holla readers
I am right back....happy readingSean menatap lekat wajah dihadapannya, tangan panjangnya tak letih mengusap lembut punggung wanita itu, perasaannya tergelitik melihat wajah sembabnya."Sean, jangan pergi." lirih Kesya dengan suara serak, rasa takut tak kunjung pergi darinya."Aku disini, jangan takut." Sean berujar sangat lembut, sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, hatinya berubah tak karuan.Kesya tak menimpali ucapannya, dia menggeser tubuhnya, menempelkannya di dada bidang pria itu, tangan kecilnya melingkar sempurna di pinggang lebarnya, seakan takut pria itu pergi darinya.Jantung Sean berdegup kencang mendapat perlakuan tiba-tiba dari wanita itu, badannya membeku, dia menundukkan wajahnya menatap rumput hitam panjang yang kini sudah berada di pelukannya, tangannya berubah kaku.Aku tidak pernah merasakan seperti ini sebelumnya, banyak wanita yang pernah mengisi hidupku, tapi hanya kau yang mampu mendebarkan jantungku. Apakah ini yang namanya cinta?. batin Sean"Sean?" panggil Kesya pelan, memulai pembicaraan yang sempat membisu diantara mereka."Hm?" gumam Sean, tangannya kembali mengelus lembut punggungnya."Aku tidak tahu cerita esok, yang aku tahu hari ini aku berada di pelukanmu, dan itu cukup menjadi alasan kebahagiaanku saat ini." ujar Kesya tidak jelas, rasa benci hilang entah kemana. Dekapan hangat di tubuhnya perlahan mengusir rasa takutnya.Sean tersenyum kecil."Aku hampir pingsan mendengar kalimat manis dari bibir tajam mu."Kesya tak kuasa menahan senyum lebar di dada pria itu."Kau tahu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan di atas ranjang.""Apalagi kalau bukan bercinta." balas Sean cepat.Kesya mendengus pelan, seperti biasa otaknya tidak jauh-jauh dari selangkangan."Bukan bercinta tapi pillow talk." koreksi Kesya membenarkan jawaban pria yang mendekapnya.Sean menghentikan tangannya sebentar, keningnya berkerut bingung mendengar jawaban gadis itu."Kenapa begitu?"Kesya menarik nafas pelan."Tidak ada tempat yang lebih baik untuk berbagai selain pillow talk. Sama halnya dengan kita sekarang, kau tidak akan pernah tahu seberapa buruknya aku ketika menangis, kau mengerti maksudku?" jelas Kesya."Aku mengerti, maksud mu ranjang adalah tempat kita yang paling nyaman untuk berbagi kisah." balas Sean cepat menyimpulkan penjelasan gadis itu."Kau memang seorang Kingston." sindir Kesya, membenarkan jawaban pria itu.Sean tersenyum tipis, menumpukkan dagunya di puncak kepala gadis itu, dia memejamkan mata menikmati kehangatan yang tercipta di antara mereka."Ayo tidur, selamat malam Kingston." ujar Kesya tiba-tiba bersuara, semakin meringsut masuk di pelukannya.Sean membuka kelopak mata cepat."Bukan begitu cara mengucapkan selamat malam di Amerika." ujar Sean mengoreksi kalimat wanita itu.Kesya mengangkat wajah dari dada bidangnya."Lalu bagaimana?" tanya Kesya heran, mendongak ke atas, pandangan mereka bertemu.Sean terdiam sebentar menatap dalam manik coklatnya, sebelum akhirnya dia membawa wajahnya sejajar dengan wanita itu.Kesya terbelalak saat bibir mereka menyatu dengan cepat.Sean mendaratkan bibirnya di atas bibir mungil yang menjadi candunya, mencium lembut, sangat lembut, telapak tangan besarnya memenjarakan wajah tirus gadis itu, bibirnya tak berhenti bekerja, melumat, menghisap, menggigit gemas bibir itu bergantian, Kesya terbuai, dia melingkarkan tangannya di leher pria itu, membuka bibirnya seakan memberi akses sepenuhnya.Sean tersenyum di sela-sela ciumannya, dengan perlahan lidahnya menelusup masuk menyusuri goa hangat dan