Beranda / Romansa / Without My Right Wing / Pertemuan yang Direncanakan

Share

Pertemuan yang Direncanakan

Penulis: E.Yuliwardani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-22 22:48:25

Saat ayah kembali ketempat ibu turun, jarak 5 meter ayah melihat dengan matanya lekat. Hatinya sakit seperti tertusuk anak panah dari busur, tepat menembus ulu hati.

“Oh, ini ternyata!” batin ayah, saat melihat ibu dijemput oleh pria berjas hitam itu.

Tanpa basa-basi ayah langsung putar balik, menuju kantor lagi. Tidak ingin lebih lama disana, hatinya tak akan sanggup. Dalam batinnya ia masih bertanya-tanya, “Siapa pria itu? Kenapa semesra itu?”.

Sesampainya d kantor ia tidak langsung keluar dari mobil, kakinya lemas hatinya rapuh. Serasa ayah tidak terima, tangan istrinya digandeng mesra oleh pria lain. Siapa sangka istri yang paling ia cintai bisa akrab dengan pria lain?

“Aaarghhh,” raungnya penuh kekecewaan.  

Lekat-lekat ayah keluar dari mobil dan berjalan pelan menuju kantor. Langkahnya terhenti saat ada yang memanggil dari belakang.

“Pak Anton,” panggil wanita dari belakang ayah.

Sontak ayah menoleh pelan, dilihat sekretarisnya berjalan dengan tertatih-tatih.

“Pak Anton sudah ditunggu di ruang meeting,” ucap dona sekretaris ayah.

“Astagfirullah, aku melupakan jadwal meetingku,” ucap ayah pelan, ia langsung berjalan terburu-buru menuju ruangan meeting.

Tok tok tok, ayah mengetuk pintu ruangan sebelum masuk. Serempak pandangan tertuju pada ayah yang terlambat datang.

“Maaf, saya terlambat datang.” Ayah langsung duduk menempati kursi kosong.

Meeting berjalan dengan lancar, meski beberapa kolega kecewa terhadap ayah. Tetapi kekecewaan berubah saat mereka melihat ayah presentasi dengan baik, semua bertepuk tangan.

***

Kring kring kringg suara dering telefon membuyarkan konsentrasi Evelyn, “Kenapa ayah tiba-tiba telfon,” batin Evelyn, saat melihat nama ayah dilayar ponselnya.

[Halo, Ayah.]

[Nak, makan siang dimana?]

[Di kantor, Yah. Kenapa?]

[Makan siang bareng Ayah ya, nanti ayah jemput.]

[Oke.]

[See you anak ayah.]

[See you.]

Telefon terputus, tak biasanya ayah mengajak Evelyn makan siang bareng. Karena ayah selalu memilih pulang saat makan siang. “Ya udah, mungkin ayah butuh quality time bareng aku,” batin Evelyn setelah menutup telefon.

“Vely,” panggil Rinda, teman sekantor Vely.

“Iya, Rin. Ada apa?” tanya Evelyn.

“Makan siang yuk,” ucap Rinda pelan.

“Aduh, telat kamu. Aku udah ada janji sama Ayah, sorry ya,” jelas Evelyn pada Rinda.

“Oh, ya udah deh.” Rinda langsung pergi meninggalkan Evelyn.

Kini Evelyn sesang bersiap-siap, lima belas menit lagi jam makan siang. Beberapa laporan sudah selesai, ia siap-siap untuk makan siang dengan Ayahnya. Kantor tempat Evelyn bekerja adalah milik teman Ayahnya.

“Vel, makan siang!” ucap Ridho yang selalu mengingatkan jam makan siang.

“Iya, Dho. Thank you yaa.” Evelyn berjalan keluar, Ayahnya sudah menungu di parkiran kantornya.

“Ayah,” panggil Evelyn.

“Eh, Nak. Ayo keburu jam makan siangnya habis,” ucap ayah sedikit terkejut.

Mobil ayah mulai melaju menembus jalanan kota, sesekali Evelyn melihat tatapan kosong ayahnya. Entah apa yang mengganggu fikiran ayah, hingga ia terlihat sering melamun. Evelyn bingung, ada hal yang ingin ia tanyakan tapi ia tak mampu bicara.

“Ayah,” panggil Evelyn pelan.

“Iya, nak. Kenapa?” tanya Ayah.

“Harus mulai dari mana ya?” batin Evelyn bingung.

“Nak,” panggil Ayah.

