Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Inti Mutiara Energi.

Share

Inti Mutiara Energi.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-04 21:06:20

Melihat sikap anak kecil yang awalnya takut serta enggan berbicara, namun ketika dia menyebutkan tentang peluang bagi Rong Guo untuk mendapatkan kekuatan dengan memanipulasi Mutiara Energinya, wajah orang tua itu tampak berubah.

Jika sebelumnya dia terlihat mengerikan dan kejam, kali ini dia tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha!"

Suaranya bergema, membuat seisi gua seakan-akan bisa runtuh.

Rong Guo tentu saja menjadi takut, ia melangkah mundur dan menjaga jarak.

"Penatua.. tolong jangan Anda tertawa. Gua ini bisa runtuh, dan kita berdua akan mati," kata Rong Guo panik.

Setelah beberapa saat puas tertawa, dan menakut-nakuti Rong Guo, orang tua buruk rupa itu berkata. Nada suaranya terdengar mengejek.

"Anak kecil. Kamu masih kanak-kanak tapi sudah sedemikian licik seperti rubah. Awalnya tampak takut, tapi begitu mendengar bahwa ada jalan keluar untuk memulihkan kemampuanmu berkultivasi dengan mengadakan Mutiara energi baru, kamu tiba-tiba menjadi baik padaku. Bahkan memanggilku dengan sebutan Penatua!"

Sesudah berkata-kata, orang tua itu menatap Rong Guo dengan dua mata yang kosong. Wajah Rong Guo lantas memerah, ia jatuh dalam rasa malu.

"B-bukan begitu maksudku. Jika tidak memanggil Anda dengan sebutan penatua, lalu aku harus memanggil Anda dengan sebutan apa?" kata Rong Guo tampak malu.

Tapi si orang tua tidak berhenti mengejek. Dia terus mengeluarkan kata-kata kecaman, membuat Rong Guo bertambah malu.

"Cih.. kamu licik seperti tokoh aliran hitam, padahal kamu mengaku adalah murid Sekte Wudang yang konon beraliran putih dan lurus itu!"

Mendengar kecaman itu, wajah Rong Guo tampak memerah. Dia hampir menangis.

Perlu diketahui, di Kerajaan Yue Chuan ini, ada tujuh sekte besar yang disebut sebagai pemimpin aliran putih. Sekte-sekte itu adalah: Sekte Wudang, Kuil Teratai Perak, Sekte Kunlun, Sekte Pedang Bunga, Sekte Gurun Gobi, Sekte Khong Tong, Sekte Zhonglu, dan Sekte Bulan Perak.

Di antara delapan sekte aliran putih, Sekte Wudang adalah sekte yang paling kuat. Keterampilan ilmu pedang, dan ilmu tangan kosong yang disebut pelatihan hawa murni, memanfaatkan keseimbangan yang disebut Tai Chi di zaman sekarang ini. Berbeda dengan Teknik bela diri dari Sekte Kuil Teratai Perak yang cenderung agresif, semua ilmu di Sekte Wudang bersifat lembut, tapi sangat mematikan.

Itulah sebabnya, semenjak didirikan oleh Thio Sam Hong pada zaman dahulu, secara pelan tapi pasti Sekte Wudang menjadi pemimpin dunia persilatan.

Semua murid Sekte Wudang diajarkan untuk jujur dan membela kebenaran, berdasarkan sifat Tao yang welas asih.

Itulah sebabnya, ketika Rong Guo diejek sebagai rubah kecil, licik, dan jahat, anak ini tak dapat menahan air mata. Menjadi seorang pahlawan, itu adalah prinsip dasar.

Tapi orang tua berwajah buruk ini benar-benar tidak memberi ampun pada Rong Guo. Dia berulang kali menyebut Rong Guo licik dan tidak pantas menjadi murid di Sekte Wudang.

“Rasanya kamu lebih cocok menjadi murid dari aliran sesat!” kata si orang tua, mengakhiri celaannya.

Saat itu, keadaan di dalam gua menjadi hening.

