Share

8. Girls Meet Time

Penulis: Asyiah Muzakir
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-30 07:36:05

Cuaca di pagi itu sangat dingin, angin berhembus kencang menyapu dedaunan di pinggir jalan, menambah khas musim gugur yang hanya ditemukan di negara-negara empat musim, salah satunya yaitu Italia. Di sebuah kamar apartemen yang terletak di lantai tiga puluh, seorang gadis cantik blasteran Asia-Eropa masih bergelung manja di bawah selimutnya, matanya bahkan belum terbuka. Padahal matahari sudah muncul dari ufuk timur menyinari jendela apartemennya yang tak di lapisi gorden.

Kriing... Kriing.

Entah sudah berapa kali suara alarm yang berasal dari jam beker itu berbunyi, membangunkan pemiliknya yang tertidur seperti orang mati, entah kapan ia akan terbangun dan menyadari kalau pagi sudah menjelang siang.

"Hemh, kenapa silau sekali?" gumam Davina yang perlahan mulai membuka mata bulatnya.

Tangan Davina berusaha menggapai ponselnya yang terletak di meja samping ranjang. Setelah berhasil meraih ponselnya, ia membuka lockscreen dan terkejut ketika melihat jam hampir menunjukkan pukul sembilan.

"Ya tuhan, pantas saja silau, rupanya hari sudah menjelang siang dan aku terlambat bangun!" pekik Davina yang kemudian turun dari peraduannya dan bergegas memasuki kamar mandi, membersihkan seluruh tubuhnya di dalam sana dengan terburu-buru.

Setelah mandi dan memakai body lotion, Davina segera berpakaian rapih, hari ini tepat di jam sembilan ia harus datang ke Universitas Edelweiss untuk mendaftarkan diri menjadi Mahasiswi di sana.

"Aduh, aku terlambat tidak ya? Miss Amber pasti sudah menungguku," gumam Davina cemas sambil mengikat tali sepatunya.

Tiba-tiba Davina menolehkan kepalanya ke arah jam beker yang tergeletak di atas kasurnya. "Aku terlambat bangun pasti karena kau tidak membangunkanku kan, jam berisik? Huh, awas saja kalau aku benar-benar terlambat, aku akan menggantimu dengan yang baru!"

Jika saja jam beker itu adalah manusia mungkin dia akan mengatakan kalau Davina sudah gila, menimpahkan kesalahannya sendiri yang sudah bergadang sampai jam tiga pagi kepada benda tak bernyawa seperti jam beker, she is crazy right?

Setelah mengomeli jam beker yang tak bersalah, Davina keluar dari apartemen lalu turun ke basement untuk mengambil mobil Harry yang dari kemarin sudah terparkir di sana. Kemudian ia memasuki mobilnya dan langsung melajukannya dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan kota Milan saat itu terbilang cukup sepi, hanya ada mobil-mobil besar seperti truk dan busway yang melintas, mungkin karena di jam-jam itu semua orang sudah berada di kantor atau kerja masing-masing. 

Davina memasuki halaman Universitas Edelweiss lalu memarkirkan mobil milik Harry yang masih bersamanya di tempat parkiran khusus, setelah itu ia masuk ke dalam Kampus berbasis art tersebut dengan langkah terburu-buru sambil mengingat-ingat denah lokasi kantor Miss Amber yang mulai tergambar di otak cerdasnya.

Di lorong Kampus Davina bertemu dengan Olivia, lantas mereka bercipika-cipiki sebelum akhirnya Olivia menawarkan diri untuk mengantar Davina ke ruangan Miss Amber yang terletak di ujung koridor. Olivia tak menyangka kalau Davina akan pindah ke Kampus yang sama dengannya, secara ia tidak tahu kalau ternyata Davina juga memiliki minat terhadap seni. Ia kira Davina hanya tertarik dengan dunia pemograman atau ilmu teknologi.

"Selamat datang di Kampus ini, Davina. Oh ya, mulai sekarang aku akan memanggilmu Vina, bolehkan?" kata Olivia dengan wajah berseri-seri. Davina tersenyum tanda bahwa ia menyukai panggilan yang Olivia sematkan padanya.

"Boleh, aku suka panggilan itu," sahut Davina. "Panggilan itu mengingatkanku pada Daddy," imbuhnya cepat. 