Panggilan itu membuyarkan lamunan Evelyn, “Iya, Ayah,” ucapnya gugup.

“Kok malah melamun?” tanya Ayah lagi.

“Eh, maaf ayah,” jawab Evelyn.

Tanpa di sadari sampailah mereka di restoran favorit ayah, ayahpun memilih di bagian indoor yang terkesan privat. Tidak biasanya ayah memilih tempat seprivat ini hanya untuk makan siang.

“Permisi, mau pesan apa pak?” tanya seorang waiter, menunjukkan menu andalan restoran itu.

Terlihat ayah memilih dua menu makan siang untuk Evelyn dan ayah.

“Silakan ditunggu ya, Pak. Pesanan akan diproses,” ucap waiter melangkah pergi.

Suasana hening ayah terlihat melamun, tatapannya kosong tak ada rona bahagia dalam tatapannya.

“Ayah tumben tidak pulang untuk makan siang?” tanya Evelyn membuyarkan fikiran ayah.

“Eh, iya. Ibumu sepertinya belum pulang, makanya ayah mengajak Vely makan di luar,” jelas Ayah.

“Memangnya Ayah tadi mengantar Ibu kemana?” tanya Evelyn menginterogasi.

“Emm, tidak ayah,” ucapannya terhenti saat waiter datang dengan pesanan makanan.

Ayah memberi isyarat untuk makan terlebih dahulu, “Pesanan sudah lengkap ya, Pak. Selamat menikmati,” ucap waiter itu dan pergi.

“Ada apa sebenarnya,” batin Evelyn penuh tanya.

Setiap makan selalu menutup obrolan, fokus dengan makanan yang sudah dihidangkan. Hanya suara sendok dan piring yang mendominasi meja Ayah dan Evelyn.

***

Jam makan siang telah selesai, Evelyn sudah berada di kantor. Kini fikirannya merasa terbebani, beberapa hari ini orang tuanya berlagak tidak jelas. Seperti sama-sama menyembunyikan sesuatu rapat-rapat.

“Vel,” panggil Rinda.

Evelyn hanya diam membisu, “Vel,” panggil Rinda dengan melambai-lambaikan tangan didepan muka Evelyn.

“Eve,” panggil Ridho.

Evelyn terkejut, seseorang yang suka memanggail dengan sebutan “Eve” hanya Pak Dimas, CEO di perusahaan ia bekerja.

“Eh, Maaf Pak,” ucap Evelyn reflek.

Matanya clingak-clinguk menatap kanan kiri, sosok Pak Dimas tidak ada di sebelahnya. Rinda dan Ridho tertawa keras.

“Aku sedang dikerjai ini,” batin Evelyn kesal.

“Maafkan aku,Vel,” ucap Ridho merasa bersalah.

“Lagian kamu dipanggil diem mulu, karena aku takut aku panggil Ridho,” jelas Rinda dengan cengengesan.

“Aku kira kamu kesambet tau siang-siang gini,” ucap Ridho dengan menahan tertawa.

“Ehhkem,” Pak Dimas datang dekan dehamannya.

“Vely, silakan ke ruangan saya.” Langkahnya pelan namun pasti, tangannya menunjuk lurus ke arah Evelyn.

“Baik, Pak.” Tanpa basa-basi Evelyn langsung mengikuti langkah Pak dimas.

Rinda dan Ridho diam membisu tak mampu berkata apa-apa.

“Kenapa lagi tu bocah?” tanya Rinda pada Ridho hanya dijawab dengan gelengan.

***

Di ruangan Pak Dimas hanya duduk dengan mengotak-atik berkas, “Silakan duduk,” ucap Pak Dimas saat melihat Evelyn akan masuk.

“Ada apa, Pak? Kenapa saya dipanggil kesini?” tanya Evelyn beruntun.

“Saya ada tugas baru untuk kamu,” jawab Pak Dimas singkat.

“Tugas baru?” tanya Evelyn terkejut.

“Apalagi sih bapak?” batin Evelyn.

Pak Dimas menunjukkan beberapa berkas di map merah kepada Evelyn, tatapannya lurus penuh pengharapan.

“Tolong pahami ini, jika sudah paham silakan dikerjakan!” ucap Pak Dimas penuh penegasan.

Mata Evelyn terbelalak,..