Rong Guo dilanda amarah karena diejek sebagai anak licik dan calon murid seseorang dari aliran ilmu hitam, sementara si orang tua itu, kini terdiam. Lama-lama dia merasakan kemarahan anak kecil itu.

Setelah beberapa saat keheningan melanda, orang tua itu pada akhirnya berkata.

“Baiklah, aku akan menjelaskan. Bagaimana caranya bocah cacat seperti kamu dapat memiliki inti mutiara dan berlatih untuk mengumpulkan hawa murni. Apakah kamu bersedia?”

Dengan wajah yang masih terlihat marah, Rong Guo berpaling. Lalu dengan hati-hati bertanya.

“Aku bersedia mendengar penjelasan Anda, penatua. Tapi sekali lagi, jika masih menyebutku kecil seperti orang aliran hitam, maka aku tidak akan berbicara denganmu lagi! Meski kamu ingin menjelaskan padaku tentang bagaimana cara untuk memperoleh mutiara energi!” kata Rong Guo dengan angkuh.

Mendengar hal itu, wajah orang tua itu berubah. Diam-diam dia kagum.

“Meski anak kecil dan tidak memiliki kemampuan apapun, tapi harga dirinya tinggi. Sepertinya dia cocok denganku. Apakah ini pertanda langit masih mengasihiku dengan mengirim seorang yang kelak menjadi pewarisku?” batin si orang tua dengan gemetar.

Jika saja Rong Guo tahu siapa orang tua ini, mungkin dia akan ketakutan.

Pada lima puluh tahun yang lalu, orang tua ini dikenal dengan nama Mo Shilin. Ketika itu di dunia persilatan terbagi dalam dua kekuasaan besar: kekuatan pendekar aliran Putih dan kekuatan pendekar aliran Hitam. Mo Shilin ini adalah Gembong dari aliran Hitam, yang dijuluki Payung Iblis.

Sebagai ketua dari pendekar aliran Hitam, nama Payung Iblis ini menjadi momok yang mengerikan jika disebut. Dia membunuh tanpa memandang bulu. Siapapun itu, sepanjang dia ingin melenyapkannya, orang itu pasti akan binasa.

Senjatanya berbentuk payung, itu adalah senjata yang sangat mematikan. Ketika payung itu dibuka, akan muncul tiga belas pedang yang sangat tajam yang mencabik lawan sehingga tubuhnya hancur berkeping-keping.

Pada suatu ketika, Si Payung Iblis menghilang dari Dunia Persilatan. Terdengar kabar bahwa dia dikeroyok oleh delapan pemimpin sekte aliran lurus di dunia persilatan.

Si Payung Iblis menghilang, dan pemimpin delapan sekte itu pun tidak pernah muncul lagi di hadapan orang-orang dunia persilatan. "Konon, dalam pertarungan yang tidak seimbang itu, delapan pemimpin sekte mengalami luka akibat senjata payung iblis bermata tiga belas yang mematikan!"

Begitulah pembicaraan di tempat keramaian, di warung, dan kedai yang kerap didiskusikan, dan terdengar diulang-ulang sejak lima puluh tahun yang lalu. Sayangnya, pada hari ini kisah tentang si payung iblis serta delapan pemimpin sekte aliran putih tidak lagi pernah didengar.

Perlahan-lahan, orang mulai menyadari siapa si payung iblis, gembong iblis dari aliran hitam yang sangat ditakuti.

Kembali ke dalam gua di dalam jurang di belakang Sekte Wudang.

"Anak kecil… Jika aku mengatakan bahwa aku adalah tokoh dari aliran hitam, apakah kamu percaya?"

Rong Guo menatap si orang tua berulang kali. Kemudian ia mengangguk. "Mungkin percaya, bahwa Anda adalah tokoh dari aliran hitam yang ternama. Tolong sebutkan nama Anda," kata Rong Guo, berlagak seperti orang dewasa.

Si orang tua kembali tertawa terbahak-bahak. “Anak kecil dungu ini tidak tahu dengan siapa dia berbicara,” batin Mo Shilin.