"Oh, i'm sorry," ucap Olivia.

"It's okey, Liv."

"Aku malah senang ada orang yang memanggilku dengan nama itu lagi," ungkap Davina sambil tersenyum tipis.

"Syukurlah kalau begitu."

"Sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu pada mu," ungkap Olivia sambil melirik Davina.

"Apa itu? tanyakan saja."

"Mm, mobil yang kau pakai tadi apakah itu mobilmu?" tanya Olivia yang merasa aneh karena ia tahu mobil milik Davina tidak seperti yang dilihatnya di parkiran tadi.

"Sejujurnya itu bukan mobilku, aku meminjamnya dari... Ah, aku malas membahasnya. Nanti mood ku jadi jelek," jawab Davina yang kemudian menggandeng tangan Olivia, menyamakan langkah mereka menuju ruangan Miss Amber.

"Sepertinya aku tidak asing dengan mobil yang kau pinjam itu, tapi aku lupa pernah melihatnya di mana," ujar Olivia.

"Sudahlah, itu tidak penting. Lagi pula aku tidak berniat mengembalikan mobil itu pada pemiliknya," ucap Davina asal, tentu saja ia tak serius dengan ucapannya.

Namun Olivia malah mengira Davina serius. "Artinya kau ingin mencuri mobil itu?" Olivia tampak syok, mulutnya menganga lebar, untung saja tidak ada lalat yang masuk.

"Bisa-bisanya anak konglomerat seperti mu mencuri mobil milik orang lain yang bahkan kau bisa membelinya sendiri dengan uang mu," kata Olivia yang membuat Davina tertawa cekikikan.

"C'mon! Aku hanya bercanda, Liv!" sahut Davina di sela tawanya.

"Oh God, aku kira serius."

*****

"Terima kasih Miss Amber," ucap Davina seraya membungkukkan badannya sopan.

"Sama-sama, Davina. Mudah-mudahan kau betah berkuliah di Kampus ini," balas Miss Amber di sertai senyuman hangat.

Bibir Davina tertarik ke atas, membentuk senyuman manis. Setelah itu ia pamit pergi ke kelas bersama Olivia.

"Welcome Vina!" sambut Olivia yang kali ini diikuti oleh semua teman-teman satu grupnya.

"Girls, kenalkan, ini Davina. Mulai sekarang dia masuk ke dalam grup kita," ujar Olivia mengenalkan Davina kepada teman-temannya.

"Hai Vina, welcome to our group. Aku Mia Le De Torre," kata Mia, gadis yang penampilannya paling girly di grup mereka.

Davina tersenyum lebar. "Hai Mia, salam kenal," balasnya ramah.

"Ya, salam kenal, aku senang ada anggota baru di grup ini," ucap Mia tulus.

Olivia tersenyum lalu menunjuk temannya yang berambut kribo. "Moana, kau tidak mau memperkenalkan diri mu?" tanyanya.

"Tentu saja aku mau, tadi aku menunggu Mia menyelesaikan kalimatnya terlebih dahulu," jawab Moana.

"Hai Vina, aku Moana Kimberly, kau bisa memanggilku Ana. Aku senang kau bergabung di grup kami," ujar Moana ramah.

"Nice to meet you, Ana."

"Hai Vina, aku Sabiya. Aku sangat penasaran dengan mu sejak Olive menceritakan tentang mu padaku," timpal Sabiya, satu-satunya gadis yang berhijab di antara mereka.

"Salam kenal Sabiya, aku senang bertemu dengan mu," balas Davina seraya tersenyum ramah.

Setelah itu mereka berlima duduk di kursi yang jaraknya berdekatan. Tidak butuh waktu lama bagi Davina mengakrabkan diri dengan teman-teman Olivia, karena mereka semua adalah tipe-tipe orang yang friendly dan humble serta humoris.

Bab terkait

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   1. Cosa è successo?

