Home / Romansa / Wanita Kedua / Ingin Menjadi Wanita Kedua

Share

Ingin Menjadi Wanita Kedua

Author: Sugar Baby
last update Last Updated: 2024-10-08 08:53:22

Aditya kini semakin menyadari, kemungkinan semalam Jessica telah memberinya minuman yang di campur dengan obat-obatam tertentu, dan kemungkinan besar adalah obat penambah stamina dan gairah khusus bagi pria.

Setelah berargumen hebat dengan Jessica dan memutuskan kembali ke apartemen pada tengah malam, Aditya juga menutup komunikasi dengan istrinya tersebut. Namun justru rasa menyiksa ini baru di sadarinya pagi tadi. Hal ini jadi salah satu alasan Aditya tak bisa temui Alan.

"Lanjutkan tuangkan jus jeruk juga untukku," perintah Aditya kemudian.

"Baik, Pak." Anna segera bergegas ke meja pantry yang ada di dapur setelah terlepas, lalu melakukan perintah tanpa sekalipun membalas tatapan Aditya dengan gemetaran.

Suara gemericik jus jeruk itu jadi penutup langkah Aditya yang semakin mendekat pada Anna.

"Anna," panggil Aditya setelah berdehem sekali untuk memulai obrolan, dan menuntutnya untuk tak membelakanginya.

Anna berbalik cepat, karena terkejut setengah mati, dimana tiba-tiba Aditya sudah dibelakang hampir tak berjarak dengannya.

"I iya, Pak?" tanyanya kikuk. Kedua bola matanya mengarah pada tatapan Aditya yang tajam, namun sendu dan dalam.

Baru saja akan berlanjut berucap, bibir Anna sudah tertutup dengan bibir Aditya. Bahkan kini, kedua lengan kokohnya menelusup menyusuri pinggang ramping Anna, untuk direngkuh menyatu dalam pelukannya lagi.

Kedua tangan Anna mencengkeram kemeja Aditya. Awalnya Anna berusaha berontak, tapi segala upayanya tak menemukan hasil, karena tenaga Aditya terlalu kuat untuknya.

"Anna...kamu cantik sekali...dan menggairahkan," sela Aditya lirih dengan napas memburu.

"Pak...apa yang anda laku.." Kembali ucapan Anna terhenti, ketika Aditya kembali menutup bibir ranum berlipstick merah glossy dengan pagutan lebih panas dari sebelumnya.

"Aku menginginkanmu, Anna!" tandasnya,

"Tapi Pak..."

"Aku yakin kamu pasti pernah melakukan ini sebelumnya. Kamu gadis cantik, mana mungkin ada pria yang akan bisa menahan diri. Bukankah wanita di mana-mana itu sama saja?" Secara tak sadar, Aditya tengah perdengarkan sebuah curhatan.

"Tapi, Pak. Saya ti..."

Tak ada kesempatan bagi Anna untuk berbicara, meski kelambu air di kedua matanya ini sudah berikan kilatan pertanda akan mulainya sebuah tangisan. Tapi tidak bagi Aditya. Ekspresi Anna ini justru terlihat semakin menggoda.

Melihat gerak Aditya semakin liar padanya, Anna kemudian tumpukan semua kekuatannya untuk melawan, tanpa bermaksud menghakimi. "Maaf, Pak. Sepertinya anda salah menganggap saya," ucap Anna seraya mendorong tubuh Aditya agar menjauh darinya. "Saya cuma pegawai biasa, bukan gadis murahan!" protes Anna bergeser ke samping, lalu mengambil baki berisi dua gelas jus jeruk kemasan di atasnya untuk di bawanya ke ruang tamu dengan gemetaran. "Silahkan tanda tangani dokumennya sekarang saja, Pak."

Aditya menuju ke bak cuci, lalu berkali-kali membasuh wajahnya dari air wastafel sambil terus mengumpat dan merutuki dirinya sendiri. "Sialan. Apa yang sudah aku lakukan? Ini nggak boleh terjadi ... tidak boleh!" Susah payah Aditya berusaha mengembalikan kesadarannya. "Dia bukan Jessica ... Bukan."

Keadaan ruangan yang sepi hanya ada mereka berdua. Integrasi antara ruang tamu dan dapur ini membuat Anna bisa mendengarkan tiap ucapan Aditya.