Dia sengaja menyebutkan namanya pelan-pelan, berharap Rong Guo akan terkejut.

“Namaku adalah Mo Shilin! Apakah kamu pernah mendengar?”

Mo Shilin berharap bahwa Rong Guo akan menangis ketakutan. Setidaknya terkejut dan melangkah mundur. Tapi kekecewaan yang dia temui.

Polosnya anak kecil itu menggelengkan kepala. “Mo Shilin? Aku tidak pernah mendengar nama itu. Dapatkah Anda menyebutkan julukan atau sebutan lain dari nama Anda?”

Mo Shilin hampir muntah darah. Jika ini terjadi lima puluh tahun lalu, anak kecil itu sudah pasti akan lari terbirit-birit dengan ketakutan. Merasa penasaran, dia menyebutkan julukannya.

“Payung Iblis! Itu adalah julukanku. Apakah kamu pernah mendengar?”

Bukannya raut ketakutan atau puji-pujian yang dilemparkan anak kecil itu. Malahan Rong Guo tertawa terbahak-bahak.

“Julukan macam apa itu? Payung Iblis? Mengapa Anda tidak memilih nama yang lain yang terdengar seram atau kejam?” Rong Guo terus tertawa.

Wajah Mo Shilin sendiri berubah menjadi buruk.

Dalam hatinya ia membatin dengan sedih. “Waktu berlalu dengan sangat cepat. Payung iblis yang begitu mendominasi kini tidak lebih daripada bahan tertawaan. Lebih baik aku menurunkan semua kepandaianku kepada bocah ini sebelum aku mati.”

Pada saat Rong Guo masih tertawa. Ketika dia merasa tubuhnya tersedot kekuatan tidak terlihat.

“Mati aku! Sepertinya telah membuat orang tua itu marah,” keluhnya.

Cengkeraman orang tua itu terasa ketat di lehernya.

Dengan panik, ia bertanya, “Penatua.. apa yang Anda lakukan?” suara Rong Guo patah-patah.

Sambil tertawa dingin, Mo Shilin berkata, “Kamu ingin memperoleh mutiara energi, bukan? Hari ini, biarkan aku memberikan mutiara energiku padamu!”

Mo Shilin lalu tertawa keras-keras. Kukunya yang tajam itu menggores perut Rong Guo, luka menganga… Rong Guo bertambah ketakutan.

“Apa yang Anda lakukan? Tolong jangan lukai aku…”

Orang tua itu tidak memiliki belas kasihan.

Dengan bengis, dia berkata, “Jangan cengeng! Aku akan memindahkan mutiara energiku padamu. Tapi kamu mesti ingat, ini adalah Mutiara Energi dari seorang Tokoh aliran Hitam. Kamu harus berjanji, kelak memimpin aliran hitam dan menyerang aliran putih!”

“Aku tidak mau. Lepaskan aku!” Rong Guo marah.

Mo Shilin menampar wajah Rong Guo, sehingga anak itu jatuh pingsan. Dia lalu melakukan pembedahan spiritual secara tidak masuk akal, mengeluarkan Mutiara Energinya sendiri dan memindahkannya ke inti dantian Rong Guo.

Ruang kosong gua itu langsung berbau anyir. Darah berceceran dimana-mana.

Ketika Mo Shilin selesai dengan proses bedah secara spiritual itu, wajahnya memucat. Dia terjatuh dengan pandangan kosong. Tetapi masih terdengar suaranya lirih berkata.

“Selamat untuk aliran hitam kami. Hari ini seorang gembong tokoh aliran hitam telah lahir. Adalah titisan dari... Datuk Payung Iblis!”

Setelah itu, Mo Shilin tertidur, tak pernah lagi bangun selamanya. Penampakan di dalam gua saat itu amatlah menyeramkan.

Seorang tua yang cacat tampak tertidur dengan wajah memucat. Darah menggenangi seisi gua.