manis, mengabsen seluruh isi goa dan membiarkan lidahnya bertarung dengan benda lunak penguasa goa, dia mulai naik menindih tubuh gadis itu tanpa melepas ciumannya, Kesya mengerang tak kala bibir lunak itu mulai menjelajahi lehernya, menghisap, mencium, menjilat, mengalirkan getaran listrik di seluruh tubuhnya. Nafasnya tercekat, saat pria di atasnya mulai menggerakkan tangannya di kedua bukit kembar yang masih tertutup gaun tipis, bibir pria itu masih bekerja di tempat yang lain, memberi tanda kepemilikan di sekujur tulang selangkanya, Kesya larut dalam kenikmatan, tanpa di sadari, lidah itu semakin turun, turun, turun dan berhenti tepat di area sensitifnya, gaun tipis itu sudah tersingkap menampakkan underwear berwarna hitam, kesadarannya kembali saat sesuatu yang lunak mulai menyapu lembut miliknya yang masih tertutup kain hitam."No, stop! I can't." seru Kesya dengan nafas terengah-engah, menghentikan aktifitas di pangkal pahanya.Sean tersadar, dia mengumpati dirinya karena sudah bertindak sejauh ini, niatnya hanya ingin memberi kecupan selamat malam, hampir saja dia lepas kontrol. Nafasnya memburu, matanya berkilat gairah, dia tidak sanggup menuntaskan hasratnya dengan memaksa gadis yang tergelatak lemah di atas ranjang."Maaf, maafkan aku." ujar Thom menyadari kebodohannya. Dia seperti maniak seks yang tidak tahu malu mengambil keuntungan dalam kesempitan.Kali pertama seumur hidupnya, dia mengucapkan kata maaf, ini juga pertama kalinya dia harus menahan diri untuk bercinta, semua hanya karena gadis itu, gadis yang entah kapan mulai mengisi hatinya.Sean merangkak naik, menidurkan diri di samping gadis itu, membenarkan letak gaun yang sudah tersingkap karena keganasannya."Ayo tidur." bisik Sean, membawa tubuh gadis itu, menenggelamkan ke dalam pelukannya."Sean......aku bukan pelacur.....aku juga bukan jalang, aku hanya seorang penari." lirih Kesya tiba-tiba, mengingat perkataan kasar pria itu yang selalu menyakitinya. Kejadian beberapa menit lalu meyakinkan posisinya sebagai seorang wanita murahan.Sean membeku, kata-kata itu menusuk tepat jantungnya, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi, rasa bersalah menyelimuti hatinya.Apa yang sudah ku lakukan? batin Sean bertanya"Lalu kenapa kau berakhir di tempat kotor itu?" tanya Sean tak lagi bisa menyembunyikan rasa penasarannya."Anggap saja aku kurang beruntung." balas Kesya cepat, cukup hanya dia yang tahu alasan dirinya berakhir di tempat mengerikan itu.Tak ada lagi yang bersuara, keduanya membisu, seorang masih dengan rasa penasaran dan tanya yang bersarang di benaknya, seorang lagi sedang berlari mengejar dunia mimpi sebelum sang Surya bangun terlebih dulu.Kesya, andai hatiku memang memilihmu, aku tidak pernah berpikir dua kali untuk memilikimu. batin Sean.Matahari mulai merangkak dari tidurnya, mengintip dari celah gubuk kecil, menerpa sepasang insan yang masih tidur dalam damai.Kelopak mata Kesya bergerak, dengan perlahan kedua matanya terbuka, menampilkan wajah pria tampan yang masih tertidur dengan posisi menyamping, Kesya mengukir senyum kecil memandangi wajah di hadapannya.Kau sangat tampan, terimakasih untuk pelukanmu yang menenangkan. batin KesyaKesya mengangkat wajahnya mendaratkan bibirnya di kening pria itu.Cup..."Selamat pagi, cerita semalam sudah berakhir." bisik Kesya pelan, dia segera melepaskan tangan yang melingkar di pinggangnya, beranjak dari tempat tidur, meninggalkan pria yang masih bersekutu dengan mimpi.Kesya membawa kakinya menuju dapur, dia ingin memasak sebagai rasa terimakasihnya. Dia menggelung