Home / Romansa / Wanita yang Mendambakan Suamiku / Bab 1. Akad yang Terguncang

Share

Wanita yang Mendambakan Suamiku
Wanita yang Mendambakan Suamiku
Author: Bintu Hasan

Bab 1. Akad yang Terguncang

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2024-01-09 18:00:22

"Saya terima nikah dan kawinnya Rosaline binti Rafaelan Dirgantara dengan maskawin tersebut, dibayar tunai."

Suara Liam terdengar mantap, bergema di aula pernikahan yang dipenuhi tamu. Cahaya lampu kristal memantul di kelopak bunga putih yang menghiasi ruangan, menciptakan suasana sakral yang nyaris sempurna.

Rosa menatap suaminya dengan senyum lega dengan sepasang mata yang berbinar penuh kebahagiaan. Tangan gemetar itu digenggam erat oleh Liam, seolah ingin menegaskan bahwa sekarang adalah awal baru bagi mereka. Semua orang menahan napas menunggu keputusan penghulu.

"Sah!" Suara para saksi menggema serempak, disusul tepuk tangan riuh dari para tamu.

Rosa menundukkan kepala, meresapi momen sakral yang baru saja terjadi. Hatinya bergetar, penuh syukur, penuh cinta. Hari ini, dia resmi menjadi istri Liam, pria yang selama ini dia cintai.

Senyumnya belum sempat memudar ketika tiba-tiba terdengar suara langkah sepatu hak tinggi yang menggema di lantai marmer.

"Jadi dia yang kamu pilih untuk menggantikanku?"

Suara itu dingin, menusuk, penuh dengan kesombongan yang disengaja. Para tamu yang tadinya bersorak mulai berbisik, mencari sumber suara yang tiba-tiba mengacaukan kebahagiaan itu.

Dari arah pintu masuk, seorang wanita melangkah dengan penuh percaya diri. Gaun merah ketat membalut tubuhnya dengan sempurna, kontras dengan rambut panjang lurus yang menjuntai indah. Senyumnya tipis, tapi matanya menyala dengan tatapan penuh kemenangan.

Liam menegang, tangannya di sisi tubuh mengepal tanpa sadar. Rosa mengikuti arah pandangan semua orang dan jantungnya seolah berhenti berdetak. Wanita itu terlalu cantik, terlalu mencolok, dan kehadirannya membawa hawa yang tidak menyenangkan.

"Mas, dia siapa? Apa maksudnya bilang kayak gitu tadi?" tanya Rosa dengan suara yang sangat pelan.

"Evelyn." Jawaban yang cukup membuat wanita dalam balutan gaun pengantin merah muda itu terkejut.

Evelyn. Nama itu tiba-tiba memenuhi benak Rosa meskipun dia belum pernah bertemu dengannya secara langsung. Wanita yang seharusnya sudah menghilang dari kehidupan Liam lima tahun lalu kini berdiri di hadapan mereka.

"Lama nggak ketemu, Liam. Aku kangen," ucap Evelyn dengan nada manja yang dibuat-buat.

Suasana yang tadi penuh kebahagiaan berubah tegang dalam sekejap. Bisikan semakin keras, beberapa tamu mulai saling bertukar pandangan tidak percaya. Rosa mengerjap, mencoba memahami apa yang sedang terjadi di hadapannya.

"Keluar!" usir Liam dingin, rahangnya mengeras, pertanda bahwa dia sedang berusaha menahan emosi. Evelyn justru semakin mendekat dengan langkah santai seolah pernikahan ini hanyalah lelucon baginya.

"Memangnya kamu mau menikahi wanita yang udah nggak suci lagi, Liam?" lanjutnya dengan suara yang cukup lantang untuk didengar semua orang.

Tawa kecil keluar dari bibirnya, terdengar meremehkan dan menusuk. Rosa merasakan tubuhnya menegang, wajahnya langsung memanas. Liam langsung menoleh tajam dan air muka jelas menunjukkan amarah.