Sedangkan anak kecil itu tampak tertidur dengan wajah polos, tidak tahu sebuah keajaiban baru saja terjadi. Rong Guo telah memiliki inti Mutiara!

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Lafiza
Selamat Rong Guo...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Warisan Artefak Kuno   Peringkat Pendekar Harimau Giok.

    Seluruh pandangan Rong Guo menjadi kabur saat dia membuka matanya.“Dimana aku? Apa yang terjadi?”Kejadian ini terasa seperti deja vu. Pingsan, lalu terbangun, begitu berulang kali.Namun, kali ini Rong Guo terbangun di dalam gua yang gelap. Perbedaan lain adalah hari sudah malam.Cahaya bulan masuk melalui pintu gua, memberikan pencahayaan yang minim.“Pemantik api!” bisik Rong Guo. “Aku harus membuat obor!”Sebagai murid pekerja di luar yang juga bertugas di dapur, Rong Guo selalu membawa pemantik api. Tak lama, dia terlihat meniupnya, dan pemantik itu menyala.Dengan hati yang bersuka cita, Rong Guo menyulut api pada sebatang kayu yang mengandung damar, semacam getah yang mudah terbakar.Ketika api telah menerangi gua itu, wajahnya kontan memucat.“Penatua Payung Iblis? Apa yang terjadi?” Tanpa sadar, dia mundur beberapa langkah ke belakang, tidak sanggup rasanya menyaksikan sosok itu tewas dengan genangan darah di sekitarnya. Bau anyir menusuk ke dalam lubang hidungnya, membuat a

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05
  • Warisan Artefak Kuno   Kembali Lagi.

    Di Benua Longhai ini, satu-satunya pemimpin dunia adalah Dinasti yang memerintah, Dinasti Xiaoyao.Di Dinasti Xiaoyao, ada enam kerajaan besar yang berkuasa di sana: Kerajaan Jinxiu, Kerajaan Yuechuan, Kerajaan Bicao, Kerajaan Qiongyu, Kerajaan Xingchen, dan Kerajaan Zhenhua.Di seluruh Benua Longhai, semua orang sangat tergila-gila dengan ilmu bela diri dan keterampilan seni pedang. Prinsip yang terkenal di sana adalah: kamu kuat, maka kamu menjadi sorotan dan memperoleh panggung dunia. Menjadi lemah? Tidak akan ada tempat bagi orang yang lemah. Dia hanya akan dibully, ditindas, dan diinjak-injak.Bahkan, kekuatan dari satu sekte atau seorang yang memiliki kemampuan atau keterampilan bela diri hebat, sesungguhnya dia dapat mengendalikan satu kerajaan.Ada beberapa tingkatan untuk para praktisi, hingga mereka mencapai keabadian, seni bela diri tertinggi.Tingkat Pendekar Embun Kristal adalah yang paling mendasar. Menyusul Tingkat Pendekar Harimau Giok, Pendekar Merak Api, Pendekar Ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • Warisan Artefak Kuno   Hukuman Kepala Dapur.

    Anak itu berdiri di tepi jurang - di Hutan Bambu Sekte Wudang.Perasaan haru meliputi dadanya, ketika akhirnya ia melihat lagi pemandangan yang akrab dan dirindukan selama beberapa hari hidup di dasar jurang.“Pemukiman murid pelataran luar dan murid pekerja, hal yang sangat aku rindukan,” batin Rong Guo penuh kegembiraan.Betapa tidak? Dia yang tadinya sudah berpikir akan mati, terkubur selamanya di dasar jurang, saat ini diberi anugerah oleh Langit untuk melihat lagi Sekte Wudang, meski ini bagian yang paling kumuh dari sekte itu.“Koki Dong Ping pasti akan marah padaku jika aku tidak datang bekerja di dapur pada hari ini. Kemungkinan dia akan melaporkanku pada penatua khusus murid yang dianggap murid pekerja, dan aku bisa diusir dari sekte ini.”Memikirkan hal itu, Rong Guo langsung berlari dengan ketakutan, menuju dapur Sekte.Sejak kecil, Rong Guo telah tinggal di Sekte Wudang sebagai murid pekerja. Dia tidak mengenal dunia di luar Sekte Wudang. Baginya, disinilah rumah, tempat d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Warisan Artefak Kuno   Si malang Chen He.

