Beranda / Romansa / Wanita yang Mendambakan Suamiku / Bab 8. Cinta yang Dipertanyakan

Share

Bab 8. Cinta yang Dipertanyakan

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 09:57:42

"Mas, aku nggak kenal sama Raka. Kenal aja enggak, apalagi cinta." Suara Rosa terdengar mantap, tanpa keraguan. Mata menatap tajam ke arah Liam, berusaha meyakinkan pria itu bahwa semua ini adalah kesalahpahaman.

Ponsel masih berada di tangan Liam, layar menyala dengan isi pesan yang menusuk pikiran. Tatapan pria itu turun ke layar, membaca ulang kalimat-kalimat dari seseorang yang mengaku mencintai istrinya. Jari menggenggam ponsel lebih erat, rahang menegang, dan napas mulai terasa berat.

"Kalau nggak kenal, kenapa dia bisa tahu namamu? Kenapa dia bisa ngomong soal ‘menjaga aib masing-masing’?"

Sorot mata Liam menyiratkan kecurigaan yang tertahan. Emosi bercampur dalam benaknya, antara percaya dan ragu.

Rosa melangkah mendekat, menatap dalam-dalam wajah suaminya yang kini dipenuhi ketegangan. "Aku nggak tahu, Mas. Sumpah, aku nggak tahu siapa dia. Aku nggak pernah punya masa lalu sama siapa pun."

Liam mengusap wajah dengan satu tangan, berusaha menenangkan diri. Namun, pikirannya di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 9. Perangkap yang Terpasang

    Sebuah pesan masuk ke ponsel. Getaran halusnya menggema dalam keheningan kamar. Layar menyala, menampilkan serangkaian kata yang tampak begitu sederhana, tetapi menimbulkan gelombang kecemasan di hati. [Besok, kita harus bicara. Aku akan mengirim alamat kalau sudah di lokasi.] Alis berkerut. Mata terpaku pada layar, membaca ulang pesan itu berkali-kali seakan mencari makna tersembunyi di antara huruf-huruf yang tersusun rapi. Tidak ada sapaan, tidak ada penjelasan, hanya sebuah ajakan yang terasa begitu mendesak. Jari mengetik cepat, meski hati masih ragu. [Siapa ini?] Balasan datang secepat kilat. [Aku, Evelyn.] Dada terasa mencelos. Evelyn? Wanita itu lagi? Untuk apa dia ingin bertemu? Kemarin baru saja menghampiri Liam, sekarang malah mengirim pesan pribadi seperti ini. Pikiran berputar, menimbang berbagai kemungkinan. Ada sesuatu yang terasa tidak beres. Apakah itu jebakan? Atau mungkin ada hal yang benar-benar penting? Jari kembali bergerak, mengetik satu kata p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 10. Saat Cinta Diuji Waktu

    "Rosa, itu nggak mungkin." Mendengar itu, Rosa tersenyum miris. Senyum yang bukan pertanda bahagia, melainkan kepedihan yang begitu dalam. Dadanya terasa sesak, seolah udara di ruangan ini semakin menipis. Langkahnya mundur, menciptakan jarak di antara mereka. Bukan karena takut, tetapi karena ingin melindungi dirinya sendiri. Setiap kali Liam membuka mulut tentang Evelyn, selalu ada keraguan yang menyusup ke dalam hatinya. Tatapan di hadapannya begitu lembut, tetapi juga penuh kebingungan. Seakan-akan pria itu sendiri tidak yakin dengan apa yang dia rasakan. Apakah Evelyn benar-benar tidak lagi memiliki tempat di hatinya? Jemari yang tadi hendak menggapainya kini terhenti di udara. Ada keraguan di sana, seolah takut menyentuh sesuatu yang rapuh. Namun, bagi Rosa, justru itulah yang membuatnya semakin sakit. "Hanya aku yang berjuang di sini," kata Rosa dengan suara bergetar, hampir tak terdengar, "hanya aku yang berharap kalau pernikahan ini lebih dari sekadar kewajiban." Dada L

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 11. Ancaman di Balik Bayangan