Jessica? Siapa Jessica? Batin Anna. Kedua tangannya menyatu saling meremas menguatkan. Meski tidak tahu apa yang sudah terjadi pada diri Aditya, tapi Anna bisa merasakan suatu kepedihan tak terkatakan pada pria tersebut. Bila itu karena seorang wanita, dari kejauhan begini juga bisa Anna rasakan aura kekecewaan dari Aditya.

Anna dan Aditya baru teralihkan oleh suara panggilan dari ponsel milik Anna. Aditya baru saja mengikat bathrope yang dia kenakan saat dia mendekati Anna yang semakin gugup.

"Se selamat siang. Iya, Pak Alan?" sapa Anna agak terbata melihat Aditya sudah berada di dekatnya. Tanpa ia duga, selanjutnya Alan mengganti panggilan suara itu menjadi video call.

"Mana Aditya? Aku telpon ponselnya nggak di angkat-angkat!"

"Apa itu Alan?"

Anna mengangguk samar dengan canggung. Menelusuri penampilan Aditya sekilas dan berharap pria di hadapannya ini mengerti kegalauan yang ada di pikirannya.

Oke. Dia memang mengagumi Aditya sejak pandangan pertama, tapi Anna tak pernah menyangka akan berjalan seperti ini.

Anna berikan anggukan samar lagi setelah Aditya berikan kode tangan dan kemudian beranjak kembali ke kamar pribadinya. "Maaf, Pak Alan. Pak Aditya masih dalam panggilan." Hanya kebohongan ini yang terlintas dalam pikiran Anna.

"Jadi dia belum tandatangan?"

"Belum, Pak."

"Apa belum di baca, juga?"

"Be belum, Pak." Kali ini Anna terpaksa berikan jawaban jujur.

"Katakan pada Alan, aku yang menelponnya. Matikan ponselmu." Perintah Aditya ini juga di dengarkan oleh Alan, sehingga setelahnya beralih pada kedua pria tersebut.

"Iya, Alan? Sorry, ada kendala teknis. Setelah ini akan aku tandatangani," sahut Aditya setelah ia menelpon Alan baik, seraya memasukkan kemejanya ke dalam celana bahan secara kilat. "Oh, jadi kamu sudah di bawah? Di lobby? Oke. Aku kesana." Aditya berhenti berbicara. Anna yang jadi perhatiannya. "Pegawaimu? Dia baik-baik saja. Aku mengajaknya ke atas karena tidak etis saja mau tanda tangani dokumen bisnis di lobby. Tunggu saja di bawah, kami segera turun."

Setelah menutup telpon, Aditya duduk di sofa samping Anna. Dokumen dari Alan itu di bukanya, di baca secara sekilas-sekilas, lalu di tandatangani pada bagian namanya sebagai salah satu pihak.

"Sudah selesai." Aditya rapikan dokumen itu lantas di berikan pada Anna. Gadis itu menunduk, tak ada keberanian untuk membalas tatapan Aditya sama sekali. "Maafkan aku." Nada bicara Aditya lebih lembut di bandingkan sebelum-sebelumnya. "Ada sesuatu mengangguku, tapi sekarang sudah bisa aku atasi."

"Tidak apa-apa, Pak."

"Kamu pasti jadi takut sama aku. Benar?"

"Tidak, Pak. Bagi saya, permintaan maaf anda ini sudah buktikan kalau anda menyesal."

Aditya menatap Anna lumayan lama untuk memberi penilaian. "Kalau misalkan kamu ceritakan ini pada pacarmu. Aku akan bertanggungjawab. Pacarmu bisa memukul atau meminta ganti rugi, bisa juga ..."

"Saya belum punya pacar, dan saya tidak pernah pacaran, Pak."

Selaan Anna ini sontak membuat Aditya terdiam. Sekarang dia tidak lebih malu daripada Anna. "Apa maksudmu tadi itu ciuman pertamamu?"

Hening.

"Maaf, Pak Alan pasti menunggu." Anna sudah merasa tak bisa sembunyikan perasaan campur aduknya.

Bertemu Ravi seperti mimpi, bahkan ciuman pertamanya telah jadi milik pria tampan di hadapannya ini. Tapi Anna sadar, mimpi ini belum tentu akan terwujud jadi kenyataan. Anna hanya mencoba realistis.

"Oke. Kita ke bawah sekarang."

