Share

Malam Yang Panas

Penulis: Dewa Ndaru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Deru nafas Kaisar terdengar sangat kasar. Suhu tubuhnya sudah panas. Pendingin udara yang berada di dalam sana sepertinya tidak berfungsi lagi baginya. Sedang keringatnya sudah menetes. Membanjiri seluruh tubuh. 

Kaisar terlihat rakus. Setiap inci tubuh Ara tidak ada yang luput darinya. Hampir seluruh bagian tubuh yang sintal ini ia jajaki. Tanda cap merah bahkan sudah merata di sekujur tubuh Ara. 

Ara membiarkan saja saat Kaisar memberikan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya. Ia sendiri serasa di terbangkan ke awan saat bibir Kaisar menyentuh bagian sensitifnya. 

Dada Ara ikut mendongak saat bibir Kaisar menyentuh dua gundukan besar miliknya. Pria itu terlihat sangat menikmatinya. Berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang disebelahnya. Begitu terus sampai ia benar-benar merasa puas. 

Tapi kelihatnya Kaisar belum juga ada puasnya. Pria itu masih belum rela melepas itu. Berdiri merendah, bersimpuh di depan Ara sambil terus menikmatinya. 

Ara semakin ia buat terbuai dengan perlakuannya itu. 

Tidak berhenti bibir wanita ini berdesis seraya mendongakan wajah. Bahkan tangan Ara mulai berani menyentuh kepala Kaisar. Mengacak-acak rambutnya. 

"Ssstttt, ahh...Tuan," rancaunya.

Kaisar yang sudah bernafsu. Ia tidak lagi mengingat apa itu logika. Yang hanya ia inginkan saat ini adalah sebuah kepuasan. 

Melihat wanitanya yang sudah lemah. Membuat Kaisar semakin bergairah. Gegas pria ini menggapai tubuh Ara. Menggendongnya menuju ranjang. 

Seketika Ara langsung tersadar. Ia mulai panik saat sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

"Tuan, apa yang anda ingin lakukan?" tanyanya heboh saat tubuh yang polos berhasil di baringkan di atas ranjang. 

"Menurutmu? Apa yang akan dilakukan pria dan wanita jika hanya berdua?" sahut Kaisar justru memberinya sebuah clue baru. 

Kaisar semakin menginginkannya. Pria ini melucuti sendiri pakaiannya yang tidak rampung dibuka Ara. 

Ara mendadak begitu gelisah. Jujur ia takut untuk melakukanya lagi. 

"Tidak perlu takut. Bukannya kamu juga sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" 

Mata Ara membola setelah mendengarnya. Seingatnya ia hanya bercerita masa lalunya pada Serly. Tidak salah lagi pasti Serly yang sudah memberitahu masalah ini pada Kaisar. 

Kesalahan terbesar dalam hidup Ara yang membuatnya menyesal sampai saat ini.

Ara memang pernah melakukan itu pertama kali dengan pacarnya saat keduanya masih duduk di bangku sekolah. Sialnya setelah mendapatkan apa yang di inginkan, pria itu justru pergi meninggalkan Ara tanpa sebuah kejelasan. 

Beruntungnya saat itu Ara tidak sampai hamil. Namun, kejadian itu masih membuat ia sedikit trauma. 

"Tenang saja. Tidak perlu merasa tidak enak hati. Aku justru berterimakasih dengan pria itu. Dengan begini akan lebih memudahkanku," sindir Kaisar tersenyum penuh arti. 

Harga diri Ara semakin terinjak-injak. Apa memang begini resiko yang harus ia terima sebagai wanita penjaja kenikmatan. Di anggap murahan dan kadang di lecehkan. 

Kaisar sendiri sudah melepas seluruh bajunya. Segera ia beranjak naik ke atas ranjang. Pusaka miliknya juga sudah terbangun. Berdiri dengan gagahnya.

Ara tertegun melihat itu. Belum pernah ia melihat yang sebesar ini. 

"Kenapa? Apa kamu sudah tidak sabar ingin merasakannya?" goda Kaisar tanpa sengaja melihat kemana arah Ara menatap. 

