Share

Bab 69. Dendamnya mertuaku.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-03 09:50:58
“Aku tidak ada urusan denganmu, Ta. Jangan coba-coba melindungi tukang utang enggak mau bayar!” bentak Mbak Desi.

“Aku tidak ikut campur Mbak, aku tadi hanya terkejut saja ternyata dirimu yang jadi rentenir. Silakan saja urus urusanmu dengan orang ini,” jawabku tak kalah sengit.

“Taaa ... tolong bayarin dulu utang Paman,” rengek paman seraya memegangi kakiku.

“Maaf Paman, aku tidak mau ikut campur urusan Paman. Kan, tadi nyonya Rentenir itu minta sertifikat rumah Paman kasihkan saja, maka semua urusan akan beres!” tegasku. Sengaja aku menekankan kata Rentenir agar Mbak Desi tersinggung. Rupanya berhasil, dia langsung mencebikkan bibirnya.

“Beri atau nyawamu akan melayang!” Ancam anak buah Mbak Desi seraya melayangkan tinjunya lagi ke wajah Paman.

“Cukup! Tolong jangan pukuli suamiku lagi. Aku akan cari tunggu dulu,” ucap bibi.

“Kamu taruh mana, Pak. Cepat bilang. Apa kamu mau mati sia-sia!” bentak bibi. Paman semakin ketakutan.

“I—tu, Bu. Sertifikatnya sudah aku gadaikan di Pegadaian,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 70. Sakitnya Mas Danu.

    “Apa yang dirasa, Mas?” tanyaku sedih. Hatiku sungguh tak tega melihat belahan jiwaku sakit begini.“Cuma pusing sama panas aja, Dik. Istirahat juga nanti sembuh,” jawabnya. “Ya, sudah, aku ambilkan sarapan dulu ya, Mas. Setelah ini minum obat terus kita ke klinik.”“Enggak usah lah, Dik, nanti juga sembuh,” tolaknya.Aku iyakan saja, sebab jika dibantah pun percuma. Mas Danu tipe orang yang susah sekali diajak berobat jika sakit.“Ita, Joko, sudah datang, Nak!” panggil Mamah Atik.“Joko, ngapain pagi-pagi begini ke sini, Dik?”“Aku mintain tolong untuk antar kamu berobat, Mas,” jawabku sambil mengganti pakaian Mas Danu.“Dibilang aku hanya butuh istirahat, Dik,” protesnya.“Iya, nanti istirahat kalau sudah berobat. Ayo, Mas!”Dibantu Mamah Atik kami membawa Mas Danu keluar. Mas Danu sepertinya sangat lemas dan juga pusing sampai jalan pun susah sekali dan sempoyongan.“Kamu itu dasar keponakan kurang ajar! Orang tua yang ngurusin kamu dari kecil kesusahan begini malah kalian tinggal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 71. Penyakit aneh.

    [Kamu akan dapatkan karma itu!] Lagi pesan teror dari nomor itu masuk setelah beberapa detik aku membaca pesan yang pertama.Aku mengingat-ngingat apa yang sudah kami lakukan pada orang lain selama perjalanan rumah tangga kami. Kenapa ada orang yang semarah itu pada kami sampai meneror setiap hari. Jika saja identitasnya bisa kuketahui tentu saja aku bisa dengan cepat mengetahui siapa pelakunya. Sayangnya sampai sejauh ini kami sama sekali tidak bisa tahu siapa dia.Kulihat Mas Danu sedang menahan sakit. Niatku yang awalnya mau memberi tahukan padanya segera kuurungkan. Wajahnya Mas Danu pucat sekali, jadi kalau aku beritahukan ini padanya takut akan mengganggu kesehatannya.“Kenapa lama banget ya, Dik. Aku sudah tidak tahan,” keluh Mas Danu. Kami sedang menunggu giliran untuk ronsen.“Sabar ya, Mas. Sini rebahan saja kalau tidak kuat tidak apa-apa. Kakinya dilurusin, kepala aku pangku,” jawabku.Saat kepala Mas Danu kupangku rasanya panas sekali. Mas Danu benar-benar demam tinggi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 72. Membaik.

