Beranda / Romansa / When Mister Playboy Meet Miss Hacker / 2. Rentetan Peristiwa Tak Terduga

Share

2. Rentetan Peristiwa Tak Terduga

Penulis: Asyiah Muzakir
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-05 22:24:30

Davina meroling matanya lalu menunjukkan gelang berlambang persatuan hacker yang akhirnya membuat dua orang yang memegang kendali pesawat itu memercayainya.

"Tolong arahkan pesawat ke kanan!" intrupsi Davina dengan lantang.

Pilot dan co-pilot pilot pun akhirnya menuruti semua arahan dari Davina. Mereka sadar kalau Davina merupakan salah satu ahli pemograman yang dapat diandalkan.

"Suruh penumpang tenang, tetap memakai sabuk pengaman dan perbanyak berdoa," pesan co-pilot kepada dua pramugari yang tadi menghalangi Davina masuk ke dalam kokpit.

"Baik sir."

"Atur ketinggian pesawat, di depan ada awan gelap. Matikan sirine tanda bahaya karena sebentar lagi kita kembali ke jalur aman." Davina kembali menginterupsi pilot dan co-pilot yang duduk di kedua sisinya.

Dengan sigap pilot dan co-pilot itu melaksanakan apa yang Davina perintahkan. Mereka mengatur mdpl pesawat dan mematikan sirine tanda bahaya. Sampai pada detik berikutnya pesawat kembali ke jalur lintasannya. Lantas, semua orang di dalam pesawat pun menghembuskan nafas lega, akhirnya mereka semua selamat dari bahaya dan maut.

"Terimakasih, Miss. Terimakasih banyak atas bantuan dan arahannya," ucap pilot dan co-pilot yang merasa sangat terbantu oleh kehadiran Davina diantara mereka.

Davina bangkit dari kursi lalu menepuk bahu tegap pilot dan co-pilot itu dengan senyuman bangga yang terukir di bibirnya.

"Jangan berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Yang Maha Kuasa yang telah menyelamatkan kita dari bahaya," balas Davina dengan bijak.

Kemudian gadis itu pergi meninggalkan kokpit dan kembali ke kursinya, namun ia merasa aneh karena tak melihat pria yang sebelumnya duduk di sebelahnya.

Terbesit kecurigaan di hati Davina. "Jangan jangan dia yang sengaja membuat pesawat ini hilang kendali hingga keluar dari jalur lintasannya," batin Davina sembari mendudukkan pantatnya ke kursi.

Saat akan memakai kembali sabuk pengamannya, Davina merasa ingin buang air kecil, lantas ia pun pergi ke kamar mandi pesawat yang terletak di belakang sana.

Sesampainya di belakang Davina tidak bisa langsung masuk ke dalam toilet karena toilet terkunci dan pastinya ada orang di dalam sana yang sedang menuntaskan hajatnya.

"Hiks, hiks, maafkan saya sir, saya gagal." 

PLAK!

Mata Davina terbelalak kaget mendengar suara rintihan tangis seorang wanita dan suara tamparan keras yang berasal dari dalam toilet.

Davina memberanikan dirinya untuk menempelkan telinganya ke pintu toilet, memastikan kalau pendengarannya tidak salah.

"Jangan! Jangan sakiti saya! Jangan sentuh saya, saya sudah bersuami, TOLONG! hiks...."

Bulu kuduk Davina berdiri, gadis itu merinding mendengar jeritan wanita yang ada di dalam toilet. Segera ia memanggil dua orang pramugara dan menyuruh mereka membuka pintu toilet memakai kunci cadangan.

Tapi setelah pintu terbuka, baik Dasha maupun dua orang pramugara yang dipanggilnya terkejut melihat dua orang yang sedang bercinta dan kedua orang itu tampak menikmati satu sama lain.

Seketika itu muka Davina memerah malu. Ia memberi isyarat kepada dua orang pramugara tadi untuk kembali menutup pintu.

"Memalukan sekaligus menjijikkan! Mereka benar-benar tidak tahu tempat!" rutuk Davina kesal.

"Lantas bagaimana nasibku? Di mana aku bisa buang air kecil?" gerutunya yang terpaksa menahan pipis.

"Astaga! Aku bisa stress saking banyaknya hal-hal tak terduga yang terjadi di pesawat ini." Davina memijat pangkal hidung mancungnya.

