Share

Part 148 Percakapan Tengah Malam 1

last update Last Updated: 2023-09-09 15:37:39

Waktu yang Hilang

- Percakapan Tengah Malam

[Sudah tidur apa belum, Tin? Lomba mewarnai kemarin Moana dapat juara, nggak?]

Tini sampai lupa mau memberitahu Melati kalau Moana dapat juara dua kemarin. Pikirkannya yang montang-manting membuatnya tak sempat mengabari. Biasanya Tini selalu cepat mengirim pesan pada Melati.

Dinyalakannya kembali lampu kamar. Dengan cepat ia mengambil foto piala yang dipajang di atas meja belajar Moana. Diketiknya balasan dengan cepat.

[Maaf, Mbak Mel. Saya sampai lupa mau ngabari. Alhamdulillah, Moana dapat juara dua kemarin. Ini pialanya.]

[Alhamdulillah. Seneng banget aku, Tin. Terima kasih banyak, ya.]

[Sama-sama, Mbak. Oh ya, jam segini Mbak Melati belum tidur?]

[Belum. Mas Saga ke Semarang tiga hari ini menghadiri workshop. Mungkin besok sore baru pulang.]

[Mbak Melati, sendirian ini?]

[Iya. Karyawan kafe banyak pesanan untuk besok, jadi kasihan kalau harus nemeni aku.]

Tini memandang ke arah jam dinding. Sudah jam sebelas malam. Ingin menelepon Melat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Bintang ponsel
akbar cocok sma tini hihi tini mmg gk ada kelebihan tpi dia bsa menerima akbar semua ttg kejelekaan akbar n kekurangan akbar yg tk bsa ngasi keturunan jd anggap aja kmu tin numpang hdp Hehehe
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
berharap Akbatdengar pembicaraan meraka dibalik pintu kamar Moana biar benar2 sadar
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Melati is the best. dia mendukung banget Tini. bukan memprovokasi.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 149 Percakapan Tengah Malam 2

    Dua wanita itu ngobrol hingga beberapa waktu kemudian. Melati membesarkan hati Tini, karena merasa tidak percaya diri berhadapan dengan Akbar. Wanita itu sendiri merasa lega setelah berbincang dengan Melati. Tidak sedikit pun menjelekkan Akbar, kendati pernah dilukai demikian dalam.Tini kembali berbaring di ranjangnya setelah menyudahi percakapan dengan Melati. Perasaannya lega usai mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal dalam dada. Tinggal besok ia bicara dengan ibunya. Ia diizinkan pulang untuk bicara dengan keluarganya.Sementara di seberang sana, Melati juga berbaring di ranjangnya. Sepi. Karena Saga memang tidak ada di rumah. Wanita yang tengah melamun itu dikagetkan dengan ponselnya yang kembali berpendar."Halo, Mas," sapa Melati pada Saga yang kembali menelepon."Yang, kamu online dengan siapa barusan."Ah, Saga sejeli itu ternyata. Dia memperhatikan nyala aplikasi pesannya yang hampir satu jam lamanya ngobrol dengan Tini. Rupanya dia belum tidur setelah ngobrol di telepon ta

    Last Updated : 2023-09-09
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 150 Jujur 1

    Waktu yang Hilang- Jujur Tergesa Tini masuk kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Kemudian membuka lemari dan mengambil baju yang jarang ia pakai. Tunik warna soft pink, celana hitam, dan jilbab warna merah jambu bercorak bunga. Wajahnya kembali disapu bedak dan bibirnya dipoles lipstik warna deep red. Lipstik yang dipilihkan oleh Melati waktu mereka punya kesempatan jalan-jalan itu. Terakhir menjelang Akbar dan Melati akan berpisah. Sudah lama memang. Tapi hampir tidak pernah ia pakai. Mungkin jika itu milik orang yang suka berdandan, pasti sudah dibuang. Dianggap kadaluarsa atau sudah diganti dengan yang baru dan warna lain."Warna ini saja, Tin. Sesuai dengan kulitmu yang eksotis.""Bilang saja sawo matang, Mbak. Eksotis itu kok terlalu 'wah' bagi saya.""Biar keren."Tini tersenyum lebar. "Beneran warna ini pantes untuk saya, Mbak?""Iya, cocok. Kulitmu bagus. Cantik nggak harus putih. Katanya putih itu kecantikan standart yang udah ketinggalan zaman. Cantik itu harus jadi diri