Selama bersama menuju ke lantai bawah, hanya kebekuan nan dingin menyelimuti keberadaan mereka. Masih ada guratan kesedihan pada diri Aditya, sekaligus perasaan tidak enak pada Anna.

"Aditya, " sapa Alan.

"Hai, Alan."

Keduanya lantas saling menjabat tangan dan berpeluk bertepuk pundak.

"Senang sekali bertemu denganmu lagi." Suara Alan ini membuat Anna keluar dari kebekuannya.

"Aku juga. Meeting pentingmu sudah selesai? Big deal, kah?" tanya Aditya basa-basi.

Alan tersenyum geli. "Kalau soal itu, sebaiknya aku tanya sama sekretarisku ini." Alan lalu berbalik, sehingga jadikan Anna terkesiap.

"Iy iya, Pak?" Terlihat sekali kalau Anna sedang gugup.

"Lain kali, kalau mau lakuin perintahku, di pikir dulu. Apa ada yang nggak kamu ngerti atau nggak kamu ketahui. Kalau kayak begini, aku tadi sampai bingung. Kamu pergi saja, padahal belum tahu buat siapa dokumen ini harus kamu berikan," omelan Alan pada Anna.

Anna hanya mampu tertunduk dan mengangguk. "Maaf, Pak. Tidak akan saya ulangi lagi."

Alan tidak menjawab, tapi dia justru kembali beralih pada Aditya. "Kenapa baru bilang kalau sekarang pindah disini, hah?" lanjut Alan ingin tahu, seraya membawanya ke dalam mobil di barisan penumpang belakang.

"Karena mimpi. Sudah lama aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri. Bagaimana bisnismu. Amankah?" rasa ingin tahu Aditya.

Alan mengangguk dengan bangga. "Tentu saja, masih aman. Baru-baru ini aku sudah mengajukan proposal pada salah satu investor asal China. Aku lihat dari daftar hadir investor di acara besok, ternyata perusahaan mereka masuk list juga." Alan lalu tertawa dengan sombongnya.

"Kalau itu berprospek bagus, kenapa kau tidak mendirikan perusahaan sendiri, seperti aku sekarang. Aku sudah tidak tahan lagi kalau harus bergantung pada mertua."

"Kamu serius? Kamu akan melepas semua yang selama ini sudah kau dapatkan? Kamu harusnya stay saja. Hidupmu sudah nyaman sekarang, nggak usah macam-macam. Jadilah menantu yang baik saja."

"Bukankah kau juga bernasib sama denganku?"

Anna dapat melihat dari spion tengah kalau raut wajah Aditya murung sekarang, begitu pula Alan.

"Tapi kalau aku mending main belakang daripada menceraikan aset pundi-pundi emas kita."

"Walaupun tanpa cinta?"

"Uang lebih bikin kenyang daripada cinta."

"Aku tidak bisa seperti itu. Istri kita punya karakter berbeda. Aku akan tetap menceraikannya."

"Gila kau!" Alan berusaha mempengaruhi. "Lakukan seperti aku saja. Jangan terus jadi pria baik-baik. Tidak, jangan bahas soal perceraian. Hilangkan itu dari pikiranmu, dan sekarang kita makan saja. Ingat. Jangan pernah berpikir untuk menceraikan Jessica. Aku nggak mau dengar lagi alasanmu. Itu omong kosong!" Alan segera berpaling dan berbicara pada sopir pribadinya soal tempat yang ingin dia datangi. "Antar kami ke restoran seafood dekat pantai yang biasanya."

Anna memperhatikan Aditya lewat spion atas. Pikirannya kembali campur aduk. Dari semua cerita yang dia dengar ini, ada sebuah titik harapan menggelitik. Apakah pantas bila dirinya berharap menjadi wanita kedua dari pernikahan seorang Aditya?