Setelah itu ia kembali duduk di kursinya. Mata beningnya menatap ke arah Pizza dan Coffee creamy latte yang belum ia habiskan. Sekelebat bayangan di toilet tadi tiba-tiba muncul di otak Davina seketika itu ia ingin muntah.

"Oh my gosh! Aku baru sadar kalau pria yang bercinta di toilet bersama pramugari tadi adalah pria misterius yang sebelumnya duduk disebelah ku!" pekik Davina sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Siapa yang bercinta, Nona?" Suara itu membuat Davina merinding.

Dia menoleh dan menatap tajam si pemilik suara. "Hei! Apa kau tidak mengerti kalau toilet pesawat itu merupakan tempat umum? Kau baru saja bercinta di sana dengan seorang pramugari, iyakan?" Davina melontarkan ketidaksukaan nya atas apa yang pria itu perbuat di toilet tadi.

Dengan tatapan mesum pria misterius itu meletakkan tangan di bahu mungil Davina. "Bilang saja kalau kau pun mau," bisiknya kurang ajar.

Davina marah, ia menghempaskan tangan yang menyentuh bahu sucinya. "Maaf, saya tidak sudi," ujar Davina yang kemudian pergi ke belakang. Ya, gadis itu sudah tak bisa lagi menahan keinginannya untuk buang air kecil.

Setelah masuk ke dalam toilet dan menuntaskan hajatnya. Davina mencium bau amis darah yang ternyata berasal dari tempat pembuangan tissue.

Karena penasaran Davina mengorek-ngorek tempat pembuangan tissue itu dan ia terkaget-kaget ketika matanya melihat segumpal daging kecil mirip zigot yang tertimbun tissue-tissue bekas pakai.

"Huekh ... huekh." Tanpa bisa ditahan Davina muntah-muntah di closet. 

Setelah rasa mualnya sedikit menghilang ia segera mengambil tissue basah sebanyak-banyaknya untuk membersihkan tangan dan mulutnya.

"Tega sekali ibu calon bayi itu," gumam Davina miris sebelum keluar dari toilet dan melupakan apa yang tadi dilihatnya.

******

"Vincent!" Davina memanggil pemuda yang berdiri membelakanginya. Pemuda bernama Vincent itu pun menoleh dan tersenyum saat melihat Davina berjalan ke arahnya.

"Bagaimana perjalanannya, Miss D'angel?" 

Davina terkekeh geli mendengar Vincent memanggilnya memakai nama samaran. "Perjalanan ku cukup menyenangkan. Tapi sejujurnya, agak sedikit menjengkelkan," jawab Davina mengingat kejadian tak mengenakkan di pesawat yang tadi ia tumpangi.

"Memang apa yang membuatmu jengkel?" tanya Vincent penasaran.

"Nanti aku ceritakan di apartemen," jawab Davina lesu.

"Oke, sepertinya kau butuh istirahat."

"Ya, kamu benar, Vin."

"Bagaimana kabar David?" tanya Vincent yang merupakan sahabat kakak tiri Davina sejak jaman high school.

"Baik, sangat baik, sekarang dia sudah menikah dan punya anak. Oleh karena itu dia tak bisa menemaniku ke sini."

Davina menunjukkan raut sedihnya. Namun ia kembali tersenyum mengingat ada Vincent yang akan menjaganya selama tinggal di negara asal Pizza tersebut.

"Aku senang dia baik-baik saja, dan kau..., jangan khawatir, aku akan melindungimu di sini, kalau kau butuh apapun tinggal telfon aku saja, ya?"

"Terimakasih, Vin. Aku akan sangat merepotkan mu," sahut Davina sambil meringis.

Vincent terkekeh lalu merangkul bahu Davina yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. "Aku tidak masalah jika harus kerepotan karena mu, D'angel," timpal Vincent.

"Sekarang ayo kita pergi ke apartemen mu, aku sudah menyiapkan kebutuhan mu di sana, mungkin kalau kurang banyak kamu bisa membelinya sendiri," ujar Vincent sembari membukakan pintu mobilnya untuk Davina.

"Thank you, Mister Vincent."

"Ya, sama-sama."

Setelah Davina masuk ke dalam mobil Vincent pun masuk dan duduk di kursi kemudi. Dengan perhatian Vincent memasangkan sabuk pengaman Davina sebelum menghidupkan mesin mobilnya dan melaju ke Milan, tempat dimana gedung apartemen yang akan dihuni oleh Davina berada.

