Happy Reading
Teman-teman jika berkenan bolehkah kiranya saya minta tap love kalian, supaya novel ini dikontrak. Hihihihih... gak maksa tapi. Terimakasih
"Se-sean?" Kesya membelalak tak percaya bahwa pria yang duduk di kursi kayu adalah Sean."Kenapa wajah mu memucat, hm?" dengan tatapan membunuh Sean melangkah mendekati Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya tergagap, matanya bergerak liar menghindari tatapan Sean."Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi kekasihku?" Sean tersenyum miring bermaksud menyindir Kesya."Bu-bukan begitu, aku......."Aku melihat mu berciuman dengan pria asing." potong Sean cepat tanpa mendengar kelanjutan kalimat Kesya."Kau salah paham, namanya Adrian dan dia adalah sahabat ku, dia seorang DJ di club' tempat ku bekerja dulu." jelas Kesya yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa tertekan dengan tatapan Sean yang mengintimidasi."Sahabat eh? dan kau berciuman dengan sahabat mu, begitu?." Sean berujar dingin, alasan konyol Kesya sama sekali tak membuatnya tak"Kami tidak berciuman, kau salah lihat." Kesya hampir frustasi menjelaskan keadaan yang sebenarnya."Begitu rupanya? Apa kau juga sudah naik ke atas ranjangnya." ujar Sean yang langsung membuat Kesya mendongak."Apa maksudmu." perkataan dingin menusuk terlontar dari bibir Kesya."Kau tidak mengerti? Biar ku permudah, kau sudah tidur dengannya?." Sean bertanya menyindir Kesya sinis.Melihat kebungkaman Kesya, Sean kembali menambahkan perkataanya."Bagaimana dia di ranjang? Memuaskan? Sudah berapa kali kau tidur dengannya?""Cukup." ujar Kesya dingin menatap marah Sean yang berada di hadapannya."Kenapa? Ada yang salah dengan perkataan ku?" balas Sean tersenyum miring, memandang dalam wajah Kesya."Aku bilang cukup Sean!" teriak Kesya dengan nafas memburu, dia menutup telinga dengan kedua tangannya, melindungi diri dari caci maki pria itu."Aku pikir derajat mu akan terjaga setelah menjadi pasangan ku. Ternyata aku salah, sekali jalang tetaplah jalang. Kau memang pelacur tak tahu di........"PLAKK.....Suara tamparan keras mendarat mulus di wajah Sean, pipinya menoleh ke samping."Aku.bukan.pelacur." desis Kesya menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya."Apa aku serendah itu di matamu? Apa aku memang begitu hina? Lantas, untuk apa kau berucap manis padaku jika kau masih saja menganggap ku tak bernilai. Asal kau tahu, saat kau meneriaku jalang, aku sangat terluka. Rasanya sangat menyakitkan Sean, benar-benar menyakitkan." ujar Kesya melanjutkan perkatannya dengan lemah, derai air mata yang bertubi-tubi jatuh membasahi permukaan wajah Kesya, turut mengerti luka hati yang saat ini dirasakan.deg!Sean tak mampu tuk berucap, bibirnya kelu. Setiap tetesan air mata Kesya seperti silet yang menyayat hati. Dia sama sekali tidak bermaksud menghina Kesya, tapi kecemburuannya membuat dirinya tak mampu berpikir jernih."Kesya, aku minta ma....""Pulanglah, aku ingin sendiri." Kesya berujar datar memotong cepat kalimat Sean, menghapus air mata di pipinya kasar, dia sudah tidak sanggup lagi berlama-lama bersama pria itu.Menyadari sikapnya yang keterlaluan, Sean berbalik melangkah cepat meninggalkan rumah Kesya dengan sejuta perasaan bersalah.Sepeninggal Sean, tubuh Kesya luruh di lantai. Dia menelungkupkan wajahnya di kedua lututnya, menangis sekencang-kencangnya sembari memukul-mukul dadanya yang terasa sesak."Ibu, kenapa kau membiarkan ku berjuang seorang diri. Aku kesepian, menderita, terluka, semuanya begitu menyakitkan. Aku ingin ibu, aku ingin ibu, bawa aku pergi bersama ibu. Aku sudah tidak sanggup lagi." dengan tersedu-sedu Kesya menangis di keheningan, berharap Sang malam bawa pesan. Kesya yang malang bertopeng wajah sombong, kembali meratapi nasib yang tak pernah sudi menyinggahi hidupnya dengan setitik kebahagiaan.Kadang yang terlihat