    Udara dingin menusuk kulit saat Rosa berdiri di depan rumah keluarga Liam. Sore yang seharusnya tenang justru terasa begitu menyesakkan. Matanya menatap Jenni yang berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mas Liam, aku butuh bicara," kata Jenni terdengar lirih, tetapi cukup jelas untuk membuat Rosa dan Liam saling bertukar pandang. Liam terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baik, ayo bicara di dalam." Jenni melirik Rosa sekilas sebelum melangkah masuk, sorot matanya penuh kecemasan. Ada sesuatu yang ditahannya, sesuatu yang membuat Rosa merasa tidak nyaman. Begitu mereka duduk di ruang tamu, suasana menjadi berat. Jenni meremas jemarinya, seolah ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalanya. Namun akhirnya, dengan tarikan napas dalam, dia berbicara. "Mas Liam, ada sesuatu yang harus kamu tahu," katanya pelan, suaranya bergetar. Liam mengernyit. "Apa?" Jenni menggigit bibirnya sebelum mengeluarkan ponselnya dan menyerahkann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 12. Rencana Licik

    "Jadi, Raka nelpon kamu lagi?" tanya Liam dengan senyum miring. Tangannya terangkat, menepuk setir dengan kesal sebelum menatap tajam istrinya, "Rosa, ini di luar dugaanku.""Maksud kamu apa, Mas?""Raka selalu ngabarin kamu. Kayaknya ada sesuatu yang belum selesai antara kamu sama dia. Ingat kertas di jendela kamar itu? Mungkin bukan dari Evelyn—""Mas!" potong Rosa cepat, suaranya meninggi karena dia sudah lelah dianggap seperti itu, "kamu sebenarnya percaya sama aku atau enggak?""Sekarang bukan waktunya buat nanya itu." Liam melirik layar ponsel Rosa yang kembali bergetar. "Angkat teleponnya. Loudspeaker. Aku mau denger dia ngomong apa."Rosa menghela napas panjang. Tatapan Liam yang tajam dan keinginannya membuktikan kebenaran membuatnya menggeser ikon hijau. Begitu panggilan tersambung, dia menekan speaker."Rosa, aku minta maaf," kata Raka dengan suara yang terdengar panik, "Evelyn … aku gak tahu dia dapet foto kita dari mana. Suami kamu belum lihat, kan? Aku beneran minta maaf

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 13. Perang Dimulai

    Matahari mulai tenggelam, menyisakan semburat jingga di langit. Angin sore berembus menerpa wajah Rosa yang duduk di belakang Naina. Mereka melaju di jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan, lampu-lampu jalan mulai menyala, dan suara azan Magrib berkumandang dari kejauhan. Aroma asap knalpot bercampur dengan wangi gorengan yang dijajakan di pinggir jalan, menciptakan suasana khas senja di kota. Rosa menggenggam pinggang Naina erat, pikirannya masih penuh dengan pertemuan barusan dengan Raka. Napasnya terasa berat, dadanya sesak oleh campuran amarah dan kebingungan. Saat mereka hampir sampai di rumah, Rosa menepuk bahu Naina. "Nai, gue butuh nenangin diri sebentar. Bisa ke tempat lain dulu?" Suara Rosa terdengar lelah. Wanita berambut pendek itu melirik sekilas melalui kaca spion helmnya. "Oke, kita ke kafe baru di dekat sini aja. Gue juga haus." Mereka pun berbelok ke sebuah kafe kecil dengan desain minimalis yang nyaman. Lampu-lampu gantung kekuningan menerangi bagian dalam ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 14. Pertemuan Tak Terduga

    Rosa merasakan tubuhnya tiba-tiba ditarik seseorang lalu dipeluk erat. Dadanya bertumpu pada bidang yang kokoh, dan detak jantung yang berdetak cepat itu terdengar jelas di telinganya—mengisyaratkan kekhawatiran.Siapa yang telah menyelamatkannya dari maut?Perlahan, tetapi pasti, Rosa mengangkat wajahnya. Pandangannya tertuju pada jakun yang bergerak naik turun. Lelaki?Dua detik kemudian, dengan sedikit tergesa, dia melepaskan diri. Pandangan mata mereka bertemu dalam satu titik yang sama. Seorang pria berdiri di hadapannya—tinggi, tegap, dengan rahang tegas yang menambah kesan maskulin. Matanya tajam, berwarna gelap, seakan mampu menembus pikiran orang yang ditatapnya. Hidungnya mancung sempurna, bibirnya tipis dan sedikit terkatup, tanpa ekspresi yang jelas. Angin sedikit menerbangkan anak rambutnya yang berantakan, membuatnya terlihat semakin memikat dalam kesan misteriusnya."Lain kali kamu harus hati-hati," ucap pria itu, dengan suara dingin dan penuh ketegasan.Rosa masih terd

