Share

Bayangan Wajah Ara

Penulis: Dewa Ndaru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kaisar percepat langkah kakinya. Berjalan menuju depan lobby. Di sana sudah terparkir sebuah mobil sedan mewah yang akan membawanya pergi.

"Selamat pagi Tuan," sapa Julian, asisten pibadinya yang pagi ini sudah datang mengurusi semua kebutuhannya. Termasuk menyiapkan pakaian yang ia dan Ara kenanakan.

"Pagi," sahut Kaisar singkat.

Kaisar masih berdiri di samping mobil. Berdampingan dengan Julian, yang masih berada di posisi awal. Berdiri sembari memegangi pintu mobil.

Mendadak Kaisar berubah ragu untuk masuk. Ia menoleh lagi ke belakang. Memeriksa keadaan sekitar.

"Maaf Tuan, apa ada yang ketinggalan?" ujar Julian peduli.

"Tidak ada," tegas Kaisar kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Meski perasaanya kini tengah dilanda kegundahan. Masih memikirkan keadaan Ara yang ia tinggalkan sendirian.

Di dalam kamar hotel, Ara sudah rampung membersihkan tubuhnya. Ia kebingungan dihadapkan pada 2 pilihan baju.

Pagi ini ia tetap harus masuk kerja. Dimana ia sudah menyiapkan sebuah seragam yang ia simpan di tas kecil.

"Pakai yang mana ya?" bimbang Ara menimang-nimang dua baju tersebut.

"Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga keluar dari sini pakai seragam kerja." Ara putusakan segera mengenakan baju pemberian Kaisar. Barulah nanti ia akan berganti pakain setelah sampai tempat kerja.

Ara simpan lagi seragam khas abu-abu pinknya ke dalam tas tadi. Lalu ia merias sedikit wajahnya agar tidak pucat.

Tanpa berlama-lama ia keluar dari kamar tersebut. Berniat untuk naik transportsi umum menuju tempat kerja.

Beruntung hotel tempatnya menginap tidak jauh dari halte bus. Cukup berjalan 100 meter. Ara sudah mendapatkan busnya.

Suasana pagi ini seperti biasa selalu ramai. Termasuk bus yang ia tumpangi. Penuh sesak dengan orang-orang yang hendak berangkat bekerja.

Tapi itu tidak lama. Ara sudah sampai di tempat kerjanya. Di sebuah kedai es krim momala.

"Abis kondangan kamu Ra?" ledek teman-teman kerja Ara. Terpukau dengan penampilan Ara yang baru. Berbalut sebuah gaun selutut dengan sepatu hak tinggi

Sangat bertrubukan dengan gaya berpakaian sehari-hari. Yang sangat sederhana. Hanya berbalaut kaos casual dan celana jeans.

"Apaan sih?" ketus Ara. Memilih untuk tidak menanggapi candaan teman-temannya. Berjalan masuk dan mengganti pakainnya tadi di ruang ganti.

Ara tanggalkan segala barang mewah yang melekat di tubuh lantas menggantinya dengan seragam kebanggan.

Ara kini sudah benar-benar siap kembali menjadi dirinya. Tidak lupa ia kucir rambutnya ke belakang lalu mengenakan sebuah topi.

Drrt drtt drtt

Ponsel di dalam saku celananya bergetar. Ara kembali beringsut mundur. Membuka benda pipih tersebut.

"Siapa sih?"

Perasaan jengkelnya sirna sudah setelah ia mendapati besaran uang dalam jumlah yang dikirim ke rekeningnya.

Ara terkejut dan sedikit tidak bisa mempercayainya. Berulang kali ia meneliti angka 0 di belakang koma.

"15 juta," ucapnya menelan ludah kasar.

Bersamaan dengan itu. Serly turut mengirimkan sebuah pesan untuknya.

'Itu upah kamu plus bonus. Semua udah aku transfer lunas plus dp kemarin. Tapi perlu kamu inget. Aku udah ambil bagian aku. Jadi ini gaji yang kamu terima bersih.'