kokoh seperti karang dia lah yang menyimpan luka sedalam lautan.Disisi lain, Sean sudah seperti orang gila, meracau tidak jelas sembari meneriakkan nama Kesya berulang kali di tengah kebisingan."Sean hentikan, kau sudah sangat mabuk." ujar Dastan menghentikan tangan Sean yang ingin meneguk alkohol lagi."Dastan tidak tahu alasan sahabatnya berada disini, dia hanya mendapat pesan dari assisten Sean bahwa sahabatnya mabuk di club' Baron."Aku tidak mabuk, berikan pada ku, aku masih ingin minum." gumam Sean tidak jelas mencoba meraih alkohol dari tangan Dastan."Tutup mulut mu brengsek, kau sudah mabuk." seru Dastan menatap jengkel pria itu.Dddrrrtttt....Getar ponsel membuat Dastan mengalihkan perhatiannya dari Sean. Dia berdecak kesal saat melihat nama Charles ayah Sean di layar ponselnya."Jangan kemana-mana, aku akan segera kembali." seru Dastan tepat di telinga Sean sebelum kemudian meninggalkan pria itu di meja bar."Aisss.... sial! Aku kesini hanya untuk melihat wanita bertopeng itu. Dia membuat gairahku memuncak." ujar salah seorang penghuni club' kesal."Kau benar, aku bahkan masih mengingat setiap lekuk tubuh indahnya. Dia benar-benar menggoda." sosok pria lain juga ikut menimpali perkataan pria itu."Aku sangat ingin menghabiskan malam panas dengannya, aku bahkan rela harta ku habis hanya untuk mencicipi tubuhnya." lanjut pria pertama sambil membayangkan tubuh molek gadis dimaksud."Dia sudah beberapa hari tidak menari, kalau bukan karena dia aku tidak sudi meninggalkan jejak kaki di tempat ini.""Begitu juga dengan ku, aku merindukan Christin. Jalang beruntung bertubuh indah. Aku yakin, dia pasti sangat liar jika sudah berada di ranjang. Aku sangat ingin menyatukan diri ku dengan lubang hangat miliknya saat ini juga, akan ku buat dia mendesah nikmat di bawahku."Kedua pria itu tertawa keras.Sean yang mendengar nama Christin langsung menoleh kesamping. Dia belum benar-benar mabuk bahkan dia mendengar seluruh isi percakapan kedua pria itu. Kesadarannya perlahan-lahan kembali saat kedua pria di sampingnya menyebut nama Christin. Netra birunya seketika berkilat marah melihat tawa menghina dari kedua pria itu.Bangsat! Beraninya kau menyebut nama kekasih ku dengan mulut kotormu. batin Sean.Dengan langkah sempoyongan Sean menghampiri kedua pria yang tak jauh dari tempatnya dan membalikkan punggung pria itu kasar.Bugh!!!Tinjuan keras mendarat di rahang salah satu pria itu, tubuhnya terjungkal kebelakang mendapat serangan tiba-tiba. Seisi club' memekik kaget."Dia bukan jalang tapi kekasih ku! Beraninya kau menyebut namanya dengan mulut kotormu!" teriak Sean marah.Bugh! Bugh! Bugh!Seperti kesetanan, Sean meninju wajah pria itu bertubi-tubi hingga mulutnya mengeluarkan darah segar."Ku bunuh kau! Ku bunuh!" Sean melarikan tangannya mencekik kuat leher pria yang sudah tak berdaya."Sean Cukup!" bentak Dastan yang sudah berada di antara kerumunan, dia langsung menarik tubuh Sean menjauh."Lepaskan! Lepaskan aku! Akan ku bunuh dia." seru Sean memberontak sekuat tenaga, meloloskan diri dari Dastan."Kendalikan emosimu, semua orang mengenalmu." peringat Dastan tegas, menahan kuat tubuh Sean yang masih berontak."Aku tidak peduli! Lepaskan aku!" teriak Sean, matanya tertuju menatap pria yang menggelepar di lantai dengan wajah mengerikan."Tenang brengsek, kau tidak ingin identitas Kesya terbongkar bukan?" Dastan sudah kewalahan menghadapi emosi Sean yang seperti singa lapar, hanya Kesya yang bisa menenangkan dirinya saat ini.Dan berhasil, Sean tak lagi berontak setelah mendengar nama Kesya. Dia melepaskan diri dengan kasar dari Dastan lalu melangkah keluar tanpa mendengarkan teriakan darinya."Sial! Dia yang berbuat, aku yang bertanggung jawab." geram Dastan lalu mendekati pria yang masih terkapar di atas lantai.Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia bahkan menyelip, memotong, bahkan mendahului kendaraan yang menghalangi jalannya. Amarahnya belum juga hilang, jika bukan karena Dastan yang menghalangi dirinya, sudah pasti kedua pria itu akan mati detik itu juga. Sean semakin menambah kecepatannya, dia sama sekali tidak peduli dengan nyawanya yang bisa saja melayang.Sean memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana, dengan langkah lebar dia berjalan mendekati rumah itu."Kesya!" teriak Sean sembari menggedor-gedor pintu kayu."Kesya!""Kesya! Buka pintunya!"Kesya yang meringkuk di dalam selimut seketika tersentak saat mendengar teriakan dari luar. Dia langsung menyingkap selimut dari tubuhnya lalu menuruni tangga dengan berlari."Kesya! Buka pintunya....."Tangan Sean menggantung di udara setelah pintu itu terbuka kasar."Ada apa?" tanya Kesya dengan nada datar setelah melihat kehadiran pria yang beberapa saat lalu membuatnya menangis. Jika bukan karena dirinya peduli dengan tetangga, dia tidak akan sudi membuka pintu untuknya.Tanpa menjawab pertanyaan Kesya, Sean langsung meringsut maju membawa tubuh Kesya ke dalam pelukannya, gadis itu mematung."Maafkan aku, ku mohon maafkan aku." lirih Sean mengeratkan pelukannya.Kesya bungkam, dia sudah terlalu kecewa dengan penghinaan Sean terhadap dirinya."Aku tahu, aku memang brengsek. Kau boleh memukul ku tapi tidak dengan menyuruh ku pergi dari hidup mu apalagi membenciku." ujar Sean tulus tanpa melepas pelukannya."Kau menghina ku." bisik Kesya lirih setelah berhasil lolos dari kebungkamannya."Aku memang brengsek." balas Sean cepat dan singkat."Kau memanggilku pelacur.""Maafkan aku, maaf."Kesya tak kuasa lagi menahan tangis, detik itu juga dia kembali menangis. Kedua tangannya melingkar membalas pelukan Sean."Maafkan aku, maaf. Aku berjanji tidak akan membuat mu menangis lagi." bisik Sean lembut sembari mengelus punggung Kesya.Kesya hanya menangis di pelukan Sean, menumpahkan seluruh isi hatinya, hanya air mata yang mampu mengurangi rasa sakitnya.Aku hanya membutuhkan bahu untuk bersandar, aku tidak tahu bahwa seluruh tubuhmu berduri. Semakin aku menenggelamkan diri pada mu, semakin dalam luka yang ku dapat. Haruskah aku berhenti sampai disini?Sean membuka matanya ketika merasakan sinar matahari mengganggu tidurnya. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepalanya yang terasa berat seperti tertimpa bongkahan batu besar, hang overnya mulai mereda. Dengan perlahan, dia menegakkan tubuhnya duduk di atas ranjang.Kepingan-kepingan memori tadi malam membuat Sean langsung membelalak. Matanya bergerak cepat menoleh ke sisi ranjang yang kosong. Dia segera melompat saat menyadari wanita yang menemani tidurnya tadi malam tidak berada di sampingnya.Rasa panik dan takut langsung mengisi benaknya."Kesya!" teriak Sean dengan suara membahana. Dia berlari dari dalam kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa."Kesya! Dimana kamu...."Sean tak lagi melanjutkan kalimatnya saat menyadari sosok wanita yang dicari sudah menampakkan diri."Sean, kau sudah bangun?" tanya Kesya yang baru saja datang dari arah pintu.Sean melangkah lebar menghampiri Kesya yang berdiri dengan wajah b
Happy reading....Rahang Kesya hampir terlepas ketika mobil Sean berhenti di depan sebuah butik megah dan pastinya paling mahal se-kota itu. Kedua tangannya menepuk-nepuk pelan pipinya memastikan semua itu bukanlah mimpi."Se-sean, apa yang kita lakukan disini?" Kesya bertanya terbata-bata, rasa tidak percaya membuat lidahnya kelu.Sean terkekeh pelan melihat mulut Kesya yang menganga lebar."Tutup mulutmu, aku tidak ingin binatang buas menelusup ke dalam." ujar Sean dengan nada menggoda yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keysa."Cih, dasar mesum." cibir Kesya mengerti maksud perkataan Sean."Ayo masuk." Sean menarik tangan Kesya cepat tanpa memperdulikan umpatan-umpatan gadis itu.Hal yang pertama sekali di lihat Kesya di dalam butik itu adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih, dihias berbagai jenis pakaian branded dunia yang berjejer rapi. Jangan lupakan juga, ruang tamu yang begitu luas dan kl
