Share

35. POV Chelsea

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 11:28:51

**FLASHBACK 32 TAHUN YANG LALU**

NEW YORK, CALIFORNIA.

"Yang benar saja, Chels!!" Kikik seseorang dengan wajah serupa seperti dirinya yang saat ini sedang duduk di sudut ranjang, sambil memperhatikan Chelsea yang terlihat begitu antusias memilah dan memasukkan baju-baju terbaiknya untuk dibawa ke Miami.

"Terkadang aku merasa kamu itu seperti perempuan tua yang terperangkap di tubuh wanita muda! Usiamu baru 21 tahun, demi Iblis!! Yang perlu kamu cari itu adalah teman tidur, bukan suami!!"

"Dan oh, please! Apa kamu akan membawa baju-bajumu yang sangat tidak menarik itu ke Miami?? Really?? Sepertinya aku akan membawakanmu beberapa pakaian seksiku untuk mengganti semua pakaianmu yang terlalu sopan itu."

Chelsea hanya cemberut ketika saudari kembarnya, Chloe, mengomelinya seperti biasa. Mereka memang sangat serupa dalam hal fisik, namun dalam hal kepribadian sangatlah jauh berbeda bagaikan bumi dan langit.

Chelsea adalah tipikal gadis manis, penurut dan tidak banyak tingkah. Sementara Chlo
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   36. Dua Permata Berharga

    Dua orang itu membisu dengan pikirannya masing-masing yang mengembara tanpa muara. Kerumitan hidup ini bagaikan benang kusut yang tak akan pernah lurus. Jika saja waktu bisa diulang, apakah kesalahan itu akan terhapus? Ataukah akan tetap terlaksana atas nama cinta? Chelsea, yang sesungguhnya menyadari jika George mencintai Chloe, memilih untuk terus maju menjadi istri lelaki itu. Berharap waktu dan cintanya yang besar mampu mengubah George agar pada akhirnya mau menatapnya, dan menerima cintanya. Chloe, yang teramat menyayangi Chelsea, hingga meminta George untuk bersedia menjadi suami bagi saudara kembarnya itu. Ia mengira hal itu akan membuat Chelsea bahagia, namun ia tak menyangka jika George malah memperkosanya di malam hari itu. George, yang cintanya begitu buta kepada Chloe. Dengan patuh ia pun menerima permintaan wanita yang ia cintai itu untuk mempersunting saudara kembarnya. Hati yang menolak meskipun bibir yang menerima, membuat George gelap mata. Tak sadar j

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   37. Menjemput Petaka

    ((Kembali Ke Masa Sekarang)) "Kalau begitu buktikan jika Arabella lebih baik daripada Patricia. Aku tidak berjanji menerima wanita itu, Regan. Aku hanya memberikan kesempatan." *** Tanpa Regan dan Chelsea sadari, seseorang tengah bersembunyi di balik dinding sembari mendengarkan apa yang diucapkan oleh mereka. Bella yang berdiri di sana, diam dan tak bersuara. Saat maid yang mengetuk pintu kamar dan memberitahukan kepada Regan bahwa Chelsea mengunjungi rumah ini kembali dan ingin bertemu dengan putranya dan juga dirinya, sesungguhnya saat itu Bella telah terbangun. Namun ia memutuskan pura-pura tidur. Perkataan Chelsea barusan membuat setitik harapan mulai bersinar di dalam hatinya untuk menjadi pasangan yang sesungguhnya bersama Regan, namun kegundahan karena status Regan yang masih menjadi suami Patricia tak pelak membuatnya ragu. Apalagi Patricia sedang sakit. Tegakah dirinya merebut suami dari wanita yang sedang berjuang mengatasi penyakit kankernya?? Bella menengadah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   38. Aku Akan Melindungimu

    PLAAAKK!!! Bella terhuyung dan hampir saja jatuh tersungkur ke atas lantai, ketika mendapatkan tamparan keras dari Chelsea. Untung saja ada Renata dan Axel yang segera menahan tubuhnya. "Sekali jalang tetaplah jalang!" Bentak wanita paruh baya itu dengan menatap Bella nyalang. Wajahnya dipenuhi rasa geram dan benci yang memuncak kepada satu orang yang ia pandangi dengan tatapan penuh permusuhan. "Hentikan, Chelsea!" Renata menahan tangan ibunya yang kembali hendak melayang menampar Bella untuk yang kedua kalinya. "Jangan lampiaskan semuanya kepada Arabella, karena ini bukan salahnya!" Chelsea melepaskan cengkeraman Renata dengan gusar. "Bukan salahnya, kau bilang?!" Sergahnya kasar. "Regan menjadi koma gara-gara dia, Renata! Kenapa kau begitu buta, hah?! Apa jalang ini juga sudah mencuci otakmu seperti yang dia lakukan kepada Regan?!" Bella menggigit bibirnya keras-keras, berusaha memindahkan rasa nyeri yang mengiris hatinya ke bibirnya yang tergigit dan mulai menetes