Ara kembali menelan salivanya. Ia tidak memusingkan berapa persen komisi yang sudah Serly potong. Baginya uang ini masih sangat banyak untuk dirinya terima. Sedangkan gajinya sebulan, tidak sampai di angka tersebut.

"Lumayan," ucapnya tersenyum senang usai mendapatkan hasil dari pekerjaannya semalam.

Ara simpan lagi ponselnya ke dalam saku. Gegas ia beranjak untuk melakoni pekerjaannya normlanya.

***

Jauh dari itu, di dalam kantornya sendiri. Kaisar belum juga bisa tenang. Setelah malam panjang yang sudah ia lalui bersama gadis itu. Justru membuat pikirannya tidak berhenti memikirkannya.

Sentuhan itu, rasa itu, dan kenyaman yang sudah ia peroleh. Membuatnya tertarik pada si gadis malam.

Semenjak datang bahkan sampai sekarang. Kaisar hanya melamun dari balik meja sembari memangku dagunya.

"Tuan, Tuan Kaisar." Kaisar tetap tidak bergeming. Sudah lebih dari tiga kali Julian memanggil namanya.

"Hem! Maaf Tuan Kaisar. Ini berkas-berkas yang anda inginkan."

Kaisar tersadar juga setelah melihat setumpuk berkas yang Julian sodorkan ke atas meja.

"Maaf. Julian apa hari ini aku agenda bertemu investor?"

"Tidak ada Tuan.Hari ini anda tidak ada agenda apapun."

"Begitu rupanya," gumamnya dari balik meja.

"Kalau tidak ada yang dibutuhkan lagi. Saya keluar dulu Tuan."

"Tunggu Julian!" cegah Kaisar sebelum Julian membalikan tubuhnya.

"Iya Tuan, ada apa?"

Kaisar tidak juga menyahutnya. Termasuk mengutarakan hal yang sejak tadi jadi ganjalan hatinya.

"Tidak ada. Kamu bisa pergi." Kaisar memilih untuk tidak mengatakannya. Julian tidak mengatakan apapun lagi. Ia lekas pergi dari sana. Meninggalkan Kaisar dengan perasaan yang tidak pasti.

Kaisar masih juga diam. Menatap lurus ke dalam layar ponselnya. Bodohnya, malam itu ia tidak meminta kontak sang gadis.

Dirinya mulai berpikir ulang untuk memanggilnya kembali. Pikirnya, mungkin dengan sedikit bantuan Leon bisa menjebataninya untuk bertemu kembali dengan Ara.

Kaisar kesampingkan perasaan malunya. Meraih benda pipih tersebut dan mencoba mencari keberadaan Ara lewat Leon.

***

Petang menjelang. Ara sudah berkemas sejak tadi. Bergantian shift dengan temannya.

Malam ini ia putuskan untuk pulang. Setelah semalam ia tidak pulang ke rumah.

Lumayan kali ini ia pulang dengan membawa hasil yang banyak. Tangan kanan dan kirinya penuh akan belanjanan yang akan ia pergunakan bersama Ibu dan adik-adiknya.

Semenjak Ayahnya meninggal. Ara lah yang menjadi tulang punggung keluarga ini. Lahir di keluaraga yang sangat sederhana. Bahkan untuk tinggal mereka hanya mampu ngontrak di sebuah rumah petak yang berada di tengah-tengan pemukiman padat penduduk.

"Kak Ara pulang!" seru adik terkecil Ara bersorak melihat sang Kakak datang.

"Kalian udah makan? Ini Kakak bawakan makanan untuk kalian." Kedua adik Ara langsung berantusias untuk membuka bungkusan tersebut.

Senyum kebahagian Ara terpancar. Ia senang bisa memberi sedikit kebahagian bagi keluarganya. Tanpa mereka ketahui sumber uang yang ia hasilkan.

"Ara, kamu belanja sebanyak ini? Apa bukan pemborosan namanya," celetuk Ibu Endah, datang dari arah dapur.