Related chapters

  • Wanita Kedua   Cinta Pada Pandangan Pertama

    Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Alan bagi kepada Aditya, tapi di urungkannya, selain itu juga ada Anna dan sopirnya."Kita sudah sampai. Aku lakukan reservasi dulu ya. Takutnya full booked. Kalian tunggu dulu di sini." Alan lalu keluar dari mobil seorang diri dan sengaja berjalan cepat ke arah resepsionis restoran seafood yang di kenal ini.Setelah kepergian Alan, suasanaAnna berpaling ke belakang dengan balasan tergagap. "I iya pak?"Aditya tersenyum, disodorkannya beberapa permen mint dalam genggaman tangannya. "Ini permen...Ambillah."Anna mengambil satu permen. Dia mengambil dengan hati-hati agar kulit jarinya sedapat mungkin tidak menyentuh kulit telapak tangan Aditya."Te... terima kasih, Pak," jawab Anna sembari menganggukkan kepalanya.Aditya tersenyum tanpa membalas ucapan terima kasih Anna, kemudian Aditya berpaling pada sopir pribadi Alan, menawarkan permen padanya juga.Tak beberapa lama setelahnya, Alan datang dan membuka pintu mobil."Akhirnya dapat juga. Maklumlah, w

    Last Updated : 2024-10-08
  • Wanita Kedua   Istrinya Datang

    "Bagaimana sama lututmu?" Pertanyaan tiba-tiba Aditya."Kok tahu?""Gerakanmu berusaha menutupi lutut itu yang buatku curiga.""Baik-baik saja kok."Sikap Aditya berubah dingin. Tak banyak obrolan terjadi. Suasana ini terjadi sampai mereka selesai makan. Aditya beranjak terlebih dulu dari meja mereka. "Aku ke kamar mandi, lalu ke kasir. Kamu nanti menyusul."Anna berikan anggukan. Belum juga sehari, Anna bisa gambarkan sikap asli Aditya. Bukan hanya dingin dan kaku, ada sisi lain sebagai pesona tersendiri Aditya yang membuat wanita merasa nyaman di dekatnya. Salah satu yang Anna rasakan adalah tatapan dalam dan juga perhatian tiba-tiba Aditya pada lawan bicaranya."Tidak. Aku juga mau ke toilet."Anna dan Aditya kemudian berjalan berdampingan menuju ke toilet restoran. Anna berusaha tidak berjalan terlalu dekat atau bersinggungan kulit dengan tubuh Aditya. Suasana restoran sedang ramai, sehingga beberapa kali harus bertemu dan melewati sekelompok orang."Karena kita tadi menumpang sam

    Last Updated : 2024-10-08
  • Wanita Kedua   Perselingkuhan Atasan

    Keesokan harinya.Anna mendapat panggilan dari Alan lagi. Sebuah pemberitahuan yang mengejutkan baginya."Saya jadi asisten Bapak untuk acara besok?""Iya. Kamu harus datang ke kantor pagi seperti biasa.""Baik, Pak."Alan lalu memberikan Anna sebuah dokumen. "Pelajari itu. Buat salinan 5 copy. Besok memang acara pesta privat, tapi juga di gunakan sebagai ajang untuk promosi dan investasi."Sudah satu minggu, asisten Alan yang bernama Vera menyatakan resign. Alan tidak berencana mencari orang baru, tapi ingin menarik Anna sebagai ganti setelah melihat prestasi kerja dan tampilan wajah cantik Anna."Baik, Pak."Sesuai dengan perintah Alan, Anna sudah berada di lobby gedung tempat kantornya berada seperti jam kerja biasa. Mengingat hari ini adalah hari sabtu, keadaan sekitar lobby terlihat lengang.Sudah menunggu sampai hampir satu jam, bukannya kedatangan Alan jadi keterkejutan Anna, tapi wajah tampan Aditya dengan tampilan rapi yang membuat Anna kini terkesima."Anda ikut juga?" tanya

    Last Updated : 2024-10-08
  • Wanita Kedua   Aku Angkat Tubuhmu

    Jendela yang tidak tertutup, satu sisinya sedikit terbuka, hanya terlindungi sepasang vitrase polos berwarna putih sehingga angin senja menerpanya perlahan. Bila hembusan angin tepat menyingkap lebih lebar, maka seluruh tubuh dua orang yang berada di bagian dalamnya akan terlihat sangat jelas. Anna masih berdiri terperangah dengan apa yang di lihatnya. Atasan yang di kenal setia dan takut pada istrinya itu ternyata punya sisi lain yang baru di ketahuinya. "Itu beneran Pak Alan, kan ya?" Anna coba meyakinkan diri, masih dengan memegang ponsel dengan fitur video yang masih menyala. Aditya lalu berpaling padanya, di tutup kedua mata Anna dengan telapak tangan kirinya, dan tangan kanannya mengambil ponsel di tangan Anna. Aditya kemudian mematikan fitur video yang ternyata sudah lebih dari durasi maximalnya. "Iya. Dia Alan. Kamu baru tahu, ya? Aku sudah lama tahu. Makanya, dia suka ngilang nggak jelas, dan aku nggak pernah protes." "Karena kamu teman baiknya." "Bukan hanya soal i