    Di Hutan Pinus di kaki Gunung Wudang. Rng Guo tampak gembira ketika melakukan pekerjaan menebang pohon untuk kayu. Apa yang dahulu sulit, kini ia lakukan dengan mudah.Dia hanya melakukan gerakan menebas menggunakan golok penebang kayu sambil mengalirkan hawa murni dari inti mutiaranya, maka pohon sebesar badan kambing langsung roboh.Gembira dan berseri-seri!"Setelah aku memiliki kultivasi pada tingkat Pendekar Harimau Giok, pekerjaan menebang kayu menjadi lebih mudah!" Saat itu, di tengah hutan Rong Guo tambah sadar akan manfaat yang ia dapat setelah memiliki inti mutiara."Jika begini kondisinya, tak perlu menunggu hingga tengah malam... aku dapat menyelesaikan pekerjaan ini dengan cepat!" Rong Guo langsung membelah batang pohon itu, membaginya dalam dua kelompok besar dan memikul sumber daya bahan bakar itu, mendaki ke Puncak Wudang.+++Cheng Heng adalah murid pelataran yang memiliki Kultivasi pada tingkat Pendekar Embun Kristal level tiga (puncak). Level yang sebentar lagi ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Warisan Artefak Kuno   Tapak Angin Puyuh.

    Ketika hari belum gelap. Waktu menurut periode Shi Chen adalah You – mewakili waktu ayam mencari tempat bertengger di sore hariTapi Rong Guo dengan cepat telah menuntaskan tugas yang seharusnya memakan waktu lama, perkiraan untuk anak seusianya yang tidak memilikikemampuan berkultivasi, tengah malam adalah waktu seharusnya.Tapi sungguh mengagetkan. Dia menyelesaikan pekerjaan menebang pohon sebesar badan kambing, dan membawanya dalam dua tumpukan ke dapur sekte, sebanyak sepuluh kali.Wajah Dong Ping berubah menjadi sangat terkejut."Ada apa dengan anak ini?" Batin Dong Ping curiga. "Apakah ada yang membantunya?""Siapa yang membantumu?" Tanya Dong Ping bertubi-tubi.Jika ia tahu ada yang membantu Rong Guo, dia akan marah besar. Tapi hati kecilnya berbisik. “Bukankah anak ini tidak memiliki teman. Siapa yang sudi membantunya?” dia bernafas lega. Tuduhan ini tak akan terjadi."Membantu? Membantu apa? Aku tak mengerti," jawab Rong Guo. Wajahnya bingung.Dong Ping mencoba meneliti dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Warisan Artefak Kuno   Huo Shi dan Misinya.

    Sore itu, setelah Rong Guo menyelesaikan tugasnya sebagai murid pekerja di dapur sekte, ia berniat untuk berjalan-jalan di area perdagangan di perkampungan Sekte Wudang.Susunan di Sekte Wudang terdiri dari bangunan utama yang besar sebagai aula dan tempat sembahyang, serta berbagai ruangan rahasia dan kuno yang menjadi daerah terlarang bagi semua murid sekte, kecuali yang diizinkan.Di sekitar bangunan utama terdapat perumahan yang dibangun untuk tempat tinggal murid-murid pelataran dalam, yang dibatasi oleh hutan kecil. Di sana terletak juga tempat hunian bagi murid-murid pelataran luar.Lebih jauh ke kaki gunung, tempat tinggal bagi murid-murid pekerja tersebar.Perbatasan antara area murid pelataran luar dengan murid pekerja adalah sebuah hutan kecil, tempat di mana terdapat area perdagangan. Di sini, murid-murid yang memiliki kelebihan sumber daya atau hasil perburuan menjual barang-barang mereka.Selain bahan-bahan herbal, kadang-kadang murid-murid yang kreatif juga menjual pil-

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Warisan Artefak Kuno   Rencana Rong Guo.