Suara denting sendok yang beradu mengiringi suasana di meja makan, terlihat sekelompok orang berbeda usia sedang menikmati makan malam. Pada akhirnya Sean dan Kesya memutuskan untuk menikmati makan malam di mansion utama Kingston. Walau Kesya harus mengeluarkan jurus ampuh dengan memasang wajah memelas, setidaknya usahanya membuahkan hasil, Sean akhirnya menuruti keinginan Kesya."Kesya?" panggil Charles mengusir kebisuan diantara mereka."Yah ayah mertua." jawab Kesya ramah sambil mendongak ke arah Charles.Charles tersenyum kecil mendengar panggilan Kesya, keberanian gadis sombong di hadapannya patut diacungi jempol. Jika orang lain di posisi Kesya, mungkin sudah lari ketakutan tanpa menoleh sedikit pun padanya. Tapi Kesya berbeda, keangkuhan membuat dirinya semakin menarik. Wanita itu bukan sembarang wanita."Kenapa kau memanggilku ayah mertua." pandangan mereka bertemu, Kesya tersenyum santai, dirinya sama sekali tidak gentar akan soro
Hai.. Hai...We are coming...Upss... warning ada adegan +++++Happy reading guys đKesya mengerjapkan kelopak matanya berulang kali, mencoba untuk menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang sudah menelisik menerangi kamar itu.Perlahan dia menjauhkan diri dari dekapan laki-laki yang kini memeluknya namun, tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Kesya menyadari bahwa ada tangan besar yang menahan tubuhnya. Dia menghela nafas pasrah, lilitan di tubuhnya sangatlah kuat, sangat sulit untuk melepaskan diri dari dekapan itu. Kesya tertegun ketika melihat pahatan sempurna di hadapannya, tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat. Tangannya bergerak, membiarkan jari telunjuknya menelusuri seluruh wajah pria itu mulai dari mata, hidung, pipi, hingga berakhir di bibir. Kesya mengelus lembut bibir seksi yang baru dicicipinya tadi malam."Pantas saja banyak wanita yang rela melemparkan diri begitu saja padamu, kau memang pencium h
Happy readingBRAKK!!!!!!Sheila menutup pintu kamarnya kencang, pertikaian antara dirinya dengan Kesya benar-benar mengusik jiwanya. Kehadiran Kesya sungguh ancaman besar untuknya, dia tidak rela Sean jatuh ke pelukan wanita itu. Membayangkan saja darahnya sudah mendidih, Kesya memang bukan wanita sembarangan, dia jauh lebih licin dari ular. Wanita itu punya lidah lembut sekaligus tajam, setiap perkataan yang keluar dari mulut Keysa berhasil membungkamnya."Argghhhhh....brengsek! Wanita jalang sialan!" teriak Sheila seraya menyugar rambutnya dengan kasar kebelakang. Tiba-tiba dia tersentak akan sesuatu hal, sedetik kemudian Sheila menatap pantulan dirinya di cermin rias yang ada di kamarnya.Kedua mata Sheila kompak membola, tangannya bergetar hebat saat mendapati luka di sudut bibirnya."Ti-tidak, a-aku tidak boleh terluka. Se-sean menyukai wanita cantik, aku wanita cantik, a-aku tidak boleh terluka. Tidak boleh... tidak
We're coming...Happy reading guys đKesya menatap marah pria yang tengah duduk sembari bersedekap santai di atas kursi kayu, dadanya kembang kempis karena amarah yang juga belum surut.Sudah satu jam mereka terlibat pertikaian tapi masih juga belum bertemu dengan titik terang."Sean, aku tidak mau pindah dari sini." tukas Kesya mempertahankan pendapatnya."Aku tidak meminta izin mu, ini perintah!" seru Sean memberi ultimatum."Pokoknya aku tidak mau!" seru Kesya nyaring, menghentakkan ujung heelsnya di lantai."Begitu rupanya? Baiklah, jika kau tidak pindah ke apartemen bersama ku, maka aku yang akan pindah kesini. Kita lihat, bagaimana kau menghadapi gunjingan para tetangga nanti." ujar Sean dengan santai, diujung kalimatnya terselip ancaman."Dasar brengsek! Kau selalu saja memanfaatkan keadaan." teriak Kesya frustasi.Sean mengangkat sebelah sudut bibirnya."Jangan mema