    Last Updated : 2024-10-21
  • Wanita Kedua   Aku Tertarik Padamu

    "Kenapa nggak ada?" pertanyaan polos Anna. "Ya nggak kenapa-kenapa. Ini pantai pribadi buat para pemilik mansion. Itupun cuma ada tiga atau empat mansion sejenis seperti ini. Kalau kamu berjalan makin ke sana, kamu bakal di marahi penjaga mansion sebelah, dan jarak mansion ke mansion juga nggak deket. Nggak mau aku kalau kamu suruh keluar lewat mansion orang!" ketus Aditya. "Ayo. Aku bantu kamu naik!" putus Aditya dengan sedikit memaksa. Deg. Anna kaget mendengar perintah tanpa pilihan dari Aditya. Ia segera melepaskan tangannya dari genggaman Aditya. "Tapi..bagaimana..nanti..apa..kalau..itu.." Aditya semakin tertawa lepas. "Mau ngomong apa sih! Sudah ah! Kelamaan nunggu kamu ngomong! Belepotan ngomongnya. Ayo naik ke bahuku!" Bibir Anna menganga, Anna ingin menolak perintah Aditya tapi entah mengapa dia tidak bisa mengungkapkan secara gamblang. "Emangnya nggak apa-apa? Kalau... kalau..." Mengetahui Anna masih ragu, Aditya semakin memaksanya. "Sudah, nggak usah ngomong lagi!

    Last Updated : 2024-10-21
  • Wanita Kedua   Dia Tidak Bersamaku Lagi

    Setelah selesai membasuh kaki dan membersihkannya, Anna merapikan pakaiannya serta menambah sedikit pulasan lipstik di salah satu toilet mansion. Saat memulaskan lipstick ini, Anna menyentuh bibirnya. Masih terasa bagaimana Aditya mengecup lembut hingga membuatnya terbuai. Tatapan Anna menjadi nanar saat pikiran yang sering mengganggunya datang lagi. Anna merasakan ketakutan kalau misalnya dia akan jatuh cinta pada sosok Aditya yang sudah beberapa kali buat hatinya gamang. Anna merasa seperti dalam persimpangan, yaitu ego memiliki Aditya menurut kata hatinya ataukah harus berpikir-pikir lagi bilamana nyatanya jadi wanita kedua dari sebuah pernikahan pasangan lain. "Dia pria beristri. Aku gila kalau menanggapi perasaannya." Anna menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali. "Nggak nggak. Nggak boleh." Anna lalu merutuki jidatnya. "Apa yang ada di dalam pikiranmu sih, Anna? Kamu masih waras kok. Jauh-jauh dari pria masih berstatus nggak jelas itu. Walaupun katanya dalam proses cera

    Last Updated : 2024-10-21
  • Wanita Kedua   Aku Pulang Sendiri Saja

    "Tidak bersamamu lagi? Maksudnya bagaimana ini?" cerca Allisa. Sempatkan melirik ke arah Anna yang tertunduk kikuk. Ada sebuah dugaan Obrolan keduanya terjeda, lantaran ponsel Aditya bergetar, sehingga dia memutuskan pembicaraan dengan Allisa. "Iya Alan? Iya baru saja aku mau hubungi kamu... Anna?" Aditya berpaling, melihat pada Anna. "Iya, dia masih bersamaku. Kenapa?" Aditya kembali lagi pada Allisa. "Allisa. Maaf ya. Aku sudah ada janji dengan seseorang. Kamu bisa hubungi Jessica sendiri nanti. Dia pasti senang bertemu denganmu lagi. Ajak dia hang out, pasti dia mau karena sepertinya itu juga yang dia butuhkan saat ini." Aditya melakukan anggukan pelan pada Anna sebelum berpamintan dengan Allisa. "Ok, bye Lis. Aku ada urusan lain. Kabari saja kalau kamu pengen main ke kantorku. You're always welcome." "Ok. Tentu saja. Kalau ada waktu aku akan main-main ke kantor barumu." "Ok. Ayo, Anna." Aditya lantas membawa Anna pergi meninggalkan Allisa. Anna tersenyum pada Allisa, te

    Last Updated : 2024-10-21
  • Wanita Kedua   Kamu Nyerah?

