"Tebasan Pedang Angin!" seru seorang anak kecil berusia 8 tahun, memberi semangat pada dirinya sendiri di tengah latihan seni pedang. Saat ini, dia berlatih di hutan bambu mini yang terletak di belakang Sekte Wudang.
Anak kecil itu bernama Rong Guo. Hutan bambu mini tersebut merupakan bagian dari wilayah Sekte Wudang, salah satu sekte terkuat di Kerajaan Yue Chan.Sejak pagi tadi, Rong Guo telah asyik berlatih teknik pedang yang dikenal sebagai Sembilan Langkah Pedang Angin, teknik dasar yang harus dikuasai oleh semua murid di Sekte Wudang.Namun, kondisi fisik Rong Guo sangat menyedihkan.Sejak kecil, ia tidak pernah memiliki kekuatan dalam tubuhnya. Rong Guo lahir tanpa inti Mutiara, sumber penghimpun energi di pusat tubuh manusia yang dibutuhkan bagi siapa pun yang ingin menekuni jalur kultivasi dan bela diri.Tanpa inti Mutiara, meskipun dia berlatih pedang seribu tahun sekalipun, semua gerakan itu hanya akan terlihat indah, tapi tidak berdaya. Rong Guo bisa dikatakan lahir dengan cacat bawaan, dan berbakat menjadi manusia biasa seumur hidupnya.Saat ini, matahari telah berada di atas kepala. Keringat telah membasahi tubuh Rong Guo, namun dia belum menghentikan latihannya.“Aku harus terus berusaha. Meskipun tidak memiliki hawa murni, setidaknya berlatih pedang seperti ini akan memberikan manfaat kelak!” pikir Rong Guo dengan tekad yang kuat.Tiba-tiba, terdengar suara yang menghentikan pelatihannya."Cih! Sia-sia saja kamu berlatih pedang semacam itu. Kamu hanya akan membuang buang waktu dengan mengayunkan pedang, menghabiskan sumber daya sekte, sementara tubuh kamu tidak menghasilkan hawa murni! Gerakanmu indah, tapi tidak bermakna!”Rong Guo terkejut. Dia tidak ingin menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang berbicara. Tanpa perlu melihat, dia tahu itu pasti suara Yan Wei.Yan Wei adalah anak tunggal dari wakil pemimpin Sekte Wudang, lebih tua dari Rong Guo. Meski berusia 11 tahun, dia senang mengganggu Rong Guo. Selain perlakuan kasar dan ejekan yang pernah dialamatkan padanya, Rong Guo juga telah beberapa kali dipukuli oleh Yan Wei hingga babak belur, semuanya karena ketidakmampuannya mengumpulkan hawa murni saat berlatih seni bela diri.Masih terus mengayunkan pedangnya dalam gerakan indah, Rong Guo berpura-pura tidak peduli."Hei, Rong Guo! Apa kamu tuli? Aku sudah memanggilmu beberapa kali, tapi kamu pura-pura tak mendengarkan!" teriak Yan Wei dengan nada marah. Saat ini, Yan Wei duduk di atas batu-batu cadas, yang banyak di bagian belakang sekte.Sekte Wudang adalah sekte yang berlokasi di Gunung Wudang, yakni pegunungan di sisi Barat Kerajaan Yue Chan.Melihat Rong Guo yang tidak peduli, tetap berlatih pedang di bawah sana, seorang gadis bernama Tang Wu Xie (8 tahun) memanas-manasi Yan Wei. "Baiklah, Kakak Wei, kenapa kamu tidak memukulnya? Rong Guo ini sungguh tidak punya rasa malu, masih saja berkeras berani berlatih pedang, padahal tidak memiliki inti Mutiara. Semua sumber daya sekte, hanya sia-sia ditangannya!"Pada saat itu, Yan Wei telah melompat dari batu yang ia duduki, sekarang berada kira-kira sepuluh langkah dari tempat Rong Guo berlatih pedang.Suara desingan pedang kayu masih terdengar, ketika itu Rong Guo terus mengayunkan pedang kayunya."Baiklah, mari kita pukul dia seperti biasa!" Suara seorang anak kecil lainnya bergabung, mengikuti keramaian. Dia bernama Huo Shi, usianya 10 tahun.Yan Wei, Tang Wu Xie, dan Huo Shi ini adalah tiga sekawan. Mereka sangat suka membully Rong Guo.Ketika Rong Guo terus asyik berlatih pedang, tiba-tiba terdengar siulan, disusul serangan tinju yang dilancarkan Yan Wei.