Niatan hati ingin merasa lebih baik, tapi di tempat kerja malah di pertemukan dengan biang keladi. Kalau boleh jujur Raellyn itu paling tidak suka dengan yang namanya mengingat masa lalu. Bukannya dia berhati dingin, hanya saja hal-hal yang sifatnya tidak relevan untuk di bahas di masa kini ada kalanya di simpan saja sebagai kenangan tanpa harus di angkat ke permukaan lagi. Dia pikir segalanya akan baik-baik saja dan Gilbert punya pemahaman yang sama, tapi rupanya pria itu tidak sepaham dengan apa yang ada di kepalanya.Tiba di rumah Raellyn juga mendapati suasana mencekam yang tak nyaman. Suasana rumah yang harusnya menyambut dia dengan hangat malah lebih mirip perkuburan dari pada tempat orang hidup untuk bercengkrama. Sepertinya Raellyn punya misi khusus untuk ini. Sebagai nyonya rumah dia harus memastikan rumah bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bisa berkumpul bersama. Seluruh rencana langsung tersusun di kepala, dan hari esok sepertinya Raellyn akan mulai mengubah segalanya.P
Raellyn untuk pertama kalinya mengambil keputusan yang tidak kalah besar selain menikahi Arnav. Berhenti bekerja setelah kurang lebih sepekan bekerja dan mendapatkan sambutan dari rekan kerja soal pernikahannya benar-benar sebuah kabar mengagetkan bagi semua orang terlebih kepada Violet yang langsung bertanya-tanya mengenai apa gerangan yang mampir ke otak Raellyn kala itu. Violet setengah menyeret Raellyn untuk bicara begitu dia tahu Raellyn telah menyerahkan surat pengunduran diri ke meja kerja bos mereka sebelum jam makan siang.“Jadi, jelaskan tindakan apa ini? Kau bukan tipe seorang perempuan yang ceroboh soal masa depan apalagi tentang financial. Apa terjadi sesuatu?” Cara Violet bertanya sekarang lebih terdengar seperti sebuah introgasi. Tapi Raellyn tidak keberatan karena kawannya yang satu ini akan berubah menjadi seperti itu terkait dengan keputusan penting. Mereka adalah patner yang solid, itu sebabnya Violet agak sedikit keberatan tentang keputusan yang Raellyn buat tanpa
Akhirnya setelah sekian lama Arnav menyuarakan pendapatnya seperti biasa layaknya manusia normal. Bukan hanya bersikap pasif dan defensif setiap kali Raellyn mendekati dan mengajaknya bicara untuk meluruskan masalah mereka. Menyadari bahwa pria itu kini menjadi pusat perhatian dua wanita, cepat-cepat Arnav berlalu dari sana dan sekali lagi mengurung dirinya di ruang perpustakaan.“Mrs. Maddy sepertinya aku akan kembali melakukan tugasku. Jadi aku akan meninggalkanmu sekarang,” tutur Raellyn yang langsung mendapatkan sambutan berupa anggukan kepala dari wanita itu.“Tentu saja, semoga berhasil Nyonya. Saya akan kembali bekerja,” sahut Mrs. Maddy yang langsung membungkukan badannya dan berlalu kembali ke kegiatannya lagi.Setelah di tinggal pergi, Raellyn menghembuskan napasnya secara perlahan dan menariknya dengan cara yang sama pula. Dia merasa bisa menghadapi Arnav dengan baik sekarang. Karena dia memiliki modal yang telah dia pegang. Akhir-akhir ini Raellyn memang memiliki energi ya
Arnav hanya dapat terpaku di kursinya selama beberapa saat setelah mendengar rentetan kata-kata yang Raellyn ucapkan untuknya. Sejujurnya itu hal yang tidak dia perkirakan dan cukup menohok di dada. Seolah jantungnya di remas oleh tangan tak kasat mata, sampai pria itu merasa tidak bisa berkutik untuk jangka waktu singkat. Perasaannya sedikit tergugah, tapi dia kemudian tersadar akan satu hal penting yang tidak cukup meruntuhkan logikanya. Dia perlu meneguhkan hati sehingga tidak terhanyut dalam permainan asmara yang dahulu sempat menjerat dan membodohinya. Dia tidak boleh kembali mendapati kejadian masa lampau semacam itu hanya karena di serbu perasaan bernama cinta dan antek-anteknya itu. Walaupun memang jelas bahwa tidak mudah bagi Raellyn untuk mengungkapkan perasaannya begitu saja di hadapan Arnav dan seluruh ketidakpeduliannya.Merasa tidak akan benar, pria itu mencari mantelnya dan beranjak dari kursi. Dia butuh udara segar malam yang barangkali dapat membantu mengembalikan kew