Para tamu semakin gaduh, beberapa orang mulai mengeluarkan ponsel untuk merekam kejadian itu. Evelyn jelas sengaja membuat kekacauan dan dia melakukannya dengan penuh percaya diri.

"Maksud kamu apa?" Suara Liam terdengar lebih dingin dari sebelumnya.

Wanita yang memakai gaun merah menyala itu memiringkan kepala karena menikmati situasi. Tatapannya lalu beralih ke Rosa, menatap dari atas ke bawah dengan ekspresi seolah dia sedang menilai barang murah. Senyum sinisnya semakin melebar dan dia melanjutkan dengan nada suara yang dibuat dramatis.

"Aku cuma kasihan sama kamu, Liam. Kamu pikir dia itu perempuan baik-baik? Jangan bodoh. Selama ini dia cuma membohongi kamu."

Rosa merasa perutnya seperti ditinju mendengar kata-kata itu. Detik berikutnya, seorang pria melangkah masuk dari pintu belakang, wajahnya tidak asing bagi sebagian tamu. Evelyn menoleh ke arahnya lalu tersenyum puas membuat Rosa langsung merasa ada yang tidak beres, apalagi ketika pria itu berhenti di samping Evelyn dan menatapnya dengan ekspresi penuh arti.

"Kenalin ...." Evelyn berkata dengan nada penuh kepuasan. "Ini Raka. Pria yang dulu pernah tidur sama istrimu."

Ruangan langsung bergemuruh. Beberapa tamu langsung menutup mulut mereka karena terkejut. Rosa merasakan tubuhnya membeku, wajahnya seketika memucat.

Liam menegang di tempat dengan mata melebar, menatap Evelyn dan pria itu dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan. Detik itu juga, kebahagiaan yang baru saja dia rasakan seakan runtuh dalam sekejap.

"Apa maksudnya ini?" Suara Liam bergetar, tapi nadanya mengandung kemarahan yang berusaha ditahan.

"Mas, aku nggak—"

"Maksudku?" potong Evelyn dengan suara lantang ketika Rosa mencoba melakukan pembelaan. Setelah itu, dia melirik Rosa dengan senyum mengejek sebelum menatap Liam lagi, "Ah, sayang sekali kamu sangat mudah dibodohi, Liam. Kamu pikir dia setia ke kamu? Kamu pikir dia perempuan baik-baik? Kamu salah besar."

Liam menoleh ke arah Rosa, matanya dipenuhi keraguan. Sementara itu, Rosa kembali membuka mulut karena ingin membela diri, tapi suaranya tercekat. Semua mata kini tertuju wanita dalam balutan gaun pengantin itu seakan menunggu penjelasan. Namun, bagaimana dia bisa menjelaskan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak tahu?

"Aku nggak kenal dia, Mas." Rosa akhirnya berhasil bersuara meskipun terdengar lirih. "Aku nggak pernah punya hubungan apa pun sama dia."

Evelyn terkekeh kecil, dia menganggap pernyataan Rosa adalah lelucon. Dia pun menatap Raka dengan ekspresi puas, kemudian kembali ke Liam. "Oh, ayolah, Liam. Jangan bilang kamu masih percaya omongannya. Coba tanya Raka sendiri."

Pria yang sejak tadi diam itu kini membuka suara. "Aku nggak tahu apa dia ingat atau pura-pura lupa, tapi kami pernah dekat beberapa tahun lalu. Aku masih ingat wajahnya. Dia Rosaline."

Pernyataan itu membuat Rosa semakin gemetar. Dia ingin berteriak, ingin menyangkal, tapi kata-kata seakan menguap dari pikirannya. Liam menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan—ada kemarahan, ada kekecewaan, dan yang paling menyakitkan, ada keraguan di sana.

