Akhirnya setelah sekian lama Arnav menyuarakan pendapatnya seperti biasa layaknya manusia normal. Bukan hanya bersikap pasif dan defensif setiap kali Raellyn mendekati dan mengajaknya bicara untuk meluruskan masalah mereka. Menyadari bahwa pria itu kini menjadi pusat perhatian dua wanita, cepat-cepat Arnav berlalu dari sana dan sekali lagi mengurung dirinya di ruang perpustakaan.“Mrs. Maddy sepertinya aku akan kembali melakukan tugasku. Jadi aku akan meninggalkanmu sekarang,” tutur Raellyn yang langsung mendapatkan sambutan berupa anggukan kepala dari wanita itu.“Tentu saja, semoga berhasil Nyonya. Saya akan kembali bekerja,” sahut Mrs. Maddy yang langsung membungkukan badannya dan berlalu kembali ke kegiatannya lagi.Setelah di tinggal pergi, Raellyn menghembuskan napasnya secara perlahan dan menariknya dengan cara yang sama pula. Dia merasa bisa menghadapi Arnav dengan baik sekarang. Karena dia memiliki modal yang telah dia pegang. Akhir-akhir ini Raellyn memang memiliki energi ya
Arnav hanya dapat terpaku di kursinya selama beberapa saat setelah mendengar rentetan kata-kata yang Raellyn ucapkan untuknya. Sejujurnya itu hal yang tidak dia perkirakan dan cukup menohok di dada. Seolah jantungnya di remas oleh tangan tak kasat mata, sampai pria itu merasa tidak bisa berkutik untuk jangka waktu singkat. Perasaannya sedikit tergugah, tapi dia kemudian tersadar akan satu hal penting yang tidak cukup meruntuhkan logikanya. Dia perlu meneguhkan hati sehingga tidak terhanyut dalam permainan asmara yang dahulu sempat menjerat dan membodohinya. Dia tidak boleh kembali mendapati kejadian masa lampau semacam itu hanya karena di serbu perasaan bernama cinta dan antek-anteknya itu. Walaupun memang jelas bahwa tidak mudah bagi Raellyn untuk mengungkapkan perasaannya begitu saja di hadapan Arnav dan seluruh ketidakpeduliannya.Merasa tidak akan benar, pria itu mencari mantelnya dan beranjak dari kursi. Dia butuh udara segar malam yang barangkali dapat membantu mengembalikan kew
Arnav tiba-tiba saja jadi sedikit melunak dan terkekeh mendapati adiknya mengumpat di depan muka. Merasa sedikit terhibur ketika dia mengingat segala hal yang telah terjadi dan sukses dia lewati. “Dia sejujurnya tipikal perempuan yang membuatku takjub. Saat itu kupikir daripada memilih salah satu dari kalangan perempuan yang hanya tahu cara menghabsikan uang dan berkepribadian membosankan sekaligus dangkal. Aku jadi tertarik terhadap tipe yang pemberani dan punya daya pikat yang menantang. Meskipun aku juga sadar bahwa hari-hariku tidak akan lagi sama dan akan jauh lebih damai dengan istri yang lebih patuh.”Arnav melirik adiknya, lalu keduanya kemudian tertawa terbahak-bahak. Sesungguhnya ini adalah kali pertama mereka memiliki waktu dengan intensi yang terbilang nyaman dan mood bagus. Karena sebelumnya mereka hampir tidak bisa berinteraksi dengan benar sebagai saudara karena kesibukan dan tidak memiliki kesamaan. Namun di kesempatan ini mereka punya satu hal yang sama untuk di bicar
“Tidak,” jawab Arsene secara perlahan. Dai sedikit melirik ke arah Arnav sebelum akhirnya memutuskan melanjutkan perkataannya sendiri. “Tapi yang aku lakukan memang menjurus hampir ke arah sana. Aku tidak tahu bahwa Raellyn akan berpikir apa yang aku katakan saat itu dia artikan sebagai sebuah lamaran. Maksudku, kau tahu bahwa saat itu aku dan Sylvia sedang bertengkar dan kami berada dalam situasi yang terburuk hingga aku cukup terguncang. Raellyn dan aku saat itu sudah dekat sekali dan sangat memungkinkan bagi kami untuk menjadi lebih dari itu. Selain itu aku juga tahu sedikit rahasia kecilnya yang ternyata dia perlu membayar utang tanah untuk keluarga pamannya. Saat itu tiba-tiba saja Sylvia mengabari aku bahwa dia sedang hamil. Aku kemudian meninggalkan Raellyn liontin itu dan kembali pada Sylvia untuk sekadar memastikan kehamilannya sebelum aku membuat keputusan penting. Tapi setelah aku melihat dia dan menyentuh perutnya saat itu aku tidak punya kuasa untuk meninggalkan dia. Sete