    "Karena apa? Cepetan ngomongnya!" Aditya yang selalu tak sabaran."Karena kita seharusnya nggak boleh sering bersamaan kayak begini.""Maksudmu bagaimana?" Aditya menutup lagi pintu mobilnya. Di dekati Anna yang melihat ke arah dalam mansion, membayangkan lagi apa yang sudah terjadi barusan. Kedekatannya dengan Aditya sudah di ketahui banyak orang. Hal yang tak di sangka Anna sebelumnya, dan ternyata membuat Anna sedikit ketakutan."Iya. Kita berdua nggak boleh bersama. Itu nggak benar." Anna coba tegaskan."Nggak benar bagaimana?!" Aditya yang kaku terus saja mencerca. Baginya, Anna sering berkata sepotong-potong dan membuatnya agak geregetan nggak sabaran menunggu kelanjutan penjelasan Anna."Masa kamu nggak lihat tatapan orang-orang pada kita, terutama padaku saat melihat kita berdua masuk ke hall barusan? Aku nggak bisa melihat hal seperti itu.Jujur aku belum siap."Aditya memperhatikan Anna dengan seksama, lalu ke arah hall. "Tapi aku biasa saja. Biarin saja mereka melakukan itu.

    Last Updated : 2024-10-21

Latest chapter

  • Wanita Kedua   Bagaimana Ivan Tahu?

    Perkataan Ivan mempunyai dua sisi baginya. Pertama, sebagai sanjungan pertama yang di dengarnya selama di rumah ibunya Aditya, yang kedua berkaitan dengan emosi Aditya, yang akan bertambah sinis pada Ivan.Anna menatap terang-terangan ke arah Aditya yang tercengang dengan ucapan Ivan.'Hei singa, tenanglah! Dia hanya memujiku, bukan mau merebutku!'Aditya bergerak, sedikit memundurkan letak duduknya, mengendalikan rasa tidak nyaman."Iya, tentu saja. Karena dia istriku," tegasnya tanpa ekspresi. Anna mengira Aditya memang tidak berniat menampakkan ekspresi apa-apa, hanya bersikap dingin seperti biasanya.Pandangan Ivan beralih pada Anna, dan langsung di balasnya dengan senyuman. Rasanya naif buat Anna kalau tidak tersenyum pada pria itu, karena dia benar-benar seperti cowboy Texas dengan garis wajah old westnya yang tampan."Anna, kamu bekerja di perusahaan bidang apa?" tanya Ivan berat dan dalam. Ivan merasa mendapat peluang mengambil alih pembicaraan, yang tadi hanya di isi percakap

  • Wanita Kedua   Boomerang Dari Ucapannya Sendiri

    Selama perjalanan menuju ke rumah Ivan. Masih saja terjadi adu argumentasi antara Anna dan Aditya. Hal yang masih mengganjal pada pikiran, selalu saja segera di ungkapkan. "Apa pentingnya kamu bertemu dengan Fita?" tanya Aditya seketika. Merasa heran, karena Anna terlihat sangat ingin melakukannya, bahkan seperti memaksakan diri. "Dia orang pertama yang menyadarkanku suatu hal," sahut Anna mencoba memberi jawaban masuk akal buat Aditya yang rasional person. Memang benar, selama di pesawat menuju ke tempat Aditya berada saat ini, Anna banyak mengobrol dengan wanita itu. Seornag wanita yang sudah menikah tiga kali dan kemudian menyadari kalau pernikahan tidak hanya sebuah skin to skin relationship, tapi juga pengorbanan. Pengorbanan yang tidak hanya satu, dua, tapi bisa mengorbankan banyak hal, dengan harapan mendapatkan imbalan yang manis, dan itulah yang ingin di dapatkan dalam sebuah pernikahan. "Apa itu?" sahut Aditya sangat ingin tahu. Anna menghela napas dalam-dalam sebelum