"Mas, percaya sama aku. Aku nggak pernah kenal sama dia, apalagi sampai tidur." Rosa mencoba meraih tangan Liam, tapi pria itu justru menarik diri.

Evelyn tersenyum puas melihat itu. "Kamu mau tetap menikah dengan perempuan kayak gini, Liam? Aku heran, padahal dulu kamu hanya mau wanita yang benar-benar jadi milikmu. Aku kira kamu masih laki-laki yang sama."

"Ini sulit dipercaya." Liam mengembuskan napas keras lalu menatap istrinya dengan ekspresi sulit ditebak. Evelyn tidak berhenti di sana, dia kembali berbicara dengan suara lebih tajam.

"Lagian, kamu masih milikku, Liam. Aku nggak peduli dengan pernikahan ini. Aku kembali untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."

Pernyataan itu menggema di seluruh ruangan, membuat Rosa semakin merasa terimpit. Tamu-tamu mulai bergumam, bisikan mereka semakin keras, bahkan beberapa dari mereka terlihat menatap Rosa dengan pandangan mencurigakan. Liam masih diam, seperti berada dalam kebingungan besar.

Rosa menatap suaminya, berharap Liam akan membela. Namun, yang dia dapatkan hanyalah keheningan. Hatinya mencelos, ada perasaan sakit yang mulai merayap. Apakah Liam benar-benar akan meragukannya hanya karena omongan Evelyn?

Dan untuk pertama kalinya sejak akad tadi, Rosa merasa pernikahannya sudah berada di ambang kehancuran, bahkan sebelum sempat dimulai.

"Dia mantan pacar Liam? Gimana kalau dia bohong supaya mereka bisa balikan?" celetuk salah seorang yang hadir di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 2. Keraguan

    "Benar, Mas. Evelyn itu mantan kamu. Gak menutup kemungkinan dia sengaja merencanakan semua ini supaya kita pisah."Rosa menggigit bibirnya, menahan gemuruh emosi yang bercampur aduk. Matanya penuh harap, menunggu Liam mengatakan sesuatu—membelanya, menyangkal tuduhan keji ini, atau setidaknya menunjukkan bahwa dia masih mempercayainya.Namun, sayang sekali. Liam tetap diam. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam menusuk ke arah Raka sebelum beralih ke Evelyn, yang masih berdiri di sana dengan senyum puas."Kamu serius percaya omongan mereka?" Suara Rosa bergetar, campuran marah dan kecewa. "Mas, aku bahkan nggak kenal pria itu!"Liam menatapnya. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Rosa semakin sakit. Itu bukan hanya kemarahan, tapi juga keraguan. Keraguan yang menikam lebih dalam daripada semua tatapan sinis para tamu di ruangan itu."Aku nggak tahu harus percaya siapa sekarang," gumam Liam pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Seakan baru saja ditampar keras oleh

    Last Updated : 2025-01-07
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 3. Retaknya Kepercayaan

    Liam dan Rosa melangkah ke dalam aula pernikahan, tetapi suasana yang menyambut mereka sama sekali tidak seperti yang mereka bayangkan. Bisikan-bisikan tajam terdengar di antara para tamu, menciptakan suasana penuh ketegangan yang menusuk hingga ke tulang. Mata-mata yang menatap mereka bukanlah mata yang memberikan restu, melainkan yang menghakimi. Di tengah gemerlap lampu kristal dan dekorasi megah, aura perayaan itu telah menghilang, digantikan oleh rasa curiga dan pengkhianatan.Di dalam ketegangan itu, Bu Rini berdiri dengan wajah merah padam, sorot matanya penuh kemarahan yang membara. Jemarinya mengepal erat di sisi gaun, seolah berusaha menahan ledakan emosi yang siap meledak kapan saja.Rosa mengenal ekspresi itu—bukan hanya marah, tapi juga terluka dan kecewa. Ibunya merasa dipermalukan di hadapan semua orang, di hari yang seharusnya menjadi momen kebahagiaan mereka."Rosa!" Suara Bu Rini melengking, menusuk seperti pecahan kaca yang menghantam dinding keheningan. Semua oran