Bab terkait

  • Without My Right Wing   Tugas yang menyebalkan

    Mata Evelyn terbelalak saat membaca berkas yang ditunjukkan Pak Dimas, beberapa berkas itu berisi tentang surat tugas ke luar kota.“Pak, kenapa harus saya?” tanya Evelyn sendu.“Itu memang tugasmu, Eve. Semua sudah saya siapkan, mulai dari akomodasi dan lain-lain. Kita disana hanya satu minggu, untuk membahas agenda tahunan saja,” jelas Pak Dimas panjang lebar.“Bapak, saya tidak bisa meninggalkan orang tua selama itu,” rengek Evelyn.“Tenang, Eve. Soal ijin kepada Ayahmu sudah saya atur, beliau mengijinkan kamu pergi menemani saya rapat,” jelasnya lugas.Evelyn tak menyangka bahwa Pak Dimas sudah meminta ijin, dan kenapa ayah mengijinkan aku pergi. Evelyn keluar ruangan dengan gusar.“Vel,” panggil rinda dengan suara cemprengnya.“Iya, apa?” jawab Evelyn singkat.“Disuruh ngapain?” tanya Rinda kepo.“Kepo.” Evelyn pergi menu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • Without My Right Wing   Nomor Tak Dikenal

    [Halo.]Tak ada jawaban dari penelfon diseberang, hening membuat Evelyn takut.[Halo.][Apakah benar ini Evelyna Dyandra?][Iya.][Ini nomor pengagum rahasiamu.]Tut tut tut telefon terputus, Evelyn sengaja menutup telefon itu. Karena ia sedang tidak ingin diganggu siapapun. Ia masih merutuki tugas dari Pak Dimas yang mengharuskan dia ke luar kota.“Emmm, aku bosan,” ucap Evelyn dengan kesal.Dilihat jam tangan di lengan kirinya tepat pukul 22.00, matanya mulai lelah menatap short story di youtube. Banyak cerita yang menguras air matanya, mungkin skenarionya yang mengandung bawaang dimana-mana.“Aku lapar,” batin Evelyn mendengar suara dari perutnya.Suara fiersa besari mulai mengalun indah ditelinganya, notifikasi telefon dari nomor tidak dikenal itu lagi. Telefon itu hanya dilihat oleh Evelyn, tanpa ada keinginan menjawab sekalipun.KluntingSuara

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Without My Right Wing   Sehari Sebelum Keberangkatan

    “Eve, apa kamu?” tanya Pak Dimas terhenti, saat melihat mata Evelyn yang berkantong hitam itu.“Iya, Pak. Apakah ada yang salah?” Evelyn malah bertanya kembali kepada Pak Dimas.“Itu, kantung matamu hitam sekali.” Pak Dimas menunjuk ke arah mata Evelyn.Evelyn langsung menutup matanya dengan kacamata, “Iya pak, semalam susah tidur,” jawab Evelyn.“Oh iya, Eve,” ujar Pak Dimas terhenti.“Hari ini kamu boleh pulang cepat, persiapkan keperluan untuk pemberangkatan besok pagi,” jelas Pak Dimas menjelaskan.“Baik, Pak,” ucap Evelyn.Evelyn bergegas meninggalkan ruangan Pak Dimas, langkahnya terhenti saat Pak Dimas memanggil namanya.“Eve,” panggil Pak Dimas.“Iya, Pak.” Evelyn menoleh pelan menatap Pak Dimas.“Jadi begini, saya tadi lupa memberitahumu. Jangan lupa membawa alat-alat kantor yang sekiranya aka

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • Without My Right Wing   Sosok Rendy

    “Eve,” panggil Pak Dimas.Langkahnya pelan dan pasti, saat ini mereka ada di ruang tunggu sebuah bandara. Menunggu jam keberangkatan. Evelyn yang sibuk menatap layar ponselnya, ditatapnya walpaper ponsel itu foto keluarga yang utuh.“Iya, Pak.” Evelyn sempat terkejut dengan panggilan Pak Dimas, karena ia asik dengan ponsel di tangan kanannya.“Wajahmu lesu, apa kamu sakit?” tanya Pak Dimas tiba-tiba.“Tidak, Pak. Saya hanya kawatir,” jawab Evelyn pelan.“Apa yang kamu kawatirkan?” tanya Pak Dimas lagi.Evelyn hanya diam dan tertunduk lesu, menatap layar ponsel lagi dan lagi. Pak Dimas pun tidak ingin bertanya panjang lebar.Suara pengumuman sudah terdengar, sudah waktunya semua penumpang mempersiapkan diri.“Eve, ayo nanti terlambat,” ajak Pak Dimas.Evelyn mengikuti langkah Pak Dimas pelan, meski terkadang masih tertinggal karena langkah Pak Dimas c