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 15. Tuduhan yang Mencekik

    "Kamu nggak perlu tahu siapa yang ngirim foto ini, pastinya sekarang sudah ada bukti kalau kamu itu cuma mau duit anakku," tekan Bu Diana, suaranya tajam seperti pisau yang menusuk dada Rosa. Rosa mengepalkan tangan erat-erat, kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya. Gelombang panas menjalar dari ujung kaki hingga kepala, membuat darah berdesir cepat. Itu jebakan. Seseorang telah menyiapkan skenario untuk menghancurkan rumah tangganya dan mereka melakukannya dengan rapi. Tapi siapa? Pikirannya berputar cepat, mencari sosok yang paling mungkin berada di balik semua ini. Evelyn? Wanita itu jelas membencinya dan tak pernah menyembunyikan keinginannya untuk melihat rumah tangga Rosa hancur. Raka? Lelaki itu pun punya cukup alasan untuk menjebaknya, apalagi setelah pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan. Namun, bagaimana mereka bisa mendapatkan foto seperti ini? Apa seseorang diam-diam mengikutinya? "Ibu, aku bisa jelasin," desak Rosa, berusaha meredam getaran

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 16. Luka yang Masih Berdarah

    Suasana di rumah Rosa masih menegang. Liam berdiri di depan istrinya dengan rahang mengeras, matanya menatap lurus ke arah Rosa yang baru saja mengucapkan sesuatu yang membuat dada seperti dihantam palu godam. "Kenapa diam, Mas?" Suara Rosa bergetar, tetapi tatapannya tetap tegar. "Harusnya kamu senang aku ngomong kayak gini, kan? Gak apa di rumah orang tua aku sendiri, biar aku gak terlalu malu. Jadi, kamu bisa pulang ke rumahmu sama ibumu hari ini." "Enteng!" bentak Liam, nadanya meninggi. Binar luka terpancar jelas dari kedua matanya, "enteng banget kamu ngomong kayak gini, seolah-olah kita nggak pernah saling mencintai." Rosa terdiam, ekspresinya sulit ditebak. "Lantas aku harus gimana, Mas? Kita menikah, tapi belum pernah sehari pun kita bahagia. Bukannya lebih baik berpisah? Kamu bisa balik ke Evelyn sesuai—" "Jangan-jangan kamu yang mau balik ke Raka atau mungkin pria bernama Rainer itu?" potong Liam kasar. Dia tidak benar-benar ingin menuduh, tetapi emosinya sudah di uju

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28

Bab terbaru

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 26

    "Maaf?" Naina mencoba tersenyum manis meski jelas-jelas merasa tidak nyaman. "Pulang!" ulang Bu Diana dengan tatapan tajam yang tak bersahabat. Naina menghela napas panjang. "Maaf, Bu. Aku nggak bisa. Aku khawatir Liam menyakiti Rosa. Kita sama-sama tamu di sini dan aku nggak akan pulang, kecuali tuan rumah sendiri yang nyuruh." "Saya ini ibunya Liam. Saya berhak di rumah ini!" Mata Bu Diana membulat, penuh amarah. "Sedangkan kamu? Siapa kamu?!" "Aku sahabat Rosa, Bu. Sudah dianggap saudara sejak lama. Dan karena itu, aku nggak akan tinggal diam saat orang-orang memfitnah dia. Aku tahu yang sebenarnya. Aku tahu Evelyn-lah yang menyuruh Raka—" "Kebenaran?" Bu Diana menyela dengan senyum miring. "Kebenaran yang kamu lihat itu palsu. Rosa nggak sebaik yang kamu kira—" "Dan juga tidak seburuk yang mereka katakan, bukan?" potong Naina, tatapannya tajam dan tak gentar. Rahang Bu Diana mengeras. Kedua tangannya terkepal sempurna. Setiap kata dari Naina terasa seperti cambuk yang menya

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 25

    "Gimana aku mau percaya kalau faktanya emang ada cowok lain di sekitar kamu?!" Suara Liam meninggi, nadanya tajam menusuk. Tapi bukannya melanjutkan adu mulut, pria itu malah memilih melangkah keluar rumah. Bahunya tegang, matanya merah menahan luapan emosi yang sudah di ambang batas. Namun Naina segera menghadang langkahnya. Tubuh mungilnya berdiri kokoh di ambang pintu, matanya menatap penuh keyakinan. "Ini nggak adil." Liam mendengus. "Aku tahu kamu bakal belain Rosa karena dia sahabat kamu. Kamu nggak bakal lihat siapa yang benar dan salah—" "Justru karena aku sahabatnya, makanya aku berdiri di sini!" potong Naina lantang. "Aku yang kenal dia luar dalam aja bisa lihat kebenarannya. Tapi kamu, suaminya sendiri... kenapa malah buta dan tuli?!" Liam terdiam sejenak, tapi tatapannya tetap keras. "Berapa lama kalian pacaran sebelum nikah? Kalian dijodohkan setelah kenal sebulan? Nggak, kan?" "Aku cuma bilang... pacaran bertahun-tahun pun gak jamin kita bener-bener kenal orang."