    Last Updated : 2025-01-08
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 4. Pergulatan Hati

    “Kamu mau ke mana, Liam? Keluarga kita sedang dipermalukan dan kamu masih mau membela perempuan ini?” Suara ibunya tajam, hampir seperti ancaman. Namun, Liam tidak goyah. Dia melangkah mendekati Rosa dan menggenggam tangannya dengan kuat, memberi isyarat bahwa dia tidak akan melepaskannya begitu saja. “Aku tidak bisa membiarkannya pergi sendiri, Bu. Aku suaminya dan aku bertanggung jawab atasnya.” Para tamu mulai berbisik-bisik lagi, menciptakan gelombang kegaduhan kecil di tengah aula. Bu Rini menatap Liam tajam, menilai apakah lelaki itu benar-benar pantas untuk putrinya. Namun, karena Rosa sudah lebih dulu menarik tangannya dari genggaman Liam, dia pun berkata tegas, “Kalau memang kamu mau ikut, ayo. Tapi jangan harap keluarga kami akan menerimamu dengan mudah.” *** Perjalanan menuju rumah keluarga Rosa terasa panjang dan mencekam. Tidak ada yang berbicara di dalam mobil, hanya ada keheningan yang begitu menekan. Setibanya di rumah, suasana tegang masih terasa saat mereka me

    Last Updated : 2025-01-08
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 5. Permainan Dimulai

    Pria itu menatapnya lekat-lekat. "Aku akan tetap bersamamu. Aku juga minta maaf soal tadi." Kata-kata itu terasa manis, tetapi juga menakutkan. Bisakah mereka benar-benar bertahan melawan dunia? Wanita itu menarik napas panjang. Dia ingin percaya, tetapi hatinya masih penuh ketakutan. Karena kenyataannya, kepercayaan bisa goyah. Cinta bisa diuji dan janji bisa dilupakan. "Aku mohon ...." Liam kembali mengiba. Kedua matanya berkaca-kaca, berbinar menunjukkan cinta. Rosa menghela napas panjang. "Seperti kamu yang percaya sama aku, aku juga harus percaya kalau kamu memang mencintaiku, Mas." Mendengar itu, Liam seketika melebarkan senyum. Sungguh, dia terluka atas tuduhan Evelyn dan khawatir jika memang itu adalah kebenaran, tetapi hati tidak bisa berbohong, Liam sangat mencintai istrinya, takut kehilangan. "Kalian istirahat dulu!" perintah Bu Rini yang langsung ditanggapi dengan anggukan samar dari Liam. Pria itu langsung mengajak istrinya masuk kamar. Mereka melangkah denga

    Last Updated : 2025-01-08
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 6. Pertemuan di Balik Rencana

    Langit malam masih gelap ketika Liam duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya yang kini terasa lebih berat dari biasanya. Percakapan yang baru saja terjadi masih terngiang di kepala, berputar seperti rekaman yang enggan berhenti. Ada sesuatu dalam nada suara di seberang sana yang membuat pikiran pria itu terusik meskipun hati menolak untuk mempercayai sepenuhnya. Di depannya, sang istri berdiri dengan tangan bersedekap, tatapannya tajam dan penuh ketidaksetujuan. Dia sudah mendengar semuanya—tentang telepon yang diterima, tentang janji pertemuan yang diminta. Dan yang paling tidak dia suka, tentang kebimbangan yang kini terlihat jelas di wajah pria itu. “Kamu mau ketemu dia, Mas?” Suara wanita itu terdengar dingin, seperti peringatan yang tak perlu diucapkan dua kali. Ada nada ketegasan yang membuat udara di antara mereka terasa lebih berat. Liam menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab, “Dia bilang ini soal nyawa, Sayang.” Kalimat itu keluar dengan nada datar, tap