"Semoga aku bisa secepatnya menemukan Daddy di Negara ini," batin Davina sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan provinsi Varense, Milan, Italia.

TBC.

Bab terkait

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   3. Meet Fun Friends

    Davina menguap lebar-lebar, ia baru saja bangun dari mimpi panjangnya. Lelah karena perjalanan kemarin sudah terbayar dengan istirahat sepanjang malam tadi. Tanpa berlama-lama lagi Davina turun dari kasurnya, membuka gorden supaya sinar matahari bisa masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu Davina masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air untuk mengisi jacuzzi. Tak lupa ia menuangkan sabun aroma lavender kesukaannya, setelah itu ia membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam jacuzzi."Hmm, wanginya, aku pasti betah berlama-lama di sini," ujar Davina sambil menggosok-gosokkan sabun ke lengan putihnya.Setelah menghabiskan waktu selama hampir satu jam untuk berendam di jacuzzi, Davina membilas tubuhnya di bilik shower lalu memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Selanjutnya ia memilih outfit yang akan dikenakannya hari ini sampai pada akhirnya Dress floral selutut menjadi pilihannya."Yes selesai, tinggal makeup, hair do, terus pakai sepatu. Habis itu j

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   4. Bad Day & Bad Guys

    "Kau tahu kan tujuan kita ke sini bukan hanya untuk makan?" "Ya aku tahu, kau sudah mengingatkan ku beberapa kali di via chat," sahut Olivia sambil memperhatikan setiap orang yang datang ke restoran Pizza terenak sekaligus termahal di kota Milan itu. "Tapi kau belum tahu ciri-ciri ayahku, kan?" tanya Davina hendak memastikan. Sedetik kemudian Olivia menampakkan cengiran bodohnya. "Oh iya, bagaimana aku bisa menemukan ayah mu jika aku belum mengetahui bagaimana rupanya," katanya sambil menepuk dahi. Davina mengirimkan sebuah foto lama ayahnya yang ia dapatkan dari ibunya ke ponsel Olivia. "Foto nya sudah ku kirimkan," ucapnya. Ting. Bunyi notifikasi pesan muncul di layar ponsel Olivia. Gadis itu segera membuka isi pesannya dan melihat foto ayah Davina yang masih terlihat sangat muda. "Coba perhatikan baik-baik dan perkirakan bagaimana rupanya jika umurnya sudah bertambah 21 tahun." "Oh My God! He is your Daddy?" Ol

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   5. Pertemuan Sengit

    Langkah kaki Davina terseok-seok, pria yang menarik lengannya berlari terlalu cepat tanpa memperdulikan keadaannya. Mereka menyusuri terowongan gelap yang sembab dan sedikit berlumut. "STOP!" teriak Davina sambil berusaha menghentikan pria yang menariknya. "Aku rasa mereka sudah tak mengejarku," kata Davina sedikit sangsi sebab ia sendiri tak tahu siapa pria yang menarik lengannya tersebut dan apa tujuannya. "Ehi signorina, untung aku berbelas kasihan padamu, kalau tidak entah bagaimana nasibmu di tangan mereka." Davina menatap pria yang belum melepaskan tangannya itu sambil mengais-ngais udara di sekitarnya. "Terimakasih," ucapnya kemudian sembari melepaskan tangannya dari genggaman pria yang telah menolongnya. "Setelah diamati wajah mu terlalu cantik untuk ukuran seorang pelayan restoran, kenalkan... Aku Sean, bella donna." Davina mengangkat sebelah alisnya saat Sean mengamati wajahnya dengan tatapan aneh yang membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   6. Kejadian Memalukan

    Davina duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan perasaan gelisah, ia khawatir pria bernama Sean yang telah menyelamatkannya dari kejaran antek-antek musuhnya beberapa saat yang lalu itu mati sebab ia tak mau berhutang kepada seseorang. Apalagi orang itu merupakan orang yang baru dikenalnya.Di tengah kegelisahannya Davina dihampiri oleh dua orang perempuan berpakaian putih yang menyerahkan kepadanya sebuah dompet dan ponsel milik Sean yang sekarang masih berada di ruang operasi."Miss, ini dompet dan ponsel milik tuan anda, saya pikir lebih baik dititipkan pada anda."Davina menatap sengit wajah suster yang mengatakan kalau Sean adalah majikannya, What the hell! Sejak kapan ia beralih menjadi pembantu! Ini semua pasti gara-gara baju pelayan yang masih menempel di tubuhnya. Dalam hati Davina mengutuk habis-habisan baju yang dipakainya untuk menyamar itu.Tapi Davina terlalu lelah untuk berdebat, akhirnya ia menerima dompet dan ponsel milik Sean tersebut ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   7. Gadis menggemaskan atau menyeramkan?