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • Without My Right Wing   Rapat dan Kejutan Saat Pulang

    [Vely]Suara nyaring Ardi membuyarkan bayangannya tentang Rendy.[Iya, Di. Kenapa?][Kapan balik?][2 hari lagi.][Ya sudah, wkwkwk. See you Vel.]Tut tut tutttt“Apaan ini si Ardi,” gerutu Evelyn.Matanya terbelelak saat melihat jam sudah 22.00 WIB, “Hah,” ucap Evelyn kaget.Evelyn langsung berjalan terburu-buru menuju kamar, langkahnya pelan tapi pasti.***“Huaammmmm.” Evelyn menguap, hari ini berbeda mungkin karena dia bangun kesiangan.Kring kringg“Permisi,” ucap seorang dari luar kamar.Evelyn berjalan lunglai menuju pintu, dilihatnya seorang pelayan membawa nampan berisi makanan.“Iya,”“Maaf mengganggu waktunya, ini ada titipan sarapan dari Bapak Dimas.” Pelayan itu memberikan nampan berisi makanan itu.“Eh, Terima kasih,” ucap Evelyn.“Sama-sama Kak.&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Without My Right Wing   Ibu dan kejutan untuknya

    Mentari pagi menampakkan senyumnya, sinarnya menembus kaca cendela kamar Evelyn. Suara ibu terdengar nyaring melengking ditelinga Evelyn, suara khas yang selalu terdengar jika ia tidak nurut dengan ibu. Matanya perlahan terbuka lebar, terkejab pelan karena kesadarannya belum kembali penuh. “Vely, bangun!!” panggil ibu dari luar kamar. “Iya, Ibu. Sebentar,” keluhnya dengan bergilimang di atas kasur. “Vely!!! Dengarkan ibu.” Teriak ibu dengan menggedor-gedor pintu kamar. “Iya,Ibu sebentar,” elak Evelyn dari dalam kamar. Tangannya masih sibuk mengucek mata, cahaya matahari mulai masuk dari celah cendela kamarnya. Suara ibu sudah mulai pelan dan nyaris tak terdengar mungkin Ibu sedang keluar, ia terdiam sejenak lalu beranjak dari kasurnya. “Evelyn.” Suara Ayah membuat ia berhenti. “Iya, Ayah. Ada apa?” tanya nya. “Ayah punya sesuatu buat kamu.” Tangan Ayah sengaja disembunyikan, entah apa yang ia bawa untuk putri tung

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • Without My Right Wing   Kotak Musik dan Sebuah Cerita

    Sepulang dari restoran ayah dan ibu Evelyn terlihat bahagia, tetapi perasaan Evelyn berbeda seperti ada yang disembunyikan oleh mereka. Tapi ia sama sekali tidak ingin bertanya dan memecah suasana bahagia ayah dan ibu. Sesampainya di rumah Evelyn pamit ke kamar, tetapi ayah menahannya.“Nak, temani ayah ngobrol di balkon ya.” Tangan ayah menyentuh pelan pundak Evelyn.Evelyn hanya menuruti apa kata ayah, “Iya, Ayah. Aku mengembalikan tas dulu ke kamar, nanti Vely nyusul,” ucap Evelyn pergi ke kamar.Sementara ibu langsung pergi ke kamar karena capek, aktifitasnya dari pagi sudah menguras tenaganya seharian ini. Ibu memang orang yang tidak banyak bicara, hanya bertindak atas apa yang ia mau.***Terlihat ayah sudah duduk di balkon ditemani secangkir kopi, Evelyn sedang bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan oleh ayah. Ayah yang menyadari kehadiran Evelyn langsung menyuruhnya duduk.“Vely,” panggilnya pel

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17

Bab terbaru

  • Without My Right Wing   Rapat dan Kejutan Saat Pulang

    [Vely]Suara nyaring Ardi membuyarkan bayangannya tentang Rendy.[Iya, Di. Kenapa?][Kapan balik?][2 hari lagi.][Ya sudah, wkwkwk. See you Vel.]Tut tut tutttt“Apaan ini si Ardi,” gerutu Evelyn.Matanya terbelelak saat melihat jam sudah 22.00 WIB, “Hah,” ucap Evelyn kaget.Evelyn langsung berjalan terburu-buru menuju kamar, langkahnya pelan tapi pasti.***“Huaammmmm.” Evelyn menguap, hari ini berbeda mungkin karena dia bangun kesiangan.Kring kringg“Permisi,” ucap seorang dari luar kamar.Evelyn berjalan lunglai menuju pintu, dilihatnya seorang pelayan membawa nampan berisi makanan.“Iya,”“Maaf mengganggu waktunya, ini ada titipan sarapan dari Bapak Dimas.” Pelayan itu memberikan nampan berisi makanan itu.“Eh, Terima kasih,” ucap Evelyn.“Sama-sama Kak.&rdqu