    Last Updated : 2025-02-19
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 7. Jejak Masa Lalu

    "Memangnya Rosa kayak gimana?""Apa aku masih harus mengeja?"Liam terdiam. Tak lama kemudian, dia menghela napas panjang beriring harapan bahwa tuduhan itu tidaklah benar.Masih di dalam kafe yang remang-remang, Evelyn menatap pria di hadapannya dengan mata penuh harapan. Aroma kopi bercampur dengan wangi vanilla samar-samar memenuhi udara, tapi suasana di antara mereka terasa tegang. Jemari Evelyn yang lentik menggenggam cangkir cappuccino yang mulai mendingin; pikirannya sama sekali tidak tertuju pada minuman itu. Liam duduk dengan bahu tegap, tetapi ekspresinya jelas tidak nyaman. Cahaya lampu gantung yang redup menciptakan bayangan tipis di wajah pria itu, menyoroti rahang tegas yang sedikit mengeras. Tatapan tajam tidak lepas dari perempuan yang kembali datang dengan membawa masa lalu. Bibir Evelyn sedikit bergetar sebelum kembali tersenyum kecil, mencoba menutupi kegelisahan yang sejak tadi menggerogoti hatinya. "Aku tahu aku salah, Liam," kata Evelyn dengan suara yang terd

    Last Updated : 2025-02-19
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 8. Cinta yang Dipertanyakan

    "Mas, aku nggak kenal sama Raka. Kenal aja enggak, apalagi cinta." Suara Rosa terdengar mantap, tanpa keraguan. Mata menatap tajam ke arah Liam, berusaha meyakinkan pria itu bahwa semua ini adalah kesalahpahaman.Ponsel masih berada di tangan Liam, layar menyala dengan isi pesan yang menusuk pikiran. Tatapan pria itu turun ke layar, membaca ulang kalimat-kalimat dari seseorang yang mengaku mencintai istrinya. Jari menggenggam ponsel lebih erat, rahang menegang, dan napas mulai terasa berat."Kalau nggak kenal, kenapa dia bisa tahu namamu? Kenapa dia bisa ngomong soal ‘menjaga aib masing-masing’?"Sorot mata Liam menyiratkan kecurigaan yang tertahan. Emosi bercampur dalam benaknya, antara percaya dan ragu.Rosa melangkah mendekat, menatap dalam-dalam wajah suaminya yang kini dipenuhi ketegangan. "Aku nggak tahu, Mas. Sumpah, aku nggak tahu siapa dia. Aku nggak pernah punya masa lalu sama siapa pun."Liam mengusap wajah dengan satu tangan, berusaha menenangkan diri. Namun, pikirannya di

    Last Updated : 2025-02-20
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 9. Perangkap yang Terpasang

    Sebuah pesan masuk ke ponsel. Getaran halusnya menggema dalam keheningan kamar. Layar menyala, menampilkan serangkaian kata yang tampak begitu sederhana, tetapi menimbulkan gelombang kecemasan di hati. [Besok, kita harus bicara. Aku akan mengirim alamat kalau sudah di lokasi.] Alis berkerut. Mata terpaku pada layar, membaca ulang pesan itu berkali-kali seakan mencari makna tersembunyi di antara huruf-huruf yang tersusun rapi. Tidak ada sapaan, tidak ada penjelasan, hanya sebuah ajakan yang terasa begitu mendesak. Jari mengetik cepat, meski hati masih ragu. [Siapa ini?] Balasan datang secepat kilat. [Aku, Evelyn.] Dada terasa mencelos. Evelyn? Wanita itu lagi? Untuk apa dia ingin bertemu? Kemarin baru saja menghampiri Liam, sekarang malah mengirim pesan pribadi seperti ini. Pikiran berputar, menimbang berbagai kemungkinan. Ada sesuatu yang terasa tidak beres. Apakah itu jebakan? Atau mungkin ada hal yang benar-benar penting? Jari kembali bergerak, mengetik satu kata p