"Enggak apa-apa Buk. Kebetulan Ara dapat bonus dari kerjaan. Oh iya, ini uang kontrakan dua bulan. Tolong, nanti Ibu bayarkan."

Ibu Endah makin keheranan menerima sejumlah uang dari tangan Ara. "Sebanyak ini? Kamu yakin ini bonus," ucapnya tanpa sengaja sudah mencurigai.

Ara menganggukan kepala dengan mantap. Tentu ia tidak mungkin mengakui sumber uang yang ia telah peroleh. "Iya. Itu semua bonus Ara," tegasnya mantap.

"Kak Ara, tadi Kak Serly kesini nyariin Kakak," celetuk Dini keluar kamar. Adik kedua Ara yang duduk di bangku SMP.

"Serly? Mau ngapain dia?"

"Gak tahu. Dia cuma datang sebentar trus pergi lagi."

Rampung Dini berucap. Dering ponsel Ara berbunyi. Ara beranjak keluar sejenak untuk mengangkat telefon tersebut.

[Ada apa lagi Ser?]

[Kamu lagi dimana? Cepet ganti baju setelah ini aku jemput. Tuan Kaisar mau ketemu kamu] sahut Serly tanpa basa-basi.

[Ketemu? Buat apa?]

[Udah gak usah banyak tanya. Yang jelas, malam ini dia mau ketemu kamu]

[Sory Ser, aku gak bisa]

Ara menutup telefon itu sepihak. Tanpa penjelasan lebih lanjut. Ia acuhkan ajakan Kaisar untuk bertemu.

Baginya, sudah cukup ia menghabiskan malam itu untuk menemani sang pria. Ia tidak membutuhkan lagi untuk bertemu.

Bab terkait

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tawaran Menggiurkan

    Semalam Ara hampir tidak bisa tidur. Serly terus menghubunginya. Memaksa untuk bertemu dengan Kaisar. Namun, Ara tetap kekeh tidak ingin masuk kedalam dunia malam. Cukuplah, malam itu saja ia khilaf. Pagi ini sebelum sampai di tempat kerja. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Serly dan Leon. Kedua orang ini mendatanginya saat dirinya tengah menunggu di halte bus dekat rumah. "Serly, Tuan Dion," ucap Ara terkejut bukan main. "Sory Ra, bikin kamu kaget. Kedatangan kita kesini kerena kita mau ajak kamu bertemu Tuan Kaisar," tutur Serly. Ucapannya masih sama dengan semalam. Secara khusus mereka datang untuk membujuk Ara agar mau menemui Kaisar. "Bukannya udah aku bilang. Kalau aku gak pengen nemuin dia," kekeh Ara. Masih berpegang teguh pada pendirian. "Tolong. Satu kali ini saja," pinta Serly sampai memohon. "Begini Ara. Tuan Kaisar, sangat jarang miminta untuk bertemu dengan seseorang. Bisa dibilang, kamu orang pertama yang diminta untuk bertemu dengannya. Jadi, aku mohon,

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ikatan Perjanjian Kontrak

    Kiasar tersenyum tipis. Cukup lega, setelah mendengar jawaban Ara atas tawaran tempo hari. Ia lantas menurunkan ponselnya lalu kembali duduk di kursinya. "Julian siapkan sebuah mobil untuk menjemput Ara nanti siang," ucapnya dari balik meja. "Ara? Maksud Tuan, wanita yang ada di restauran tempo hari," tanyanya menekankan. "Iya benar. Memang kenapa?" Kaisar memicingkan mata. Sedikit terganggu dengan ucapan Julian seolah ada yang salah dengan perintahnya."Oh, tidak Tuan. Tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Bagi Julian rasanya aneh saja. Selama bekerja di sana. Belum pernah ia dimintai tugas seperti ini.Selain itu, Kaisar banyak membatasi hubungannya dengan wanita di luar setelah isu perceraian. "Julian tunggu!" "Iya Tuan." Julian menangguhkan langkah kakinya yang separuh keluar. Berbalik menatap Kaisar. "Tolong sekalian kamu buatkan surat perjanjian kontrak. Isiannya nanti saya kirim lewat pesan pendek.""Baik Tuan." Julian tidak merincinya lagi. Gegas ia beranjak pergi. Menjal