    “Sabar, Mas. Ayo, istighfar,” jawabku. Mas Danu berkali-kali istighfar. Aku pun membaca doa yang kubisa. “Maaf ya, Bu. Kami tidak dengar kalau bel berbunyi. Padahal kami stay di ruang jaga,” ucap suster seraya memasang kembali infus Mas Danu.“Atau mungkin rusak, Sus?” tanya Mamah Atik.“Tidak, Bu, belnya baru. Sebentar saya coba, ya?”Suster memencet bel dan lampu menyala itu artinya bel ini berfungsi.“Tidak rusak, Bu. Ini lampunya menyala,” ujar suster ramah.“Tadi juga gitu, Sus. Menyala,” sahutku.“Baik, mungkin karena kelalaian kami dalam bekerja jadi tidak dengar. Misal nanti pasien ada keluhan lagi dan ibu sudah memencet bel, tapi tim kami tidak ada yang datang mohon langsung panggil ke sana saja ya, Bu,” jelas Suster. Kami mengangguk paham.“Bapak apa masih lemas?” tanya suster pada Mas Danu.“Masih, Sus, malah seperti tidak ada tulang. Perut saya tadi sakit sekali seperti diremas-remas makanya saya tidak tahan sampai selang infus terlepas,” jawab Mas Danu.“Baik, nanti sor

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 73. Banyak musuh.

    “Mas, nomor itu mengirimi pesan begini lagi.” Kutunjukkan pesan WA itu pada Mas Danu. Dia berkali-kali menghembuskan nafas dalam-dalam seraya membetulkan selimutnya.Kami sudah berada di kamar. Tadi sewaktu masuk kamar suasananya begitu berbeda. Dingin dan pengap. Padahal baru ditinggal sehari semalam. Biasanya juga tidak pernah begini kalau kami tinggal pulang kampung ke rumah ibu, meski semingguan lebih.Aku abaikan perasaan tidak nyaman ini takut Mas Danu tidak kepikiran, meski aku yakin dia pun merasakan seperti yang aku rasa. Sepertinya Mas Danu pun mencoba menyembunyikannya dariku.“Sebenarnya dia itu siapa ya, Mas? Sudah hitungan bulan dia meneror kita,” tanyaku lagi mencairkan suasana. Mas Danu hanya menggeleng.“Apa sebaiknya kita lapor polisi saja ya, Dik?” usul Mas Danu.“Aku setuju, Mas, sebab dia sudah sangat meresahkan kita,” jawabku yakin. Dengan lapor polisi aku akan tahu sebenarnya dia siapa dan apa motifnya.“Coba diingat-ingat lagi, Dik, apa selama kita hidup enak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 74. Cibiran.

    “Iya, Kia masih kecil, jadi masih peka. Nah, itu dia sedang menatapku marah karena memberi tahu keberadaan dia pada kalian,” ucap Joko lagi. Dia balik menatap nyalang ke arah pintu. Aku bergidik ngeri.“Mungkinkah sakit Mas Danu ada hubungannya dengan ini semua, Mas?” tanyaku penasaran. Pasalnya Mas Danu sakitnya aneh.“Bisa iya, bisa juga tidak! Intinya kita harus waspada. Minum air putih yang sudah diruqyah mandiri, Dan,” saran Joko, Mas Danu mengiyakan.Malam ini kamar kami sebentar panas sebentar dingin. Kia menangis terus mungkin dia tidak nyaman akhirnya diambil alih oleh Mamah Atik dan diajak tidur bersamanya.Mas Danu tidurnya pun gelisah dan selalu berkeringat. Sedang aku sama sekali tidak bisa tidur padahal sudah jam 11 malam.Kuambil HP untuk sekedar melihat-lihat saja karena sudah beberapa hari ini aku tidak sempat.Ada banyak sekali obrolan di grup-grup WA. Bahkan grup WA RT kami sudah ada 1500-an obrolan. Ada beberapa yang ngetag namaku, tapi tidak mungkin aku manjat unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 75. Ulah Novi lagi.