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   39. The Patriarch

    "Jangan bergerak, kalau tidak mau pisau ini menusukmu!" Bella pun terhenyak ketika suara serak dan napas berbau tembakau menghembus di samping wajahnya, berpadu dengan sesuatu yang tajam terasa sedikit menusuk pinggangnya. Hujan telah turun dengan perlahan sejak sepuluh menit yang lalu, membuat Bella terpaksa harus berteduh di sebuah halte yang sepi. Pikirannya yang kusut sedang mengembara tak tentu arah saat tiba-tiba tiga orang lelaki berjalan menembus hujan yang mulai deras dan mengepungnya. "Kaa-kalian mau apa? Saya tidak punya uang!" Bella berucap lirih dengan wajah yang memucat karena ketakutan. Pandangannya menyapu suasana sekitar, dan meringis saat tidak melihat siapa pun untuk dimintai tolong. Hujan sepertinya membuat semua orang mencari tempat berteduh, dan sialnya halte dimana Bella berada justru sangat sepi. "Ikut kami. Dan jangan pernah mencoba untuk berteriak atau melarikan diri kalau kamu masih sayang nyawa!" Gertak lelaki bernapas tembakau yang masih memak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   40. Terbangun

    "Aku adalah George Bradwell. Regan dan Renata adalah putra dan putriku." 'George Bradwell?' Kedua manik coklat Bella pun semakin membelalak sempurna. Tenggorokannya terasa tercekat seperti tersumbat. Tak ada yang bisa ia ucapkan untuk menyahut perkenalan diri lelaki paruh baya itu. "Ha-halo, Tuan George," akhirnya Bella pun bersuara meski gugup. Tak pernah terbayangkan sedetik pun dalam hidupnya jika ia telah diselamatkan oleh orang yang juga merupakan ayah kandung Regan. George tersenyum sangat tipis hingga hampir tak kentara, jika saja Bella tidak memperhatikan sudut-sudut bibirnya yang hanya sedikit saja melekuk ke atas. Aura misterius yang terpancar kuat dari dirinya mengingatkan Bella pada saat pertama kali ia bertemu dengan Regan. Betapa miripnya ayah dan putranya itu, hingga Bella seakan-akan merasa bahwa saat ini Regan-lah yang sedang berdiri di hadapannya. "Sepertinya kamu masih membutuhkan istirahat. Aku akan kembali lagi nanti." "Tu-tunggu, Tuan." Bella memanggil

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   41. Kehidupan Baru

    Chelsea melangkah tergesa menuju ruang rawat VVIP dimana Regan dirawat, namun ia kesulitan untuk bertemu dengan putranya itu, karena ruangannya dipenuhi oleh dokter dan petugas medis yang sedang memeriksa kesehatannya. Renata datang dan menarik tangan ibunya dan mengajak ibunya untuk duduk di kursi di depan kamar rawat. "Regan belum bisa ditemui sekarang, karena dokter sedang memeriksany secara intensif," bisik putrinya itu kepada Chelsea. Akhirnya kedua wanita itu pun memutuskan untuk keluar dari ruangan. "Apa dia bisa berbicara?? Apa yang dia katakan ketika sadar??" Chelsea bertanya dengan tidak sabar. Renata menatap ibunya itu sejenak. "Saat Regan sadar, ada aku dan Patricia ysng sedang berada di dalam ruangan," sahut Renata membuka cerita. "Regan tiba-tiba menggerakkan kedua tangannya ke atas seperti sedang menggapai sesuatu entah apa. Aku pun langsung memanggil dokter saat itu juga. Namun sebelum dokter datang, Regan ternyata telah membuka mata." "Lalu??" tukas Chelsea tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   42. Halo, Arabella