    Last Updated : 2023-09-10
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 151 Jujur 2

    Akhirnya mereka sampai juga di kota Batu. Kota wisata yang mungkin udaranya tak sedingin dulu. Masih dingin lereng Arjuno tempat tinggal mereka.Akbar mengajak mampir sarapan di restoran langganan. Tempat yang selalu ia singgahi jika dia pergi ke Batu. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Wisata Alam Brakseng. Meski sudah terbiasa di kelilingi oleh pemandangan alam di daerah mereka, tapi tetap saja ingin pergi ke pemandangan alam di tempat lain. Menikmati hamparan padang rumput yang berlatar pemandangan bukit menghijau dan tanaman bunga yang menawan mata memandang. Namun di atas ketinggian 1.700 MDPL, hawa terasa sangat sejuk. Berbeda dengan udara di tengah kota Batu."Kamu sudah bicara dengan orang tuamu?" tanya Bu Rista pada Tini. Ketika mereka tengah duduk beralaskan tikar sambil menikmati pemandangan dan cemilan. Tempat itu lumayan ramai jika akhir pekan begini.Tini mengangguk. "Apa ibumu setuju?"Tini kembali mengangguk. Meski ibunya bilang kalau semua keputusan dikembalikan ke

    Last Updated : 2023-09-10
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 152 Saran 1

    Waktu yang Hilang- SaranJam makan siang sudah lewat, tapi kafe tidak benar-benar bisa dikatakan sepi. Selalu saja ada pengunjung yang masih menempati deretan meja minimalis. Furniture modern tapi terlihat klasik. Kafe Kasturi memang cocok dijadikan tempat nongkrong di waktu-waktu luang atau untuk mengerjakan beberapa tugas bagi pekerja freelance atau pun anak-anak kuliah.Diiringi gerimis lembut di luar sana, menambah suasana kian syahdu dan membuat malas untuk beranjak.Melati memandang pada Shaka yang ditidurkan di stroller-nya. Dia selalu jadi bayi yang manis dan anteng di tengah kesibukan sang mama yang mengurus kafe sambil momong."Wah, si bayi ganteng udah tidur, Mbak," seloroh seorang karyawati yang membungkukkan badan menatap Shaka di stroller."Iya, baru saja bobo.""Enak adem, makanya cepet banget boboknya.""Rum, kamu handle sini ya. Mbak bawa Shaka pulang ke belakang.""Njih, Mbak. Mari saya bantu bawain botol susunya."Gadis bernama Rum itu mengangkat tas berisi perleng

    Last Updated : 2023-09-11
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 153 Saran 2

    Pak Slamet tidak kalah sedihnya. Dia bisa mengobatkan istri, menyekolahkan anak, juga dari kerjanya pada Pak Norman. Belum lagi bantuan lain di luar gaji. Seandainya saja anak semata wayangnya dulu tidak memutuskan untuk menikah muda, mungkin sekarang ini tidak perlu merantau jauh ke Papua. Pasti akan mendapatkan pekerjaan yang layak di Jawa. Pak Slamet sangat berharap putrinya jadi seorang Guru. Dan Pak Norman siap membiayai. Tapi sang anak lebih kepincut menikah muda dengan teman SMA-nya."Ah, sudahlah. Ini sudah takdir," ucap Pak Slamet dalam hati sambil mengusap air mata dengan punggung tangannya."Kita nggak akan pernah bertemu lagi setelah ini," ujar Pak Norman lirih."Ya, Pak. Kita harus berpisah sebelum kematian menjemput."Dua laki-laki itu larut dalam kesedihan. Kebersamaan puluhan tahun akan berakhir beberapa hari lagi. Sedih yang teramat sangat bagi keduanya. Mereka sudah seperti saudara."Kamu jangan lupa nelepon kalau ada waktu," ujar Pak Norman.Laki-laki di hadapannya