rambutnya asal, menyisakan anak rambut yang berjatuhan di leher dan dahinya.Satu jam sudah Kesya berkutat dengan dapur, kedua sudut bibirnya terangkat melihat hasil karya tangannya, tanpa disadari seorang pria berdiri di ujung tangga mengamati semua kegiatannya.Sean tersenyum melihat wanita yang baru tadi malam menangis meraung-raung kini tersenyum manis seperti tidak terjadi apa-apa. Wajah cantik itu kembali berseri, dengan rambut yang digulung tinggi ke atas, gaun tipis sebatas paha, membuatnya kembali jatuh pada pesona sederhana wanita itu, matanya berhenti melihat tanda merah kepemilikan di leher mulusnya, ada rasa bangga di hatinya melihat bekas bibirnya menghiasai leher wanita itu.Pillow talk, aku ingin semakin mengenalnya. batin SeanDengan langkah pelan, Sean diam-diam menghampirinya, lalu melingkarkan tangan di pinggang kecilnya."Selamat pagi." ujarnya membisik, mendaratkan kecupan di pelipisnya.Kesya terperanjat, jantungnya seperti berhenti berdetak."Apa yang kau lakukan?!" pekik Kesya nyaring, mencoba melepaskan pelukan pria itu."Aku merindukan Kesya tadi malam." balas Sean semakin mengeratkan pelukannya."Lepaskan aku." ujarnya meronta, meloloskan diri dari dekapan itu."Diamlah, sebentar saja." lirih Sean, menumpukan wajahnya di pundak gadis itu, mencuri kecupan singkat di pipinya."Issh, jangan menciumku." kesal Kesya, menghapus bekas kecupan di wajahnya, dia tak lagi berontak.Sean terkekeh pelan, mendaratkan kembali kecupan bertubi-tubi di pundaknya."Kenapa kau begitu cantik." bisik Sean menempelkan wajahnya di sisi wajah gadis itu."Kau punya banyak wanita yang jauh lebih cantik dari ku." ketus Kesya, melempar sindiran.Sean tersenyum kecil."Tapi mereka tidak mendebarkan jantungku sepertimu.""Apa maksudmu?" tanya Kesya, membalikkan badan dengan cepat menghadap pria itu.Kesya memandangi wajah pria dihadapannya menuntut penjelasan, sebelum sebuah kalimat membuat jantungnya bekerja berkali-kali lipat."Mau berkencan denganku?"Hello readers...Happy reading....Sean tak kuasa menahan senyum sepanjang jalan menuju mansion keluarga besar Kingston, hatinya seperti bunga bermekaran di musim semi tatkala mendapat persetujuan dari gadis yang sudah mengisi harinya belakangan ini.Flashback on"Mau berkencan dengan ku?" Sean bertanya menatap dalam manik coklat Kesya."Huh?" Kesya menjawab dengan nada tidak percaya.Melihat guratan di wajah kebingungan Kesya, Sean menambahkan perkataan."Aku tidak pernah jatuh cinta Kesya, aku tidak tahu apa itu cinta. Bagiku, hubungan itu hanya sebatas ranjang, saat aku sudah turun dari atas ranjang maka selesai sudah, tak ada lagi hubungan apapun. Jantungku tidak pernah berdebar sama seperti yang ku rasakan saat di dekatmu, melihatmu menangis ada luka yang tak bisa ku jelaskan di lubuk hatiku, saat kau mengangkat dagu menantangku aku semakin menggila untuk memiliki mu. Aku tahu kau sangat me
Oh tolong dilewatkan yah, sepertinya ada sedikit icip-icip di part ini. Mohon bantuannya untuk tidak membully. WKKWKKWKKWKWKKWhappy readingKesya memekik kaget di luar pintu saat mendapati Sean berada di dalam ruangan VIP, sungguh kehadiran yang tak pernah dibayangkan olehnya. Matanya bergerak liar menjelajahi seluruh isi ruangan, tak ada seorang pun disana, tak ada boss yang mencarinya, hanya ada sosok pria tampan disana duduk seorang diri.Begitu Kesya melangkah kedalam, wajah Sean langsung mendongak mengukir senyum bahagia.Dengan tenang, Sean mengulurkan tangannya memberi isyarat pada Kesya untuk mendekat padanya."Kemarilah, Baron tidak disini jika dia yang kau cari." ujar Sean bernada memerintah dan menjawab kebingungan di wajah Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya langsung memburu Sean dengan pertanyaan mengabaikan perintahnya."Apa lagi kalau bukan menjemput kekasihku" Sean
