Sesampainya di tempat gym di beberapa sudut ruangan sudah ada beberapa orang yang hilir mudik dan mulai memakai beberapa alat-alat olahraga. Beberapa orang masih ada di bagian reservasi. Tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri Lea. Laki-laki itu bertubuh atletis dan juga sangat tampan memiliki kulit tan dan juga ada bulu-bulu halus nan terawat yang tumbuh di sekitar dagunya.
“Hai Marco!” sapa Lea begitu melihat lelaki itu berjalan kearahnya.
“Hai, sudah sarapan?” tanya Marco balik.
“Belum. Ini si mbok bawakan ini untukku. Apa kamu sudah sarapan?” sambil menunjukkan sebuah kantong kecil berwarna biru muda yang sengaja si mbok bawakan untuknya.
“Baiklah. Aku akan mengambil sarapanku. Nanti kita ketemu di ruang makan ya.” Lalu ia undur diri sambil membelai kepala Lea dengan sangat lembut.
Marco memang menyukai Lea. Tapi Lea, masih betah menjomblo. Marco beberapa kali menyatakan keseriusannya, namun sayang Lea menolaknya. Padahal Lea juga sesungguhnya menyukai Marco. Tapi ia masih tidak ingin berhubungan serius dengan seorang laki-laki. Di saat usianya yang baru saja menginjak 20 tahun.
Marco adalah salah satu pemilik tempat gym ini. Ia adalah pengusaha tempat pusat kebugaran dan juga healthy food. Setiap pagi dirinya pasti akan berada di tempat ini dan pukul 10 pagi biasanya dia akan pulang ke penthousenya yang terletak tak jauh dari mall itu.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Marco ketika melihat Lea sedang duduk menyandar pada kursi dan menatap nanar orang-orang yang sedang melatih kebugaran tubuhnya.
Lea tersenyum.
“Ada yang ingin kamu ceritakan? Aku siap menampungnya,” katanya penuh dengan kelembutan.
“Aku hanya lelah Marco. Jadwalku padat sekali akhir-akhir ini.” Sambil mengucek matanya yang terasa sedikit gatal.
“Kalau begitu, bagaimana setelah kamu latihan dengan Amira aku akan mengantarmu pulang. Lalu kemudian aku akan mengantar kamu ke kampus, karna yang aku tau kamu ada jadwal kuliah kan? Aku akan menjadi supirmu hari ini.”
“Kenapa sih kamu baik sekali Coco?” menatapnya dalam.
“Karna aku sayang padamu Lea. Masa kamu tidak mengerti juga?” katanya penuh harap.
Lea kembali tersenyum lalu membuka kotak bekal makanannya dan menyeruput susu hangat yang dimasukkan kedalam tumbler oleh mbok Ijah.
/ / / / / /
Hari itu Marco benar-benar mengantar Lea ke manapun. Marco memang bisa dibilang bucinnya Lea. Walaupun udah berkali-kali di tolak, tapi ia masih saja berusaha meluluhkan hati Lea. Orang tua Lea sudah tau mengenai Marco yang mencintai anak satu-satunya itu.
Marco juga seorang yang laki-laki yang sangat bertanggung jawab menurut kedua orang tua Lea. Waktu itu mereka pernah menitipkan Lea padanya ketika mereka secara mendadak harus keluar kota. Dan Marco menjaganya dengan sangat baik. Lea dan ARTnya juga menyampaikan hal serupa. Jadi jika Marco kapan-kapan mengajak Lea pergi keluar kota atau keluar negeri mereka pasti akan mengizinkannya ujar mereka berjanji.
“Ada yang ketinggalan ga coba dicek dulu?” kata Marco begitu Lea mendaratkan bokongnya di sebelah kursi kemudi.
Lea langsung memeriksa tasnya dan juga laptop yang ia bawa serta dari kelas tadi.
“Ga ada Coco. Yuk kita jalan,” jawab Lea tersenyum.
“Ok, jika memang tidak ada yang tertinggal. Mari kita jalan!” Marco kemudian memasangkan safety belt untuk Lea.
Lea sudah mulai terbiasa dengan hal ini. Malah, hal ini bukan yang pertama kalinya Marco melakukan itu untuk Lea. Saat bersama Marco, Lea benar-benar merasakan sangat nyaman. Laki-laki berkulit tan itu benar-benar memanjakan hidupnya. Walaupun tidak setiap hari mereka bersama seperti ini. Tapi Lea selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan Marco yang notabene bucinnya.
“Semuanya sudah selesaikan?” Marco memulai pembicaraan begitu mobil Evoque hitam yang dikemudikannya melaju keluar dari gedung parkir kampus Lea.
“Iya. Bagaimana kalau kita mampir makan di resto milik Marriane?” tanya Lea antusias.