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tugas Pertama Sebagai Ani-ani

    "Eumph..." Kaisar makin mengganas. Sengaja membuat jejak tanda merah di sekujur area yang sudah ia lalui. Ara hanya bisa pasrah. Menerima perlakuannya. Sesekali sambil menggigit bibir bawah. Berusaha meredam suara desahannya agar tidak bocor sampai luar. Tanpa perlawanan, Ara menyerahkan kendali akan tubuhnya pada pria ini. Kaisar tidak menunggu itu lebih lama. Sikap diam Ara semakin membuatnya berbuat lebih dari sekedar itu. Tangannya menyusup masuk ke dalam baju yang Ara kenakan. Menangkap dua bulatan besar yang sejak tadi tidak berhenti menggoda. "Sstt...ahhh..." Ara makin merancau hebat. Tangannya mengalung ke leher Kaisar yang masih berdiri di belakang."Aahhh...Tuan, apa tidak masalah jika kita melakukan itu di sini?" tanyanya masih dalam batas sadar. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan sayang, kerena ini ruanganku. Tidak ada yang berani masuk ke dalam sini. Kecuali tanpa izin dariku," sahutnya belum berhenti dari kegemaraannya. Meremas-remas dua gundukan bulat milik A

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bab 8

    Ara bergegas memasuki kamar tidur utama. Langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya di dalam sana. Bagimanapun ia harus bepenampilan menarik di depan Kaisar. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyambut dan memberikan pelayanan yang terbaik. Selesai membilas tubuh, Ara mengambil handuk dan melilitkannya ke tubuh. Lalu ia beranjak keluar dari sana. Bermaksud mengambil pakaianya di dalam koper. "Mana sih?" gumam Ara, berjongkok di depan koper. Mengobrak-abrik isi dalam koper mencari gaun malam yang akan ia kenakan."Kehilangan sesuatu?" tegur sebuah suara dari arah pintu. Ara menoleh cepat. Takjub setelah menyadari Kaisar yang sudah berada di sini. Berdiri sembari menatap tajam kearahnya. "Tuan," gagapnya lantas berdiri. Kaisar juga berjalan mendekat seraya membawa sesuatu di tangan kirinya. "Apa ini yang kamu cari?" Menunjukan sebuah gaun malam warna pink dengan bahan yang menerawang. Serta memiliki belahan lebar di titik-titik tertentu. "Bagiamana anda bisa tahu?

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ani-ani Magang

    "Serly, aku ingin keluar saja." Ara, gadis polos dengan paras cantik dan tubuh mungil itu, merasa ragu dengan keputusannya. Ia benar-benar merasa asing berada di tempat itu, sebuah club malam. "Kamu pikir setelah kamu masuk sini. Kamu bisa keluar seenak sendiri?" ucap Serly menyudutkannya. Membuat Ara semakin ketakutan. "Denger baik-baik ya Ara. Buat modalin kamu masuk sini itu gak murah. Biaya permak kamu di salon sampai biaya baju itu gak ditanggung BPJS." "Belum lagi aku mesti keluarin duit buat biaya preman. Buat keamanan kamu sendiri biar gak dicurangin tamu nakal. Dipikir gampang apa masuk ke club ini?" kata Serly mengebu-gebu. High Six Club and karaoke, malam ini bak ketiban rejeki nomplok. Hampir semua table dan ruangan sudah diboking. Pun dengan para gadis-gadis malam yang hampir habis ikut diboking untuk menemani para tamu. Ini kali perdana Ara memulai sepak terjangnya menjadi LC, lady companion. Ara terpaksa karena himpitan ekonomi dan ialah yang menjadi tulang pungg