    Last Updated : 2023-09-11
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 154 Sah di Minggu Pagi 1

    Waktu yang Hilang- Sah di Minggu Pagi Moana sangat ceria pagi itu. Berjalan centil memasuki halaman sekolah dengan tangan kanan berada dalam gandengan sang nenek. Senyumnya lebar. Tak biasanya dia seceria itu jika tanpa Tini. Entah bagaimana tadi Akbar membujuk, hingga Moana manut saja di antar oleh kakek dan neneknya.Beberapa wali murid di sana menyapa ramah pada Bu Rista. Wanita yang kini telah berubah banyak. Tidak hanya penampilan, tapi juga sikapnya.Bu Rista menemui wali kelasnya Moana. Menitipkan gadis kecil itu dan akan dijemput saat jam pulang sekolah nanti."Nanti nenek yang jemput Moa lagi. Bekal sudah disiapkan Mbak Tini di tas," pesannya pada sang cucu."Nenek mau pulang?""Enggak. Nenek mau belanja sama kakek. Moa, mau dibeliin apa?""Cokelat.""Nanti nenek belikan. Tapi yang kecil saja ya. Papa bilang apa sama Moa. Enggak boleh makan cokelat banyak-banyak. Nanti gigi Moa keropos."Gadis kecil itu mengangguk patuh sambil memandang sang nenek.Setelah Moana berlari ber

    Last Updated : 2023-09-12
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 155 Sah di Minggu Pagi 2

    Pak Norman mengangguk. Lalu berbincang tentang hal-hal lain yang sebenarnya tidak penting untuk mereka bicarakan. Bu Rista yang menunggu kata untuk perubahan status mereka, hanya diam mengikuti arah pembicaraan Pak Norman yang tidak sedikit pun menyentuh ke arah kata rujuk.Terlalu geli. Seharusnya dia sudah berhenti memikirkan hal itu. Apa yang diharapkan lagi. Semua telah selesai. Mereka sudah sama-sama tua. Lebih baik berpikir untuk memperbaiki ibadah dan bertaubat saja."Pak Slamet kira-kira kapan mau berangkat ke Papua?""Minggu depan kayaknya. Nanti kalau Akbar repot, Mama saja yang ikut nganterin Pak Slamet ke Bandara. Sekalian kita bisa mampir di rumahnya Pak Yahya."Bu Rista mengangguk cepat tanpa berpikir panjang.***LS***Hari itu banyak barang yang dibeli Tini atas saran Akbar. Beberapa stel baju, gamis, beserta jilbabnya. Sandal, sepatu, tas, bahkan perhiasan. Tentu saja Akbar tidak ingin melihat Tini tampil seperti biasanya jika sudah bergelar istrinya. Tini harus berbe

    Last Updated : 2023-09-12
  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 156 Malam Resepsi 1

    Waktu yang Hilang- Malam Resepsi Suasana sangat semarak. Sepasang pengantin sibuk menyalami dan menerima ucapan dari para kerabat, teman, dan tetangga.Sebagian adalah teman sekolahnya Akbar dan Tini waktu SD. Namun mengingat status sosial yang berbeda, mereka seperti orang asing yang tidak saling kenal setelah sama-sama dewasa. Meski dulu juga sekolah bareng dan bermain bersama sewaktu masih kecil. Sekarang seperti ada sekat karena sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing, juga karena perbedaan status. Akbar yang pemilik perkebunan sangat sibuk dengan usahanya sendiri dan jarang bertemu dengan mereka. Sedangkan teman-temannya yang hanya petani biasa sangat segan untuk mendekati.Berbeda dengan Tini yang masih akrab dengan teman-teman masa kecilnya.Saga bangkit dari duduknya lalu menyalami dan mengucapkan selamat pada sang kakak. Akbar merangkulnya beberapa saat. Rasa haru menyeruak, menembus batas tak kasat mata yang selama ini membentengi keduanya. Tirai halus yang membuat mer