“Bodoh! Masih berkeras berlatih beladiri! Hari ini aku akan mematahkan tanganmu!”Yan Wei tampak melompat indah dalam gerakan meringankan tubuh sesuai Teknik Burung Walet menyambar. Tangannya membentuk tinju yang disebut Tinju Petir.Meski masih muda, tinju yang dilatih Yan Wei sudah mampu menghancurkan batu, seukuran anak kambing.“Rasakan hantaman!” teriak Tang Wu Xie tanpa rasa kasihan, ketika melihat tubuh Yan Wei berkelebat dengan suara tinju seperti air mengalir.“Dia pasti mati, setidaknya akan cacat seumur hidup!” desis Huo Shin dengan mata berbinar.Entah mengapa, kelompok tiga anak ini sangat membenci Rong Guo. Padahal, Rong Guo tidak pernah berbuat kesalahan terhadap mereka. Keinginan untuk menindas yang lemah, yang merasuk di jiwa anak-anak itu. Hal ini mungkin dipengaruhi prinsip di Kerajaan Yue Chuan: "Tetaplah menjadi kuat dan perkasa, karena yang kuat akan menindas yang lemah!"Saat empat pasang mata menunggu-nunggu Rong Guo terpelanting terkena hantaman Tinju Petir Yan Wei, tiba-tiba saja sesuatu yang aneh terjadi.Dengan gerakan yang lincah dan sangat gesit, Rong Guo memutar pedang kayu di tangannya. Bunyi pedang terdengar berdecit, seolah-olah memiliki kekuatan hawa murni.“Ini – ini.. bagaimana bisa terjadi? Bukankah dia tidak bisa menghimpun hawa murni?” teriak Tang Wu Xie dan Huo Shi bersamaan.Namun, yang menarik terjadi pada Yan Wei.Ketika ujung pedang Rong Guo berputar, dengan ajaib seperti gaya seorang yang sangat ahli dalam bermain pedang, Rong Guo menggeser arah mata pedang kayu. Tiba-tiba gerakan pedang terkunci di dada Yan Wei.“Celaka! Bagaimana bisa dia setangkas ini?” Yan Wei mengeluh pelan.Tinju dan pedang adalah dua teknik yang berbeda.Tinju mengandalkan jarak pendek, sementara pedang dari jarak lebih jauh.Tentu saja sebelum Tinju Petir itu menghantam Rong Guo, ujung pedang kayu telah lebih dahulu menusuk ke dada Yan Wei.Boom!Yan Wei terdorong mundur, ia lalu jatuh bergulingan karena kehilangan keseimbangan.Tang Wu Xie dan Huo Shi terbelalak tidak percaya. “Mungkinkah Rong Guo ini memiliki kecepatan gerak seperti ahli pedang, yang sudah berlatih puluhan tahun?”Bersambung.Setelah bergulingan selama enam putaran, Yan wei terhenti saat tubuhnya membentur batu. Yan Wei mencoba untuk berdiri.Kepalanya terasa pening, semua di depan mata tampak seolah-olah bayangan saja.Meskipun tidak ada rasa sakit dari tusukan di dadanya, serangan itu meninggalkan bekas yang mengguncangkan. Terlebih lagi, dia merasa sangat malu. Tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa Rong Guo, yang selalu menjadi korban bully, memiliki keterampilan pedang yang cukup untuk menjatuhkannya.Dengan tadanya dua sahabatnya yang selalu setia mengikuti perintahnya, berdiri dan menyaksikan kekalahannya tadi, pikiran Yan Wei dipenuhi kekhawatiran, reputasinya yang akan hancur jika kabar ini tersebar.Dalam amarahnya, Yan Wei mencabut sebilah pedang. Berbeda dengan pedang kayu yang digunakan Rong Guo, pedang ini adalah pedang sungguhan dan tampak berbahaya. Cahaya pedang itu berkilauan tertimpa sinar matahari, ketika Yan Wei menunjuknya ke arah Rong Guo dengan suara gemetar.“Ternyata kamu punya s