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Aku Inginkan Tubuhmu

    Mobil yang dikemudikan Kaisar melaju juga. Keluar dari area parkir dalam club. Sepanjang jalan. Kedunya masih diam. Tidak ada obrolan sama sekali. Sedang Kaisar hanya fokus pada jalanan di depannya. Mobil sedan hitam tersebut terus melaju, lantas berbelok ke sebuah hotel berbintang lima yang letaknya tidak jauh dari sana."Turun!" ucap Kaisar setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby. Ara mengikut saja. Ia ikut turun menyusul Kaisar yang sudah lebih dulu. Sampai di hotel Kaisar tidak juga menungguinya. Pria ini memilih berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. Ara sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Justru ia sedikit lega, Kaisar bersikap dingin padanya. Selian itu ia masih teramat malu jika tanpa sengaja ada orang yang mengenalnya saat berada di sana. Belum lagi tampilannya kini yang menggunakan gaun seksi. Tidak menampik jika banyak kaum adam yang melirik saat melihat komolekan tubuhnya. "Ayo jalan!" ajak Kaisar yang sudah selesai dengan urusan kamarnya. Ara k

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Malam Yang Panas

    Deru nafas Kaisar terdengar sangat kasar. Suhu tubuhnya sudah panas. Pendingin udara yang berada di dalam sana sepertinya tidak berfungsi lagi baginya. Sedang keringatnya sudah menetes. Membanjiri seluruh tubuh. Kaisar terlihat rakus. Setiap inci tubuh Ara tidak ada yang luput darinya. Hampir seluruh bagian tubuh yang sintal ini ia jajaki. Tanda cap merah bahkan sudah merata di sekujur tubuh Ara. Ara membiarkan saja saat Kaisar memberikan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya. Ia sendiri serasa di terbangkan ke awan saat bibir Kaisar menyentuh bagian sensitifnya. Dada Ara ikut mendongak saat bibir Kaisar menyentuh dua gundukan besar miliknya. Pria itu terlihat sangat menikmatinya. Berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang disebelahnya. Begitu terus sampai ia benar-benar merasa puas. Tapi kelihatnya Kaisar belum juga ada puasnya. Pria itu masih belum rela melepas itu. Berdiri merendah, bersimpuh di depan Ara sambil terus menikmatinya. Ara semakin ia buat terbuai dengan perlakuann

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bab 8

    Ara bergegas memasuki kamar tidur utama. Langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya di dalam sana. Bagimanapun ia harus bepenampilan menarik di depan Kaisar. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyambut dan memberikan pelayanan yang terbaik. Selesai membilas tubuh, Ara mengambil handuk dan melilitkannya ke tubuh. Lalu ia beranjak keluar dari sana. Bermaksud mengambil pakaianya di dalam koper. "Mana sih?" gumam Ara, berjongkok di depan koper. Mengobrak-abrik isi dalam koper mencari gaun malam yang akan ia kenakan."Kehilangan sesuatu?" tegur sebuah suara dari arah pintu. Ara menoleh cepat. Takjub setelah menyadari Kaisar yang sudah berada di sini. Berdiri sembari menatap tajam kearahnya. "Tuan," gagapnya lantas berdiri. Kaisar juga berjalan mendekat seraya membawa sesuatu di tangan kirinya. "Apa ini yang kamu cari?" Menunjukan sebuah gaun malam warna pink dengan bahan yang menerawang. Serta memiliki belahan lebar di titik-titik tertentu. "Bagiamana anda bisa tahu?

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tugas Pertama Sebagai Ani-ani