Buru-buru Ara palingkan wajahnya. Meski kenyataan ia memang mengagumi itu. 

"Tenang saja sayang. Akan aku pastikan kamu menikmatinya," tutur Kaisar tersenyum penuh arti. 

Kaisar segera beralih. Berjongkok di depan Ara seraya melebarkan kedua kaki Ara. Memposisikan inti milik Ara berhadapan dengan miliknya. 

Tanpa kesempatan, Kaisar lekas membenamkan miliknya ke dalam pusat inti Ara. 

Ara berjingkat kaget saat seluruh bagian itu dipaksa masuk ke dalam miliknya. Rasanya masih sakit tapi lama kelamaan ia mulai menikmatinya juga. 

Tanpa henti Kaisar memompa tubuh wanita di bawahnya. Mencari kenikmatan atas dirinya sendiri dan juga Ara. 

"Ssttt...Tuan! Ah...ahh...ahhhh...ah..." rancau Ara makin tidak karuan. 

"Yes baby! Terus begitu sayang. Aku menyukainya," timpal Kaisar yang rasa penasaranya sudah sampai ubun-ubun. 

Ia tampak bersemangat dalam melakukannya. Jujur baru kali ini ia melakukannya lagi setelah perpisahan dengan istrinya. 

Tapi kali ini dengan Ara ia rasa sangat berbeda. Kaisar merasakan kenyamanan. Tubuh Ara sangat memanjakannya.

Meski ini terlihat ada yang salah. Harusnya Ara yang bertugas memberikan kepuasan pada tamunya yang ada kebalikan. Kaisar sendiri yang memegang tongkat kendali. Bertugas memuaskan Ara.

"Kaisar, aah...ah...ahh..." rancau Ara tanpa henti sembari menarik-narik rambut pria yang mengungkung tubuhnya. 

"Ya sayang? Apa kamu menyukainya?" ucapnya bernada sensual.

"Iya, aku sangat menyukainya Kai," sahut Ara merem melek. Tanpa sadar memanggil nama Kaisar secara langsung. 

Kaisar tersenyum kecil. Ia makin dibuat gemas. Kembali menggigit bibir bawah Ara yang sudah benjol karena ulahnya. 

Malam ini sepertinya akan jadi malam panjang bagi keduanya. Usai bergelut lama, Kaisar baru mengakhiri permainannya setelah berjuang mencapai finish. 

Tubuh pria ini langsung imbruk di samping tubuh Ara. Kaisar tampak begitu lelah dan langsung tertidur pulas. Begitu juga dengan Ara yang tampak kelelahan. Ikut tertidur di bahu Kaisar. 

***

Waktu terus berputar. Tanpa terasa pagi sudah menjelang. Perlahan Ara membuka matanya yang silau terpapar pantulan sinar mentari. 

Ingin bangun tapi rasanya masih begitu lemas. Semalam energinya terkuras. Demi meladeni Kaisar. 

"Jam berapa ini?" gumamnya malas sambil tangannya meraba-raba sisi sebelah. Mencari sosok pria dewasa yang semalam menggila bersamanya. 

Anehnya, ia tidak menemukan apapun. Bagian itu sudah kosong. Tidak ada sosok Kaisar di sana. 

"Apa kamu mencariku?" tegur sebuah suara bernada baritone. Yang bersumber dari arah sofa. 

Ara begerak cepat. Menoleh ke sana. Ia terkejut saat melihat seseorang yang telah menegurnya. 

Kaisar yang sudah kembali rapi dengan jas hitamnya. Bahkan wangi parfumnya tercium kuat memenuhi satu ruangan. 

Pria itu tampak tenang. Duduk memperhatikan Ara. Seolah sudah lupa dengan apa yang sudah mereka lakukan semalam.

"Tuan," ucap Ara terduduk sembari menutupi rapat tubuhnya dengan selimut. Ia heran sejak kapan Kaisar berada di sana. Bahkan penampilannya sudah begitu rapi. 

Tidak seperti dirinya yang masih belum mengenakan apa-apa. Masih juga dengan muka bantalnya. 