Pada saat yang genting itu, ketika ujung pedang Yan Wei bersikap seolah-olah akan membelah tubuh Rong Guo menjadi dua, tiba-tiba terdengar sebuah suara keras.KRAK!Dengan kecepatan yang tidak masuk akal, sebuah kerikil terpental dan menghantam pedangnya.“Aduh!” Yan Wei meringis kesakitan.Ketika batu itu menyentuh pedangnya, ia merasakan aliran listrik menyengat tangannya, membuat detak jantungnya tersentak.Pedangnya terlepas dan jatuh berdenting di tanah.Beberapa saat kemudian, Yan Wei mengangkat kepalanya dan mencari siapa yang melakukan itu.“Siapa yang berani menghalangi aku? Keluarlah dan tunjukkan dirimu! Kita akan bertarung sampai selesai!” Suaranya penuh kecongkakan. Yan Wei berani bertindak seenaknya selama ini, karena mengandalkan ayahnya yang adalah wakil pemimpin di Sekte Wudang. Jadi selama ini tidak ada yang berani menantangnya.Suasana menjadi hening, hanya terdengar angin berdesir.Tidak lama kemudian, seorang pria sekitar tiga puluh dua tahun muncul dari balik bat
Malam itu, langit terlihat gelap dengan awan hitam yang bergulung di cakrawala. Cahaya rembulan gagal menembus celah awan, menyisakan hening di perkampungan murid pelataran luar yang terpencil.Namun, kesunyian itu terputus oleh suara bisikan dan kesibukan tiga sosok anak kecil.“Mari kita seret dia ke Hutan Bambu yang tidak jauh dari sini, tidak mungkin menimbulkan kecurigaan!” bisik seorang anak laki-laki.“Apakah tidak sebaiknya kita membungkusnya, agar menghindari kecurigaan?” suara seorang anak perempuan terdengar.“Tidak bisakah kalian berdua diam? Sejak tadi kalian hanya saling membantah tanpa aksi sama sekali! Sekarang, mari kita seret bocah murahan ini. Tak perlu membungkusnya dengan apapun. Terlalu membuang-buang sumber daya untuk anak tidak berbakat tanpa memiliki inti Mutiara di pusat kehidupannya!” bentak anak yang lain, membuat kedua bocah yang sebelumnya bertengkar langsung terdiam.Dua anak laki-laki segera menyeret tubuh Rong Guo, sementara anak perempuan menyapu jeja
Suara terkekeh memenuhi seisi gua, bergema dan menimbulkan rasa takut. Bau busuk keluar dari mulut sosok itu ketika ia mendekatkan kepala ke arah Rong Guo, hanya berjarak setengah meter dari wajahnya.“Apa kamu tuli? Tidak mendengar kata-kataku?” suaranya bergema lagi, terdengar seperti suara kuno yang datang dari dunia yang lain.Rong Guo tentu saja menggigil ketakutan.Wajah yang buruk. Rambutnya panjang dan kusut. Dan yang paling mengerikan adalah mata kosong itu, seolah-olah bergerak dan mengamatinya dengan jelas. Rong Guo seperti tengah diinterogasi. Pikirannya cepat bergerak. “Biar bagaimanapun aku harus tetap hidup! Jawaban yang paling aman adalah yang akan ku pakai.”Tanpa sadar, masih dengan suara gemetar Rong Guo menjawab, “Namaku Rong Guo. Murid pelataran luar, bahkan kalau bisa aku dianggap murid pekerja belaka…”Rong Guo bisa merasakan cengkeraman tangan sosok itu mengendur. “Dia melembut saat tahu aku bukan murid inti.”“Apakah Sekte Wu Dang masih dipimpin oleh Zhang Shi
Melihat sikap anak kecil yang awalnya takut serta enggan berbicara, namun ketika dia menyebutkan tentang peluang bagi Rong Guo untuk mendapatkan kekuatan dengan memanipulasi Mutiara Energinya, wajah orang tua itu tampak berubah.Jika sebelumnya dia terlihat mengerikan dan kejam, kali ini dia tertawa terbahak-bahak."Hahaha!"Suaranya bergema, membuat seisi gua seakan-akan bisa runtuh.Rong Guo tentu saja menjadi takut, ia melangkah mundur dan menjaga jarak."Penatua.. tolong jangan Anda tertawa. Gua ini bisa runtuh, dan kita berdua akan mati," kata Rong Guo panik.Setelah beberapa saat puas tertawa, dan menakut-nakuti Rong Guo, orang tua buruk rupa itu berkata. Nada suaranya terdengar mengejek."Anak kecil. Kamu masih kanak-kanak tapi sudah sedemikian licik seperti rubah. Awalnya tampak takut, tapi begitu mendengar bahwa ada jalan keluar untuk memulihkan kemampuanmu berkultivasi dengan mengadakan Mutiara energi baru, kamu tiba-tiba menjadi baik padaku. Bahkan memanggilku dengan sebuta