  • Wanita Kedua   Lebih Buas Daripada Kandang Singa

    Anna menatap sebuah benda dalam jepitan kedua jarinya dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya, Aditya yang berniat membuangnya, tapi karena rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa jijiknya, jadi Anna ngotot minta dia saja yang membuangnya. "Owh, jadi begini?" ucapnya pelan, lalu segera di buang cepat-cepat ke tempat sampah. Tanpa di sadari, Aditya telah membuntutinya dari arah belakang. Laki-laki itu tertawa tak tertahankan. "Sekarang kamu tahukan?" candanya, masih dengan tawanya. Anna berlari kecil melewati Aditya, "Aku nggak mau tahu lagi!" balas Anna, kedua tangannya melambai, ekspresi wajahnya cemberut. Aditya menyeringai. "Nggak mau tahu, tapi dianya yang ngebet duluan!" Setelah membersihkan diri bersama, masih menggunakan handuk mantelnya, Anna berlari ke arah lemari dan memilih baju yang akan di kenakan nanti. "Kalau kamu nggak mau datang, tak apa, aku janjian sama Fita aja," seru Anna sesaat setelah berpakain dan sambil menyiapkan hair dryer, mengeringkan rambu

  • Wanita Kedua   Cinta Timbal Balik

    Anna kemudian turun dari mobil secara enggan dan perlahan. Bertemu anak-anak saudara ibu Aditya di jadikan Anna sebagai kamuflase rasa canggung yang masih di rasakannya ketika harus berhadapan dengan adik-adik dari mendiang ibu Aditya. Anna berusaha mengajak mereka mengobrol di selingi canda."Jadi, kalian akan pulang sekarang? Tante juga akan pulang besok," ucapnya memulai pembicaraan, berjongkok dengan satu kaki menekuk, juga menggandeng si kembar. Mereka berdualah yang paling syok saat dirinya teriak kala bersama Aditya menjalin pelukan di bawah selimut pagi itu."Tante sama Om nanti ke sini lagi, kan?" tanya Kiki."Tentu saja. Tante bahkan sekarang sudah tahu mana yang Kiki dan mana yang Koko, kalian di bedakan dari garis panjang seperti lesung pada pipi kiri saat tersenyum, yaitu padamu Koko." balas Anna, lalu beralih cepat ke arah Koko, dan anak itu tersenyum setelah di kejutkan Anna yang di lakukannya secara sengaja itu.Kiki lebih cerewet dan banyak tanya, sedang Koko lebih ba

  • Wanita Kedua   Heyna Pilihan Singa

    Ketidaktahuan cerita yang sebenarnya, membuat Anna berusaha bijak. "Para singa berasal dari kumpulan yang sama, apa kau tega membiarkan kami para heyna betina kelaparan?" sahutnya dengan melingkarkan kedua tangannya pada lengan Aditya dengan manja, membuat Fita jadi terkekeh, Ronny dan Ivan yang menyaksikan juga jadi tersenyum. Urat syaraf pada kening Aditya berdenyut, dia berpikir sejenak menentukan apa jawabannya sebelun akhirnyapun menjawab. "Lebih baik kau siapkan tidak hanya satu daging, karena itu tidak cukup bagi seorang singa yang mudah marah," balas Aditya diplomatis, lalu dia menarik tangan Anna mengajaknya meninggalkan area pemakaman dan orang-orang yang di temui setelah berpamitan.Setelah keduanya berjalan menjauh, Adityapun melanjutkan isi dalam pikiran yang belum di utarakan semua. "Singa dan heyna tidak pernah akur. Lain kali, sepertinya aku harus berhati-hati dengan wanita yang menganggap dirinya heyna betina di sampingku ini, kalau tidak aku akan menerkamnya terleb

  • Wanita Kedua   Ivan

    "Anna, aku nggak pake pengaman lagi." Suara lembut bisikan Aditya pada kuping Anna yang masih terlelap. Suaranya memang lembut tapi justru membuat Anna sontak terperanjat. Tak perlu mengumpulkan nyawa dulu untuk bangun, karena ucapan Aditya itu sudah cukup berfungsi sebagai alarm yang memekakkan telinga Anna. "Ke kamar mandi! Buang-buang!" pekik Anna. Matanya langsung terbuka lebar walaupun kesadaran belum sepenuhnya. Meski begitu, artikel yang pernah di bacanya di sebuah kolom khusus wanita itu, segera saja terlintas. Anna berlari ke kamar mandi, dan sibuk sendiri, sedang Aditya tertawa sambil menggelengkan kepala. "Sebegitunya. Anna Anna," sahut Aditya tak habis pikir. Selama Anna di dalam kamar mandi, ponsel miliknya bergetar. Aditya meraihnya yang di letakkan Anna serampangan dan di temukannya di samping bawah nakas. Dengan tubuh masih di dalam selimut, Aditya meraih dengan sedikit membungkuk. Di lihat sebuah nama kontak yang di kenalnya, tapi justru karena itu Aditya