  • Without My Right Wing   Sosok Rendy

    “Eve,” panggil Pak Dimas.Langkahnya pelan dan pasti, saat ini mereka ada di ruang tunggu sebuah bandara. Menunggu jam keberangkatan. Evelyn yang sibuk menatap layar ponselnya, ditatapnya walpaper ponsel itu foto keluarga yang utuh.“Iya, Pak.” Evelyn sempat terkejut dengan panggilan Pak Dimas, karena ia asik dengan ponsel di tangan kanannya.“Wajahmu lesu, apa kamu sakit?” tanya Pak Dimas tiba-tiba.“Tidak, Pak. Saya hanya kawatir,” jawab Evelyn pelan.“Apa yang kamu kawatirkan?” tanya Pak Dimas lagi.Evelyn hanya diam dan tertunduk lesu, menatap layar ponsel lagi dan lagi. Pak Dimas pun tidak ingin bertanya panjang lebar.Suara pengumuman sudah terdengar, sudah waktunya semua penumpang mempersiapkan diri.“Eve, ayo nanti terlambat,” ajak Pak Dimas.Evelyn mengikuti langkah Pak Dimas pelan, meski terkadang masih tertinggal karena langkah Pak Dimas c

  • Without My Right Wing   Sehari Sebelum Keberangkatan

    “Eve, apa kamu?” tanya Pak Dimas terhenti, saat melihat mata Evelyn yang berkantong hitam itu.“Iya, Pak. Apakah ada yang salah?” Evelyn malah bertanya kembali kepada Pak Dimas.“Itu, kantung matamu hitam sekali.” Pak Dimas menunjuk ke arah mata Evelyn.Evelyn langsung menutup matanya dengan kacamata, “Iya pak, semalam susah tidur,” jawab Evelyn.“Oh iya, Eve,” ujar Pak Dimas terhenti.“Hari ini kamu boleh pulang cepat, persiapkan keperluan untuk pemberangkatan besok pagi,” jelas Pak Dimas menjelaskan.“Baik, Pak,” ucap Evelyn.Evelyn bergegas meninggalkan ruangan Pak Dimas, langkahnya terhenti saat Pak Dimas memanggil namanya.“Eve,” panggil Pak Dimas.“Iya, Pak.” Evelyn menoleh pelan menatap Pak Dimas.“Jadi begini, saya tadi lupa memberitahumu. Jangan lupa membawa alat-alat kantor yang sekiranya aka

  • Without My Right Wing   Nomor Tak Dikenal

    [Halo.]Tak ada jawaban dari penelfon diseberang, hening membuat Evelyn takut.[Halo.][Apakah benar ini Evelyna Dyandra?][Iya.][Ini nomor pengagum rahasiamu.]Tut tut tut telefon terputus, Evelyn sengaja menutup telefon itu. Karena ia sedang tidak ingin diganggu siapapun. Ia masih merutuki tugas dari Pak Dimas yang mengharuskan dia ke luar kota.“Emmm, aku bosan,” ucap Evelyn dengan kesal.Dilihat jam tangan di lengan kirinya tepat pukul 22.00, matanya mulai lelah menatap short story di youtube. Banyak cerita yang menguras air matanya, mungkin skenarionya yang mengandung bawaang dimana-mana.“Aku lapar,” batin Evelyn mendengar suara dari perutnya.Suara fiersa besari mulai mengalun indah ditelinganya, notifikasi telefon dari nomor tidak dikenal itu lagi. Telefon itu hanya dilihat oleh Evelyn, tanpa ada keinginan menjawab sekalipun.KluntingSuara