    “Kamu yakin enggak mau Kakak temenin sampai ke Italia?” “Yakin Kak, pokoknya Kakak enggak usah khawatir, aku bukan anak kecil yang dulu sering minta dianterin ke toko es krim lagi, sekarang aku udah dewasa lho, umurku aja udah 21 tahun.” “Iya iya deh, tapi asal kamu tahu ya, seberapa dewasa pun kamu, di mata kakak kamu tetap adik kecil Kakak. Maka dari itu Kakak selalu khawatir ngelepas kamu sendirian, Kakak takut ada orang yang akan menyakiti kamu, Vivin.” Mata Davina berkaca-kaca mendengar penuturan David, kakak tirinya yang amat sangat menyayanginya sejak ia kecil sampai saat ini. Davina merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat kepada Sang Kakak agar memeluknya. Dengan sepenuh hati Davin memeluk tubuh Davina lalu mengecup kening adiknya itu lumayan lama. “I'm gonna miss you, Vivin.” “Me too, Brother!” “Jaga diri kamu baik-baik selama di sana ya?” Davina menganggukkan kepalanya. “Kata Mom sama Papa kamu h

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   2. Rentetan Peristiwa Tak Terduga

    Davina meroling matanya lalu menunjukkan gelang berlambang persatuan hacker yang akhirnya membuat dua orang yang memegang kendali pesawat itu memercayainya."Tolong arahkan pesawat ke kanan!" intrupsi Davina dengan lantang.Pilot dan co-pilot pilot pun akhirnya menuruti semua arahan dari Davina. Mereka sadar kalau Davina merupakan salah satu ahli pemograman yang dapat diandalkan."Suruh penumpang tenang, tetap memakai sabuk pengaman dan perbanyak berdoa," pesan co-pilot kepada dua pramugari yang tadi menghalangi Davina masuk ke dalam kokpit."Baik sir.""Atur ketinggian pesawat, di depan ada awan gelap. Matikan sirine tanda bahaya karena sebentar lagi kita kembali ke jalur aman." Davina kembali menginterupsi pilot dan co-pilot yang duduk di kedua sisinya.Dengan sigap pilot dan co-pilot itu melaksanakan apa yang Davina perintahkan. Mereka mengatur mdpl pesawat dan mematikan sirine tanda bahaya. Sampai pada detik berikutnya pesawat kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   3. Meet Fun Friends

    Davina menguap lebar-lebar, ia baru saja bangun dari mimpi panjangnya. Lelah karena perjalanan kemarin sudah terbayar dengan istirahat sepanjang malam tadi. Tanpa berlama-lama lagi Davina turun dari kasurnya, membuka gorden supaya sinar matahari bisa masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu Davina masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air untuk mengisi jacuzzi. Tak lupa ia menuangkan sabun aroma lavender kesukaannya, setelah itu ia membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam jacuzzi."Hmm, wanginya, aku pasti betah berlama-lama di sini," ujar Davina sambil menggosok-gosokkan sabun ke lengan putihnya.Setelah menghabiskan waktu selama hampir satu jam untuk berendam di jacuzzi, Davina membilas tubuhnya di bilik shower lalu memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Selanjutnya ia memilih outfit yang akan dikenakannya hari ini sampai pada akhirnya Dress floral selutut menjadi pilihannya."Yes selesai, tinggal makeup, hair do, terus pakai sepatu. Habis itu j

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   4. Bad Day & Bad Guys

    "Kau tahu kan tujuan kita ke sini bukan hanya untuk makan?" "Ya aku tahu, kau sudah mengingatkan ku beberapa kali di via chat," sahut Olivia sambil memperhatikan setiap orang yang datang ke restoran Pizza terenak sekaligus termahal di kota Milan itu. "Tapi kau belum tahu ciri-ciri ayahku, kan?" tanya Davina hendak memastikan. Sedetik kemudian Olivia menampakkan cengiran bodohnya. "Oh iya, bagaimana aku bisa menemukan ayah mu jika aku belum mengetahui bagaimana rupanya," katanya sambil menepuk dahi. Davina mengirimkan sebuah foto lama ayahnya yang ia dapatkan dari ibunya ke ponsel Olivia. "Foto nya sudah ku kirimkan," ucapnya. Ting. Bunyi notifikasi pesan muncul di layar ponsel Olivia. Gadis itu segera membuka isi pesannya dan melihat foto ayah Davina yang masih terlihat sangat muda. "Coba perhatikan baik-baik dan perkirakan bagaimana rupanya jika umurnya sudah bertambah 21 tahun." "Oh My God! He is your Daddy?" Ol