"Tidak perlu merasa tidak enak. Aku paham pasti kamu kelelahan semalam. Maka dari itu, aku sudah siapkan sarapan untukmu di meja. Baju gantimu juga sudah aku siapkan."

"Terimakasih Tuan," balas Ara tersanjung akan kebaikan Kaisar. 

"Satu lagi. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengantarmu pulang tapi kamu tidak perlu khawatir karena aku sudah menyiapkan ongkos pulang," imbuh Kaisar. 

"Terimakasih banyak Tuan," lirih Ara mengangguk. 

Kaisar lekas berdiri dari sana. Berjalan menuju pintu tapi sebelum itu ia berbalik. Sekedar memastikan kondisi Ara. 

"Terimakasih juga untuk semalam. Hati-hati di jalan," pamitnya membuat Ara tertegun. 

Pria ini akhirnya membuka pintu juga kemudian pergi dari sana. Meski sebenarnya sedikit ada rasa tidak tega membiarkan wanita itu sendirian. 

Ara sendiri baru berani mengangkat wajahnya setelah Kaisar benar-benar sudah pergi. 

"Baik juga," gumam Ara. 

Ara lekas beranjak turun juga dari ranjang. Mengecek hal yang sudah dipersiapkan Kaisar kepadanya. 

Ia cukup terpukau melihat banyaknya hidangan yang sudah tersaji di meja. Bukan itu saja, Ara turut dibuat tersanjung saat melihat gaun baru yang dipersiapkan Kaisar baginya. 

"Bukannya ini mahal," gumam Ara memantaskan gaun tersebut ke tubuhnya. 

Ara juga cukup terkejut saat mengetahui di dalam gaun ini Kaisar menyelipkan sebuah amplop. 

Buru-buru Ara membukanya. Pecahan uang merah tersusun rapi di dalam sana. 

"Dua juta! Apa gak salah itu orang ngasih ongkos pulang sebanyak ini?"

Bab terkait

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bayangan Wajah Ara

    Kaisar percepat langkah kakinya. Berjalan menuju depan lobby. Di sana sudah terparkir sebuah mobil sedan mewah yang akan membawanya pergi. "Selamat pagi Tuan," sapa Julian, asisten pibadinya yang pagi ini sudah datang mengurusi semua kebutuhannya. Termasuk menyiapkan pakaian yang ia dan Ara kenanakan. "Pagi," sahut Kaisar singkat. Kaisar masih berdiri di samping mobil. Berdampingan dengan Julian, yang masih berada di posisi awal. Berdiri sembari memegangi pintu mobil. Mendadak Kaisar berubah ragu untuk masuk. Ia menoleh lagi ke belakang. Memeriksa keadaan sekitar. "Maaf Tuan, apa ada yang ketinggalan?" ujar Julian peduli. "Tidak ada," tegas Kaisar kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Meski perasaanya kini tengah dilanda kegundahan. Masih memikirkan keadaan Ara yang ia tinggalkan sendirian. Di dalam kamar hotel, Ara sudah rampung membersihkan tubuhnya. Ia kebingungan dihadapkan pada 2 pilihan baju. Pagi ini ia tetap harus masuk kerja. Dimana ia sudah men

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tawaran Menggiurkan

    Semalam Ara hampir tidak bisa tidur. Serly terus menghubunginya. Memaksa untuk bertemu dengan Kaisar. Namun, Ara tetap kekeh tidak ingin masuk kedalam dunia malam. Cukuplah, malam itu saja ia khilaf. Pagi ini sebelum sampai di tempat kerja. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Serly dan Leon. Kedua orang ini mendatanginya saat dirinya tengah menunggu di halte bus dekat rumah. "Serly, Tuan Dion," ucap Ara terkejut bukan main. "Sory Ra, bikin kamu kaget. Kedatangan kita kesini kerena kita mau ajak kamu bertemu Tuan Kaisar," tutur Serly. Ucapannya masih sama dengan semalam. Secara khusus mereka datang untuk membujuk Ara agar mau menemui Kaisar. "Bukannya udah aku bilang. Kalau aku gak pengen nemuin dia," kekeh Ara. Masih berpegang teguh pada pendirian. "Tolong. Satu kali ini saja," pinta Serly sampai memohon. "Begini Ara. Tuan Kaisar, sangat jarang miminta untuk bertemu dengan seseorang. Bisa dibilang, kamu orang pertama yang diminta untuk bertemu dengannya. Jadi, aku mohon,