    Last Updated : 2023-09-13

Latest chapter

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 173 Best Moment 2

    Saga meletakkan ponsel di jok samping. Beberapa kali membunyikan klakson tapi juga percuma. Kemacetan sudah memanjang mulai dari depan. Macet total karena ada perbaikan jalan. Bisa jalan hanya bergerak maju sendikit, lantas berhenti lagi.Sabar sabar. Ini bukan di film India yang dia bisa meninggalkan mobilnya di sana dan lari secepat Cetah yang melompat dari mobil ke mobil lainnya, bahkan melangkahi bangunan tinggi. Adegan film yang rasanya sangat mustahil dan tidak masuk akal itu, ingin rasanya di tiru saat ini.Melihat ponselnya kembali berpendar, membuat Saga menyambar benda itu. "Halo, Sayang. Bagaimana?""Aku sudah sampai rumah sakit, Mas. Barusan di periksa dokter.""Lalu ....""Ternyata ini sudah bukaan lima. Dan aku bisa lahiran normal.""Loh, katanya beresiko kalau lahiran normal? Mana dokternya biar mas ngomong sama dia.""Dokternya sudah kembali ke kantor. Katanya nggak apa-apa aku lahiran normal. Barusan di cek semua baik-baik saja. Tensiku juga normal. Mas, jangan khawati

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 172 Best Moment 1

    Waktu yang Hilang- Best MomentSaga membantu Melati menyiapkan segala perlengkapan untuk persalinan Minggu depan. Dokter kandungan sudah menyarankan supaya Melati melahirkan secara cesar saja untuk persalinan bayi kembarnya. Melati menolak, tapi Saga memintanya untuk menyetujui. Mengingat dua bulan terakhir ini Melati dua kali opname karena demam tinggi. Minggu depan genap 38 minggu usia kehamilannya. Dokter kandungan sudah menetapkan jadwal operasi untuknya.Kedua janinnya sehat. Masing-masing memiliki plasenta dan air ketuban. Jadi sudah siap dilahirkan di Minggu ke 38."Budhe Tami sampai sini sekitar jam setengah tiga sore, Mas. Tadi siang beliau ngabari," kata Melati sambil melipat baju yang hendak di masukkan ke dalam travel bag."Oke, besok mas akan pulang lebih awal dan langsung jemput budhe ke stasiun."Budhe Tami memang akan menemani Melati pada persalinan nanti. Rencananya wanita itu akan tinggal di Jogja sampai si kembar umur selapan."Mulai besok nggak usah lama-lama di

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 171 Gama dan Perempuan Itu 2

    Melati tersenyum. Jagoan kecilnya sudah tebar pesona. Melihat Shaka, ia jadi teringat masa kecil suaminya. Begitulah Saga waktu kecil. Tapi Shaka memang lebih bersih dan terawat, karena jarang bermain di kebun. Kalau Saga dulu, keluyuran di kebun sampai kulitnya lecet-lecet. Berenang di kali bersama teman-teman, termasuk dirinya juga. Melati paling kecil di antara mereka."Kenapa senyum-senyum?" senggol Saga."Aku ingat masa kecilmu, Mas."Saga hendak menggoda sang istri, tapi mereka dikejutkan oleh suara salam dari pintu depan."Itu Gama datang!" Bu Ariana bangkit dari duduknya dan melangkah ke ruang tamu. Wanita itu tercekat sejenak saat melihat Gama datang bersama seorang wanita tinggi semampai. Memakai celana bahan warna krem dan blouse warna putih. Diakah pacar Saga? Gadis itu tersenyum ramah dan mencium tangan Bu Ariana. "Selamat malam, Tante.""Selamat malam.""Namanya Alita, Bulek." Gama memperkenalkan gadis itu pada sang bulek. Membuat Bu Ariana kaget, tapi tidak menunjukkan