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 26

    "Maaf?" Naina mencoba tersenyum manis meski jelas-jelas merasa tidak nyaman. "Pulang!" ulang Bu Diana dengan tatapan tajam yang tak bersahabat. Naina menghela napas panjang. "Maaf, Bu. Aku nggak bisa. Aku khawatir Liam menyakiti Rosa. Kita sama-sama tamu di sini dan aku nggak akan pulang, kecuali tuan rumah sendiri yang nyuruh." "Saya ini ibunya Liam. Saya berhak di rumah ini!" Mata Bu Diana membulat, penuh amarah. "Sedangkan kamu? Siapa kamu?!" "Aku sahabat Rosa, Bu. Sudah dianggap saudara sejak lama. Dan karena itu, aku nggak akan tinggal diam saat orang-orang memfitnah dia. Aku tahu yang sebenarnya. Aku tahu Evelyn-lah yang menyuruh Raka—" "Kebenaran?" Bu Diana menyela dengan senyum miring. "Kebenaran yang kamu lihat itu palsu. Rosa nggak sebaik yang kamu kira—" "Dan juga tidak seburuk yang mereka katakan, bukan?" potong Naina, tatapannya tajam dan tak gentar. Rahang Bu Diana mengeras. Kedua tangannya terkepal sempurna. Setiap kata dari Naina terasa seperti cambuk yang menya

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 25

    "Gimana aku mau percaya kalau faktanya emang ada cowok lain di sekitar kamu?!" Suara Liam meninggi, nadanya tajam menusuk. Tapi bukannya melanjutkan adu mulut, pria itu malah memilih melangkah keluar rumah. Bahunya tegang, matanya merah menahan luapan emosi yang sudah di ambang batas. Namun Naina segera menghadang langkahnya. Tubuh mungilnya berdiri kokoh di ambang pintu, matanya menatap penuh keyakinan. "Ini nggak adil." Liam mendengus. "Aku tahu kamu bakal belain Rosa karena dia sahabat kamu. Kamu nggak bakal lihat siapa yang benar dan salah—" "Justru karena aku sahabatnya, makanya aku berdiri di sini!" potong Naina lantang. "Aku yang kenal dia luar dalam aja bisa lihat kebenarannya. Tapi kamu, suaminya sendiri... kenapa malah buta dan tuli?!" Liam terdiam sejenak, tapi tatapannya tetap keras. "Berapa lama kalian pacaran sebelum nikah? Kalian dijodohkan setelah kenal sebulan? Nggak, kan?" "Aku cuma bilang... pacaran bertahun-tahun pun gak jamin kita bener-bener kenal orang."

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 24. Kecurigaan

    "Mas, mungkin Bu Lin salah lihat. Gak ada yang anter aku, aku pulang sendiri." Rosa mencoba terdengar meyakinkan, tapi suaranya sedikit bergetar. Jemarinya yang gemetar buru-buru dia sembunyikan di balik lipatan baju. Pandangannya menghindar, takut bertemu dengan mata Liam yang tajam menelisik. Liam menyipitkan mata, memperhatikan setiap gerak-geriknya. "Kamu yakin? Gimana kalau Bu Lin punya bukti?" Nada suaranya tenang, tapi sarat dengan kecurigaan. Rosa menelan ludah. "Mas, aku beneran gak bohong sama kamu." "Tapi Bu Lin juga gak mungkin bohong sama aku, kan, Rosa?" Rosa meremas ujung bajunya, pikirannya berputar mencari alasan yang masuk akal. Dia tahu Liam bukan tipe yang mudah percaya begitu saja. Sorot matanya seolah mencari celah, mencari tanda kebohongan dalam dirinya. "Oh, iya!" Rosa menepuk dahinya, berpura-pura seolah baru mengingat sesuatu. "Tadi ada mobil yang menghadang pas aku lari, Mas. Dia menawarkan bantuan. Dia yang nganter aku. Maaf, aku lupa karena tadi sakin