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ikatan Perjanjian Kontrak

    Kiasar tersenyum tipis. Cukup lega, setelah mendengar jawaban Ara atas tawaran tempo hari. Ia lantas menurunkan ponselnya lalu kembali duduk di kursinya. "Julian siapkan sebuah mobil untuk menjemput Ara nanti siang," ucapnya dari balik meja. "Ara? Maksud Tuan, wanita yang ada di restauran tempo hari," tanyanya menekankan. "Iya benar. Memang kenapa?" Kaisar memicingkan mata. Sedikit terganggu dengan ucapan Julian seolah ada yang salah dengan perintahnya."Oh, tidak Tuan. Tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Bagi Julian rasanya aneh saja. Selama bekerja di sana. Belum pernah ia dimintai tugas seperti ini.Selain itu, Kaisar banyak membatasi hubungannya dengan wanita di luar setelah isu perceraian. "Julian tunggu!" "Iya Tuan." Julian menangguhkan langkah kakinya yang separuh keluar. Berbalik menatap Kaisar. "Tolong sekalian kamu buatkan surat perjanjian kontrak. Isiannya nanti saya kirim lewat pesan pendek.""Baik Tuan." Julian tidak merincinya lagi. Gegas ia beranjak pergi. Menjal

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tugas Pertama Sebagai Ani-ani

    "Eumph..." Kaisar makin mengganas. Sengaja membuat jejak tanda merah di sekujur area yang sudah ia lalui. Ara hanya bisa pasrah. Menerima perlakuannya. Sesekali sambil menggigit bibir bawah. Berusaha meredam suara desahannya agar tidak bocor sampai luar. Tanpa perlawanan, Ara menyerahkan kendali akan tubuhnya pada pria ini. Kaisar tidak menunggu itu lebih lama. Sikap diam Ara semakin membuatnya berbuat lebih dari sekedar itu. Tangannya menyusup masuk ke dalam baju yang Ara kenakan. Menangkap dua bulatan besar yang sejak tadi tidak berhenti menggoda. "Sstt...ahhh..." Ara makin merancau hebat. Tangannya mengalung ke leher Kaisar yang masih berdiri di belakang."Aahhh...Tuan, apa tidak masalah jika kita melakukan itu di sini?" tanyanya masih dalam batas sadar. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan sayang, kerena ini ruanganku. Tidak ada yang berani masuk ke dalam sini. Kecuali tanpa izin dariku," sahutnya belum berhenti dari kegemaraannya. Meremas-remas dua gundukan bulat milik A

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bab 8

    Ara bergegas memasuki kamar tidur utama. Langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya di dalam sana. Bagimanapun ia harus bepenampilan menarik di depan Kaisar. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyambut dan memberikan pelayanan yang terbaik. Selesai membilas tubuh, Ara mengambil handuk dan melilitkannya ke tubuh. Lalu ia beranjak keluar dari sana. Bermaksud mengambil pakaianya di dalam koper. "Mana sih?" gumam Ara, berjongkok di depan koper. Mengobrak-abrik isi dalam koper mencari gaun malam yang akan ia kenakan."Kehilangan sesuatu?" tegur sebuah suara dari arah pintu. Ara menoleh cepat. Takjub setelah menyadari Kaisar yang sudah berada di sini. Berdiri sembari menatap tajam kearahnya. "Tuan," gagapnya lantas berdiri. Kaisar juga berjalan mendekat seraya membawa sesuatu di tangan kirinya. "Apa ini yang kamu cari?" Menunjukan sebuah gaun malam warna pink dengan bahan yang menerawang. Serta memiliki belahan lebar di titik-titik tertentu. "Bagiamana anda bisa tahu?