Hai....hai...Ada sedikit kesalahan say, bukan di pentahouse yah tapi di apartemen..Maaf readers, aku keingat novel yang satu lagiđKesya memandangi seisi apartemen mewah Sean seorang diri, pria itu sudah pergi ke kantor sesaat setelah mengantar dirinya.Kesya seperti orang linglung ketika memasuki apartemen itu. Wajar saja, pertama kali dirinya menginjakkan kaki di tempat semewah ini. Dia melangkah cepat mendudukkan tubuh lelahnya di sofa yang terletak di ruang tamu. Tiba-tiba suara ramah wanita membuatnya terkesiap."Nona Kesya?" panggil seorang wanita berpakaian pelayan."I-iya?" Kesya tak bisanya menyembunyikan rasa gugup, refleks dia langsung berdiri dari sofa. Rasa canggung terlihat jelas di wajahnya."Tidak perlu sungkan nona, anda adalah majikan saya. Tuan Sean sudah memberitahu kedatangan nona Kesya terlebih dulu." jawab pelayan itu ramah membuat lipatan kecil di kening mulus Kesya."Huh? Aku tida
Taman itu sangat ramai, meskipun tak lagi berteman sang Surya. Banyak keluarga yang sedang bercanda tawa melepas penat, ada yang berjalan beriringan, bahkan tak terkecuali pasangan-pasangan yang bergandeng tangan, saling memeluk, memadu kasih tanpa rasa malu sedikit pun.Sean menggenggam tangan Kesya begitu erat, keraguan tiba-tiba melanda benaknya tak kala melihat keramaian. Ketidaknyamanan begitu jelas di wajahnya. Kesya yang berdiri di samping Sean dapat menyadari bahwa pria itu benar-benar tidak nyaman."Jika kau tidak nyaman, lebih baik kita pulang." Kesya berujar lembut menatap khawatir wajah Sean yang sudah memucat. Kesya sangat paham bagaimana kehidupan Kingston yang harus terperangkap di dalam istana bersama pengawal dan pelayan. Wajar saja Sean terlihat gelisah.Sean tersenyum tipis mengusir kekhawatiran di wajah Kesya."Tidak apa-apa, aku baik-baik saja, ayo kita masuk." Sean menarik tangan Kesya memasuki gerbang."Kau tida
Hari ini benar-benar datang. Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka,momentyang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama kesakitan, merasa malu untuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan. Seorang perempuan yang sangat cantik tampak mengenakan gaun berwarna putih panjang. Potongan gaun pernikahan itu sedikit merendah di bagian dad@ membentuk hurufVmenampakkan leher jenjang nan bahu seksi itu. Tubuh indahnya terbungkus mewah dan membuat matanya tampak enggan berpaling. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu. Dia sangatlah cantik bak seorang Dewi. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Lengannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar ketika di sentuhkan ke w
"Apa maksudmu!"Wajah Charles mengeras mendapat perlakuan sedemikian buruk. Langkahnya untuk segera bertemu dengan Emily tertahan begitu saja karena para pengawal langsung bergerak sigap, memagari dirinya supaya tidak bisa masuk. Charles menggertakkan giginya, kemarahannya yang tampak kelas menguar dari matanya membuat suasana disini terasa mencekam. Begitupun halnya dengan para pengawal itu, tetapi mereka lebih menaruh rasa takut pada kemarahan Sean nantinya. Lelaki itu akan murka jika perintahnya dibantah, bisa saja leher mereka akan menjadi sasaran amukannya. Karena itulah untuk menghindari semuanya, mereka lebih baik memilih perintah Sean."Ku katakan sekali lagi menyingkir dari jalanku" desis Charles mengancam."Maaf tuan. Anda tidak bisa masuk."Rupanya amarahnya itu tak lagi bisa ditahan. Di detik yang sama Charles menelusupkan tangannya di balik jas, meraih senjatanya sebelum kemudian menodongkannya tepat di dahi pengawal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"Dahi Kesya berkerut ketika melihat