    Regan sudah sadar? Tubuh Bella membeku sejenak setelah mendengar berita yang disampaikan oleh George. Regan, orang yang setiap malam sebelum ia tidur selalu menjadi salah satu nama yang turut terucap dalam doanya... telah sadar dari koma? Jika saja saat ini Bella sedang berdiri alih-alih duduk di sofa, mungkin ia tidak akan sanggup untuk menopang tubuhnya yang mendadak lunglai tak bertenaga. Ia bahagia. Sungguh. Untuk saat ini tak ada yang paling ia inginkan selain kesembuhan yang sempurna untuk lelaki itu. Meskipun akan selalu ada perih yang terasa menusuk jiwa Bella, karena dirinya yang ingin sekali dapat mendampingi Regan di masa-masa penyembuhan seperti apa yang dulu lelaki itu lakukan padanya, saat Bella berusaha untuk berlatih berjalan. "Jadi apa keputusanmu, Bella? Apa kamu mau bertemu dengan Regan? Ataukah melupakannya saja, dan melanjutkan kehidupan barumu di sini?" Ulang George lagi. Bella menelan ludahnya sebelum menjawab. Ia memang baru saja menata hidupnya di Singa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • Wanita Untuk Sang Penguasa   43. Apa Kabarmu?

    **FLASHBACK DUA HARI SEBELUMNYA** "George, kurasa... aku... aku tidak akan kembali kepada Regan," tukas Bella seraya mengepalkan kedua tangannya untuk menguatkan diri. "Begitukah?" Lelaki paruh baya itu mengangguk-angguk pelan untuk sesaat. "Boleh kutahu apa alasannya?" "Terlalu banyak alasannya, hingga aku tak tahu lagi harus dari mana untuk menjelaskannya." Secarik senyum sedih menghiasi bibir merah muda alami tanpa perona itu. Bella merasa cukup tahu diri dengan keadaannya. Bukan cuma Regan masih terikat pernikahan dengan Patricia, dan Chelsea yang sangat membencinya, kini bertambah satu lagi penghalang antara cinta mereka. Ada seseorang yang menginginkan kematian Bella, dan pada akhirnya hal itu malah berakibat fatal untuk Regan yang terbaring koma, gara-gara ingin melindungi dirinya. Bella tidak akan pernah membuat Regan berada dalam bahaya lagi. Ia harus menjauh dari pria itu, meskipun hatinya seolah menjerit ingin bertemu. "Bagaimana jika aku memberikan informasi yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   53. Dirimu Tempatku Berada (Tamat)

    ((SATU MINGGU KEMUDIAN)) "Regan?" Lelaki berpostur tubuh tinggi dengan ototnya yang maskulin itu menoleh kepada sumber suara yang memanggilnya. Senyum lebar pun sontak terkembang di bibirnya, kala melihat sosok menawan yang telah menyapanya dengan suara lembut. "Sweetie, kamu sudah datang?" Dengan langkahnya yang lebar, Regan pun menyongsong wanita cantik berkulit keemasan yang kini telah menjadi istrinya. Kedatangan Bella ke kantor Bradwell Company ini adalah atas permintaan suaminya. Hari ini adalah hari dimana Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diselenggarakan, sekaligus penentuan apakah Regan masih menjabat sebagai CEO ataukah tidak. Berbagai tekanan dari Dewan Direksi untuk menurunkan dirinya dari jabatan tertinggi itu adalah alasan utama diselenggarakannya RUPS hari ini. Harga saham Bradwell Company yang anjlok cukup drastis beberapa minggu ini adalah penyebabnya, hingga membuat para pemegang saham atau shareholders gusar. Padahal selama bertahun-tahun harga saham Bradwell

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   52. Cinta Yang Sempurna

    Renata dan Chelsea, kedua wanita yang saling berpelukan itu kini sama-sama mencurahkan air mata. Mereka semua berkumpul di Penthouse Regan, dengan maksud untuk menjalin kembali apa yang telah tercerai-berai sebelumnya. Setelah seluruh cerita telah diungkapkan, ketika semua kesalahpahaman diluruskan, dan saat sebuah kata 'maaf' terucap dengan penuh ketulusan, maka jiwa-jiwa yang terluka itu tetaplah terluka. Namun dibalik itu, ada sebuah harapan dan janji yang tersemat di dalam hati, bahwa suatu hari nanti semua luka memerihkan itu perlahan sirna ditelan oleh rasa bahagia. Suasana penuh haru itu membuat Bella dan Axel tak pelak ikut menitikkan air mata. Sementara Regan, lelaki itu masih membisu dalam keheningan pikiran yang tak dapat terbaca. George mendekati putranya dan menepuk pelan pundak Regan. "Bisakah Daddy bicara sebentar denganmu?" Pinta lelaki itu dengan sorot penuh permohonan. Regan melarikan maniknya ke arah Bella yang ternyata juga sedang memandanginya, dan tersenyum