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 170 Gama dan Perempuan Itu 1

    Waktu yang Hilang- Gama dan Perempuan ItuAkbar melongok ke luar jendela. Meninggalkan sejenak laptopnya untuk melihat apa yang tengah dilakukan oleh Moana dan Shaka di luar sana.Tampak dua bocah itu sedang duduk di bawah pohon mangga. Bermain masak-masakan. Moana menuangkan sesuatu dari teko kecil ke dalam cangkir mainan. Shaka lantas pura-pura meminumnya. "Manis?"Shaka mengangguk-angguk. Moana kemudian memberikan piring kecil berisi biji-bijian. "Di makan, ya!"Bocah laki-laki itu mengikuti perintah sang kakak. Pura-pura memakan benda di piring kecil yang sama sekali memang tidak boleh di konsumsi.Pertama kali diajak bermain masak-masakan oleh Moana, Shaka sempat bingung. Dia tidak pernah bermain seperti itu, bahkan melihatnya pun belum pernah, karena mainannya di rumah hanya mobil-mobilan, robot, puzzle, dan buku mewarnai.Akbar tersenyum melihat tingkah mereka. Bahagia karena mereka sangat rukun. Shaka juga penurut. Dia juga kerasan tinggal di Malang. Tapi di Jogja sana, Saga

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 169 Terbongkarnya Rahasia 2

    Sebenarnya Melati berharap kalau Moana yang akan tinggal di Jogja selama liburan. Ternyata Shaka yang justru ingin ikut ke Malang. Baik Saga maupun Melati hanya khawatir kalau anak itu tiba-tiba rewel dan minta pulang. Sebab selama ini jarang sekali berjauhan dari kedua orang tuanya. Paling seharian main ke rumah Bu Ariana dan sorenya sudah di antar pulang."Lasmi kamu suruh ikut?""Ya, Bulek. Mak Lasmi sendiri juga pengen ke Malang.""Uti bakalan kangen sama kamu." Bu Ariana mengusap kepala Shaka."Uti, mau ikut?" Ah, malah ditawari pula."Enggak. Uti nunggu Shaka di sini saja."Bu Ariana mengusap permukaan perut Melati. "Kemarin jadi pergi ke dokter?""Ya.""Cowok apa cewek?""Cowok lagi dua-duanya," jawab Melati sambil tersenyum."MasyaAllah. Moana bakalan cantik sendiri."Melati tersenyum. Akbar yang duduk tidak jauh dari mereka mendengar jelas percakapan itu. Dia juga tidak sabar ingin segera melihat bayi kembar Melati lahir ke dunia. Dalam hati turut juga merasakan kebahagiaan i

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 168 Terbongkarnya Rahasia 1

    Waktu yang Hilang- Terbongkarnya Rahasia "Aku paham bagaimana perasaan Mbak Melati, Mas. Dulu saja dia sempat stres saat berpisah dengan Moana, setelah kalian resmi bercerai." Tini berusaha memberikan pengertian pada Akbar. Sebab dia tahu betul bagaimana sedihnya Melati kala itu."Kamu tahu?""Ya, aku tahu." Tini menarik diri dan duduk tegak menghadap sang suami. "Maafkan aku. Dulu aku diam-diam membalas pesan yang dikirimkan Mbak Melati. Hampir tiap saat aku mengirimkan foto kegiatan Moana."Akbar juga menegakkan duduknya. Serius mendengarkan istrinya bicara. Baru kali ini ia tahu kenyataan yang sudah lewat kurang lebih empat tahun yang lalu."Aku nggak sampe hati melihat Mbak Melati menangis setiap hari dan menderita, Mas. Tiap malam telepon aku dengan suaranya yang serak. Aku bisa merasakan bagaimana sakitnya berpisah dari anak. Aku saja yang hanya pengasuh Moana, selalu terbayang-bayang jika aku izin pulang. "Dia cerita mengalami hal tersulit setelah meninggalkan Wonosari. Data