Thanks for reading ❤️let's meet Sean and Kesya againNgakak aku tuh pas baca novel aku yang ini, idih geli sendiri gua, malah tulisannya juga jelek. Pengen ngebully tapi sayang yang nulis saya sendiri. wkwkwkkwkwPewaris tunggal Kingston Corp kepergok berkencan dengan seorang gadis yang belum diketahui asal usulnya, hal ini tentu menjadi buah bibir terhangat di beberapa negara mengetahui bahwa seorang Sean Theodore Kingston akhirnya lepas dari penyandang gelar playboy selama bertahun-tahun.kabar itu juga menjadi bukti bahwa hubungan Sean dengan Helena telah berakhir."Wah, duniamu semakin mengerikan." Adrian meledek Kesya yang menatap kesal layar televisi di hadapannya. Saat ini mereka tengah berada di restoran Jepang, sesuai perjanjian, Kesya harus rela menjadi ATM berjalan untuk Adrian selama sebulan."Setidaknya ak
Happy ReadingTeman-teman jika berkenan bolehkah kiranya saya minta tap love kalian, supaya novel ini dikontrak. Hihihihih... gak maksa tapi. Terimakasih"Se-sean?" Kesya membelalak tak percaya bahwa pria yang duduk di kursi kayu adalah Sean."Kenapa wajah mu memucat, hm?" dengan tatapan membunuh Sean melangkah mendekati Kesya."Apa yang kau lakukan disini?" Kesya tergagap, matanya bergerak liar menghindari tatapan Sean."Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi kekasihku?" Sean tersenyum miring bermaksud menyindir Kesya."Bu-bukan begitu, aku......."Aku melihat mu berciuman dengan pria asing." potong Sean cepat tanpa mendengar kelanjutan kalimat Kesya."Kau salah paham, namanya Adrian dan dia adalah sahabat ku, dia seorang DJ di club' tempat ku bekerja dulu." jelas Kesya yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka. Dia merasa tertekan dengan tatapan Sean
Sean membuka matanya ketika merasakan sinar matahari mengganggu tidurnya. Tangannya terangkat ke atas memegangi kepalanya yang terasa berat seperti tertimpa bongkahan batu besar, hang overnya mulai mereda. Dengan perlahan, dia menegakkan tubuhnya duduk di atas ranjang.Kepingan-kepingan memori tadi malam membuat Sean langsung membelalak. Matanya bergerak cepat menoleh ke sisi ranjang yang kosong. Dia segera melompat saat menyadari wanita yang menemani tidurnya tadi malam tidak berada di sampingnya.Rasa panik dan takut langsung mengisi benaknya."Kesya!" teriak Sean dengan suara membahana. Dia berlari dari dalam kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa."Kesya! Dimana kamu...."Sean tak lagi melanjutkan kalimatnya saat menyadari sosok wanita yang dicari sudah menampakkan diri."Sean, kau sudah bangun?" tanya Kesya yang baru saja datang dari arah pintu.Sean melangkah lebar menghampiri Kesya yang berdiri dengan wajah b
Happy reading....Rahang Kesya hampir terlepas ketika mobil Sean berhenti di depan sebuah butik megah dan pastinya paling mahal se-kota itu. Kedua tangannya menepuk-nepuk pelan pipinya memastikan semua itu bukanlah mimpi."Se-sean, apa yang kita lakukan disini?" Kesya bertanya terbata-bata, rasa tidak percaya membuat lidahnya kelu.Sean terkekeh pelan melihat mulut Kesya yang menganga lebar."Tutup mulutmu, aku tidak ingin binatang buas menelusup ke dalam." ujar Sean dengan nada menggoda yang langsung mendapat tatapan tajam dari Keysa."Cih, dasar mesum." cibir Kesya mengerti maksud perkataan Sean."Ayo masuk." Sean menarik tangan Kesya cepat tanpa memperdulikan umpatan-umpatan gadis itu.Hal yang pertama sekali di lihat Kesya di dalam butik itu adalah sebuah ruangan yang didominasi warna putih, dihias berbagai jenis pakaian branded dunia yang berjejer rapi. Jangan lupakan juga, ruang tamu yang begitu luas dan kl