“Marriane? Ah tidak-tidak. Aku sedang malas betemu dengannya. Kami baru saja ribut.”
“Kenapa kalian ribut? Bukannya seorang Coco selalu menyayangi adiknya?” mengelus lembut lengan Marco.
“Aku memang menyayanginya. Tapi dia benar-benar sedang menjengkelkan. Aku tidak mau bertemu dengannya dulu.” Katanya masih dengan nada kesalnya.
“Memangnya kalian kenapa sampai-sampai kamu tidak mau bertemu dengannya?” tanya Lea sambil menatap Marco.
“Tidak apa-apa hanya saja dia tidak mau mendengarkan kakanya yang tampan tanpa batas ini. Aku benar-benar dibuat jengkel olehnya.” Menampakkan wajah kesalnya.
“Bisakah kamu memaafkannya kali ini?” katanya sambil menyatukan tangannya dan memasang muka memohon.
“Oh, come on Lea. Jangan menatapku seperti itu,” katanya sambil terus berkonsetrasi menyetir, melirik sesekali kepada gadis yang berada di sebelahnya itu.
Lea masih mengerjap beberapa kali menampilkan wajah imutnya. Marco berfikir keras untuk mengabulkan atau menolak permintaan Lea. Lea masih bergeming dengan gayanya yang masih dibuat seimut mungkin dan masih tetap menyatukan tanganny. Memohon pada Marco. Lea tau, jika dirinya sudah memasang tampang memohon Marco tak mungkin menolak permintaannya. Biar bagaimanapun Marco adalah bucinnya Kalea. Jadi apapun permintannya dia pasti akan mengabulkannya, sekalipun Lea memintanya mengambil bintang yang paling bersinarpun ia pasti akan mengambilnya jika itu memungkinkan.
“Ok-ok Princess, i’ll do!” ujarnya menyerah.
“Yes!” Kalea kemudian tersenyum senang.
Ia juga mencium sebentar pipi Marco. Hal itu sukses membuat semburat merah pada wajah lelaki berumur 26 tahun itu. Marco langsung salah tingkah dan merasakan seperti ada kupu-kupu yang terbang kesana ke mari di dalam perutnya. Ia sangat senang mendapat ciuman dari Lea, walau hanya di pipinya.
/ / / / / /
Lea dan Marco tiba di sebuah resto yang terletak di pusat kota Jakarta dan saat itu, sedang ramai oleh pengunjung. Resto itu kepunyaan adik Marco yang benama Marriane. Marriane dan Lea bersahabat sejak mereka masih sama-sama dibangku SMA.
“Marriane!” panggil Lea senang begitu melihat sahabatnya itu berjalan ke sana ke mari ikut membantu karyawannya menjamu tamu-tamu yang datang ke resto itu.
Tak lupa gadis berumur 20 tahun itu melambaikan tangannya dan tersenyum memamerkan deretan giginya yang terlihat rapi.
“Leaaaa!” katanya kemudian menghambur memeluk sahabatnya itu dengan senang, “sama siapa lo ke sini?” tanya Marriane yang berusaha mengacuhkan kakanya.
“Sama Coco,” katanya tersenyum dan melirik Marco yang sedang melipat tangannya.
Marco yang berdiri di belakangnya hanya memalingkan pandangannya kearah lain. Sedangkan Marriane memutar bola matanya dan melihat malas ke arah kakanya yang mengantarkan sahabatnya itu. Marriane langsung menarik tangan Lea untuk duduk di kursi yang sengaja ia taruh di sudut ruangan sebagai cadangan jika ada orang yang dikenalnya datang ke sana disaat sedang ramai seperti ini. Bisa dibilang itu kursi VVIP di resto itu.
Marco dan Marriane adalah kaka adik yang suka bertengkar namun saling menyayangi satu sama lainnya. Untuk permasalahannya ini, Lea tidak mengetahui. Tapi pasti sebentar lagi juga ia akan tau kenapa kaka beradik ini sampai perang dingin seperti ini.
“Mau minum apa Lea ku Sayang?” tanya Marriane penuh dengan senyuman.
“Gw mau ice cream! Seperti biasa. Lo tau apapun yang gw suka kan?” jawab Lea santai dan senang karna bisa bertemu dengan sahabatnya kali ini.
“Tentu saja!” Anne tersenyum.
“Coco mau minum apa?” tanya sang adik kepada Marco yang sedari tadi sibuk memainkan ponselnya.
“Apapun akan ku minum,” jawabnya datar tanpa menoleh pada adiknya.
“Tunggu ya. Pesanan kalian akan segera datang,” kemudian pergi melangkah menuju dapur.
Tak lama kemudian Marriane datang dan membawakan pesanan mereka. Ice cream 1 cup berukuran sedang rasa cookies & cream campuran coklat dan strawberry serta topping kiwi. Marriane sengaja menambahkan topping kiwi karna memang sahabatnya itu juga suka dengan buah rasa asam dan bertekstur lembut itu. Marco diberikan ice coffee latte ukuran besar dan juga roti panggang dengan selai nutella.