    "Eumph..." Kaisar makin mengganas. Sengaja membuat jejak tanda merah di sekujur area yang sudah ia lalui. Ara hanya bisa pasrah. Menerima perlakuannya. Sesekali sambil menggigit bibir bawah. Berusaha meredam suara desahannya agar tidak bocor sampai luar. Tanpa perlawanan, Ara menyerahkan kendali akan tubuhnya pada pria ini. Kaisar tidak menunggu itu lebih lama. Sikap diam Ara semakin membuatnya berbuat lebih dari sekedar itu. Tangannya menyusup masuk ke dalam baju yang Ara kenakan. Menangkap dua bulatan besar yang sejak tadi tidak berhenti menggoda. "Sstt...ahhh..." Ara makin merancau hebat. Tangannya mengalung ke leher Kaisar yang masih berdiri di belakang."Aahhh...Tuan, apa tidak masalah jika kita melakukan itu di sini?" tanyanya masih dalam batas sadar. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan sayang, kerena ini ruanganku. Tidak ada yang berani masuk ke dalam sini. Kecuali tanpa izin dariku," sahutnya belum berhenti dari kegemaraannya. Meremas-remas dua gundukan bulat milik A

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ikatan Perjanjian Kontrak

    Kiasar tersenyum tipis. Cukup lega, setelah mendengar jawaban Ara atas tawaran tempo hari. Ia lantas menurunkan ponselnya lalu kembali duduk di kursinya. "Julian siapkan sebuah mobil untuk menjemput Ara nanti siang," ucapnya dari balik meja. "Ara? Maksud Tuan, wanita yang ada di restauran tempo hari," tanyanya menekankan. "Iya benar. Memang kenapa?" Kaisar memicingkan mata. Sedikit terganggu dengan ucapan Julian seolah ada yang salah dengan perintahnya."Oh, tidak Tuan. Tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Bagi Julian rasanya aneh saja. Selama bekerja di sana. Belum pernah ia dimintai tugas seperti ini.Selain itu, Kaisar banyak membatasi hubungannya dengan wanita di luar setelah isu perceraian. "Julian tunggu!" "Iya Tuan." Julian menangguhkan langkah kakinya yang separuh keluar. Berbalik menatap Kaisar. "Tolong sekalian kamu buatkan surat perjanjian kontrak. Isiannya nanti saya kirim lewat pesan pendek.""Baik Tuan." Julian tidak merincinya lagi. Gegas ia beranjak pergi. Menjal

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tawaran Menggiurkan

    Semalam Ara hampir tidak bisa tidur. Serly terus menghubunginya. Memaksa untuk bertemu dengan Kaisar. Namun, Ara tetap kekeh tidak ingin masuk kedalam dunia malam. Cukuplah, malam itu saja ia khilaf. Pagi ini sebelum sampai di tempat kerja. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Serly dan Leon. Kedua orang ini mendatanginya saat dirinya tengah menunggu di halte bus dekat rumah. "Serly, Tuan Dion," ucap Ara terkejut bukan main. "Sory Ra, bikin kamu kaget. Kedatangan kita kesini kerena kita mau ajak kamu bertemu Tuan Kaisar," tutur Serly. Ucapannya masih sama dengan semalam. Secara khusus mereka datang untuk membujuk Ara agar mau menemui Kaisar. "Bukannya udah aku bilang. Kalau aku gak pengen nemuin dia," kekeh Ara. Masih berpegang teguh pada pendirian. "Tolong. Satu kali ini saja," pinta Serly sampai memohon. "Begini Ara. Tuan Kaisar, sangat jarang miminta untuk bertemu dengan seseorang. Bisa dibilang, kamu orang pertama yang diminta untuk bertemu dengannya. Jadi, aku mohon,

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bayangan Wajah Ara

    Kaisar percepat langkah kakinya. Berjalan menuju depan lobby. Di sana sudah terparkir sebuah mobil sedan mewah yang akan membawanya pergi. "Selamat pagi Tuan," sapa Julian, asisten pibadinya yang pagi ini sudah datang mengurusi semua kebutuhannya. Termasuk menyiapkan pakaian yang ia dan Ara kenanakan. "Pagi," sahut Kaisar singkat. Kaisar masih berdiri di samping mobil. Berdampingan dengan Julian, yang masih berada di posisi awal. Berdiri sembari memegangi pintu mobil. Mendadak Kaisar berubah ragu untuk masuk. Ia menoleh lagi ke belakang. Memeriksa keadaan sekitar. "Maaf Tuan, apa ada yang ketinggalan?" ujar Julian peduli. "Tidak ada," tegas Kaisar kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Meski perasaanya kini tengah dilanda kegundahan. Masih memikirkan keadaan Ara yang ia tinggalkan sendirian. Di dalam kamar hotel, Ara sudah rampung membersihkan tubuhnya. Ia kebingungan dihadapkan pada 2 pilihan baju. Pagi ini ia tetap harus masuk kerja. Dimana ia sudah men