    “Toloooong!” teriak Mbak Asih. Bu Jum dan Bu Romlah justru tertawa melihat ibu mertuaku dan Mbak Asih saling bekejaran.Mbak Asih masuk rumah Bu warung tanpa permisi. Kami tentu saja panik.“Olahraga pagi, Yu. Dudududu ... bikin sehat,” ujar Bu Jum disambut gelak tawa Bu Romlah. Aku kesal sekali pada mereka berdua. Sama sekali tidak punya rasa simpati.“Ada apa, Bu? Kok, Mbak Asih lari ketakutan gitu?” tanyaku pada ibu setelah ibu sampai. Beliau ngos-ngosan.“Asih bangun tidur ngomel-ngomel enggak jelas, Ta. Ibu suruh mandi malah ngamuk. Ibu ikut emosi eh, malah dia lari-lari sambil teriak-teriak enggak mau diruqyah padahal Ibu sama sekali tidak bilang itu pada Asih.” Cerita ibu seraya mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.“Minum dulu, Bu.” Kuambil sebotol Aqua dari rak dagangan Bu Warung. Hebat sekali minum langsung habis setengah.“Haus, Yu? Ha ha ha kasihan sekali dikerjain anak,” ejek Bu Jum lagi.“Eh, Yu, Asih itu lama-lama ngeri loh, masukin rumah sakit jiwa saja,” ucap Bu Jum l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 76. Tak mau diruqyah.

    "Apa, iya? Ibu malah enggak tahu, Ta. Kalau begitu berarti Asih ada kemajuan, Ta. Dia bisa lupa sama Roni.”“Tapi, tetap tidak boleh, Bu. Mbak Asih kan, lagi hamil anak orang. Takutnya hanya dimanfaatkan saja. Seperti yang sudah-sudah itu di berita yang selalu viral.”“Duh, Ibu jadi khawatir, Ta. Apa ponsel Asih disita saja, ya?”“Jangan, Bu. Nanti malah makin repot yang penting kita awasi terus Mbak Asihnya.“Lah, itu Asih lagi main air, astaghfirullah!” Ibu lari sekuat tenaga lalu mematikan kran air. Mbak Asih persis bocah cilik yang dengan senangnya basah-basahan main air. Apa itu bawaan bayi, ya? Jadi, Mbak Asih suka aneh.“Ibu, apa-apaan, Sih! Aku ini kan, lagi mandi. Tadi Ibu nyuruh aku mandi, kan?” protes Mbak Asih, dia terlihat sangat marah.“Iya, tapi, mandinya enggak di sini, Sih! Mandi di dalam kamar mandi. Lihat itu badanmu ngecap sana-sini. Ayo, pulang!” Ibu menjewer kuping Mbak Asih persis anak kecil.Mbak Asih menurut dan ikut pulang. Lega sudah hati ini.“Belanja di J

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 77. Kabur.

    "Mbak bentar lagi sampai loh nanti aja ya, kita pipisnya di rumah yang kita tuju,” cegahku agar Mbak Asih tidak bersikeras untuk turun dari mobil.“Enggak bisa gitu Ita, aku sudah kebelet pipis banget. Masak aku mau putus di mobil ini mana jalannya jelek cepetan berhenti! Danu hentikan mobilnya!” teriak Mbak Asih.Mau tidak mau akhirnya Mas pelam menepikan mobil. Aku pun ikut turun bersama Mbak Asih. Aku harus menjaganya agar dia tidak kabur.Kami menumpang di sumur warga dan aku menunggu Mbak Asih di luar lama sekali sampai Mas Danu meneleponku.“Dik, lama amat sudah setengah jam loh buruan, ah!” ucap Mas Danu.“Astagfirullah ... iyakah Mas? Ya sebentar aku ketok pintunya dulu ya, masih lama juga ini sepertinya Mbak Asih tidak hanya buang air kecil. Mungkin dia buang air besar,” jawabku.“Ya, sudah, Mas tunggu ya, ini enggak enak juga kan, kita janjian sudah mau mepet waktunya.”“Iya, Mas tunggu, ya?”Kuketuk pintu kamar mandi sampai beberapa kali. Mbak Asih pun tidak menyahut. Apaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 160. Minta kerjaan.

