makasih buat yang sudah baca. lanjut besok ya ♡♡
Ikal-ikal rambut yang basah itu tergerai indah di bahu Bella. Ia baru saja selesai mandi. Hanya dengan bath robe yang membalut tubuhnya, kini ia sedang duduk di depan meja rias untuk menyisir rambutnya.((Aku mencintainya, Chelsea. Aku mencintai Arabella))BLUSH!!Bella sontak menunduk dan menangkup kedua pipinya yang mendadak merona hangat, karena kalimat Regan yang kembali terngiang di dalam pikirannya. Kalimat pernyataan cinta yang membuat sekujur tubuhnya mendadak panas dingin.Seuntai senyum malu-malu pun merekah di bibir penuh alami tersebut, ketika mengingat kembali bagaimana Regan mengecup dan menggenggam hangat tangannya di depan Chelsea.Bella menyentuh bagian dada dimana jantungnya menjadi berdebar dalam irama yang tak terkendali, hanya dengan mengingat sosok Regan. Sejenak ia pun menutup mata. Berusaha meresapi makna debaran jantungnya yang baru-baru ini ia rasakan.Apa ini yang namanya jatuh cinta?Bella tidak tahu. Sungguh. Ia belum pernah merasakan perasaan sedalam i
Regan menjatuhkan tubuhnya yang dipenuhi peluh ke samping Bella yang sejak beberapa saat yang lalu telah tak sadarkan diri karena kelelahan. Lelaki itu masih berusaha mengatur deru napasnya yang memburu seraya menenangkan detak jantungnya yang masih berderap dengan sangat kencang. Seuntai senyum penuh kepuasan terukir di bibirnya. It always feels different when he made love with Bella. Regan tak bisa merasa bosan menghabiskan peluhnya bersama Bella. Pada awalnya dia juga tidak mengerti kenapa Bella bisa berbeda dengan wanita lain. Kenapa hanya bersama Bella, ia tidak merasakan kejenuhan. Tapi sekarang semua itu terjawab. Kedatangan Chelsea yang tiba-tiba ke villa miliknya ini membuat Regan waspada dan sangat mencemaskan Bella, meskipun ia tetap menunjukkan wajah yang tenang. Chelsea membuat Regan sadar bahwa ia rela melakukan apa pun untuk Bella. Chelsea-lah yang juga telah menyadarkannya, bahwa ia ternyata telah jatuh cinta kepada Bella. Dan Regan pun tak ragu lagi untuk men
**FLASHBACK 32 TAHUN YANG LALU**NEW YORK, CALIFORNIA."Yang benar saja, Chels!!" Kikik seseorang dengan wajah serupa seperti dirinya yang saat ini sedang duduk di sudut ranjang, sambil memperhatikan Chelsea yang terlihat begitu antusias memilah dan memasukkan baju-baju terbaiknya untuk dibawa ke Miami."Terkadang aku merasa kamu itu seperti perempuan tua yang terperangkap di tubuh wanita muda! Usiamu baru 21 tahun, demi Iblis!! Yang perlu kamu cari itu adalah teman tidur, bukan suami!!""Dan oh, please! Apa kamu akan membawa baju-bajumu yang sangat tidak menarik itu ke Miami?? Really?? Sepertinya aku akan membawakanmu beberapa pakaian seksiku untuk mengganti semua pakaianmu yang terlalu sopan itu."Chelsea hanya cemberut ketika saudari kembarnya, Chloe, mengomelinya seperti biasa. Mereka memang sangat serupa dalam hal fisik, namun dalam hal kepribadian sangatlah jauh berbeda bagaikan bumi dan langit.Chelsea adalah tipikal gadis manis, penurut dan tidak banyak tingkah. Sementara Chlo
Dua orang itu membisu dengan pikirannya masing-masing yang mengembara tanpa muara. Kerumitan hidup ini bagaikan benang kusut yang tak akan pernah lurus. Jika saja waktu bisa diulang, apakah kesalahan itu akan terhapus? Ataukah akan tetap terlaksana atas nama cinta? Chelsea, yang sesungguhnya menyadari jika George mencintai Chloe, memilih untuk terus maju menjadi istri lelaki itu. Berharap waktu dan cintanya yang besar mampu mengubah George agar pada akhirnya mau menatapnya, dan menerima cintanya. Chloe, yang teramat menyayangi Chelsea, hingga meminta George untuk bersedia menjadi suami bagi saudara kembarnya itu. Ia mengira hal itu akan membuat Chelsea bahagia, namun ia tak menyangka jika George malah memperkosanya di malam hari itu. George, yang cintanya begitu buta kepada Chloe. Dengan patuh ia pun menerima permintaan wanita yang ia cintai itu untuk mempersunting saudara kembarnya. Hati yang menolak meskipun bibir yang menerima, membuat George gelap mata. Tak sadar j