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   51. Pertemuan Keluarga

    "Auuww!! Bisa pelan-pelan nggak sih??" Protes Axel sambil mendelik kesal ke arah Renata, yang dengan sengaja menekan kuat-kuat kapas yang dibubuhi obat luka itu ke pipi Axel. Renata membalas dengan ikut-ikutan mendelikkan matanya. "Rasakan! Salahmu sendiri kenapa bisa-bisanya membuat Regan marah! Sudah kubilang untuk sembunyi, eeh... kamu malah memanggil namanya!" Dengus Renata sebal. "Dasar bodoh!" Umpat Renata gusar. Axel pun hanya bisa meringis walaupun dalam hati merasa senang, karena lagi-lagi dengan alasan ini ia bisa lebih lama bersama Renata. Si Psikiater ini tentu saja sudah bisa meramalkan apa yang akan terjadi, jika ia dengan terang-terangan mengakui kepada Regan bahwa semalam ia meniduri Renata. Ya, Regan benar-benar murka dan memukulnya. "Dia sangat overprotektif kepada semua wanita yang berada di sekitarnya, ya?" Cetus Axel menyimpulkan. Renata mengangguk kecil. Ia menempelkan plester ke sisi wajah Axel yang lukanya terbuka, lalu mengoleskan gel anti lebam di sudut

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   50. The Couple

    "Arabella Kanaya, maukah kamu menjadi istriku?" Pertanyaan yang diucapkan dengan lantunan nada yang lembut namun suara yang maskulin itu membuat jantung Bella tak henti berdebar. Wajah Regan terlihat semakin tampan di bawah bias cahaya lilin yang berpendar hangat menyinari kulitnya, serta lampu-lampu aneka warna dari gedung di sekitar mereka. Apakah Bella sedang bermimpi? Apakah ini nyata? Karena ini semua terlalu indah, hingga Bella khawatir bahwa ini hanyalah ilusinya semata. Namun semua keragu-raguan Bella yang insecure itu segera terbantahkan, saat Regan meraih jemari lentiknya untuk dikecup satu persatu dengan lembut. "Apakah pertanyaanku begitu sulit untuk dijawab?" Tanyanya dengan raut sendu. Serta merta Bella pun menggelengkan kepalanya. "Bukan begitu, Regan. Aku hanya... benar-benar tidak menyangka. Dan aku mengira yang kudengar barusan adalah khayalanku saja," ucapnya berterus terang. Kali ini Regan mengecup telapak tangan dan bagian pergelangan tangan Bella dimana ur

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   49. The Proposal

    "Another shot, please!" Seru Renata kepada bartender sembari mengacungkan gelasnya yang telah kosong. "Apa Anda yakin, Nona?" Tanya bartender itu setelah mengamati Renata yang mulai terlihat mabuk. Renata memandangi name tag di dada sang bartender. "Devin," ia membaca tulisan yang tertera di sana. "Tentu saja aku yakin, Devin. Jangan khawatir. Tolong berikan aku minuman lagi." Bartender itu pun kembali menuangkan cairan keemasan yang menguarkan aroma alkohol yang pekat ke dalam gelas Renata, membuat senyum cantik terpulas di bibir itu. "Terima kasih, Devin. Oh iya," Renata mengeluarkan dompet dari tasnya, lalu menarik sebuah black card dan menaruhnya di atas meja di hadapan sang bartender. "Ini, bawa saja kartuku," cetusnya santai sembari mengangkat gelasnya yang telah terisi dengan gestur bersulang. "Jaga-jaga saja kalau-kalau aku sudah tak sadar saat pulang nanti." "Oke," sahut Devin dengan mata bersinar-sinar dan cepat-cepat menyelipkan kartu hitam itu di saku dadanya. "Akan

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   48. Karena Dia Sudah Kembali