Suara denting sendok yang beradu mengiringi suasana di meja makan, terlihat sekelompok orang berbeda usia sedang menikmati makan malam. Pada akhirnya Sean dan Kesya memutuskan untuk menikmati makan malam di mansion utama Kingston. Walau Kesya harus mengeluarkan jurus ampuh dengan memasang wajah memelas, setidaknya usahanya membuahkan hasil, Sean akhirnya menuruti keinginan Kesya."Kesya?" panggil Charles mengusir kebisuan diantara mereka."Yah ayah mertua." jawab Kesya ramah sambil mendongak ke arah Charles.Charles tersenyum kecil mendengar panggilan Kesya, keberanian gadis sombong di hadapannya patut diacungi jempol. Jika orang lain di posisi Kesya, mungkin sudah lari ketakutan tanpa menoleh sedikit pun padanya. Tapi Kesya berbeda, keangkuhan membuat dirinya semakin menarik. Wanita itu bukan sembarang wanita."Kenapa kau memanggilku ayah mertua." pandangan mereka bertemu, Kesya tersenyum santai, dirinya sama sekali tidak gentar akan soro
Hai.. Hai...We are coming...Upss... warning ada adegan +++++Happy reading guys 😘Kesya mengerjapkan kelopak matanya berulang kali, mencoba untuk menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang sudah menelisik menerangi kamar itu.Perlahan dia menjauhkan diri dari dekapan laki-laki yang kini memeluknya namun, tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Kesya menyadari bahwa ada tangan besar yang menahan tubuhnya. Dia menghela nafas pasrah, lilitan di tubuhnya sangatlah kuat, sangat sulit untuk melepaskan diri dari dekapan itu. Kesya tertegun ketika melihat pahatan sempurna di hadapannya, tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat. Tangannya bergerak, membiarkan jari telunjuknya menelusuri seluruh wajah pria itu mulai dari mata, hidung, pipi, hingga berakhir di bibir. Kesya mengelus lembut bibir seksi yang baru dicicipinya tadi malam."Pantas saja banyak wanita yang rela melemparkan diri begitu saja padamu, kau memang pencium h
Hari ini benar-benar datang. Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka,momentyang ditunggu-tunggunya kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama kesakitan, merasa malu untuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan. Seorang perempuan yang sangat cantik tampak mengenakan gaun berwarna putih panjang. Potongan gaun pernikahan itu sedikit merendah di bagian dad@ membentuk hurufVmenampakkan leher jenjang nan bahu seksi itu. Tubuh indahnya terbungkus mewah dan membuat matanya tampak enggan berpaling. Kesya menatap pantulan dirinya di dalam cermin besar itu. Dia sangatlah cantik bak seorang Dewi. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Lengannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar ketika di sentuhkan ke w
"Apa maksudmu!"Wajah Charles mengeras mendapat perlakuan sedemikian buruk. Langkahnya untuk segera bertemu dengan Emily tertahan begitu saja karena para pengawal langsung bergerak sigap, memagari dirinya supaya tidak bisa masuk. Charles menggertakkan giginya, kemarahannya yang tampak kelas menguar dari matanya membuat suasana disini terasa mencekam. Begitupun halnya dengan para pengawal itu, tetapi mereka lebih menaruh rasa takut pada kemarahan Sean nantinya. Lelaki itu akan murka jika perintahnya dibantah, bisa saja leher mereka akan menjadi sasaran amukannya. Karena itulah