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ani-ani Magang

    "Serly, aku ingin keluar saja." Ara, gadis polos dengan paras cantik dan tubuh mungil itu, merasa ragu dengan keputusannya. Ia benar-benar merasa asing berada di tempat itu, sebuah club malam. "Kamu pikir setelah kamu masuk sini. Kamu bisa keluar seenak sendiri?" ucap Serly menyudutkannya. Membuat Ara semakin ketakutan. "Denger baik-baik ya Ara. Buat modalin kamu masuk sini itu gak murah. Biaya permak kamu di salon sampai biaya baju itu gak ditanggung BPJS." "Belum lagi aku mesti keluarin duit buat biaya preman. Buat keamanan kamu sendiri biar gak dicurangin tamu nakal. Dipikir gampang apa masuk ke club ini?" kata Serly mengebu-gebu. High Six Club and karaoke, malam ini bak ketiban rejeki nomplok. Hampir semua table dan ruangan sudah diboking. Pun dengan para gadis-gadis malam yang hampir habis ikut diboking untuk menemani para tamu. Ini kali perdana Ara memulai sepak terjangnya menjadi LC, lady companion. Ara terpaksa karena himpitan ekonomi dan ialah yang menjadi tulang pungg

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Aku Inginkan Tubuhmu

    Mobil yang dikemudikan Kaisar melaju juga. Keluar dari area parkir dalam club. Sepanjang jalan. Kedunya masih diam. Tidak ada obrolan sama sekali. Sedang Kaisar hanya fokus pada jalanan di depannya. Mobil sedan hitam tersebut terus melaju, lantas berbelok ke sebuah hotel berbintang lima yang letaknya tidak jauh dari sana."Turun!" ucap Kaisar setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby. Ara mengikut saja. Ia ikut turun menyusul Kaisar yang sudah lebih dulu. Sampai di hotel Kaisar tidak juga menungguinya. Pria ini memilih berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. Ara sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Justru ia sedikit lega, Kaisar bersikap dingin padanya. Selian itu ia masih teramat malu jika tanpa sengaja ada orang yang mengenalnya saat berada di sana. Belum lagi tampilannya kini yang menggunakan gaun seksi. Tidak menampik jika banyak kaum adam yang melirik saat melihat komolekan tubuhnya. "Ayo jalan!" ajak Kaisar yang sudah selesai dengan urusan kamarnya. Ara k

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bab 8

    Ara bergegas memasuki kamar tidur utama. Langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya di dalam sana. Bagimanapun ia harus bepenampilan menarik di depan Kaisar. Sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyambut dan memberikan pelayanan yang terbaik. Selesai membilas tubuh, Ara mengambil handuk dan melilitkannya ke tubuh. Lalu ia beranjak keluar dari sana. Bermaksud mengambil pakaianya di dalam koper. "Mana sih?" gumam Ara, berjongkok di depan koper. Mengobrak-abrik isi dalam koper mencari gaun malam yang akan ia kenakan."Kehilangan sesuatu?" tegur sebuah suara dari arah pintu. Ara menoleh cepat. Takjub setelah menyadari Kaisar yang sudah berada di sini. Berdiri sembari menatap tajam kearahnya. "Tuan," gagapnya lantas berdiri. Kaisar juga berjalan mendekat seraya membawa sesuatu di tangan kirinya. "Apa ini yang kamu cari?" Menunjukan sebuah gaun malam warna pink dengan bahan yang menerawang. Serta memiliki belahan lebar di titik-titik tertentu. "Bagiamana anda bisa tahu?

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tugas Pertama Sebagai Ani-ani