    "Ada, Nov. Alhamdulillah ini aku kasih jangka waktu sampai suamimu gajian, ya? Oh, ya suamimu gajiannya tanggal berapa, Nov?” tanyaku seraya memberikan uang yang aku pegang kepada Novi.“Gajiannya akhir bulan, Ita, ini kan masih tanggal 5 masih lama. Ya, makanya aku harus hemat uang satu juta ini sampai tanggal 25 nanti, ya, sudah terima kasih ya, Ta, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti akan aku bayar,” ucap Novi senang.“Iya, Nov, santai aja pakai aja dulu pokoknya begitu suamimu gajian, kamu langsung aja datang ke rumah. Aku tidak mau menagih padamu, Nov, selain tidak enak aku juga menjaga privasimu takutnya pas aku lagi nagih, eh, ada tetangga kita atau yang lain atau ada teman kamu, jadi kan, mereka tahu kalau kamu punya utang. Jadi, aku minta tolong kamu cukup tahu diri aja ya, Nov. Kalau sudah gajian langsung ke rumah,” kataku to the point. Orang seperti Novi memang harus ditegasin. Kalau tidak dia akan menganggap remeh.“Oh, jelaslah itu. Kamu enggak usah khawatir. Ya, kalau

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 159. Utang.

    Paginya saat aku baru saja membuka pintu rumah tepatnya setelah salat subuh tiba-tiba Novi datang ke tergopoh-gopoh menghampiriku.Tumben sekali dia datang sepagi ini.“Ita! Boleh aku minta tolong padamu sekali ini saja,” tanya Novi. Aku mengangguk meskipun sedikit ragu.“Ada apa, ya, Nov? Tumben sekali kamu subuh-subuh datang ke sini,” jawabku balik bertanya.“Itu, Suamiku belum ngambil uang di ATM dan kebetulan uangku juga habis. Hari ini susu anakku habis ini dia lagi nangis karena minta susu enggak aku buatin ditambah lagi listriku tokennya sudah bunyi. Kasih aku pinjam uang satu juta saja Ita, nanti kalau suamiku sudah gajian pasti langsung aku ganti,” jawab Novi.“Oh, mau pinjam uang Nov? Pagi-pagi begini memang ada minimarket buka,” tanyaku lagi.“Ya, enggak, ada sih, Ta, tapi kan, setelah ini aku mau langsung ke minimarket mau beli susu sekalian mau beli token listrik. Kamu tahu kan, Ta, rumahku itu besar pemakainya banyak jadi boros sekali listriknya,” jawab Novi.“Kalau gitu

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 158. Siapa Novi sebenarnya?

    “Barusan ada kok. Cepat sekali mereka pergi. Kenapa kalau pulang tidak pamitan? Dasar manusia hutan tidak punya etika!” gerutu Mbak Wulan.“Sebentar, ya, aku lihat ke depan, barangkali dia ngobrol dengan Mas Danu dan yang lainnya," kataku seraya menghampiri suamiku yang sedang duduk di depan.Loh, kok tidak ada juga, ke mana, ya? Di sana hanya ada suaminya yang ikut ngobrol dengan Mas Danu. Apa Novi pulang mengantarkan anak-anak, ya?“Ti—dak kok, Nyah, semuanya aman terkendali, Nyonya di sana baik-baik, ya, pokoknya nanti pas pulang ke sini semuanya sudah beres dan nyonya pasti terkejut sama rumah barunya.” Aku mendengar suara Novi di teras, aku tengok rupanya dia sedang menerima telepon. Pantas saja aku cari ke mana-mana tidak ada. “Oh, yang taman depan rumah tenang saja, Nyah, itu juga sedang dikerjain sama suamiku. Pokoknya beres terkendali. Nyonya di sana jaga kesehatan, baik-baik pokoknya. Aku di sini akan menjaga amanah Nyonya,” ucap Novi lagi.Aku sedikit terkejut dengar ob

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 157. Bikin geregetan.