Arnav tiba-tiba saja jadi sedikit melunak dan terkekeh mendapati adiknya mengumpat di depan muka. Merasa sedikit terhibur ketika dia mengingat segala hal yang telah terjadi dan sukses dia lewati. “Dia sejujurnya tipikal perempuan yang membuatku takjub. Saat itu kupikir daripada memilih salah satu dari kalangan perempuan yang hanya tahu cara menghabsikan uang dan berkepribadian membosankan sekaligus dangkal. Aku jadi tertarik terhadap tipe yang pemberani dan punya daya pikat yang menantang. Meskipun aku juga sadar bahwa hari-hariku tidak akan lagi sama dan akan jauh lebih damai dengan istri yang lebih patuh.”Arnav melirik adiknya, lalu keduanya kemudian tertawa terbahak-bahak. Sesungguhnya ini adalah kali pertama mereka memiliki waktu dengan intensi yang terbilang nyaman dan mood bagus. Karena sebelumnya mereka hampir tidak bisa berinteraksi dengan benar sebagai saudara karena kesibukan dan tidak memiliki kesamaan. Namun di kesempatan ini mereka punya satu hal yang sama untuk di bicar
“Tidak,” jawab Arsene secara perlahan. Dai sedikit melirik ke arah Arnav sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan perkataannya sendiri. “Tapi yang aku lakukan memang menjurus hampir ke arah sana. Aku tidak tahu bahwa Raellyn akan berpikir apa yang aku katakan saat itu dia artikan sebagai sebuah lamaran. Maksudku, kau tahu bahwa saat itu aku dan Sylvia sedang bertengkar dan kami berada dalam situasi yang terburuk hingga aku cukup terguncang. Raellyn dan aku saat itu sudah dekat sekali dan sangat memungkinkan bagi kami untuk menjadi lebih dari itu. Selain itu aku juga tahu sedikit rahasia kecilnya yang ternyata dia perlu membayar utang tanah untuk keluarga pamannya. Saat itu tiba-tiba saja Sylvia mengabari aku bahwa dia sedang hamil. Aku kemudian meninggalkan Raellyn liontin itu dan kembali pada Sylvia untuk sekadar memastikan kehamilannya sebelum aku membuat keputusan penting. Tapi setelah aku melihat dia dan menyentuh perutnya saat itu aku tidak punya kuasa untuk meninggalkan dia. Sete
Arnav pikir Arsene tidak akan mengikuti, dia juga mengira bahwa adiknya akan berada di pub sedikit lebih lama. Tapi seluruh pemikiran itu langsung pergi seketika ketika dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari belakang. Di susul rangkulan di lehernya sebagai bentuk keakraban antara saudara. Arnav tidak menolaknya sama sekali. Malah dia membiarkan Arsene melakukan semua hal yang dia inginkan, sesekali pria itu mengoceh walaupun Arnav tidak tanggapi. Sesungguhnya Arnav berharap bahwa udara dingin yang mengigit ini bisa sedikit memberinya keringanan rasa. Dia berharap dinginnya udara akan membantu meneguhkan hati dan dirinya dalam melawan serbuan emosi semenjak Raellyn tiba-tiba mengutarakan perasaannya cintanya. Tutur kata dan ekspresi perempuan itu masih cukup tergambar jelas di kepala. Dia sungguh berharap bahwa itu hanya mimpi belaka atau hal lainnya. Tapi tentu saja itu adalah kenyataan dan Raellyn tidak sedang berdusta akan rasa cinta yang dia miliki di dalam hatinya.Sudah
20 Januari Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun Arnav yang ke tiga belas. Sayang sekali aku tidak bisa menyaksikannya karena tidak di perbolehkan datang. Aku berharap bisa datang, tapi aku tahu bahwa Jullian akan mengusirku dari kediamannya jika aku bersikeras dan dia mungkin akan semakin bertindak jauh sehingga aku tidak bisa melihat putraku sendiri. Sungguh, terkadang aku berpikir bahwa pengasingan akan jauh lebih baik di bandingkan sikap dingin yang harus aku hadapi dari suami dan juga putraku. Aku sudah berulang kali mencoba sebisaku untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan putraku yang tampan. Tapi aku harus tahu diri bahwa anak itu tidak akan mau menganggapku sebagai ibunya lagi. Cara dia memandangku penuh dengan kebencian. Ini sangat menyedihkan. Betapa besar harapanku untuk bisa memeluknya seperti saat dia kecil dulu, dan memberitahu dia seberapa besar cinta yang aku miliki untuknya. Aku selalu bangga pada Arnav. Aku selalu mencintai dia meskipun ada banyak prahara