keberadaan Sean di dapur. Lelaki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek selutut. Kesya melangkah maju ke arah Sean sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sean yang rupanya memergoki kebingungan istrinya tersenyum tipis. Perempuan itu pastilah bertanya-tanya mengapa keadaan rumah ini sepi. Namun Sean tidak ingin menyudahi kebingungan Kesya untuk waktu yang cepat, dia masih ingin menikmati wajah cantik itu dalam selang waktu yang lama."Kemana semua para pelayan? Sejak kita pindah di rumah ini, aku tidak menemukan siapapun selain kita berdua dan beberapa pengawal yang berjaga di luar." sambil menolehkan kepala ke arah Sean, Kesya berkata. Mengambil jarak sedekat mungkin, berdiri tepat di bawah dagu Sean.Ekspresi Sean lembut sementara jemarinya bergerak, menyelipkan anak-anak rambut yang menempel di dahi Kesya. Perempuan itu sungguh cantik, meski tanp
"Selamat pagi."Bisikan lembut yang menyapu indera pendengaran berhasil menembus kesadaran Kesya. Perlahan kelopak matanya mengerjap sebelum kemudian mata coklat terang itu terbuka lebar. Hal yang pertama sekali menyapa penglihatannya adalah wajah Sean yang sangat dekat dengan wajahnya, pipi Kesya merah padam, dia hendak menundukkan kepala tetapi jemari Sean langsung dengan bergerak sigap meraih dagunya memaksa menoleh ke arahnya."Apa yang sedang kau pikirkan? pipimu merona, dan itu membuatku bertanya-tanya." ujar Sean sambil menggeser hidungnya di hidung Kesya."Aku... tidak baik-baik saja." suara Kesya serak, senyumnya terurai karena malu-malu.Sean terkekeh kecil, kemudian menarik pinggang Kesya semakin merapat padanya. Tangannya bergerak sensual mengusap permukaan kulit Kesya, sementara matanya terpaku kedalam mata coklat itu. Sean menipiskan bibirnya ketika melihat pipi Kesya yang bertambah merah padam. Perempuan itu tengah men
Proses percintaan itu berlangsung begitu lama. Setelah ledakan yang luar biasa yang menguras kekuatan fisik dan mental, Kesya terbaring di sana dengan mata nyalang. Dadanya bergerak naik turun berjuang keras untuk memompa udara ke paru-parunya. Tubuh Sean masih terbaring di atasnya, dini hari menjelang lelaki itu seolah enggan melepaskan diri dari tubuhnya.Napas Sean sama terengahnya dengan napas Kesya. Dadanya pun bergerak naik turun sementara kepalanya tenggelam di sisi wajah Kesya, sesekali menggesekkan bibirnya mengirim sinyal senyar untuk kembali menggoda Kesya. Perempuan ini berhasil membuatnya kehilangan kontrol dan itu membuatnya senang. Sean mengeecupi garis leher Kesya, bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat percintaan mereka tadi. Bagaimana tidak, dia harus membimbing Kesya yang tidak berpengalaman ke dalam hal-hal lain yang tentunya membawa mereka dalam kepuasan bersama."Kau baik-baik saja?"Suara Sean yang terdengar parau tiba
"Istriku."Bisikkan itu lembut mengalun bagaikan musik syahdu yang menyejukkan hati. Di bawah kegelapan temaram Kesya merasakan lekukan lehernya dikecupii. Deru napas terasa panas menggelitik, dadanya yang malang sesak menahan debaran yang memukul. Suara lenguhan lolos tak tertahan ketika merasakan sentuhan itu bertambah intim. Tubuhnya yang tak berdaya, hanya bisa pasrah ketika diraup dan dibawa ke atas ranjang.Sean mengawasi wajah Kesya yang merona karena malu. Ketika kepala Kesya menyentuh permukaan ranjang, lelaki itu langsung menyusul di atasnya, menghadiahkan ciuman terbuka dan lidah menggoda yang tidak mungkin bisa ditolak Kesya. Tanpa ampun Sean meelumat, menccicipi, dan mennyesap kelembutan bibir Kesya yang terasa manis dan meledakkan hasratnya dengan cepat."Bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"Suara Sean yang terdengar parau tiba-tiba terdengar dekat di sisi telinganya, membuat Kesya sedikit terkesiap. Ditatapnya kedal
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t