    Pada malam itu bulan setengah sabit tampak menggantung di langit gelap. Cahayanya yang muram tampak menyusup di sela-sela ranting bambu yang seperti gemetar tertiup angin. Angin malam berbisik lembut membawa aroma segar dedaunan, seolah-olah mengirimkan getaran misterius malam yang sepi di Gunung Wudang.Huo Shin terlihat mengendap-endap, dengan pedang di tangan. Senjata itu ketika terpantul cahaya sabit meski muram, kilatannya sesekali tampak gemerlap.Dia mengenakan kain penutup wajah selembar kain hitam. Melengkapi penampilannya, Huo Shin mengenakan busana serba hitam yang ringkas dan ketat , guna mempermudah Gerakan, dan tidak menimbulkan suara ketika angin berdesir di sela lengan baju.Dengan cepat sosoknya sudah berada di depan pintu gubuk Rong Guo.Pedang itu terangkat, siap untuk membunuh Rong Guo seperti penjahat professional.Seperti diketahui, gubuk Ron Guo terpisah dari rekan-rekan murid pekerja. Hal ini membuat Huo shin leluasa untuk menghabisi anak itu.Berdiri didepan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17
  • Warisan Artefak Kuno   Pedang Peringkat Xingying.

    Di tengah keramaian pasar Tanshan, Rong Guo berdiri terpaku – terlihat kebingungan.Ada seratus kios penjual senjata yang berjejer rapi. Masing-masing kios memiliki kelebihan, dan semuanya menawarkan barang-barang yang memikat hati semua ahli Hunter, juga Kultivator.“Entah yang mana diantara semua ini, akan memberiku pinjaman?” keraguan menggelayut di hati Rong Guo ketika melihat ada banyak pilihan kios disana.Ketika itu Matahari pagi memantulkan sinar emas diatas jejeran pedang, juga pada botol-botol pil yang beraneka ragam di tiap-tiap kios. Ini makin menambah keinginan Rong Guo untuk memiliki salah satu senjata yang dipajang. Selama ini dia hanya menggunakan pedang pinjaman, dari aula pelatihan, yang selalu dicatat. Senjataini wajib dikembalikan ketika hari sudah sore. Itupun karena ketersediaan senjata latih terbatas jumlahnya, dia harus berebutan dengan murid-murid pekerja.Jadi praktis, Rong Guo lebih sering menggunakan Pedang dari Kayu Persik.Suara riuh orang-orang saling me

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18

Bab terbaru

  • Warisan Artefak Kuno   Awal Kejadian.

    Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata

  • Warisan Artefak Kuno   Keajaiban di Cakrawala.

    "Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny

  • Warisan Artefak Kuno   Fenomena Aneh.

    Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Kedua.

    Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia

  • Warisan Artefak Kuno   Puncak terlarang - Pertama.

    Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit

  • Warisan Artefak Kuno   Bantuan Datang?

    Matahari telah bergeser ke barat, mewarnai langit dengan semburat merah yang kelam.Puluhan kapal roh masih melayang di cakrawala, bayangan gelapnya menciptakan suasana mencekam yang membuat hati para praktisi tercekat.Suara deru mesin kapal roh bertalu-talu, bergema seperti tanda kiamat yang tak kunjung usai.Para praktisi dari Benua Longhai tampaknya berada di ujung kekuatan mereka.Nyonya Yunfeng yang bertarung di cakrawala, serta Imam Zhao yang melayang di udara dengan gerakan perlahan, menunjukkan tanda-tanda kelelahan yang parah. Bahkan para datuk dan pemimpin sekte yang biasanya tangguh kini terlihat seperti bayangan diri mereka yang dulu—lelah, terluka, dan kehabisan tenaga.Di langit, burung-burung nasar terbang berputar-putar sambil memekik tajam. Mereka berpesta pora, menikmati ribuan jasad yang berserakan di medan perang, tanpa mempedulikan siapa yang hidup atau mati.Di atas tanah, para ahli yang tersisa terus bertempur dengan sisa-sisa kekuatan mereka. Namun, keputusasa

  • Warisan Artefak Kuno   Seven Star Sword Play – Bagian Dua.