Seluruh pandangan Rong Guo menjadi kabur saat dia membuka matanya.“Dimana aku? Apa yang terjadi?”Kejadian ini terasa seperti deja vu. Pingsan, lalu terbangun, begitu berulang kali.Namun, kali ini Rong Guo terbangun di dalam gua yang gelap. Perbedaan lain adalah hari sudah malam.Cahaya bulan masuk melalui pintu gua, memberikan pencahayaan yang minim.“Pemantik api!” bisik Rong Guo. “Aku harus membuat obor!”Sebagai murid pekerja di luar yang juga bertugas di dapur, Rong Guo selalu membawa pemantik api. Tak lama, dia terlihat meniupnya, dan pemantik itu menyala.Dengan hati yang bersuka cita, Rong Guo menyulut api pada sebatang kayu yang mengandung damar, semacam getah yang mudah terbakar.Ketika api telah menerangi gua itu, wajahnya kontan memucat.“Penatua Payung Iblis? Apa yang terjadi?” Tanpa sadar, dia mundur beberapa langkah ke belakang, tidak sanggup rasanya menyaksikan sosok itu tewas dengan genangan darah di sekitarnya. Bau anyir menusuk ke dalam lubang hidungnya, membuat a
Di Benua Longhai ini, satu-satunya pemimpin dunia adalah Dinasti yang memerintah, Dinasti Xiaoyao.Di Dinasti Xiaoyao, ada enam kerajaan besar yang berkuasa di sana: Kerajaan Jinxiu, Kerajaan Yuechuan, Kerajaan Bicao, Kerajaan Qiongyu, Kerajaan Xingchen, dan Kerajaan Zhenhua.Di seluruh Benua Longhai, semua orang sangat tergila-gila dengan ilmu bela diri dan keterampilan seni pedang. Prinsip yang terkenal di sana adalah: kamu kuat, maka kamu menjadi sorotan dan memperoleh panggung dunia. Menjadi lemah? Tidak akan ada tempat bagi orang yang lemah. Dia hanya akan dibully, ditindas, dan diinjak-injak.Bahkan, kekuatan dari satu sekte atau seorang yang memiliki kemampuan atau keterampilan bela diri hebat, sesungguhnya dia dapat mengendalikan satu kerajaan.Ada beberapa tingkatan untuk para praktisi, hingga mereka mencapai keabadian, seni bela diri tertinggi.Tingkat Pendekar Embun Kristal adalah yang paling mendasar. Menyusul Tingkat Pendekar Harimau Giok, Pendekar Merak Api, Pendekar Ser
Anak itu berdiri di tepi jurang - di Hutan Bambu Sekte Wudang.Perasaan haru meliputi dadanya, ketika akhirnya ia melihat lagi pemandangan yang akrab dan dirindukan selama beberapa hari hidup di dasar jurang.“Pemukiman murid pelataran luar dan murid pekerja, hal yang sangat aku rindukan,” batin Rong Guo penuh kegembiraan.Betapa tidak? Dia yang tadinya sudah berpikir akan mati, terkubur selamanya di dasar jurang, saat ini diberi anugerah oleh Langit untuk melihat lagi Sekte Wudang, meski ini bagian yang paling kumuh dari sekte itu.“Koki Dong Ping pasti akan marah padaku jika aku tidak datang bekerja di dapur pada hari ini. Kemungkinan dia akan melaporkanku pada penatua khusus murid yang dianggap murid pekerja, dan aku bisa diusir dari sekte ini.”Memikirkan hal itu, Rong Guo langsung berlari dengan ketakutan, menuju dapur Sekte.Sejak kecil, Rong Guo telah tinggal di Sekte Wudang sebagai murid pekerja. Dia tidak mengenal dunia di luar Sekte Wudang. Baginya, disinilah rumah, tempat d
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit
Matahari telah bergeser ke barat, mewarnai langit dengan semburat merah yang kelam.Puluhan kapal roh masih melayang di cakrawala, bayangan gelapnya menciptakan suasana mencekam yang membuat hati para praktisi tercekat.Suara deru mesin kapal roh bertalu-talu, bergema seperti tanda kiamat yang tak kunjung usai.Para praktisi dari Benua Longhai tampaknya berada di ujung kekuatan mereka.Nyonya Yunfeng yang bertarung di cakrawala, serta Imam Zhao yang melayang di udara dengan gerakan perlahan, menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang parah. Bahkan para datuk dan pemimpin sekte yang biasanya tangguh kini terlihat seperti bayangan diri mereka yang dulu—lelah, terluka, dan kehabisan tenaga.Di langit, burung-burung nasar terbang berputar-putar sambil memekik tajam. Mereka berpesta pora, menikmati ribuan jasad yang berserakan di medan perang, tanpa mempedulikan siapa yang hidup atau mati.Di atas tanah, para ahli yang tersisa terus bertempur dengan sisa-sisa kekuatan mereka. Namun, keputusasa
Sebagai salah satu murid kunci Sekte Wudang, Xiao Ning telah melewati banyak cobaan. Ia tahu, jika bukan karena statusnya sebagai perempuan, mungkin ia sudah lama menduduki kursi pemimpin sekte.Hinaan yang terlontar barusan membakar harga dirinya, namun kemarahan itu tertahan di tenggorokan.Napasnya semakin berat, seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya. Keraguan mulai menjalari pikirannya, membuat semangatnya bergetar lemah.Dia mengepalkan tangannya, jari-jarinya terasa dingin saat menyentuh gagang pedang yang masih tergenggam erat. "Lebih baik aku bersabar," gumamnya lirih, suara itu nyaris tak terdengar, namun memiliki bobot yang cukup untuk menenangkan dirinya sendiri."Aku hanya perlu menunggu hingga Qi-ku kembali penuh di dantian."Rahangnya mengeras, giginya saling beradu menahan emosi yang mendidih di dalam hati. Tatapannya kembali pada perempuan berzirah itu.Sosok zirah perak itu berdiri angkuh, dengan senyum puas seolah telah memenangkan pertempuran sebelum pedang
Matahari mulai menampakkan sinarnya di cakrawala.Xiao Ning, dengan tangan gemetar, tetap menggenggam erat Pedang Bintang Terang yang berlumuran darah. Seluruh tubuhnya menunjukkan kelelahan yang amat sangat.Rambutnya yang semula tertata rapi dengan konde kecil berhiaskan tusuk giok kini terurai berantakan, menyapu wajahnya yang penuh noda darah dan keringat.Puluhan pil pemulih energi sudah ia telan sepanjang malam demi bertahan hidup hingga matahari terbit.Namun, rasa lelah yang menggerogoti tubuhnya tak kunjung mereda.Di saat itu, sebuah suara bernada tajam memecah keheningan pagi."Rupanya masih ada seekor betina di sini!" Suara perempuan muda terdengar lantang. "Dari semalam aku melihatmu berpesta darah! Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu menghabisi tentara-tentara Podura!"Xiao Ning mendongak dengan perlahan.Sosok itu berdiri membelakangi sinar mentari pagi, auranya seolah menyatu dengan cahaya yang mengitarinya.Zirah peraknya memantulkan kilauan matahari, membuatnya tam
Xiao Ning, gadis Sekte Wudang, sejak kecil sudah menjadi sahabat dekat Rong Guo. Mereka berbagi banyak kenangan indah, namun juga perpisahan yang tak terhindarkan.Saat Rong Guo terjebak dalam bahaya di Gurun Gobi, di tengah serbuan Sekte Aliran Putih, hanya satu sosok yang muncul untuk menyelamatkannya: Xiao Ning.Dengan rasa persahabatan yang kuat, ia melawan kehendak sekte aliran putih, dan menghabisi Biarawati Goodwill.Akhirnya perpisahan mereka berdua datang karena dunia mereka yang berbeda.Rong Guo, dengan kemampuan nya dan diakui sebagai jenius dalam aliran hitamnya, sementara Xiao Ning adalah murid utama Sekte Wudang, yang telah dilatih secara langsung oleh Pemimpin Sekte, sekaligus pemimpin aliran putih.Xiao Ning kini telah berubah dari gadis muda menjadi penatua termuda di Sekte Wudang. Keahliannya dalam pedang membawanya pada posisi tinggi di sekte, menjadikannya sosok yang dihormati dan kuat.Malam itu, ketika perang memasuki titik puncaknya...“Penatua Xiao... array di