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 23. Rencana yang Memuakkan

    Cahaya putih dari lampu-lampu neon minimarket menerangi wajah Rosa yang dipenuhi kegelisahan. Aroma kopi instan dan makanan kemasan bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Beberapa pelanggan berlalu lalang, sibuk memilih barang, sementara Rosa justru terpaku menatap Rainer dengan sorot penuh kehati-hatian."Tapi, Rainer ...." Rosa menarik napas panjang, mencoba mengendalikan debaran jantungnya. "Aku nggak mau terlibat masalah lagi. Aku udah cukup tersiksa dengan kehadiran Evelyn dan fitnah yang hampir menghancurkan hidupku. Kalau memang dia masalah, kenapa nggak kamu bawa dia pergi aja? Setidaknya aku bisa sedikit tenang. Kamu tahu, kan, aku udah nikah?"Rainer mendengkus pelan, menatap Rosa tajam. "Kamu pikir semudah itu menghentikan Evelyn? Dia nggak pernah benar-benar mencintai Liam. Dia kembali bukan untuk menebus kesalahan, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Aku yakin dia punya rencana lain.""Entahlah." Rosa menggeleng, suaranya melemah. "Yang jelas, sejak dia mu

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 22. Mimpi Buruk

    Liam terdiam sejenak, mencoba mencerna semua yang dikatakan Rosa. Sorot matanya tajam, penuh kecurigaan yang perlahan tumbuh. Ada sesuatu yang disembunyikan istrinya—sesuatu yang tidak ingin Rosa katakan. “Jadi, kamu tahu dari mana soal Rainer dan Evelyn?” tanya Liam dengan suara yang terdengar lebih dingin dari sebelumnya. “Aku aja nggak tahu soal itu.” Rosa menghela napas berat. “Kalau gitu, nggak usah nanya, Mas.” “Aku pengen tahu.” Liam menatapnya lekat-lekat. “Evelyn selalu datang dan bilang dia pergi demi kebaikanku. Tapi kalau aku ungkit soal Rainer—” “Tidak!” Rosa memotong cepat. Liam menyipitkan mata. Reaksi Rosa terlalu defensif. Kenapa? Apa dia ingin menutupi sesuatu? Apakah dia takut Rainer berulah dan mendapat masalah? Atau … dia hanya tidak ingin Liam tahu lebih banyak? Atau mungkin … dia melindungi seseorang? Tapi siapam “Kenapa kamu tiba-tiba nggak mau aku tahu?” Liam kembali bertanya, tetapi kali ini suaranya lebih dalam, lebih menekan. Rosa menegang. “

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 21. Ketegangan di Malam yang Hujan

    Hujan deras mengguyur kota sejak sore, membasahi kaca jendela dengan butiran air yang terus mengalir. Angin dingin menyelinap melalui celah tirai, membuat suasana malam semakin kelam. Di ruang tengah, cahaya lampu kuning temaram hanya menambah kesan muram. Aroma kopi yang telah lama dingin tercium samar di meja.Rosa mondar-mandir di depan televisi, tidak fokus pada layar yang terus menampilkan berita malam. Jemarinya mengusap layar ponselnya berkali-kali, seolah menimbang sesuatu. Sementara itu, Liam sudah duduk di sofa selama satu jam terakhir, sesekali mengetik di laptopnya. Tapi matanya tak sepenuhnya terpaku pada layar. Gerakan gelisah Rosa membuatnya terusik.“Mikirin siapa?” Suara Liam akhirnya memecah kesunyian. “Rainer?”“Mas!” Rosa menoleh tajam, suaranya tersentak. “Apaan, sih? Orang nggak kenal juga masa dipikirin?”“Lalu mikirin siapa?” Nada suara Liam terdengar semakin dingin. “Raka?”Rosa mengepalkan tangannya, menahan kesal. “Evelyn,” jawabnya dengan penekanan.Sejenak

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 20. Siapa Dia?