untuk menghindari semuanya, mereka lebih baik memilih perintah Sean."Ku katakan sekali lagi menyingkir dari jalanku" desis Charles mengancam."Maaf tuan. Anda tidak bisa masuk."Rupanya amarahnya itu tak lagi bisa ditahan. Di detik yang sama Charles menelusupkan tangannya di balik jas, meraih senjatanya sebelum kemudian menodongkannya tepat di dahi pengawal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan?"Dahi Kesya berkerut ketika melihat keberadaan Sean di dapur. Lelaki itu bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana pendek selutut. Kesya melangkah maju ke arah Sean sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Sean yang rupanya memergoki kebingungan istrinya tersenyum tipis. Perempuan itu pastilah bertanya-tanya mengapa keadaan rumah ini sepi. Namun Sean tidak ingin menyudahi kebingungan Kesya untuk waktu yang cepat, dia masih ingin menikmati wajah cantik itu dalam selang waktu yang lama."Kemana semua para pelayan? Sejak kita pindah di rumah ini, aku tidak menemukan siapapun selain kita berdua dan beberapa pengawal yang berjaga di luar." sambil menolehkan kepala ke arah Sean, Kesya berkata. Mengambil jarak sedekat mungkin, berdiri tepat di bawah dagu Sean.Ekspresi Sean lembut sementara jemarinya bergerak, menyelipkan anak-anak rambut yang menempel di dahi Kesya. Perempuan itu sungguh cantik, meski tanp
"Selamat pagi."Bisikan lembut yang menyapu indera pendengaran berhasil menembus kesadaran Kesya. Perlahan kelopak matanya mengerjap sebelum kemudian mata coklat terang itu terbuka lebar. Hal yang pertama sekali menyapa penglihatannya adalah wajah Sean yang sangat dekat dengan wajahnya, pipi Kesya merah padam, dia hendak menundukkan kepala tetapi jemari Sean langsung dengan bergerak sigap meraih dagunya memaksa menoleh ke arahnya."Apa yang sedang kau pikirkan? pipimu merona, dan itu membuatku bertanya-tanya." ujar Sean sambil menggeser hidungnya di hidung Kesya."Aku... tidak baik-baik saja." suara Kesya serak, senyumnya terurai karena malu-malu.Sean terkekeh kecil, kemudian menarik pinggang Kesya semakin merapat padanya. Tangannya bergerak sensual mengusap permukaan kulit Kesya, sementara matanya terpaku kedalam mata coklat itu. Sean menipiskan bibirnya ketika melihat pipi Kesya yang bertambah merah padam. Perempuan itu tengah men
Proses percintaan itu berlangsung begitu lama. Setelah ledakan yang luar biasa yang menguras kekuatan fisik dan mental, Kesya terbaring di sana dengan mata nyalang. Dadanya bergerak naik turun berjuang keras untuk memompa udara ke paru-parunya. Tubuh Sean masih terbaring di atasnya, dini hari menjelang lelaki itu seolah enggan melepaskan diri dari tubuhnya.Napas Sean sama terengahnya dengan napas Kesya. Dadanya pun bergerak naik turun sementara kepalanya tenggelam di sisi wajah Kesya, sesekali menggesekkan bibirnya mengirim sinyal senyar untuk kembali menggoda Kesya. Perempuan ini berhasil membuatnya kehilangan kontrol dan itu membuatnya senang. Sean mengeecupi garis leher Kesya, bibirnya mengulas senyum tipis ketika mengingat percintaan mereka tadi. Bagaimana tidak, dia harus membimbing Kesya yang tidak berpengalaman ke dalam hal-hal lain yang tentunya membawa mereka dalam kepuasan bersama."Kau baik-baik saja?"Suara Sean yang terdengar parau tiba