    "Eumph..." Kaisar makin mengganas. Sengaja membuat jejak tanda merah di sekujur area yang sudah ia lalui. Ara hanya bisa pasrah. Menerima perlakuannya. Sesekali sambil menggigit bibir bawah. Berusaha meredam suara desahannya agar tidak bocor sampai luar. Tanpa perlawanan, Ara menyerahkan kendali akan tubuhnya pada pria ini. Kaisar tidak menunggu itu lebih lama. Sikap diam Ara semakin membuatnya berbuat lebih dari sekedar itu. Tangannya menyusup masuk ke dalam baju yang Ara kenakan. Menangkap dua bulatan besar yang sejak tadi tidak berhenti menggoda. "Sstt...ahhh..." Ara makin merancau hebat. Tangannya mengalung ke leher Kaisar yang masih berdiri di belakang."Aahhh...Tuan, apa tidak masalah jika kita melakukan itu di sini?" tanyanya masih dalam batas sadar. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan sayang, kerena ini ruanganku. Tidak ada yang berani masuk ke dalam sini. Kecuali tanpa izin dariku," sahutnya belum berhenti dari kegemaraannya. Meremas-remas dua gundukan bulat milik A

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ikatan Perjanjian Kontrak

    Kiasar tersenyum tipis. Cukup lega, setelah mendengar jawaban Ara atas tawaran tempo hari. Ia lantas menurunkan ponselnya lalu kembali duduk di kursinya. "Julian siapkan sebuah mobil untuk menjemput Ara nanti siang," ucapnya dari balik meja. "Ara? Maksud Tuan, wanita yang ada di restauran tempo hari," tanyanya menekankan. "Iya benar. Memang kenapa?" Kaisar memicingkan mata. Sedikit terganggu dengan ucapan Julian seolah ada yang salah dengan perintahnya."Oh, tidak Tuan. Tidak apa-apa. Saya permisi dulu." Bagi Julian rasanya aneh saja. Selama bekerja di sana. Belum pernah ia dimintai tugas seperti ini.Selain itu, Kaisar banyak membatasi hubungannya dengan wanita di luar setelah isu perceraian. "Julian tunggu!" "Iya Tuan." Julian menangguhkan langkah kakinya yang separuh keluar. Berbalik menatap Kaisar. "Tolong sekalian kamu buatkan surat perjanjian kontrak. Isiannya nanti saya kirim lewat pesan pendek.""Baik Tuan." Julian tidak merincinya lagi. Gegas ia beranjak pergi. Menjal

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Tawaran Menggiurkan

    Semalam Ara hampir tidak bisa tidur. Serly terus menghubunginya. Memaksa untuk bertemu dengan Kaisar. Namun, Ara tetap kekeh tidak ingin masuk kedalam dunia malam. Cukuplah, malam itu saja ia khilaf. Pagi ini sebelum sampai di tempat kerja. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Serly dan Leon. Kedua orang ini mendatanginya saat dirinya tengah menunggu di halte bus dekat rumah. "Serly, Tuan Dion," ucap Ara terkejut bukan main. "Sory Ra, bikin kamu kaget. Kedatangan kita kesini kerena kita mau ajak kamu bertemu Tuan Kaisar," tutur Serly. Ucapannya masih sama dengan semalam. Secara khusus mereka datang untuk membujuk Ara agar mau menemui Kaisar. "Bukannya udah aku bilang. Kalau aku gak pengen nemuin dia," kekeh Ara. Masih berpegang teguh pada pendirian. "Tolong. Satu kali ini saja," pinta Serly sampai memohon. "Begini Ara. Tuan Kaisar, sangat jarang miminta untuk bertemu dengan seseorang. Bisa dibilang, kamu orang pertama yang diminta untuk bertemu dengannya. Jadi, aku mohon,

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Bayangan Wajah Ara

    Kaisar percepat langkah kakinya. Berjalan menuju depan lobby. Di sana sudah terparkir sebuah mobil sedan mewah yang akan membawanya pergi. "Selamat pagi Tuan," sapa Julian, asisten pibadinya yang pagi ini sudah datang mengurusi semua kebutuhannya. Termasuk menyiapkan pakaian yang ia dan Ara kenanakan. "Pagi," sahut Kaisar singkat. Kaisar masih berdiri di samping mobil. Berdampingan dengan Julian, yang masih berada di posisi awal. Berdiri sembari memegangi pintu mobil. Mendadak Kaisar berubah ragu untuk masuk. Ia menoleh lagi ke belakang. Memeriksa keadaan sekitar. "Maaf Tuan, apa ada yang ketinggalan?" ujar Julian peduli. "Tidak ada," tegas Kaisar kemudian memilih untuk segera masuk ke dalam mobil. Meski perasaanya kini tengah dilanda kegundahan. Masih memikirkan keadaan Ara yang ia tinggalkan sendirian. Di dalam kamar hotel, Ara sudah rampung membersihkan tubuhnya. Ia kebingungan dihadapkan pada 2 pilihan baju. Pagi ini ia tetap harus masuk kerja. Dimana ia sudah men