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   5. Pertemuan Sengit

    Langkah kaki Davina terseok-seok, pria yang menarik lengannya berlari terlalu cepat tanpa memperdulikan keadaannya. Mereka menyusuri terowongan gelap yang sembab dan sedikit berlumut. "STOP!" teriak Davina sambil berusaha menghentikan pria yang menariknya. "Aku rasa mereka sudah tak mengejarku," kata Davina sedikit sangsi sebab ia sendiri tak tahu siapa pria yang menarik lengannya tersebut dan apa tujuannya. "Ehi signorina, untung aku berbelas kasihan padamu, kalau tidak entah bagaimana nasibmu di tangan mereka." Davina menatap pria yang belum melepaskan tangannya itu sambil mengais-ngais udara di sekitarnya. "Terimakasih," ucapnya kemudian sembari melepaskan tangannya dari genggaman pria yang telah menolongnya. "Setelah diamati wajah mu terlalu cantik untuk ukuran seorang pelayan restoran, kenalkan... Aku Sean, bella donna." Davina mengangkat sebelah alisnya saat Sean mengamati wajahnya dengan tatapan aneh yang membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   6. Kejadian Memalukan

    Davina duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan perasaan gelisah, ia khawatir pria bernama Sean yang telah menyelamatkannya dari kejaran antek-antek musuhnya beberapa saat yang lalu itu mati sebab ia tak mau berhutang kepada seseorang. Apalagi orang itu merupakan orang yang baru dikenalnya.Di tengah kegelisahannya Davina dihampiri oleh dua orang perempuan berpakaian putih yang menyerahkan kepadanya sebuah dompet dan ponsel milik Sean yang sekarang masih berada di ruang operasi."Miss, ini dompet dan ponsel milik tuan anda, saya pikir lebih baik dititipkan pada anda."Davina menatap sengit wajah suster yang mengatakan kalau Sean adalah majikannya, What the hell! Sejak kapan ia beralih menjadi pembantu! Ini semua pasti gara-gara baju pelayan yang masih menempel di tubuhnya. Dalam hati Davina mengutuk habis-habisan baju yang dipakainya untuk menyamar itu.Tapi Davina terlalu lelah untuk berdebat, akhirnya ia menerima dompet dan ponsel milik Sean tersebut ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   7. Gadis menggemaskan atau menyeramkan?

    Davina melirik Sean yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menatapinya. Tak lama setelah operasi pengangkatan peluru di punggungnya selesai dilaksanakan, pria itu langsung sadar dan kini sudah siuman. Sean menatap Davina sambil mengulum senyum, menahan tawa melihat penampilan kusut gadis itu yang bisa dikatakan mirip seperti orang gila. Rambut awut-awutan, bibir kering, mata merah dan jangan lupakan baju pelayannya yang telah robek di sisi kanan pinggangnya entah karena apa. Sedangkan Davina menatap Sean sambil mencebikkan bibirnya, menahan rasa marah ketika mendapati pria itu merapatkan bibir seperti ingin menertawakan penampilannya. Benar-benar menyebalkan! Pekik Davina dalam hati. Kemudian ia berdiri dan melangkah maju mendekati ranjang tempat Sean berbaring lalu ia menodongkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sean. Davina terpaksa menurunkan gengsinya supaya ia bisa meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Olivia dan meminta temannya itu untuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-12

Bab terbaru

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   8. Girls Meet Time

    Cuaca di pagi itu sangat dingin, angin berhembus kencang menyapu dedaunan di pinggir jalan, menambah khas musim gugur yang hanya ditemukan di negara-negara empat musim, salah satunya yaitu Italia. Di sebuah kamar apartemen yang terletak di lantai tiga puluh, seorang gadis cantik blasteran Asia-Eropa masih bergelung manja di bawah selimutnya, matanya bahkan belum terbuka. Padahal matahari sudah muncul dari ufuk timur menyinari jendela apartemennya yang tak di lapisi gorden.Kriing... Kriing.Entah sudah berapa kali suara alarm yang berasal dari jam beker itu berbunyi, membangunkan pemiliknya yang tertidur seperti orang mati, entah kapan ia akan terbangun dan menyadari kalau pagi sudah menjelang siang."Hemh, kenapa silau sekali?" gumam Davina yang perlahan mulai membuka mata bulatnya.Tangan Davina berusaha menggapai ponselnya yang terletak di meja samping ranjang. Setelah berhasil meraih ponselnya, ia membuka lockscreen dan terkejut ketika melihat jam ham

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   7. Gadis menggemaskan atau menyeramkan?