    Sebagai salah satu murid kunci Sekte Wudang, Xiao Ning telah melewati banyak cobaan. Ia tahu, jika bukan karena statusnya sebagai perempuan, mungkin ia sudah lama menduduki kursi pemimpin sekte.Hinaan yang terlontar barusan membakar harga dirinya, namun kemarahan itu tertahan di tenggorokan.Napasnya semakin berat, seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya. Keraguan mulai menjalari pikirannya, membuat semangatnya bergetar lemah.Dia mengepalkan tangannya, jari-jarinya terasa dingin saat menyentuh gagang pedang yang masih tergenggam erat. "Lebih baik aku bersabar," gumamnya lirih, suara itu nyaris tak terdengar, namun memiliki bobot yang cukup untuk menenangkan dirinya sendiri."Aku hanya perlu menunggu hingga Qi-ku kembali penuh di dantian."Rahangnya mengeras, giginya saling beradu menahan emosi yang mendidih di dalam hati. Tatapannya kembali pada perempuan berzirah itu.Sosok zirah perak itu berdiri angkuh, dengan senyum puas seolah telah memenangkan pertempuran sebelum pedang

  • Warisan Artefak Kuno   Seven Star Sword Play – Bagian Pertama.

    Matahari mulai menampakkan sinarnya di cakrawala.Xiao Ning, dengan tangan gemetar, tetap menggenggam erat Pedang Bintang Terang yang berlumuran darah. Seluruh tubuhnya menunjukkan kelelahan yang amat sangat.Rambutnya yang semula tertata rapi dengan konde kecil berhiaskan tusuk giok kini terurai berantakan, menyapu wajahnya yang penuh noda darah dan keringat.Puluhan pil pemulih energi sudah ia telan sepanjang malam demi bertahan hidup hingga matahari terbit.Namun, rasa lelah yang menggerogoti tubuhnya tak kunjung mereda.Di saat itu, sebuah suara bernada tajam memecah keheningan pagi."Rupanya masih ada seekor betina di sini!" Suara perempuan muda terdengar lantang. "Dari semalam aku melihatmu berpesta darah! Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu menghabisi tentara-tentara Podura!"Xiao Ning mendongak dengan perlahan.Sosok itu berdiri membelakangi sinar mentari pagi, auranya seolah menyatu dengan cahaya yang mengitarinya.Zirah peraknya memantulkan kilauan matahari, membuatnya tam

  • Warisan Artefak Kuno   Taiji Swordplay.

    Xiao Ning, gadis Sekte Wudang, sejak kecil sudah menjadi sahabat dekat Rong Guo. Mereka berbagi banyak kenangan indah, namun juga perpisahan yang tak terhindarkan.Saat Rong Guo terjebak dalam bahaya di Gurun Gobi, di tengah serbuan Sekte Aliran Putih, hanya satu sosok yang muncul untuk menyelamatkannya: Xiao Ning.Dengan rasa persahabatan yang kuat, ia melawan kehendak sekte aliran putih, dan menghabisi Biarawati Goodwill.Akhirnya perpisahan mereka berdua datang karena dunia mereka yang berbeda.Rong Guo, dengan kemampuan nya dan diakui sebagai jenius dalam aliran hitamnya, sementara Xiao Ning adalah murid utama Sekte Wudang, yang telah dilatih secara langsung oleh Pemimpin Sekte, sekaligus pemimpin aliran putih.Xiao Ning kini telah berubah dari gadis muda menjadi penatua termuda di Sekte Wudang. Keahliannya dalam pedang membawanya pada posisi tinggi di sekte, menjadikannya sosok yang dihormati dan kuat.Malam itu, ketika perang memasuki titik puncaknya...“Penatua Xiao... array di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status