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 24. Kecurigaan

    "Mas, mungkin Bu Lin salah lihat. Gak ada yang anter aku, aku pulang sendiri." Rosa mencoba terdengar meyakinkan, tapi suaranya sedikit bergetar. Jemarinya yang gemetar buru-buru dia sembunyikan di balik lipatan baju. Pandangannya menghindar, takut bertemu dengan mata Liam yang tajam menelisik. Liam menyipitkan mata, memperhatikan setiap gerak-geriknya. "Kamu yakin? Gimana kalau Bu Lin punya bukti?" Nada suaranya tenang, tapi sarat dengan kecurigaan. Rosa menelan ludah. "Mas, aku beneran gak bohong sama kamu." "Tapi Bu Lin juga gak mungkin bohong sama aku, kan, Rosa?" Rosa meremas ujung bajunya, pikirannya berputar mencari alasan yang masuk akal. Dia tahu Liam bukan tipe yang mudah percaya begitu saja. Sorot matanya seolah mencari celah, mencari tanda kebohongan dalam dirinya. "Oh, iya!" Rosa menepuk dahinya, berpura-pura seolah baru mengingat sesuatu. "Tadi ada mobil yang menghadang pas aku lari, Mas. Dia menawarkan bantuan. Dia yang nganter aku. Maaf, aku lupa karena tadi sakin

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 23. Rencana yang Memuakkan

    Cahaya putih dari lampu-lampu neon minimarket menerangi wajah Rosa yang dipenuhi kegelisahan. Aroma kopi instan dan makanan kemasan bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan. Beberapa pelanggan berlalu lalang, sibuk memilih barang, sementara Rosa justru terpaku menatap Rainer dengan sorot penuh kehati-hatian."Tapi, Rainer ...." Rosa menarik napas panjang, mencoba mengendalikan debaran jantungnya. "Aku nggak mau terlibat masalah lagi. Aku udah cukup tersiksa dengan kehadiran Evelyn dan fitnah yang hampir menghancurkan hidupku. Kalau memang dia masalah, kenapa nggak kamu bawa dia pergi aja? Setidaknya aku bisa sedikit tenang. Kamu tahu, kan, aku udah nikah?"Rainer mendengkus pelan, menatap Rosa tajam. "Kamu pikir semudah itu menghentikan Evelyn? Dia nggak pernah benar-benar mencintai Liam. Dia kembali bukan untuk menebus kesalahan, tapi untuk sesuatu yang lebih besar. Aku yakin dia punya rencana lain.""Entahlah." Rosa menggeleng, suaranya melemah. "Yang jelas, sejak dia mu

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 22. Mimpi Buruk

    Liam terdiam sejenak, mencoba mencerna semua yang dikatakan Rosa. Sorot matanya tajam, penuh kecurigaan yang perlahan tumbuh. Ada sesuatu yang disembunyikan istrinya—sesuatu yang tidak ingin Rosa katakan. “Jadi, kamu tahu dari mana soal Rainer dan Evelyn?” tanya Liam dengan suara yang terdengar lebih dingin dari sebelumnya. “Aku aja nggak tahu soal itu.” Rosa menghela napas berat. “Kalau gitu, nggak usah nanya, Mas.” “Aku pengen tahu.” Liam menatapnya lekat-lekat. “Evelyn selalu datang dan bilang dia pergi demi kebaikanku. Tapi kalau aku ungkit soal Rainer—” “Tidak!” Rosa memotong cepat. Liam menyipitkan mata. Reaksi Rosa terlalu defensif. Kenapa? Apa dia ingin menutupi sesuatu? Apakah dia takut Rainer berulah dan mendapat masalah? Atau … dia hanya tidak ingin Liam tahu lebih banyak? Atau mungkin … dia melindungi seseorang? Tapi siapam “Kenapa kamu tiba-tiba nggak mau aku tahu?” Liam kembali bertanya, tetapi kali ini suaranya lebih dalam, lebih menekan. Rosa menegang. “

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 21. Ketegangan di Malam yang Hujan