    Renata menatap Regan dengan tatapan yang tak terbaca. Seluruh cerita yang disampaikan saudara kembarnya dengan tenang dan runut itu membuat sesuatu di dalam dirinya patah. Jadi selama belasan tahun ini Regan telah memendam kebencian dan kesedihannya sendiri? "Kenapa kamu tidak menceritakannya kepadaku?" Tanya Renata tak mengerti. "Karena aku tidak mau membuatmu ikut terluka, Ren," sahut Regan sambil tersenyum tipis, namun kilas kepedihan terpatri di garis bibirnya. "Lagipula kamu itu tipe yang nekat, aku khawatir kalau kamu tiba-tiba kabur dari rumah untuk mencari ibu biologis kita," cetus Regan sambil terkekeh pelan. Renata tidak ikut tertawa, meskipun apa yang diucapkan Regan adalah benar adanya. Memang hanya Regan yang benar-benar mengetahui dirinya, namun untuk kali ini Renata tidak menyukai keputusan Regan yang sepihak itu. Renata memejamkan kedua matanya sejenak, sebelum akhirnya ia membuka mata dan menggenggam jemari kakak kembarnya dengan kedua tangannya. "Regan, bagaima

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   47. Dia Tak Pantas Untuk Ditangisi

    "Apa??" Renata membelalakan maniknya menatap Regan dengan sorot tak percaya. "K-kau sudah... tahu??" Regan mengulurkan tangannya untuk menggenggam erat jemari adik kembarnya itu. Kedua manik indah biru safir itu pun saling bertemu namun dengan makna yang berbeda. "Ya, Renata. Sebenarnya aku sudah mengetahuinya sejak 16 tahun yang lalu..." guman Regan sembari tersenyum sedih. "Dan kurasa ini saatnya kamu juga mengetahui apa yang terjadi, Ren..." **FLASHBACK 16 TAHUN YANG LALU** Remaja lelaki itu melangkah masuk menuju pintu gerbang rumahnya dengan gontai karena sekujur tubuhnya terasa lelah. Tugas-tugas sekolah dan banyaknya ekstrakuler yang ia ikuti terkadang memang membuat tenaganya terkuras habis, namun dibalik itu semua, sesungguhnya ia menyukai kesibukan. "Aah, pundakku pegal sekali!" Keluhnya sembari memukul-mukul pelan pundak kiri dengan kepalan tangan kanannya. Semalaman ia menginap di rumah salah seorang temannya untuk mengerjakan sebuah project sains untuk klub fisika

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   46. Rahasia Yang Terkuak

    "Jadi dia masih hidup??!" Patricia terkesiap saat mendengar suara ayahnya yang terdengar gusar pada seseorang di sambungan telepon. Dengan perlahan dan tanpa suara, ia pun menjalankan kursi rodanya semakin mendekati pintu ruang kerja Maxwell Harrison agar bisa mendengarkan dengan lebih jelas. BRAAKK!!! Hampir saja Patricia berteriak karena terkejut saat Maxwell menggebrak mejanya dengan keras. Untungnya wanita itu cepat-cepat menutup mulut dengan kedua tangan untuk meredam suara yang keluar. "Aku tidak mau tahu! Laksanakan tugasmu atau lehermu yang akan menggantikan nyawanya!!" Bentak Maxwell sembari menutup sambungan telepon dengan geram. "Daddy?" Lelaki yang juga ayahanda Patricia itu pun sontak menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya. "Patrice? Kamu sudah datang?" Maxwell berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pintu dimana Patricia masih terdiam di atas kursi rodanya. "Kenapa kamu tidak bilang kalau hari ini keluar dari rumah sakit? Daddy bisa menjemputmu."

  • Wanita Untuk Sang Penguasa   45. Pembalasan Yang Pantas

    Awan mendung dengan semilir angin dingin yang berhembus menerbangkan dedaunan kering di atas rumput. Titik-titik air pun mulai meluruh turun dari atas langit, menjanjikan curahnya yang akan jauh lebih deras. Dua sosok itu masih berada di sana, di depan sebuah makam berbatu granit putih. Rambut dan pakaian mereka mulai lembab dibasahi rintik hujan, namun tak ada satu pun dari mereka yang bergeming. Sang lelaki masih berdiri di sisi sang wanita yang sedang duduk berlutut di atas rumput, manik biru safirnya yang basah tak lepas memandang sayu pada nisan putih itu. "Apa yang harus kulakukan sekarang, George?" Rintih Chelsea pilu. Hujaman rasa bersalah yang begitu masif membuat sekujur tubuhnya lemas. "Semua ini salahku. Salahku!! Aku berdosa kepada Chloe!!" Chelsea kembali meraung keras sambil menjambak rambutnya frustasi. "Bangunlah, Chloe! Aku mohon, hiduplah!! Kau... kau berhak mendapatkan kebahagiaan, Kak..." jeritannya melengking penuh kesedihan yang mendalam. Air mata yang ber

DMCA.com Protection Status