“Terimakasih Marriane cantik!” puji Lea pada sahabatnya yang sedang menaruh piring dan gelas-gelas di hadapan mereka.
“Sama-sama Lea. Tumben lo ke mari. Apa lo ga ada jadwal manggung hari ini?” tanya Marriane yang langsung duduk di sebelah Lea.
“Ya! hari ini gw lagi free dan malas ke manapun. Dan hari ini dengan baik hatinya Coco mau mengantar gw ke manapun.” Lea kini mengamit lengan dan menyandarkan kepalanya ke pundak Marco.
“Ohhh … baik hati sekali Cocoku ini.” Puji Marriane yang berusaha mencairkan suasana dan tak mengacuhkan kakanya lagi.
“Ga usah sok baik di hadapanku.” Jawab Marco sarkas.
Lelaki itu masih menekuri ponselnya walaupun sudah dipuji oleh adiknya.
“Ululululuuuu … Coco jangan begitu dong,” goda Marriane yang langsung bangkit berdiri dan mencolek-colek dagu kakanya hingga kegelian dan risih sendiri.
“Ane hentikan!” katanya protes.
“Maafkan aku! Cocoku yang tampannya tanpa batas. Aku mengaku salah, dan aku minta maaf padamu,” memeluk kakanya.
Awalnya Marco memberontak, tapi begitu mendengar Marriane meminta maaf padanya. Ia langsung memaafkan adik satu-satunya itu. Karna jika membiarkan kakanya terlalu lama marah juga pastinya akan sangat berbahaya baginya. Salah satunya, uang jatah bulanannya pasti akan dihentikan akibat dirinya tidak menuruti maunya Marco. Laki-laki tampan nan baik hati itu memang selalu memberikan uang jajan tambahan untuk Ane. Walaupun Ane sudah mempunyai resto sendiri dan pengahasilan. Tapi jika Marco memberikan jatah bulanan, ia tak pernah menolaknya.
“Maafkan saja Adikmu itu ya Coco Sayang.” Kata Lea kali ini meminta mengulangi perkataannya tadi di dalam mobil menuju ke resto itu.
“Iya-iya akan aku maafkan. Tapi hentikan memelukku di depan Lea dan berjanjilah jangan menjadi Adik yang menjengkelkan!” katanya melerai pelukan adiknya.
“Memangnya kenapa? Lea juga tau kau menyayangiku,” kini Ane duduk di sebelah Marco masih memeluknya menyandarkan kepalanya pada lengan berotot yang Marco miliki, “aku berjanji aku akan menuruti Kaka tersayangku ini.” Lanjutnya.
Lea hanya terkekeh melihat kelakuan adik kaka ini. Jika mereka sedang bertengkar hanya Lea yang bisa membuat mereka berdua berdamai. Seperti yang sudah Author ceritakan tadi, Marco itu bucinnya Lea. Jadi apapun permintaan Lea. Ia pasti berusaha mengabulkannya. Kali ini permintaannya adalah memaafkan Ane. Dan Coco mengabulkannya.
“Nah! Kan enak melihat kalian akur. Aku sayang kalian!” kata Lea memeluk mereka berdua bersamaan,
/ / / / / /
“Kenapa sih kalian bertengkar?” selidiknya.
“Itu semua karna gadis di sampingku ini tidak mau mendengarkan kakanya yang tampan tanpa batas ini.”
“Jadiiii, ceritanyanya itu. Coco ngasih tau gw, kalo Mark jalan ama cewe lain. Tapi gw ga percaya. Akhirnya gw debat sama Marco. Dannn … ga sampai seminggu gw ngeliat dengan mata kepala gw kalo Mark emang jalan sama cewe lain. Akhirnya gw percaya sama Coco! Gw udah minta maaf tapi dia ga mau maafin gw dan thanks God. Lo ke sini sebagai perantara Allah untuk mendamaikan kami. Tapi bener kan Coco maafin adikmu yang manis ini?” memastikan kakanya mau memaafkannya dan mengerjapkan matanya berkali kali, bertingkah imut.
“Iya-iya gw maafin.”
Lea tersenyum senang melihat kaka beradik ini benar-benar bisa berdamai.
/ / / / / /
Hi, Semoga kalian suka ya dengan novel ini, ya. Judulnya akan aku ganti, menjadi : WAITING FOR HER LOVE (Pakai kapital semua). Yang tadinya Pacarku Pecinta Ice Cream. Tapi aku sama sekali tidak akan merubah nama tokoh dan setting tempat dalam novel Pacarku Pecinta Ice Cream. Hanya cover dan Judul saja yang aku ubah.