    Davina melirik Sean yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menatapinya. Tak lama setelah operasi pengangkatan peluru di punggungnya selesai dilaksanakan, pria itu langsung sadar dan kini sudah siuman. Sean menatap Davina sambil mengulum senyum, menahan tawa melihat penampilan kusut gadis itu yang bisa dikatakan mirip seperti orang gila. Rambut awut-awutan, bibir kering, mata merah dan jangan lupakan baju pelayannya yang telah robek di sisi kanan pinggangnya entah karena apa. Sedangkan Davina menatap Sean sambil mencebikkan bibirnya, menahan rasa marah ketika mendapati pria itu merapatkan bibir seperti ingin menertawakan penampilannya. Benar-benar menyebalkan! Pekik Davina dalam hati. Kemudian ia berdiri dan melangkah maju mendekati ranjang tempat Sean berbaring lalu ia menodongkan tangan kanannya tepat di depan wajah Sean. Davina terpaksa menurunkan gengsinya supaya ia bisa meminjam ponsel Sean untuk menghubungi Olivia dan meminta temannya itu untuk

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   6. Kejadian Memalukan

    Davina duduk di kursi tunggu rumah sakit dengan perasaan gelisah, ia khawatir pria bernama Sean yang telah menyelamatkannya dari kejaran antek-antek musuhnya beberapa saat yang lalu itu mati sebab ia tak mau berhutang kepada seseorang. Apalagi orang itu merupakan orang yang baru dikenalnya.Di tengah kegelisahannya Davina dihampiri oleh dua orang perempuan berpakaian putih yang menyerahkan kepadanya sebuah dompet dan ponsel milik Sean yang sekarang masih berada di ruang operasi."Miss, ini dompet dan ponsel milik tuan anda, saya pikir lebih baik dititipkan pada anda."Davina menatap sengit wajah suster yang mengatakan kalau Sean adalah majikannya, What the hell! Sejak kapan ia beralih menjadi pembantu! Ini semua pasti gara-gara baju pelayan yang masih menempel di tubuhnya. Dalam hati Davina mengutuk habis-habisan baju yang dipakainya untuk menyamar itu.Tapi Davina terlalu lelah untuk berdebat, akhirnya ia menerima dompet dan ponsel milik Sean tersebut ta

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   5. Pertemuan Sengit

    Langkah kaki Davina terseok-seok, pria yang menarik lengannya berlari terlalu cepat tanpa memperdulikan keadaannya. Mereka menyusuri terowongan gelap yang sembab dan sedikit berlumut. "STOP!" teriak Davina sambil berusaha menghentikan pria yang menariknya. "Aku rasa mereka sudah tak mengejarku," kata Davina sedikit sangsi sebab ia sendiri tak tahu siapa pria yang menarik lengannya tersebut dan apa tujuannya. "Ehi signorina, untung aku berbelas kasihan padamu, kalau tidak entah bagaimana nasibmu di tangan mereka." Davina menatap pria yang belum melepaskan tangannya itu sambil mengais-ngais udara di sekitarnya. "Terimakasih," ucapnya kemudian sembari melepaskan tangannya dari genggaman pria yang telah menolongnya. "Setelah diamati wajah mu terlalu cantik untuk ukuran seorang pelayan restoran, kenalkan... Aku Sean, bella donna." Davina mengangkat sebelah alisnya saat Sean mengamati wajahnya dengan tatapan aneh yang membuatnya