    Evelyn masih duduk di sudut kafe bersama Raka, menatap cappuccino-nya yang sudah dingin. Dia merasa hatinya semakin tidak karuan karena sosok tadi. Siapa dia? Mungkinkah dia orang yang mengenal Evelyn?Raka memperhatikan wajah Evelyn yang tampak gelisah. "Kamu kelihatan nggak fokus," ucapnya pelan, "ada yang mengganggu pikiranmu?"Evelyn menghela napas, meletakkan sendok di tepi cangkir. "Aku cuma merasa aneh, kayak ada sesuatu yang nggak beres."Sebuah suara pintu kaca terbuka, membuat Evelyn spontan menoleh. Seorang pria tinggi masuk, mengenakan jas hitam yang tampak mahal. Langkahnya mantap, seperti seseorang yang tahu persis apa yang dia inginkan.Tatapan Evelyn langsung terpaku pada pria itu. Ada sesuatu yang familiar dari posturnya, cara dia berjalan, dan bagaimana dia membawa dirinya. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Raka memperhatikan perubahan ekspresi Evelyn. "Kenapa? Kamu kenal dia?"Evelyn buru-buru menggeleng meskipun rasa curiganya semakin kuat. "Aku nggak yaki

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 19. Sesuatu yang Mengejutkan

    Rosa menatap Rainer dengan dahi berkerut. Keheranan tergambar jelas di wajahnya."Apa maksudmu, Rainer?" tanyanya dengan nada curiga.Alih-alih langsung menjawab, Rainer tersenyum tipis dan berjalan santai menuju sofa ruang tamu. Tanpa diminta, dia menjatuhkan diri di sana, menyilangkan kaki dengan ekspresi santai seolah ini rumahnya sendiri."Evelyn dan Raka," ucapnya datar, seakan dua nama itu sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.Rosa terdiam sejenak. Kedua alisnya bertaut, dadanya terasa sedikit sesak. Evelyn dan Raka? Ada sesuatu yang mengusik hatinya saat mendengar dua nama itu disebut dalam satu kalimat."Kenapa kamu tiba-tiba nyebut nama mereka? Dan kenapa kamu tahu aku tinggal di sini? Rainer, sebenarnya kamu siapa? Apa waktu itu bukan kebetulan?" tanya Rosa bertubi-tubi, masih mencoba memahami situasi. Dia masih berdiri di dekat pintu.Rainer menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku pernah mendengar pembicaraan mereka di sebuah kafe. Dan, aku mencoba mencari tahu lebih

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 18. Manipulasi yang Semakin Dalam

    Liam melangkah masuk ke dalam kafe yang telah disepakati dalam pesan tadi. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, di sudut ruangan, dua sosok yang sudah sangat dikenalnya sedang menunggunya dengan ekspresi puas—Raka dan Evelyn."Kamu akhirnya datang juga," ujar Raka dengan seringai khasnya.Liam menarik kursi dengan kasar dan duduk, menatap keduanya penuh curiga. "Apa yang kalian inginkan?"Evelyn tersenyum, menyilangkan kakinya dengan elegan. "Kami cuma ingin kamu lihat sesuatu."Raka mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layar chat yang menunjukkan percakapan mesra antara dirinya dan Rosa. Kata-kata dalam pesan itu seolah menunjukkan bahwa Rosa masih memiliki perasaan untuk Raka, seakan-akan dia hanya berpura-pura mencintai Liam.Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Ini nggak mungkin.""Tapi kamu lihat sendiri, kan?" Raka mendesak. "Nomor dan foto profilnya jelas milik Rosa."Liam menggeleng, menolak percaya. "Aku tahu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status