    Kata Rasulullah saudara yang terdekat dengan kita adalah tetangga kita. Itu artinya kita harus bersikap baik kepada tetangga kita agar berikatan simbiosis mutualisme, saling membutuhkan satu sama lain, saling tolong menolong satu sama lain, tidak mungkin kan kita mati dikubur sendiri? Tidak mungkin juga kita dalam keadaan sakit pergi ke rumah sakit sendiri itu sebabnya kita diwajibkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama tetangga kita.Kalau kasusnya seperti Novi ini aku bisa apa? Dibaikin seenaknya sendiri, tidak dibaikin juga seenaknya sendiri, jadi serba salah.Jadi satu-satunya jalan yang bisa aku lakukan adalah jika dia tanya aku jawab, jika tidak, ya, sudah diam saja yang penting jika, Novi memiliki kesusahan aku harus pasang badan untuk menolong walaupun dia sangat menyebalkan, tapi Novi tetangga dekatku dan juga temanku dari kecil.Aku mengamati Novi sejak tadi terus saja berbicara mengeluarkan unek-uneknya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.Salahku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 156. Lidah tak bertulang.

    “Nov, langit itu tidak perlu memberitahukan bahwa dirinya tinggi karena tanpa diberitahu semua orang pun sudah tahu. Begitu juga dengan kehidupan kita, tak perlu lagi kita memberitahu kebahagiaan kita, harta-harta kita, kalau memang itu ada pasti nampak, kalau memang itu benar semua orang akan tahu dengan sendirinya, Nov.” Nasihatku kepadanya.“Alah kamu itu, Ta, sok, bijak! Padahal aslinya kamu juga kepo kan, sama kehidupanku? Kamu, kan, dari kecil dulu memang sudah terbiasa di bawahku, jadi ketika kamu hidup kaya, kamu terus mengepoin aku karena merasa tersaingi, ya, kan? Jujur aja, Ta. Enggak apa-apa kok, kita kan memang sudah teman sejak kecil jadi aku tahu betul loh, gimana sifat kamu," jawab Novi lagi.“Ita, ngepoin hidup kamu? Noh, kalau menurutku sih, kebalikannya. Kamu yang selalu mengepoin hidupnya Ita, kalau Ita mah udah mode kalem, mode tidak pernah memamerkan hartanya, dan juga mode dermawan sedangkan kamu kebalikannya," sahut Wulan kesal.“Iya, deh iya, Nov, memang aku

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 155. Mulut jahat Novi

    “Sebenarnya ada acara apa sih, kalian makan-makan begini? Soalnya Mbak Fitri sama Mbak Wulan update status enggak ada captionnya, jadi, aku bingung acara apa. Lagi pula aku belum makan malam, nih jadi kami ke sini. Ita ada acara apa sih?" tanya Novi.“Acara makan-makan biasa aja, Nov, kumpul-kumpul biasa. Karena kan, sudah lama juga kita enggak kumpul-kumpul,” jawabku.“Kok, kamu kumpul-kumpul enggak ngajakin aku sih, Ta, pelit banget!" jawab Novi kesal.“Bukan pelit, Nov, tadi kita itu mau ngajakin kamu, tapi kamu kan, jalannya duluan sudah gitu kamu jatuh ke comberan masa kita mau teriak-teriak ngajakin kamu," jawabku beralasan.Sebenarnya memang tadi mau ngajakin Novi, tapi karena dia sudah kesal duluan pada kami dan acara kami juga dadakan, jadi ya, terpaksa dia terlewatkan walaupun rumahnya persis di samping rumahku.“Halah, alasan saja kamu itu, Ita, kan, ada HP. Kamu bisa loh telpon aku. Novi ke sini, ya, sebentar kita makan-makan gitu, ah dasar aja, kamu, Ta, pelit," ucap

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 154. Tak beretika.