  • Without My Right Wing   Tugas yang menyebalkan

    Mata Evelyn terbelalak saat membaca berkas yang ditunjukkan Pak Dimas, beberapa berkas itu berisi tentang surat tugas ke luar kota.“Pak, kenapa harus saya?” tanya Evelyn sendu.“Itu memang tugasmu, Eve. Semua sudah saya siapkan, mulai dari akomodasi dan lain-lain. Kita disana hanya satu minggu, untuk membahas agenda tahunan saja,” jelas Pak Dimas panjang lebar.“Bapak, saya tidak bisa meninggalkan orang tua selama itu,” rengek Evelyn.“Tenang, Eve. Soal ijin kepada Ayahmu sudah saya atur, beliau mengijinkan kamu pergi menemani saya rapat,” jelasnya lugas.Evelyn tak menyangka bahwa Pak Dimas sudah meminta ijin, dan kenapa ayah mengijinkan aku pergi. Evelyn keluar ruangan dengan gusar.“Vel,” panggil rinda dengan suara cemprengnya.“Iya, apa?” jawab Evelyn singkat.“Disuruh ngapain?” tanya Rinda kepo.“Kepo.” Evelyn pergi menu

  • Without My Right Wing   Pertemuan yang Direncanakan

    Saat ayah kembali ketempat ibu turun, jarak 5 meter ayah melihat dengan matanya lekat. Hatinya sakit seperti tertusuk anak panah dari busur, tepat menembus ulu hati.“Oh, ini ternyata!” batin ayah, saat melihat ibu dijemput oleh pria berjas hitam itu.Tanpa basa-basi ayah langsung putar balik, menuju kantor lagi. Tidak ingin lebih lama disana, hatinya tak akan sanggup. Dalam batinnya ia masih bertanya-tanya, “Siapa pria itu? Kenapa semesra itu?”.Sesampainya d kantor ia tidak langsung keluar dari mobil, kakinya lemas hatinya rapuh. Serasa ayah tidak terima, tangan istrinya digandeng mesra oleh pria lain. Siapa sangka istri yang paling ia cintai bisa akrab dengan pria lain?“Aaarghhh,” raungnya penuh kekecewaan. Lekat-lekat ayah keluar dari mobil dan berjalan pelan menuju kantor. Langkahnya terhenti saat ada yang memanggil dari belakang.“Pak Anton,” panggil wanita dari belakang

  • Without My Right Wing   Kotak Musik dan Sebuah Cerita

    Sepulang dari restoran ayah dan ibu Evelyn terlihat bahagia, tetapi perasaan Evelyn berbeda seperti ada yang disembunyikan oleh mereka. Tapi ia sama sekali tidak ingin bertanya dan memecah suasana bahagia ayah dan ibu. Sesampainya di rumah Evelyn pamit ke kamar, tetapi ayah menahannya.“Nak, temani ayah ngobrol di balkon ya.” Tangan ayah menyentuh pelan pundak Evelyn.Evelyn hanya menuruti apa kata ayah, “Iya, Ayah. Aku mengembalikan tas dulu ke kamar, nanti Vely nyusul,” ucap Evelyn pergi ke kamar.Sementara ibu langsung pergi ke kamar karena capek, aktifitasnya dari pagi sudah menguras tenaganya seharian ini. Ibu memang orang yang tidak banyak bicara, hanya bertindak atas apa yang ia mau.***Terlihat ayah sudah duduk di balkon ditemani secangkir kopi, Evelyn sedang bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan oleh ayah. Ayah yang menyadari kehadiran Evelyn langsung menyuruhnya duduk.“Vely,” panggilnya pel

  • Without My Right Wing   Ibu dan kejutan untuknya

    Mentari pagi menampakkan senyumnya, sinarnya menembus kaca cendela kamar Evelyn. Suara ibu terdengar nyaring melengking ditelinga Evelyn, suara khas yang selalu terdengar jika ia tidak nurut dengan ibu. Matanya perlahan terbuka lebar, terkejab pelan karena kesadarannya belum kembali penuh. “Vely, bangun!!” panggil ibu dari luar kamar. “Iya, Ibu. Sebentar,” keluhnya dengan bergilimang di atas kasur. “Vely!!! Dengarkan ibu.” Teriak ibu dengan menggedor-gedor pintu kamar. “Iya,Ibu sebentar,” elak Evelyn dari dalam kamar. Tangannya masih sibuk mengucek mata, cahaya matahari mulai masuk dari celah cendela kamarnya. Suara ibu sudah mulai pelan dan nyaris tak terdengar mungkin Ibu sedang keluar, ia terdiam sejenak lalu beranjak dari kasurnya. “Evelyn.” Suara Ayah membuat ia berhenti. “Iya, Ayah. Ada apa?” tanya nya. “Ayah punya sesuatu buat kamu.” Tangan Ayah sengaja disembunyikan, entah apa yang ia bawa untuk putri tung

DMCA.com Protection Status