  • Wanita Kedua   Game Yang Menyudutkan

    "Apa kau tersinggung Anna?"Pertanyaan dari Fatma membuat Anna menurunkan pandangannya lagi karena merasa tak enak. "Eh, hanya ingin mencoba jawab saja," tusukan kecil buat Anna, tapi bagaimanapun juga dia merasa sudah terlanjur mengatakannya, jadi Anna berusaha bersikap biasa saja.Anna melirik ke arah Aditya, merasa cemas karena laki-laki itu belum memberi reaksi, tidak berniat membela atau semacamnya. Aditya bahkan tidak membalas tatapannya.Tapi, meskipun tak menatap secara langsung, ternyata Aditya tersenyum dan beberapa detik kemudian baru membalas memandangnya dengan sayu. Rasanya jantung Anna berdetak seperti saat pertemuan pertama mereka saja."Aku benar-benar mencintai Anna. Memang kami belum lama berkenalan, aku sadar itu, tapi aku sangat mencintainya. Dia partner bisnis dan juga hidupku sekarang," reaksi Aditya yang benar-benar Anna harapkan terjadi.Senyuman lebarpun tak dapat Anna sembunyikan.Sejenak Anna menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju padanya."Ehmm, aku r

  • Wanita Kedua   Wanita Satu-Satunya

    'Berhentilah menatapku seperti itu. Kamu tahu, aku benci harus mengatakannya, tapi semua ini benar adanya. Sebenarnya, meski nggak aku akui secara jujur padamu, kehadiranmu lebih indah dari integritas ambisi dan mimpiku selama ini.'Anna membatin sambil melirik lagi ke Aditya yang sedang mengemudi dengan bersiul riang. Berbanding terbalik dengan perasaannya saat ini. Integritas mimpi dan ambisi yang belum sepenuhnya terwujud, masih mambuatnya galau.Memang benar, Aditya tidak pernah memaksa secara fisik atau kata-kata kalau mengenai pernikahan yang ingin Anna sembunyikan, tapi justru argumen-argumen kecilnya selalu masuk di akal dan membuat Anna berpikir, yah, masih dalam proses berpikir.Masalahnya, Anna masih menjadi penganut setia ajaran stashing, yaitu orang yang berakting seperti seorang lajang, padahal sebenarnya sudah memiliki pasangan karena alasan-alasan yang rasional. Rasionalitas menurut Anna tentunya."Apa kau sudah putuskan?" tanya Aditya di sela-sela fokus menyetirnya, b

  • Wanita Kedua   Menikah Tapi Bohong

    'Kenapa aku jadi suka berpikir yang berlebihan ya?' Senyuman Aditya, tidak ... semua yang ada pada laki-laki itu, membuat Anna jadi seperti kehilangan akal sehat. Anna merasa selalu ada keinginan untuk menjalin malam berdua lagi dengannya. Bahkan sekarang, keinginan itu tanpa ragu lagi terang-terangan akan dia perlihatkan. Anna yakin saja, kalau tidak akan mendapat penolakan dari Aditya. "Jawab dong, nanti aku dapat lagi, nggak?" tanya Aditya manja. Anna menatap Aditya dengan suara parau, "Mas, apa perlu melakukannya sesering mungkin ya?" tanya Anna polos. Keingintahuan Anna karena hal seperti itu tak pernah terpikir olehnya. Aditya tertawa keras, tawa yang baru pertama kali Anna melihatnya pada laki-laki itu. "Kau lucu Anna. Kita ini pasangan yang sudah menikah Kalau surat nikah kita sudah aku daftarkan, aku ingin membuat rencana bulan madu, oh tidak aku rasa ... tidak perlu di rencanakan. Lebih indah kalau dadakan." Aditya terus merandai-andai, hingga rasanya Anna ingin menget

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status