    Davina melirik Sean yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menatapinya. Tak lama setelah operasi pengangkatan peluru di punggungnya selesai dilaksanakan, pria itu langsung sadar dan kini sudah siuman. Sean menatap Davina sambil mengulum senyum, menahan tawa melihat penampilan kusut gadis itu yang bisa dikatakan mirip seperti orang gila. Rambut awut-awutan, bibir kering, mata merah dan jangan lupakan baju pelayannya yang telah robek di sisi kanan pinggangnya entah karena apa. Sedangkan Davina menatap Sean sambil mencebikkan bibirnya, menahan rasa marah ketika mendapati pria itu merapatkan bibir seperti ingin menertawakan penampilannya. Benar-benar menyebalkan! Pekik Davina dalam hati. Kemudian ia berdiri dan melangkah maju mendekati ranjang tempat Sean berbaring lalu ia menodongkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sean. Davina terpaksa menurunkan gengsinya supaya ia bisa meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Olivia dan meminta temannya itu untuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   8. Girls Meet Time

    Cuaca di pagi itu sangat dingin, angin berhembus kencang menyapu dedaunan di pinggir jalan, menambah khas musim gugur yang hanya ditemukan di negara-negara empat musim, salah satunya yaitu Italia. Di sebuah kamar apartemen yang terletak di lantai tiga puluh, seorang gadis cantik blasteran Asia-Eropa masih bergelung manja di bawah selimutnya, matanya bahkan belum terbuka. Padahal matahari sudah muncul dari ufuk timur menyinari jendela apartemennya yang tak di lapisi gorden.Kriing... Kriing.Entah sudah berapa kali suara alarm yang berasal dari jam beker itu berbunyi, membangunkan pemiliknya yang tertidur seperti orang mati, entah kapan ia akan terbangun dan menyadari kalau pagi sudah menjelang siang."Hemh, kenapa silau sekali?" gumam Davina yang perlahan mulai membuka mata bulatnya.Tangan Davina berusaha menggapai ponselnya yang terletak di meja samping ranjang. Setelah berhasil meraih ponselnya, ia membuka lockscreen dan terkejut ketika melihat jam ham

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   1. Cosa è successo?

    “Kamu yakin enggak mau Kakak temenin sampai ke Italia?” “Yakin Kak, pokoknya Kakak enggak usah khawatir, aku bukan anak kecil yang dulu sering minta dianterin ke toko es krim lagi, sekarang aku udah dewasa lho, umurku aja udah 21 tahun.” “Iya iya deh, tapi asal kamu tahu ya, seberapa dewasa pun kamu, di mata kakak kamu tetap adik kecil Kakak. Maka dari itu Kakak selalu khawatir ngelepas kamu sendirian, Kakak takut ada orang yang akan menyakiti kamu, Vivin.” Mata Davina berkaca-kaca mendengar penuturan David, kakak tirinya yang amat sangat menyayanginya sejak ia kecil sampai saat ini. Davina merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat kepada Sang Kakak agar memeluknya. Dengan sepenuh hati Davin memeluk tubuh Davina lalu mengecup kening adiknya itu lumayan lama. “I'm gonna miss you, Vivin.” “Me too, Brother!” “Jaga diri kamu baik-baik selama di sana ya?” Davina menganggukkan kepalanya. “Kata Mom sama Papa kamu h