    “Iya, Mbak, aku juga sudah memaafkan. Alhamdulillah kalian mau memaafkanku," ucap Mbak Asih, dia beranjak dari duduknya, menyalami dan memeluk Mbak Fitri dan Mbak Wulan secara bergantian. Mereka pun menangis sesenggukan, ya, Tuhan, ini benar-benar melebihi hari raya Idul Fitri. Kami sungguh-sungguh dalam bermaaf-maafan.“Alhamdulillah kalau kita sudah saling memaafkan semuanya. Berarti malam ini lebih baik makan seruitnya ini kita khususkan untuk menyambut kebahagiaan kita atas hijrahnya Mbak Asih. Kita pimpin doa. Siapa ini yang memimpin doa, Mas Taufik, Mas Dayat atau Mas Danu?” sahut Mamah Atik.“Monggo, silakan Mas Danu atau Mas Dayat, kalau saya enggak bisa baca doa apalagi mendoakan bersama-sama begini, bisanya makan," canda Mas Taufik.“Saya juga jadi jamaah saja, silakan Mas Danu untuk memimpin doa," jawab Mas Danu.“Lah, gimana ini orang-orang di suruh mengimami doa makan tuh paling gampang tinggal baca doa mau makan allahumma bariklana sampai selesai. Ya, sudah baiklah ak

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 153. Haru.

    Tiba-tiba Mbak Asih beranjak dari duduknya dan bersujud di kaki ibu, dia menangis sejadi-jadinya sampai tidak terdengar suaranya lagi. Kami semua yang ada di sini menyaksikan adegan ini pun ikut terharu dalam suasana yang begitu menyentuh hati. Ibu mertuaku pun ikut menangis. Beliau tidak mengucapkan satu kata pun kepada Mbak Asih. Beliau hanya mengusap kepala dan bahu Mbak Asih, sesekali tangan kirinya mengusap air matanya. Mas Danu pun terlihat berkali-kali mengusap ke dua matanya. Aku yakin dia pun menahan tangis. Ini baru terjadi sepanjang aku menjadi menantu Ibu. Ini adalah kali pertamanya Mbak Asih sujud di kaki Ibu.Dulu, waktu masih sama Mas Roni, sama sekali tidak pernah sungkem. Lebaran saja hanya salaman biasa lalu pergi dengan Mas Roni ke rumah mertuanya yang lebih menyedihkan lagi adalah sebelum pergi ke rumah mertuanya dia akan membawa berbagai makanan dan meminta uang saku untuk pergi ke sana.Duhai Allah sungguh indah semua rencanaMu pada kami. Ternyata di balik ujia

  • Wanita yang Kau Hinakan. Season 2.   Bab 152. Ibu mertua tak percaya.

    "Oh, iya, Mas, baik nanti akan aku terapkan itu baca ayat kursi kemarin juga aku sudah di ruqyah kata ustaznya juga gitu hanya saja kemarin aku masih bolong-bolong tidak menerapkan itu, makanya tadi sempat kerasukan walaupun hanya sebentar," jawab Mbak Asih."Syukurlah Asih, aku tuh sebenarnya sebagai tetangga prihatin sekali dengan kamu dan juga ibumu, tapi sekali lagi aku pribadi tidak berani ikut campur masalah keluarga orang lain,” ucap Mas topik lagi.“Assalamualaikum ...." Akhirnya Mama Atik dan ibu mertuaku datang. Wajah ibu mertuaku sudah masam. Aku yakin sekali dia marah dengan Mbak Asih karena tadi sudah menge-prank lagi pergi dari rumah tanpa pamit.“Asih, ih, kamu ke rumah Ita enggak bilng-bilang sama Ibu. Kamu tahu ibu, capek nyariin kamu keliling kampung karena tadi ibu dapat laporan dari Wak Jum, bahwa kamu sedang bertemu dengan Roni di ujung gang sana benar atau tidak?” omel ibu memarahi Mbak Asih.“Iya Bu, betul tadi sore aku ketemu dengan Mas Roni tuh dikasih coklat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status