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   4. Bad Day & Bad Guys

    "Kau tahu kan tujuan kita ke sini bukan hanya untuk makan?" "Ya aku tahu, kau sudah mengingatkan ku beberapa kali di via chat," sahut Olivia sambil memperhatikan setiap orang yang datang ke restoran Pizza terenak sekaligus termahal di kota Milan itu. "Tapi kau belum tahu ciri-ciri ayahku, kan?" tanya Davina hendak memastikan. Sedetik kemudian Olivia menampakkan cengiran bodohnya. "Oh iya, bagaimana aku bisa menemukan ayah mu jika aku belum mengetahui bagaimana rupanya," katanya sambil menepuk dahi. Davina mengirimkan sebuah foto lama ayahnya yang ia dapatkan dari ibunya ke ponsel Olivia. "Foto nya sudah ku kirimkan," ucapnya. Ting. Bunyi notifikasi pesan muncul di layar ponsel Olivia. Gadis itu segera membuka isi pesannya dan melihat foto ayah Davina yang masih terlihat sangat muda. "Coba perhatikan baik-baik dan perkirakan bagaimana rupanya jika umurnya sudah bertambah 21 tahun." "Oh My God! He is your Daddy?" Ol

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   3. Meet Fun Friends

    Davina menguap lebar-lebar, ia baru saja bangun dari mimpi panjangnya. Lelah karena perjalanan kemarin sudah terbayar dengan istirahat sepanjang malam tadi. Tanpa berlama-lama lagi Davina turun dari kasurnya, membuka gorden supaya sinar matahari bisa masuk ke dalam kamarnya. Setelah itu Davina masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan keran air untuk mengisi jacuzzi. Tak lupa ia menuangkan sabun aroma lavender kesukaannya, setelah itu ia membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam jacuzzi."Hmm, wanginya, aku pasti betah berlama-lama di sini," ujar Davina sambil menggosok-gosokkan sabun ke lengan putihnya.Setelah menghabiskan waktu selama hampir satu jam untuk berendam di jacuzzi, Davina membilas tubuhnya di bilik shower lalu memakai bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Selanjutnya ia memilih outfit yang akan dikenakannya hari ini sampai pada akhirnya Dress floral selutut menjadi pilihannya."Yes selesai, tinggal makeup, hair do, terus pakai sepatu. Habis itu j

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   2. Rentetan Peristiwa Tak Terduga

    Davina meroling matanya lalu menunjukkan gelang berlambang persatuan hacker yang akhirnya membuat dua orang yang memegang kendali pesawat itu memercayainya."Tolong arahkan pesawat ke kanan!" intrupsi Davina dengan lantang.Pilot dan co-pilot pilot pun akhirnya menuruti semua arahan dari Davina. Mereka sadar kalau Davina merupakan salah satu ahli pemograman yang dapat diandalkan."Suruh penumpang tenang, tetap memakai sabuk pengaman dan perbanyak berdoa," pesan co-pilot kepada dua pramugari yang tadi menghalangi Davina masuk ke dalam kokpit."Baik sir.""Atur ketinggian pesawat, di depan ada awan gelap. Matikan sirine tanda bahaya karena sebentar lagi kita kembali ke jalur aman." Davina kembali menginterupsi pilot dan co-pilot yang duduk di kedua sisinya.Dengan sigap pilot dan co-pilot itu melaksanakan apa yang Davina perintahkan. Mereka mengatur mdpl pesawat dan mematikan sirine tanda bahaya. Sampai pada detik berikutnya pesawat kembali ke

  • When Mister Playboy Meet Miss Hacker   1. Cosa è successo?

    “Kamu yakin enggak mau Kakak temenin sampai ke Italia?” “Yakin Kak, pokoknya Kakak enggak usah khawatir, aku bukan anak kecil yang dulu sering minta dianterin ke toko es krim lagi, sekarang aku udah dewasa lho, umurku aja udah 21 tahun.” “Iya iya deh, tapi asal kamu tahu ya, seberapa dewasa pun kamu, di mata kakak kamu tetap adik kecil Kakak. Maka dari itu Kakak selalu khawatir ngelepas kamu sendirian, Kakak takut ada orang yang akan menyakiti kamu, Vivin.” Mata Davina berkaca-kaca mendengar penuturan David, kakak tirinya yang amat sangat menyayanginya sejak ia kecil sampai saat ini. Davina merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat kepada Sang Kakak agar memeluknya. Dengan sepenuh hati Davin memeluk tubuh Davina lalu mengecup kening adiknya itu lumayan lama. “I'm gonna miss you, Vivin.” “Me too, Brother!” “Jaga diri kamu baik-baik selama di sana ya?” Davina menganggukkan kepalanya. “Kata Mom sama Papa kamu h

DMCA.com Protection Status