Arnav pikir Arsene tidak akan mengikuti, dia juga mengira bahwa adiknya akan berada di pub sedikit lebih lama. Tapi seluruh pemikiran itu langsung pergi seketika ketika dia tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari belakang. Di susul rangkulan di lehernya sebagai bentuk keakraban antara saudara. Arnav tidak menolaknya sama sekali. Malah dia membiarkan Arsene melakukan semua hal yang dia inginkan, sesekali pria itu mengoceh walaupun Arnav tidak tanggapi. Sesungguhnya Arnav berharap bahwa udara dingin yang mengigit ini bisa sedikit memberinya keringanan rasa. Dia berharap dinginnya udara akan membantu meneguhkan hati dan dirinya dalam melawan serbuan emosi semenjak Raellyn tiba-tiba mengutarakan perasaannya cintanya. Tutur kata dan ekspresi perempuan itu masih cukup tergambar jelas di kepala. Dia sungguh berharap bahwa itu hanya mimpi belaka atau hal lainnya. Tapi tentu saja itu adalah kenyataan dan Raellyn tidak sedang berdusta akan rasa cinta yang dia miliki di dalam hatinya.Sudah
20 Januari Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun Arnav yang ke tiga belas. Sayang sekali aku tidak bisa menyaksikannya karena tidak di perbolehkan datang. Aku berharap bisa datang, tapi aku tahu bahwa Jullian akan mengusirku dari kediamannya jika aku bersikeras dan dia mungkin akan semakin bertindak jauh sehingga aku tidak bisa melihat putraku sendiri. Sungguh, terkadang aku berpikir bahwa pengasingan akan jauh lebih baik di bandingkan sikap dingin yang harus aku hadapi dari suami dan juga putraku. Aku sudah berulang kali mencoba sebisaku untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan putraku yang tampan. Tapi aku harus tahu diri bahwa anak itu tidak akan mau menganggapku sebagai ibunya lagi. Cara dia memandangku penuh dengan kebencian. Ini sangat menyedihkan. Betapa besar harapanku untuk bisa memeluknya seperti saat dia kecil dulu, dan memberitahu dia seberapa besar cinta yang aku miliki untuknya. Aku selalu bangga pada Arnav. Aku selalu mencintai dia meskipun ada banyak prahara
Setelah insiden pengakuan terjadi, semakin sedikit pula moment yang Raellyn punya untuk berhadapan dengan suaminya. Arnav terkesan menjauhinya dan perempuan itu tahu bahwa dia terlalu tidak sabar untuk yang satu itu. Arnav yang egois dan tidak punya perasaan begitulah hatinya menyumpahi pria itu, tapi di sisi lain hatinya malah mengerti bahwa barangkali tidak mudah bagi seorang yang pernah di khianati untuk dapat mempercayai cinta lagi. Bahkan dia mungkin tidak tahu apa itu cinta karena dia sendiri bahkan bermasalah dengan ibunya.Raellyn menyadari betul dan tahu bahwa meskipun dia telah jatuh cinta pada suaminya, tapi dia tidak bisa memaksakan. Pada akhirnya apa yang dia rasakan mungkin malah akan menjadi beban bagi Arnav.Raellyn mendesah lelah. Arnav benar-benar telah menguras tenaganya. Pikirannya kerap kali di hantui oleh pria itu. Dia tahu bahwa dia telah jatuh cinta pada pria itu. Dia telah memastikan hal itu sebelum benar-benar mengungkapkannya karena takut keliru. Tapi memang
Hai, sudah lama ya? Atau mungkin baru sebentar dan hanya aku yang merasa demikian. Aku tiba-tiba menjadi rindu padamu, bisa kita bertemu? sepertinya kita berdua akan memiliki banyak percakapan menarik nantinya. Aku akan menunggu di tempat pertemuan pertama kita malam ini. Itu pun kalau kau masih ingat. Dari Arsene, kekasihmu. Oh atau mungkin sekarang tepatnya sudah mantan, iya kan?Raellyn memandang deretan kalimat yang dia dapatkan dari pesan masuk di ponselnya. Dari nomor yang beberapa waktu lalu selalu terlihat indah dan selalu dia nantikan balasan pesannya. Kenapa orang itu tiba-tiba saja menawarkan bertemu saat rumah tangganya dengan Arnav saja sekarang sedang carut marut?Dia benar-benar sangat emosional sekarang. Lebih tepatnya dia memang tidak mengira akan mendapatkan pesan seperti ini dari Arsene yang telah kabur mengkhianati dan menghinanya beberapa waktu lalu. Ketika pria itu muncul lagi di hidupnya setelah semua yang berlalu, sesuatu yang terkubur tiba-tiba saja muncul ke