehadiran yang tak pernah dibayangkan olehnya. Matanya bergerak liar menjelajahi seluruh isi ruangan, tak ada seorang pun disana, tak ada boss yang mencarinya, hanya ada sosok pria tampan disana duduk seorang diri.Begitu Kesya melangkah kedalam, wajah Sean langsung mendongak mengukir senyum bahagia.Dengan tenang, Sean mengulurkan tangannya memberi isyarat pada Kesya untuk mendekat padanya."Kemarilah, Baron tidak disini jika dia yang kau cari." ujar Sean bernada memerintah dan menjawab kebingungan di wajah Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya langsung memburu Sean dengan pertanyaan mengabaikan perintahnya."Apa lagi kalau bukan menjemput kekasihku" Sean
Thanks for reading ❤️let's meet Sean and Kesya againNgakak aku tuh pas baca novel aku yang ini, idih geli sendiri gua, malah tulisannya juga jelek. Pengen ngebully tapi sayang yang nulis saya sendiri. wkwkwkkwkwPewaris tunggal Kingston Corp kepergok berkencan dengan seorang gadis yang belum diketahui asal usulnya, hal ini tentu menjadi buah bibir terhangat di beberapa negara mengetahui bahwa seorang Sean Theodore Kingston akhirnya lepas dari penyandang gelar playboy selama bertahun-tahun.kabar itu juga menjadi bukti bahwa hubungan Sean dengan Helena telah berakhir."Wah, duniamu semakin mengerikan." Adrian meledek Kesya yang menatap kesal layar televisi di hadapannya. Saat ini mereka tengah berada di restoran Jepang, sesuai perjanjian, Kesya harus rela menjadi ATM berjalan untuk Adrian selama sebulan."Setidaknya ak
Happy ReadingTeman-teman jika berkenan bolehkah kiranya saya minta tap love kalian, supaya novel ini dikontrak. Hihihihih... gak maksa tapi. Terimakasih"Se-sean?" Kesya membelalak tak percaya bahwa pria yang duduk di kursi kayu adalah Sean."Kenapa wajah mu memucat, hm?" dengan tatapan membunuh Sean melangkah mendekati Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya tergagap, matanya bergerak liar menghindari tatapan Sean."Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi kekasihku?" Sean tersenyum miring bermaksud menyindir Kesya."Bu-bukan begitu, aku......."Aku melihat mu berciuman dengan pria asing." potong Sean cepat tanpa mendengar kelanjutan kalimat Kesya."Kau salah paham, namanya Adrian dan dia adalah sahabat ku, dia seorang DJ di club' tempat ku bekerja dulu." jelas Kesya yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa tertekan dengan tatapan Sean
Sean membuka matanya ketika merasakan sinar matahari mengganggu tidurnya. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepalanya yang terasa berat seperti tertimpa bongkahan batu besar, hang overnya mulai mereda. Dengan perlahan, dia menegakkan tubuhnya duduk di atas ranjang.Kepingan-kepingan memori tadi malam membuat Sean langsung membelalak. Matanya bergerak cepat menoleh ke sisi ranjang yang kosong. Dia segera melompat saat menyadari wanita yang menemani tidurnya tadi malam tidak berada di sampingnya.Rasa panik dan takut langsung mengisi benaknya."Kesya!" teriak Sean dengan suara membahana. Dia berlari dari dalam kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa."Kesya! Dimana kamu...."Sean tak lagi melanjutkan kalimatnya saat menyadari sosok wanita yang dicari sudah menampakkan diri."Sean, kau sudah bangun?" tanya Kesya yang baru saja datang dari arah pintu.Sean melangkah lebar menghampiri Kesya yang berdiri dengan wajah b
Happy reading....Rahang Kesya hampir terlepas ketika mobil Sean berhenti di depan sebuah butik megah dan pastinya paling mahal se-kota itu. Kedua tangannya menepuk-nepuk pelan pipinya memastikan semua itu bukanlah mimpi."Se-sean, apa yang kita lakukan disini?" Kesya bertanya terbata-bata, rasa tidak percaya membuat lidahnya kelu.Sean terkekeh pelan melihat mulut Kesya yang menganga lebar."Tutup mulutmu, aku tidak ingin binatang buas menelusup ke dalam." ujar Sean dengan nada menggoda yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keysa."Cih, dasar mesum." cibir Kesya mengerti maksud perkataan Sean."Ayo masuk." Sean menarik tangan Kesya cepat tanpa memperdulikan umpatan-umpatan gadis itu.Hal yang pertama sekali di lihat Kesya di dalam butik itu adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih, dihias berbagai jenis pakaian branded dunia yang berjejer rapi. Jangan lupakan juga, ruang tamu yang begitu luas dan kl