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Malam Yang Panas

    Deru nafas Kaisar terdengar sangat kasar. Suhu tubuhnya sudah panas. Pendingin udara yang berada di dalam sana sepertinya tidak berfungsi lagi baginya. Sedang keringatnya sudah menetes. Membanjiri seluruh tubuh. Kaisar terlihat rakus. Setiap inci tubuh Ara tidak ada yang luput darinya. Hampir seluruh bagian tubuh yang sintal ini ia jajaki. Tanda cap merah bahkan sudah merata di sekujur tubuh Ara. Ara membiarkan saja saat Kaisar memberikan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya. Ia sendiri serasa di terbangkan ke awan saat bibir Kaisar menyentuh bagian sensitifnya. Dada Ara ikut mendongak saat bibir Kaisar menyentuh dua gundukan besar miliknya. Pria itu terlihat sangat menikmatinya. Berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang disebelahnya. Begitu terus sampai ia benar-benar merasa puas. Tapi kelihatnya Kaisar belum juga ada puasnya. Pria itu masih belum rela melepas itu. Berdiri merendah, bersimpuh di depan Ara sambil terus menikmatinya. Ara semakin ia buat terbuai dengan perlakuann

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Aku Inginkan Tubuhmu

    Mobil yang dikemudikan Kaisar melaju juga. Keluar dari area parkir dalam club. Sepanjang jalan. Kedunya masih diam. Tidak ada obrolan sama sekali. Sedang Kaisar hanya fokus pada jalanan di depannya. Mobil sedan hitam tersebut terus melaju, lantas berbelok ke sebuah hotel berbintang lima yang letaknya tidak jauh dari sana."Turun!" ucap Kaisar setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby. Ara mengikut saja. Ia ikut turun menyusul Kaisar yang sudah lebih dulu. Sampai di hotel Kaisar tidak juga menungguinya. Pria ini memilih berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. Ara sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Justru ia sedikit lega, Kaisar bersikap dingin padanya. Selian itu ia masih teramat malu jika tanpa sengaja ada orang yang mengenalnya saat berada di sana. Belum lagi tampilannya kini yang menggunakan gaun seksi. Tidak menampik jika banyak kaum adam yang melirik saat melihat komolekan tubuhnya. "Ayo jalan!" ajak Kaisar yang sudah selesai dengan urusan kamarnya. Ara k

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ani-ani Magang

    "Serly, aku ingin keluar saja." Ara, gadis polos dengan paras cantik dan tubuh mungil itu, merasa ragu dengan keputusannya. Ia benar-benar merasa asing berada di tempat itu, sebuah club malam. "Kamu pikir setelah kamu masuk sini. Kamu bisa keluar seenak sendiri?" ucap Serly menyudutkannya. Membuat Ara semakin ketakutan. "Denger baik-baik ya Ara. Buat modalin kamu masuk sini itu gak murah. Biaya permak kamu di salon sampai biaya baju itu gak ditanggung BPJS." "Belum lagi aku mesti keluarin duit buat biaya preman. Buat keamanan kamu sendiri biar gak dicurangin tamu nakal. Dipikir gampang apa masuk ke club ini?" kata Serly mengebu-gebu. High Six Club and karaoke, malam ini bak ketiban rejeki nomplok. Hampir semua table dan ruangan sudah diboking. Pun dengan para gadis-gadis malam yang hampir habis ikut diboking untuk menemani para tamu. Ini kali perdana Ara memulai sepak terjangnya menjadi LC, lady companion. Ara terpaksa karena himpitan ekonomi dan ialah yang menjadi tulang pungg

DMCA.com Protection Status