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 167 Keputusan Saga 2

    "Mas, cepetnya dapat buah ini!" Melati berbinar-binar melihat dua pack nectarin di atas meja makan setelah ia turun dari lantai dua.Saga tersenyum menghampiri. Tubuh laki-laki itu basah berkeringat setelah joging dan push up di teras samping.Melati membuka bungkusnya dan langsung meletakkan di wadah untuk dicuci. Kembali duduk dan menikmati buah yang semalam membuatnya ngiler saat melihat review seorang food vlogger."Sayang, kamu nggak sarapan dulu. Kamu bisa mules nanti.""Habis ini aku langsung sarapan.""Gimana, manis?" tanya Saga yang duduk di depan sang istri dan memerhatikan Melati yang tengah menikmati buah yang diidamkan."Manis, juicy, padet, tapi masih ada sedikit asemnya. Mas, coba saja!" Melati menyodorkan wadah buah ke hadapan sang suami.Saga tersenyum. Lagak istrinya sudah meniru seperti seorang food vlogger yang tengah bikin konten. Diambilnya sebiji dan memperhatikannya sebelum digigit. Donut Nectarine. Memang bentuknya seperti donat, tapi tidak berlubang tengahnya

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 166 Keputusan Saga 1

    Waktu yang Hilang- Keputusan SagaSaga meletakkan ponselnya setelah mengetik balasan untuk pesan dari sang kakak. Laki-laki itu menatakan bantal agar sang istri lekas berbaring.Dibantunya Melati merebahkan diri. Begitu payahnya kehamilan kali ini. Untuk berbaring saja kesulitan. Tiap tidur berulang kali merubah posisi karena terasa engap."Gimana, nyaman begini?" tanya Saga setelah meletakkan satu bantal di belakang punggung Melati dan meletakkan bantal tipis sebagai penyangga perut, karena Melati tidur agak miring."Ya."Saga juga berbaring setelah menarik selimut hingga sebatas perut Melati. Mereka saling berhadapan."Tadi yang ngirim pesan Mas Akbar. Besok keluarga Malang datang ke sini karena Moana sudah mulai libur sekolah." Saga bicara dengan nada lembut, khawatir Melati kaget.Kalau dulu mereka pasti bahagia jika keluarga dari Malang datang berkunjung. Mungkin kali ini berbeda setelah Melati mengetahui keinginan kakak ipar sekaligus mantan suaminya.Tampak ada binar bahagia s

  • Waktu yang Hilang (Setelah Dia Hadir di Antara Kita)   Part 165 Twin 2

    Tiga tahun kemudian ....Seorang bocah laki-laki umur tiga tahun setengah tengah asyik bermain mobil balap. Duduk anteng di bangku besi sebelah kanan sang papa. Seorang wanita yang tengah hamil duduk di sebelah kiri dari pria tampan itu.Saga dan Melati memang tengah antri di dokter kandungan. Malam ini jadwal pemeriksaan kehamilannya yang ketiga. Makanya Saga mengusahakan pulang lebih awal, supaya bisa menemani sang istri ke dokter.Kehamilan Melati sudah memasuki usia lima bulan. Namun besar perutnya seperti tengah mengandung usia tujuh bulan. Sejak awal pemeriksaan, dokter sudah memberitahu kalau mereka akan memiliki bayi kembar. Dan pemeriksaan kali ini, mereka sepakat ingin mengetahui jenis kelamin kedua calon anak kembarnya.Bapaknya Melati juga terlahir kembar. Tapi kembarannya meninggal sehari setelah dilahirkan.Ketika diberitahu tengah mengandung janin kembar. Kebahagiaan Saga dan Melati tiada terlukiskan. Rasa syukur tiada tara di ucapkan nyaris setiap waktu. Janin kembar y

DMCA.com Protection Status