Suara denting sendok yang beradu mengiringi suasana di meja makan, terlihat sekelompok orang berbeda usia sedang menikmati makan malam. Pada akhirnya Sean dan Kesya memutuskan untuk menikmati makan malam di mansion utama Kingston. Walau Kesya harus mengeluarkan jurus ampuh dengan memasang wajah memelas, setidaknya usahanya membuahkan hasil, Sean akhirnya menuruti keinginan Kesya."Kesya?" panggil Charles mengusir kebisuan diantara mereka."Yah ayah mertua." jawab Kesya ramah sambil mendongak ke arah Charles.Charles tersenyum kecil mendengar panggilan Kesya, keberanian gadis sombong di hadapannya patut diacungi jempol. Jika orang lain di posisi Kesya, mungkin sudah lari ketakutan tanpa menoleh sedikit pun padanya. Tapi Kesya berbeda, keangkuhan membuat dirinya semakin menarik. Wanita itu bukan sembarang wanita."Kenapa kau memanggilku ayah mertua." pandangan mereka bertemu, Kesya tersenyum santai, dirinya sama sekali tidak gentar akan soro
Hai.. Hai...We are coming...Upss... warning ada adegan +++++Happy reading guys 😘Kesya mengerjapkan kelopak matanya berulang kali, mencoba untuk menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang sudah menelisik menerangi kamar itu.Perlahan dia menjauhkan diri dari dekapan laki-laki yang kini memeluknya namun, tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Kesya menyadari bahwa ada tangan besar yang menahan tubuhnya. Dia menghela nafas pasrah, lilitan di tubuhnya sangatlah kuat, sangat sulit untuk melepaskan diri dari dekapan itu. Kesya tertegun ketika melihat pahatan sempurna di hadapannya, tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat. Tangannya bergerak, membiarkan jari telunjuknya menelusuri seluruh wajah pria itu mulai dari mata, hidung, pipi, hingga berakhir di bibir. Kesya mengelus lembut bibir seksi yang baru dicicipinya tadi malam."Pantas saja banyak wanita yang rela melemparkan diri begitu saja padamu, kau memang pencium h
Happy readingBRAKK!!!!!!Sheila menutup pintu kamarnya kencang, pertikaian antara dirinya dengan Kesya benar-benar mengusik jiwanya. Kehadiran Kesya sungguh ancaman besar untuknya, dia tidak rela Sean jatuh ke pelukan wanita itu. Membayangkan saja darahnya sudah mendidih, Kesya memang bukan wanita sembarangan, dia jauh lebih licin dari ular. Wanita itu punya lidah lembut sekaligus tajam, setiap perkataan yang keluar dari mulut Keysa berhasil membungkamnya."Argghhhhh....brengsek! Wanita jalang sialan!" teriak Sheila seraya menyugar rambutnya dengan kasar kebelakang. Tiba-tiba dia tersentak akan sesuatu hal, sedetik kemudian Sheila menatap pantulan dirinya di cermin rias yang ada di kamarnya.Kedua mata Sheila kompak membola, tangannya bergetar hebat saat mendapati luka di sudut bibirnya."Ti-tidak, a-aku tidak boleh terluka. Se-sean menyukai wanita cantik, aku wanita cantik, a-aku tidak boleh terluka. Tidak boleh... tidak
Hari ini benar-benar datang. Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka,momentyang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama kesakitan, merasa malu untuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan. Seorang perempuan yang sangat cantik tampak mengenakan gaun berwarna putih panjang. Potongan gaun pernikahan itu sedikit merendah di bagian dad@ membentuk hurufVmenampakkan leher jenjang nan bahu seksi itu. Tubuh indahnya terbungkus mewah dan membuat matanya tampak enggan berpaling. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu. Dia sangatlah cantik bak seorang Dewi. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Lengannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar ketika di sentuhkan ke w
