Aku mengangguk dengan pelan, "seperti yang Papa lihat di pemberitaan itu. Saat itu usia kandunganku 5 minggu, dan sekarang sudah berusia hampir 3 bulan."
Brakkk!! Papa memukul meja. "Dan keegoisanmu itu telah menghancurkan ikatan pernikahanmu dengan Bian. Bener-bener anak tebal! Setidaknya tidak bisakah sekali saja kau menuruti permintaan papa waktu itu untuk tidak meninggalkan suamimu.""Tidak setelah dia berkhianat, Pa!!" balasku tak kalah tinggi, "lagi pula apa yang harus kulakukan waktu itu?!""Maafkan dia walau sekali saja. Lihat keputusan yang kau buat ini, menjadi bumerang untuk dirimu sendiri sekarang. Kau menjadi janda, dan kau hamil tanpa seorang suami, Marina!!" ucap Papa jengkel."Lalu apa masalahnya, Pa? Toh aku tidak meminta bantuan Papa untuk memberiku nafkah buat Richie. Aku bisa mencari uang sendiri. Aku sehat, dan aku tidak terbebani lagi dengan apapun. Aku hanya harus membesarkan anak ini sampai lahir dan menikahBunyi klakson terus bersahutan, setelah aku membanting ponsel dan membuatnya retak hingga hancur berantakan. Gelisah, aku mondar-mandir di dalam kamar dengan pikiran semakin kalut. Bian, kenapa pria itu tidak menyerah saja dan pulang, lalu berhenti mengharapkan sesuatu yang mustahil kulakukan.Kesal, dan tidak memiliki usaha untuk mencegah kenekatan pria itu, bersamaan dengan pintu yang diketuk dari luar."Bu Marina, sepertinya orang-orang itu tidak akan pergi sebelum kamu mengizinkan untuk membuka gerbang. Perlukah kami mengusirnya dengan cara yang kasar?" Beni salah satu bodyguard yang dikirim oleh Erick bertanya. Buru-buru aku membuka pintu dan menatap cemas pada pria yang selalu menampilkan raut wajah serius tersebut."Apa tidak masalah kalau kita melakukan kekerasan?""Justru itu masalahnya. Entah atas perintah siapa, tapi beberapa mobil wartawan juga tampak sedang menunggu. Mereka bahkan secara terang-terangan meliput ke
"Bagaimana Marin, apa kau sudah memikirkannya? Jujur, aku tidak memiliki banyak waktu karena orang-orangku sudah siap untuk membawanya ke akhirat. Kau tinggal menyetujuinya saja, aku bahkan sudah membawa penghulu dan orang tua kita, juga bodyguardmu sebagai saksi malam ini."Tanganku mengepal. Emosiku meluap tanpa tidak bisa kutahan lagi. "Bajing4n, badeb4h!! Apa yang kau lakukan pada Erick, hah!! Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu, seandainya kau melakukan hal buruk padanya. Bahkan setetes darahnya yang jatuh, aku akan melaknatmu dan aku tidak akan pernah memaafkanmu!!" Aku berdiri dan memukul-mukul dadanya. Sedangkan Mas Bian berusaha menahan tangan dan membawaku ke pelukannya. Aku meronta, mencakar dan berusaha melepaskan diri.Beni, hajar pria itu dan jangan biarkan dia hidup lebih lama lagi! Ingin aku teriakan kata itu dan memerintah anak buah Erick. Tapi yang ada, pasti anak buah Mas Bian bergerak leb
Lima tahun yang lalu aku meninggalkan Marina atas perintah dari papaku. Waktu itu usiaku masih muda dan aku tertarik pada gadis cantik dan ceria, namun dia memiliki masalah di keluarganya. Marina gadis broken home. Dia tidak seperti gadis lainnya, bahkan saat di kampus pun dia kerap kali murung dan tidak banyak teman, kecuali Maya.Kedekatan kami dimulai ketika dia curhat tentang keadaan di rumahnya. Dia mengaku tidak betah di rumah. Papa dan mamanya kerap bertengkar, tentu saja alasannya karena Ardian doyan selingkuh. Pertengkaran pun semakin tidak terhindarkan, dan imbasnya Marina sedikit depresi. Wanita itu sering murung, bahkan lebih parahnya lagi, Marina sempat ingin mengakhiri hidupnya beberapa kali. Suatu malam, aku menemukan gadis itu tengah berteriak-teriak di club' malam milik Dimas—sahabatku. Atas saran dari sahabatku itu juga, kemudian aku membawanya ke apartemen milikku.Setelah itu, kedekatan kami semakin intens, dima
"Siapa kalian dan apa urusan kalian denganku. Jika kalian butuh uang, aku bisa membayar dua kali lipat. Tapi kumohon lepaskan aku!!" teriakku frustasi apalagi mengingat bayangan Marina dan penderitaannya."Diam dan jangan banyak bicara!"Bugh!! Satu tonjokan mendarat di pelipis yang sebelumnya berdarah. Aku lunglai dengan pandangan mengabur.Mereka terus membawaku ke jalanan sepi. Saat ada kesempatan, berbarengan dengan dua mobil yang sedang patroli, kulirik salah satu orang yang disibukkan dengan ponsel. Kuduga dia tengah bicara dengan Bian. Kulihat mobil patroli semakin dekat jaraknya. Dengan cepat aku melingkarkan tangan di leher seorang sopir, kemudian menekan klakson berkali-kali, hingga mobil tidak bisa menjaga keseimbangan dan akhirnya tersungkur ke parit.Para polisi yang menyadari segera membantu dan membawaku keluar, lalu menangkap orang-orang itu dan membawanya ke mobil tahanan. Saat itu aku meminta diantarkan ke rumah Marina.Beruntung hal yang kutakutkan itu b