"Istriku."Bisikkan itu lembut mengalun bagaikan musik syahdu yang menyejukkan hati. Di bawah kegelapan temaram Kesya merasakan lekukan lehernya dikecupii. Deru napas terasa panas menggelitik, dadanya yang malang sesak menahan debaran yang memukul. Suara lenguhan lolos tak tertahan ketika merasakan sentuhan itu bertambah intim. Tubuhnya yang tak berdaya, hanya bisa pasrah ketika diraup dan dibawa ke atas ranjang.Sean mengawasi wajah Kesya yang merona karena malu. Ketika kepala Kesya menyentuh permukaan ranjang, lelaki itu langsung menyusul di atasnya, menghadiahkan ciuman terbuka dan lidah menggoda yang tidak mungkin bisa ditolak Kesya. Tanpa ampun Sean meelumat, menccicipi, dan mennyesap kelembutan bibir Kesya yang terasa manis dan meledakkan hasratnya dengan cepat."Bolehkah aku memilikimu seutuhnya malam ini?"Suara Sean yang terdengar parau tiba-tiba terdengar dekat di sisi telinganya, membuat Kesya sedikit terkesiap. Ditatapnya kedal
"Sudahkah ku katakan bahwa hari ini kau cantik sekali?"Sean menangkup sisi kiri dan kanan Kesya lalu menciumnya mesra.Mereka telah selesai mengucapkan sumpah pernikahan dan kali ini adalah saat untuk menyambut para tamu.Hotel itu disulap begitu indah dan mewah layaknya istana. Seluruh sudut ruangan berhias ornamen-ornamen klasik dan bunga-bunga harum mewangi yang sangat indah di pandang mata.Kesya tersipu malu bercampur haru, tak hanya hotel itu yang berhias bunga namun juga hatinya. Para tamu yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan secara langsung pernikahan mereka juga tidak sungkan untuk menunjukkan raut kebahagiaan.Kedua kelopak mata Kesya terpejam rapat ketika melihat wajah Sean yang perlahan-lahan mendekati wajahnya. Dia sudah bersiap menerima sentuhan lembut di bibirnya.Dan benar saja, saat sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di bibirnya, Kesya langsung tersenyum lebar. Dia mengalungkan kedua tanga
Kesya menggenggam erat-erat kalung yang sudah melingkar di lehernya. Selepas kepergian Diandra, dadanya seketika membuncah bahagia. Meskipun melalui Diandra, namun secara tidak langsung restu Emily bersamanya. Dia mematut wajahnya kembali di hadapan cermin. Beruntung riasan Bobby tidak memudar seperti dugaannya. Kesya menghembuskan nafas pendek, sebentar lagi statusnya akan berubah. Ketika mendengar suara pintu terbuka, dengan cepat Kesya mengangkat kepalanya."Kau cantik sekali wanita penari." ujar Adrian melangkah maju ke arah Kesya.Senyum Kesya melebar. "Terimakasih Adrian." bisiknya sepenuh hati.Adrian tersenyum tipis bercampur kepedihan. Rasanya sakit sekali harus merelakan wanita yang kita cintai bersanding dengan lelaki lain. Tetapi demi kebahagiaannya, terkadang kita harus merelakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan untuk kita.Berbahagialah Kesya, semoga cintaku segera menghilang. Aku tidak ingin selamanya tersiksa dengan ci
Detik waktu yang terus bergulir tanpa terasa menghantarkan setiap saat dengan kisah yang berbeda-beda. Siapa sangka, hati yang ditunggu-tunggu kini telah tiba. Mimpi yang sekian lama dibangun akhirnya akan tergapai dalam hitungan menit. Cerita lama mulai usang dikubur bersama keburukan, merasa malu tuk menampakkan diri pada cerita baru yang penuh harapan.Seorang wanita dibalut dengan gaun mewah sedang duduk menatap dirinya di pantulan kaca. Dia sangatlah cantik bak seorangDewi yang turun dari kahyangan. Mata coklatnya terlihat berkaca-kaca diselimuti keharuan yang luar biasa. Tangannya yang dibungkus kain putih berjaring terlihat bergetar hendak menyentuh wajahnya."Aku sangat membenci air mata pengantin, dengan alasan apapun. Jadi tolong hentikan desakan air matamu, sebelum seluruh riasan mahal ini luntur." Bobby berujar cepat, memberi peringatan keras sebelum hal yang ditakutkannya terjadi.Kesya tersenyum lebar lalu menganggukkan kepala. Sekuat t