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05

Bab terbaru

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   8. Girls Meet Time

    Cuaca di pagi itu sangat dingin, angin berhembus kencang menyapu dedaunan di pinggir jalan, menambah khas musim gugur yang hanya ditemukan di negara-negara empat musim, salah satunya yaitu Italia. Di sebuah kamar apartemen yang terletak di lantai tiga puluh, seorang gadis cantik blasteran Asia-Eropa masih bergelung manja di bawah selimutnya, matanya bahkan belum terbuka. Padahal matahari sudah muncul dari ufuk timur menyinari jendela apartemennya yang tak di lapisi gorden.Kriing... Kriing.Entah sudah berapa kali suara alarm yang berasal dari jam beker itu berbunyi, membangunkan pemiliknya yang tertidur seperti orang mati, entah kapan ia akan terbangun dan menyadari kalau pagi sudah menjelang siang."Hemh, kenapa silau sekali?" gumam Davina yang perlahan mulai membuka mata bulatnya.Tangan Davina berusaha menggapai ponselnya yang terletak di meja samping ranjang. Setelah berhasil meraih ponselnya, ia membuka lockscreen dan terkejut ketika melihat jam ham

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   7. Gadis menggemaskan atau menyeramkan?

    Davina melirik Sean yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menatapinya. Tak lama setelah operasi pengangkatan peluru di punggungnya selesai dilaksanakan, pria itu langsung sadar dan kini sudah siuman. Sean menatap Davina sambil mengulum senyum, menahan tawa melihat penampilan kusut gadis itu yang bisa dikatakan mirip seperti orang gila. Rambut awut-awutan, bibir kering, mata merah dan jangan lupakan baju pelayannya yang telah robek di sisi kanan pinggangnya entah karena apa. Sedangkan Davina menatap Sean sambil mencebikkan bibirnya, menahan rasa marah ketika mendapati pria itu merapatkan bibir seperti ingin menertawakan penampilannya. Benar-benar menyebalkan! Pekik Davina dalam hati. Kemudian ia berdiri dan melangkah maju mendekati ranjang tempat Sean berbaring lalu ia menodongkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sean. Davina terpaksa menurunkan gengsinya supaya ia bisa meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Olivia dan meminta temannya itu untuk

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   6. Kejadian Memalukan

    Davina duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan perasaan gelisah, ia khawatir pria bernama Sean yang telah menyelamatkannya dari kejaran antek-antek musuhnya beberapa saat yang lalu itu mati sebab ia tak mau berhutang kepada seseorang. Apalagi orang itu merupakan orang yang baru dikenalnya.Di tengah kegelisahannya Davina dihampiri oleh dua orang perempuan berpakaian putih yang menyerahkan kepadanya sebuah dompet dan ponsel milik Sean yang sekarang masih berada di ruang operasi."Miss, ini dompet dan ponsel milik tuan anda, saya pikir lebih baik dititipkan pada anda."Davina menatap sengit wajah suster yang mengatakan kalau Sean adalah majikannya, What the hell! Sejak kapan ia beralih menjadi pembantu! Ini semua pasti gara-gara baju pelayan yang masih menempel di tubuhnya. Dalam hati Davina mengutuk habis-habisan baju yang dipakainya untuk menyamar itu.Tapi Davina terlalu lelah untuk berdebat, akhirnya ia menerima dompet dan ponsel milik Sean tersebut ta

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   5. Pertemuan Sengit

    Langkah kaki Davina terseok-seok, pria yang menarik lengannya berlari terlalu cepat tanpa memperdulikan keadaannya. Mereka menyusuri terowongan gelap yang sembab dan sedikit berlumut. "STOP!" teriak Davina sambil berusaha menghentikan pria yang menariknya. "Aku rasa mereka sudah tak mengejarku," kata Davina sedikit sangsi sebab ia sendiri tak tahu siapa pria yang menarik lengannya tersebut dan apa tujuannya. "Ehi signorina, untung aku berbelas kasihan padamu, kalau tidak entah bagaimana nasibmu di tangan mereka." Davina menatap pria yang belum melepaskan tangannya itu sambil mengais-ngais udara di sekitarnya. "Terimakasih," ucapnya kemudian sembari melepaskan tangannya dari genggaman pria yang telah menolongnya. "Setelah diamati wajah mu terlalu cantik untuk ukuran seorang pelayan restoran, kenalkan... Aku Sean, bella donna." Davina mengangkat sebelah alisnya saat Sean mengamati wajahnya dengan tatapan aneh yang membuatnya