"Apa maksudmu!"Wajah Charles mengeras mendapat perlakuan sedemikian buruk. Langkahnya untuk segera bertemu dengan Emily tertahan begitu saja karena para pengawal langsung bergerak sigap, memagari dirinya supaya tidak bisa masuk. Charles menggertakkan giginya, kemarahannya yang tampak kelas menguar dari matanya membuat suasana disini terasa mencekam. Begitupun halnya dengan para pengawal itu, tetapi mereka lebih menaruh rasa takut pada kemarahan Sean nantinya. Lelaki itu akan murka jika perintahnya dibantah, bisa saja leher mereka akan menjadi sasaran amukannya. Karena itulah untuk menghindari semuanya, mereka lebih baik memilih perintah Sean."Ku katakan sekali lagi menyingkir dari jalanku" desis Charles mengancam."Maaf tuan. Anda tidak bisa masuk."Rupanya amarahnya itu tak lagi bisa ditahan. Di detik yang sama Charles menelusupkan tangannya di balik jas, meraih senjatanya sebelum kemudian menodongkannya tepat di dahi pengawal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"Dahi Kesya berkerut ketika melihat keberadaan Sean di dapur. Lelaki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek selutut. Kesya melangkah maju ke arah Sean sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sean yang rupanya memergoki kebingungan istrinya tersenyum tipis. Perempuan itu pastilah bertanya-tanya mengapa keadaan rumah ini sepi. Namun Sean tidak ingin menyudahi kebingungan Kesya untuk waktu yang cepat, dia masih ingin menikmati wajah cantik itu dalam selang waktu yang lama."Kemana semua para pelayan? Sejak kita pindah di rumah ini, aku tidak menemukan siapapun selain kita berdua dan beberapa pengawal yang berjaga di luar." sambil menolehkan kepala ke arah Sean, Kesya berkata. Mengambil jarak sedekat mungkin, berdiri tepat di bawah dagu Sean.Ekspresi Sean lembut sementara jemarinya bergerak, menyelipkan anak-anak rambut yang menempel di dahi Kesya. Perempuan itu sungguh cantik, meski tanp
"Selamat pagi."Bisikan lembut yang menyapu indera pendengaran berhasil menembus kesadaran Kesya. Perlahan kelopak matanya mengerjap sebelum kemudian mata coklat terang itu terbuka lebar. Hal yang pertama sekali menyapa penglihatannya adalah wajah Sean yang sangat dekat dengan wajahnya, pipi Kesya merah padam, dia hendak menundukkan kepala tetapi jemari Sean langsung dengan bergerak sigap meraih dagunya memaksa menoleh ke arahnya."Apa yang sedang kau pikirkan? pipimu merona, dan itu membuatku bertanya-tanya." ujar Sean sambil menggeser hidungnya di hidung Kesya."Aku... tidak baik-baik saja." suara Kesya serak, senyumnya terurai karena malu-malu.Sean terkekeh kecil, kemudian menarik pinggang Kesya semakin merapat padanya. Tangannya bergerak sensual mengusap permukaan kulit Kesya, sementara matanya terpaku kedalam mata coklat itu. Sean menipiskan bibirnya ketika melihat pipi Kesya yang bertambah merah padam. Perempuan itu tengah men
Proses percintaan itu berlangsung begitu lama. Setelah ledakan yang luar biasa yang menguras kekuatan fisik dan mental, Kesya terbaring di sana dengan mata nyalang. Dadanya bergerak naik turun berjuang keras untuk memompa udara ke paru-parunya. Tubuh Sean masih terbaring di atasnya, dini hari menjelang lelaki itu seolah enggan melepaskan diri dari tubuhnya.Napas Sean sama terengahnya dengan napas Kesya. Dadanya pun bergerak naik turun sementara kepalanya tenggelam di sisi wajah Kesya, sesekali menggesekkan bibirnya mengirim sinyal senyar untuk kembali menggoda Kesya. Perempuan ini berhasil membuatnya kehilangan kontrol dan itu membuatnya senang. Sean mengeecupi garis leher Kesya, bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat percintaan mereka tadi. Bagaimana tidak, dia harus membimbing Kesya yang tidak berpengalaman ke dalam hal-hal lain yang tentunya membawa mereka dalam kepuasan bersama."Kau baik-baik saja?"Suara Sean yang terdengar parau tiba
"Istriku."Bisikkan itu lembut mengalun bagaikan musik syahdu yang menyejukkan hati. Di bawah kegelapan temaram Kesya merasakan lekukan lehernya dikecupii. Deru napas terasa panas menggelitik, dadanya yang malang sesak menahan debaran yang memukul. Suara lenguhan lolos tak tertahan ketika merasakan sentuhan itu bertambah intim. Tubuhnya yang tak berdaya, hanya bisa pasrah ketika diraup dan dibawa ke atas ranjang.Sean mengawasi wajah Kesya yang merona karena malu. Ketika kepala Kesya menyentuh permukaan ranjang, lelaki itu langsung menyusul di atasnya, menghadiahkan ciuman terbuka dan lidah menggoda yang tidak mungkin bisa ditolak Kesya. Tanpa ampun Sean meelumat, menccicipi, dan mennyesap kelembutan bibir Kesya yang terasa manis dan meledakkan hasratnya dengan cepat."Bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"Suara Sean yang terdengar parau tiba-tiba terdengar dekat di sisi telinganya, membuat Kesya sedikit terkesiap. Ditatapnya kedal
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t