    Hujan deras mengguyur kota sejak sore, membasahi kaca jendela dengan butiran air yang terus mengalir. Angin dingin menyelinap melalui celah tirai, membuat suasana malam semakin kelam. Di ruang tengah, cahaya lampu kuning temaram hanya menambah kesan muram. Aroma kopi yang telah lama dingin tercium samar di meja.Rosa mondar-mandir di depan televisi, tidak fokus pada layar yang terus menampilkan berita malam. Jemarinya mengusap layar ponselnya berkali-kali, seolah menimbang sesuatu. Sementara itu, Liam sudah duduk di sofa selama satu jam terakhir, sesekali mengetik di laptopnya. Tapi matanya tak sepenuhnya terpaku pada layar. Gerakan gelisah Rosa membuatnya terusik.“Mikirin siapa?” Suara Liam akhirnya memecah kesunyian. “Rainer?”“Mas!” Rosa menoleh tajam, suaranya tersentak. “Apaan, sih? Orang nggak kenal juga masa dipikirin?”“Lalu mikirin siapa?” Nada suara Liam terdengar semakin dingin. “Raka?”Rosa mengepalkan tangannya, menahan kesal. “Evelyn,” jawabnya dengan penekanan.Sejenak

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 20. Siapa Dia?

    Evelyn masih duduk di sudut kafe bersama Raka, menatap cappuccino-nya yang sudah dingin. Dia merasa hatinya semakin tidak karuan karena sosok tadi. Siapa dia? Mungkinkah dia orang yang mengenal Evelyn?Raka memperhatikan wajah Evelyn yang tampak gelisah. "Kamu kelihatan nggak fokus," ucapnya pelan, "ada yang mengganggu pikiranmu?"Evelyn menghela napas, meletakkan sendok di tepi cangkir. "Aku cuma merasa aneh, kayak ada sesuatu yang nggak beres."Sebuah suara pintu kaca terbuka, membuat Evelyn spontan menoleh. Seorang pria tinggi masuk, mengenakan jas hitam yang tampak mahal. Langkahnya mantap, seperti seseorang yang tahu persis apa yang dia inginkan.Tatapan Evelyn langsung terpaku pada pria itu. Ada sesuatu yang familiar dari posturnya, cara dia berjalan, dan bagaimana dia membawa dirinya. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Raka memperhatikan perubahan ekspresi Evelyn. "Kenapa? Kamu kenal dia?"Evelyn buru-buru menggeleng meskipun rasa curiganya semakin kuat. "Aku nggak yaki

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 19. Sesuatu yang Mengejutkan

    Rosa menatap Rainer dengan dahi berkerut. Keheranan tergambar jelas di wajahnya."Apa maksudmu, Rainer?" tanyanya dengan nada curiga.Alih-alih langsung menjawab, Rainer tersenyum tipis dan berjalan santai menuju sofa ruang tamu. Tanpa diminta, dia menjatuhkan diri di sana, menyilangkan kaki dengan ekspresi santai seolah ini rumahnya sendiri."Evelyn dan Raka," ucapnya datar, seakan dua nama itu sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.Rosa terdiam sejenak. Kedua alisnya bertaut, dadanya terasa sedikit sesak. Evelyn dan Raka? Ada sesuatu yang mengusik hatinya saat mendengar dua nama itu disebut dalam satu kalimat."Kenapa kamu tiba-tiba nyebut nama mereka? Dan kenapa kamu tahu aku tinggal di sini? Rainer, sebenarnya kamu siapa? Apa waktu itu bukan kebetulan?" tanya Rosa bertubi-tubi, masih mencoba memahami situasi. Dia masih berdiri di dekat pintu.Rainer menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku pernah mendengar pembicaraan mereka di sebuah kafe. Dan, aku mencoba mencari tahu lebih

  • Wanita yang Mendambakan Suamiku   Bab 18. Manipulasi yang Semakin Dalam

    Liam melangkah masuk ke dalam kafe yang telah disepakati dalam pesan tadi. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, di sudut ruangan, dua sosok yang sudah sangat dikenalnya sedang menunggunya dengan ekspresi puas—Raka dan Evelyn."Kamu akhirnya datang juga," ujar Raka dengan seringai khasnya.Liam menarik kursi dengan kasar dan duduk, menatap keduanya penuh curiga. "Apa yang kalian inginkan?"Evelyn tersenyum, menyilangkan kakinya dengan elegan. "Kami cuma ingin kamu lihat sesuatu."Raka mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layar chat yang menunjukkan percakapan mesra antara dirinya dan Rosa. Kata-kata dalam pesan itu seolah menunjukkan bahwa Rosa masih memiliki perasaan untuk Raka, seakan-akan dia hanya berpura-pura mencintai Liam.Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Ini nggak mungkin.""Tapi kamu lihat sendiri, kan?" Raka mendesak. "Nomor dan foto profilnya jelas milik Rosa."Liam menggeleng, menolak percaya. "Aku tahu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status