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Malam Yang Panas

    Deru nafas Kaisar terdengar sangat kasar. Suhu tubuhnya sudah panas. Pendingin udara yang berada di dalam sana sepertinya tidak berfungsi lagi baginya. Sedang keringatnya sudah menetes. Membanjiri seluruh tubuh. Kaisar terlihat rakus. Setiap inci tubuh Ara tidak ada yang luput darinya. Hampir seluruh bagian tubuh yang sintal ini ia jajaki. Tanda cap merah bahkan sudah merata di sekujur tubuh Ara. Ara membiarkan saja saat Kaisar memberikan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya. Ia sendiri serasa di terbangkan ke awan saat bibir Kaisar menyentuh bagian sensitifnya. Dada Ara ikut mendongak saat bibir Kaisar menyentuh dua gundukan besar miliknya. Pria itu terlihat sangat menikmatinya. Berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang disebelahnya. Begitu terus sampai ia benar-benar merasa puas. Tapi kelihatnya Kaisar belum juga ada puasnya. Pria itu masih belum rela melepas itu. Berdiri merendah, bersimpuh di depan Ara sambil terus menikmatinya. Ara semakin ia buat terbuai dengan perlakuann

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Aku Inginkan Tubuhmu

    Mobil yang dikemudikan Kaisar melaju juga. Keluar dari area parkir dalam club. Sepanjang jalan. Kedunya masih diam. Tidak ada obrolan sama sekali. Sedang Kaisar hanya fokus pada jalanan di depannya. Mobil sedan hitam tersebut terus melaju, lantas berbelok ke sebuah hotel berbintang lima yang letaknya tidak jauh dari sana."Turun!" ucap Kaisar setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby. Ara mengikut saja. Ia ikut turun menyusul Kaisar yang sudah lebih dulu. Sampai di hotel Kaisar tidak juga menungguinya. Pria ini memilih berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. Ara sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Justru ia sedikit lega, Kaisar bersikap dingin padanya. Selian itu ia masih teramat malu jika tanpa sengaja ada orang yang mengenalnya saat berada di sana. Belum lagi tampilannya kini yang menggunakan gaun seksi. Tidak menampik jika banyak kaum adam yang melirik saat melihat komolekan tubuhnya. "Ayo jalan!" ajak Kaisar yang sudah selesai dengan urusan kamarnya. Ara k

  • Wanita Simpanan Tuan Presdir   Ani-ani Magang

    "Serly, aku ingin keluar saja." Ara, gadis polos dengan paras cantik dan tubuh mungil itu, merasa ragu dengan keputusannya. Ia benar-benar merasa asing berada di tempat itu, sebuah club malam. "Kamu pikir setelah kamu masuk sini. Kamu bisa keluar seenak sendiri?" ucap Serly menyudutkannya. Membuat Ara semakin ketakutan. "Denger baik-baik ya Ara. Buat modalin kamu masuk sini itu gak murah. Biaya permak kamu di salon sampai biaya baju itu gak ditanggung BPJS." "Belum lagi aku mesti keluarin duit buat biaya preman. Buat keamanan kamu sendiri biar gak dicurangin tamu nakal. Dipikir gampang apa masuk ke club ini?" kata Serly mengebu-gebu. High Six Club and karaoke, malam ini bak ketiban rejeki nomplok. Hampir semua table dan ruangan sudah diboking. Pun dengan para gadis-gadis malam yang hampir habis ikut diboking untuk menemani para tamu. Ini kali perdana Ara memulai sepak terjangnya menjadi LC, lady companion. Ara terpaksa karena himpitan ekonomi dan ialah yang menjadi tulang pungg

DMCA.com Protection Status