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   4. Bad Day & Bad Guys

    "Kau tahu kan tujuan kita ke sini bukan hanya untuk makan?" "Ya aku tahu, kau sudah mengingatkan ku beberapa kali di via chat," sahut Olivia sambil memperhatikan setiap orang yang datang ke restoran Pizza terenak sekaligus termahal di kota Milan itu. "Tapi kau belum tahu ciri-ciri ayahku, kan?" tanya Davina hendak memastikan. Sedetik kemudian Olivia menampakkan cengiran bodohnya. "Oh iya, bagaimana aku bisa menemukan ayah mu jika aku belum mengetahui bagaimana rupanya," katanya sambil menepuk dahi. Davina mengirimkan sebuah foto lama ayahnya yang ia dapatkan dari ibunya ke ponsel Olivia. "Foto nya sudah ku kirimkan," ucapnya. Ting. Bunyi notifikasi pesan muncul di layar ponsel Olivia. Gadis itu segera membuka isi pesannya dan melihat foto ayah Davina yang masih terlihat sangat muda. "Coba perhatikan baik-baik dan perkirakan bagaimana rupanya jika umurnya sudah bertambah 21 tahun." "Oh My God! He is your Daddy?" Ol

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   3. Meet Fun Friends

    Davina menguap lebar-lebar, ia baru saja bangun dari mimpi panjangnya. Lelah karena perjalanan kemarin sudah terbayar dengan istirahat sepanjang malam tadi. Tanpa berlama-lama lagi Davina turun dari kasurnya, membuka gorden supaya sinar matahari bisa masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu Davina masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air untuk mengisi jacuzzi. Tak lupa ia menuangkan sabun aroma lavender kesukaannya, setelah itu ia membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam jacuzzi."Hmm, wanginya, aku pasti betah berlama-lama di sini," ujar Davina sambil menggosok-gosokkan sabun ke lengan putihnya.Setelah menghabiskan waktu selama hampir satu jam untuk berendam di jacuzzi, Davina membilas tubuhnya di bilik shower lalu memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Selanjutnya ia memilih outfit yang akan dikenakannya hari ini sampai pada akhirnya Dress floral selutut menjadi pilihannya."Yes selesai, tinggal makeup, hair do, terus pakai sepatu. Habis itu j

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   2. Rentetan Peristiwa Tak Terduga

    Davina meroling matanya lalu menunjukkan gelang berlambang persatuan hacker yang akhirnya membuat dua orang yang memegang kendali pesawat itu memercayainya."Tolong arahkan pesawat ke kanan!" intrupsi Davina dengan lantang.Pilot dan co-pilot pilot pun akhirnya menuruti semua arahan dari Davina. Mereka sadar kalau Davina merupakan salah satu ahli pemograman yang dapat diandalkan."Suruh penumpang tenang, tetap memakai sabuk pengaman dan perbanyak berdoa," pesan co-pilot kepada dua pramugari yang tadi menghalangi Davina masuk ke dalam kokpit."Baik sir.""Atur ketinggian pesawat, di depan ada awan gelap. Matikan sirine tanda bahaya karena sebentar lagi kita kembali ke jalur aman." Davina kembali menginterupsi pilot dan co-pilot yang duduk di kedua sisinya.Dengan sigap pilot dan co-pilot itu melaksanakan apa yang Davina perintahkan. Mereka mengatur mdpl pesawat dan mematikan sirine tanda bahaya. Sampai pada detik berikutnya pesawat kembali ke

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   1. Cosa è successo?

    “Kamu yakin enggak mau Kakak temenin sampai ke Italia?” “Yakin Kak, pokoknya Kakak enggak usah khawatir, aku bukan anak kecil yang dulu sering minta dianterin ke toko es krim lagi, sekarang aku udah dewasa lho, umurku aja udah 21 tahun.” “Iya iya deh, tapi asal kamu tahu ya, seberapa dewasa pun kamu, di mata kakak kamu tetap adik kecil Kakak. Maka dari itu Kakak selalu khawatir ngelepas kamu sendirian, Kakak takut ada orang yang akan menyakiti kamu, Vivin.” Mata Davina berkaca-kaca mendengar penuturan David, kakak tirinya yang amat sangat menyayanginya sejak ia kecil sampai saat ini. Davina merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat kepada Sang Kakak agar memeluknya. Dengan sepenuh hati Davin memeluk tubuh Davina lalu mengecup kening adiknya itu lumayan lama. “I'm gonna miss you, Vivin.” “Me too, Brother!” “Jaga diri kamu baik-baik selama di sana ya?” Davina menganggukkan kepalanya. “Kata Mom sama Papa kamu h

DMCA.com Protection Status