Wajah Ardian menggelap seiring dengan pernyataan yang keluar dari bibirku. Biar saja dia merasakan buah akibat dari kesalahannya, karena tidak becus menjaga putri satu-satunya.Marina, sekarang dia terluka karena sebab akibat orang-orang di sekitarnya.Aku sendiri tidak main-main dengan tekadku. Aku benar-benar aku memasukkan mereka ke penjara, sampai mereka menyesali apa yang sudah mereka lakukan pada Marina."Erick, kau tidak bisa melakukan hal ini pada kami! Kami orang tua Marina!" bentaknya emosi.Beni dan Tommy menahan Ardian. Pria itu memburu dan terus mendekat. Aku tidak peduli, hanya saja Marisa terlihat murung dan sedih.Wanita itu menahan suaminya agar tidak membuat keributan. Masih untung tak kuberi pelajaran. Bukannya aku kejam, tapi mereka harus diingatkan artinya perlindungan, terutama pada putrinya. Bukankah sebentar lagi mereka tua dan renta, lalu siapa yang akan mengurus dan memperhatikan mereka kalau bukan anak dan cucunya.Aku kembali ke kamar untuk melihat Richi
"Aku minta restu buat nikahin Marina, Ma.""Menikah? Jangan main-main, Erick. Bukankah wanita itu sedang hamil muda dan barusaja bercerai?" Mama begitu terkejut ketika aku sampaikan perihal keinginanku untuk menghalalkan Marina lewat sambungan telepon."Iya Ma, aku ingin segera menikahinya, kalau bisa besok sekalian. Aku ingin melindungi wanita itu, terlebih sekarang dia sudah keguguran dan tak punya siapapun untuk melindunginya," tuturku pada wanita yang sudah melahirkanku ke dunia."Kalau begitu Mama bisa apa selain ikut mendoakan dan memohon yang terbaik untukmu. Jangan lupa bawa dia ke italy kalau bisa. Mama yakin pikirannya akan sedikit lebih tenang, mengingat di sini tidak sepanas masalah yang dihadapi di negaranya.""Aku berterima kasih dan lega karena Mama mendukung keputusanku ini. Makasih, ya, Ma.""Sama-sama, Erick. Yang penting kalian bahagia dan kamu melindunginya."Mama memang tinggal di Italy sejak 3 tahun yang lalu, tepatnya setelah Papa meninggal dunia. Mama tida
"Aku minta restu buat nikahin Marina, Ma.""Menikah? Jangan main-main, Erick. Bukankah wanita itu sedang hamil muda dan barusaja bercerai?" Mama begitu terkejut ketika aku sampaikan perihal keinginanku untuk menghalalkan Marina lewat sambungan telepon. Kalau aku ada di depannya bisa kupastikan seperti apa wajahnya sekarang."Iya Ma, aku ingin segera menikahinya, kalau bisa besok sekalian. Aku ingin melindungi wanita itu, terlebih sekarang dia sudah keguguran dan tak punya siapapun untuk melindunginya," tuturku pada wanita yang sudah melahirkanku ke dunia."Kalau begitu Mama bisa apa selain ikut mendoakan dan memohon yang terbaik untukmu. Jangan lupa bawa dia ke italy kalau bisa. Mama yakin pikirannya akan sedikit lebih tenang, mengingat di sini tidak sepanas masalah yang dihadapi di negaranya.""Aku berterima kasih dan lega karena Mama mendukung keputusanku ini. Makasih, ya, Ma.""Sama-sama, Erick. Yang penting kalian bahagia dan kamu melindunginya."Mama memang tinggal di Italy seja
Papa tak bicara lagi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Erick dan seorang pria yang kuduga sebagai sahabatnya. Satu wanita yang berdiri di sampingnya kemudian mendekat dan membantuku untuk duduk."Marina, akhirnya kita bertemu juga. Sebagai perwakilan dari Erick anggap saja kami ini kerabatmu, karena suamiku dan Erick sudah bersahabat sejak remaja. Dan sekarang aku ingin bertanya padamu. Kamu mau 'kan menikah dengan Erick sekarang? Ya, meskipun cuma akad, tapi setelah kamu sembuh aku yakin Erick akan meresmikan pernikahan kalian." Suara wanita yang belum aku ketahui namanya itu terdengar lembut. Meski tidak berhijab, namun dari tutur kata dan aura wajahnya aku yakin dia wanita yang cukup baik.Tatapanku kemudian mengedar pada Erick, lalu menoleh pada Papa yang rahangnya mengeras, tapi tak berdaya untuk mencegah. Terakhir pada Mama yang mengangguk pelan seolah-olah merestui akad yang akan dilangsungkan dan hanya tinggal mendengar putusanku saja."Marin, jika kamu masih membut