((Kembali Ke Masa Sekarang)) "Kalau begitu buktikan jika Arabella lebih baik daripada Patricia. Aku tidak berjanji menerima wanita itu, Regan. Aku hanya memberikan kesempatan." *** Tanpa Regan dan Chelsea sadari, seseorang tengah bersembunyi di balik dinding sembari mendengarkan apa yang diucapkan oleh mereka. Bella yang berdiri di sana, diam dan tak bersuara. Saat maid yang mengetuk pintu kamar dan memberitahukan kepada Regan bahwa Chelsea mengunjungi rumah ini kembali dan ingin bertemu dengan putranya dan juga dirinya, sesungguhnya saat itu Bella telah terbangun. Namun ia memutuskan pura-pura tidur. Perkataan Chelsea barusan membuat setitik harapan mulai bersinar di dalam hatinya untuk menjadi pasangan yang sesungguhnya bersama Regan, namun kegundahan karena status Regan yang masih menjadi suami Patricia tak pelak membuatnya ragu. Apalagi Patricia sedang sakit. Tegakah dirinya merebut suami dari wanita yang sedang berjuang mengatasi penyakit kankernya?? Bella menengadah
PLAAAKK!!! Bella terhuyung dan hampir saja jatuh tersungkur ke atas lantai, ketika mendapatkan tamparan keras dari Chelsea. Untung saja ada Renata dan Axel yang segera menahan tubuhnya. "Sekali jalang tetaplah jalang!" Bentak wanita paruh baya itu dengan menatap Bella nyalang. Wajahnya dipenuhi rasa geram dan benci yang memuncak kepada satu orang yang ia pandangi dengan tatapan penuh permusuhan. "Hentikan, Chelsea!" Renata menahan tangan ibunya yang kembali hendak melayang menampar Bella untuk yang kedua kalinya. "Jangan lampiaskan semuanya kepada Arabella, karena ini bukan salahnya!" Chelsea melepaskan cengkeraman Renata dengan gusar. "Bukan salahnya, kau bilang?!" Sergahnya kasar. "Regan menjadi koma gara-gara dia, Renata! Kenapa kau begitu buta, hah?! Apa jalang ini juga sudah mencuci otakmu seperti yang dia lakukan kepada Regan?!" Bella menggigit bibirnya keras-keras, berusaha memindahkan rasa nyeri yang mengiris hatinya ke bibirnya yang tergigit dan mulai menetes
"Jangan bergerak, kalau tidak mau pisau ini menusukmu!" Bella pun terhenyak ketika suara serak dan napas berbau tembakau menghembus di samping wajahnya, berpadu dengan sesuatu yang tajam terasa sedikit menusuk pinggangnya. Hujan telah turun dengan perlahan sejak sepuluh menit yang lalu, membuat Bella terpaksa harus berteduh di sebuah halte yang sepi. Pikirannya yang kusut sedang mengembara tak tentu arah saat tiba-tiba tiga orang lelaki berjalan menembus hujan yang mulai deras dan mengepungnya. "Kaa-kalian mau apa? Saya tidak punya uang!" Bella berucap lirih dengan wajah yang memucat karena ketakutan. Pandangannya menyapu suasana sekitar, dan meringis saat tidak melihat siapa pun untuk dimintai tolong. Hujan sepertinya membuat semua orang mencari tempat berteduh, dan sialnya halte dimana Bella berada justru sangat sepi. "Ikut kami. Dan jangan pernah mencoba untuk berteriak atau melarikan diri kalau kamu masih sayang nyawa!" Gertak lelaki bernapas tembakau yang masih memak
"Aku adalah George Bradwell. Regan dan Renata adalah putra dan putriku." 'George Bradwell?' Kedua manik coklat Bella pun semakin membelalak sempurna. Tenggorokannya terasa tercekat seperti tersumbat. Tak ada yang bisa ia ucapkan untuk menyahut perkenalan diri lelaki paruh baya itu. "Ha-halo, Tuan George," akhirnya Bella pun bersuara meski gugup. Tak pernah terbayangkan sedetik pun dalam hidupnya jika ia telah diselamatkan oleh orang yang juga merupakan ayah kandung Regan. George tersenyum sangat tipis hingga hampir tak kentara, jika saja Bella tidak memperhatikan sudut-sudut bibirnya yang hanya sedikit saja melekuk ke atas. Aura misterius yang terpancar kuat dari dirinya mengingatkan Bella pada saat pertama kali ia bertemu dengan Regan. Betapa miripnya ayah dan putranya itu, hingga Bella seakan-akan merasa bahwa saat ini Regan-lah yang sedang berdiri di hadapannya. "Sepertinya kamu masih membutuhkan istirahat. Aku akan kembali lagi nanti." "Tu-tunggu, Tuan." Bella memanggil