Semoga kalian tetap mengikuti kelanjutan novel ini dan Jangan lupa untuk berikan RATE bintang 5 dan berikan comment kalian ya. Jangan lupa juga untuk add ke LIBRARY kalian ya .
Penulisan judulnya author ganti juga ya jadi WAITING FOR HER LOVE (Pakai kapital semua) karna di profile sebelumnya author lupa passwordnya hehehe, jadi author akan lanjutkan cerita Damas dan Kalea di sini, ya.
Selalu jaga kesehatan kalian ya dan patuhi protokol kesehatan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Jika kalian menemukan novelku diplatform lainnya tapi bukan dengan pennameku : SZ. Soed. Tolong untuk infokan ke Author segera ya. Bantuan kalian akan sangat membantu Author sebagai pemilik SAH novel ini.
GoodNovel penname : SZ. Soed (setelah titik pakai spasi)
Love,
Author ❤ ❤ ❤
Hi, Semoga kalian masih terus menantikan novel ini ya. Maaf karna jarang sekali UPDATE, author akan berusaha semaksimal mungkin untuk melanjutkannya. Jadi, tetap tunggu dan nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^) Love, Author 💗 💗 💗
Setelah dirasa resto Marriane agak sepi dan bisa ditinggalkan, Ane mengajak Lea dan juga kakanya itu untuk menonton film romance yang baru saja melakukan premier. Pemeran utama laki-lakinya adalah aktor Indonesia yang sudah banyak mengeluarkan film-film yang diperankannya secara sempurna yaitu, Reza Rahardian. Dia adalah salah satu aktor kesukaan Lea. Lea sudah pernah bertemu dengan aktor idolanya itu bahkan sempat menyanyikan single lagu untuk salah satu film si laki-laki berwajah manis dan berkharisma itu. Lea juga memajang foto ketika pertama kali dirinya bertemu dengan Reza Rahardian di feed I*nya. Betapa bahagianya hari itu ketika melihat idolanya ada di hadapannya. Bahkan malamnya ia tidak bisa tidur karna grogi besoknya akan bertemu dengan aktor idolanya itu. Marco menuruti kemauan dua gadis dalam hidupnya yang sangat ia sayangi itu. Walaupun, Marco tidak terlalu suka menonton apalagi f
"Ane, aku mohon maafkan aku! Aku bersumpah, aku tidak akan menyembunyikan apapun setelah ini. Ini semua orang tuaku yang memaksaku untuk menikahi Tania!" jelas Mark dengan nada penuh permohonan. "Aku tidak mengerti kenapa mereka sampai melakukan ini padamu?" tanya Marriane yang masih tidak habis fikir dengan orang tua Mark yang tega terhadapnya seperti ini. "Tania memang dari dulu terobsesi untuk menikahiku. Orang tuanya hanya ingin kami bersama karna melihat anaknya itu semakin tidak terarah. Mereka melihat hanya aku yang bisa menjaganya. Aku sudah bilang pada orang tuaku jika aku sudah memilikimu, tapi mereka memohon agar mau membantu mereka sampai keadaan Tania membaik," ujarnya penuh benci. "Membaik? Apa maksudnya?" mengernyitnya dahinya. "Tania mengalamistressyang luar biasa akibat ia dilecehkan oleh mantan kekasihnya. Setiap hari ia harus meminum obat anti depresan agar ia bisa beraktifitas. T
Lea turun dari lantai 2 kamarnya dengan menenteng tas berwarna coklat muda dan memakai flat shoes berwarna senada dengan tasnya. Ia juga langsung duduk di sebelah Marco sambil melihat-lihat feed I* orang yang dikenalnya di ponselnya yang berwarna kuning dengan logo apel digigit keluaran terbaru miliknya. Kedua orang tuanya dan Marco menatap serius kepada gadis yang baru saja mendaratkan bokongnya di sofa empuk nan lembut itu. Gadis itu juga sudah memakai dress berwarna medium brown dengan bermotif bunga-bunga berwarna merah dan putih berkerah sabrina yang memperlihatkan bahunya yang mulus. Juga dengan panjang dress menutupi kaki jenjangnya namun dengan belahan panjang hingga 3cm di atas lututnya. Menimbulkan kesan feminim dan sedikit sexy. “Lea!” panggil papihnya menatap anaknya serius. “Ya!” jawabnya singkat dan melihat papihnya itu. Ia kemudian meletakkan ponselnya k
Kalea keluar dari ruangan studio rekaman yang berada di lantai 12 gedung mewah itu. Diikuti dengan seorang wanita dan laki-laki yang menjadi asisten dan managernya. Mereka berdua memang selalu ikut kemanapun Kalea pergi. Mereka bernama mas Dani yang ditunjuk sebagai managernya dan ka Vina ditunjuk sebagai asistennya. Semenjak kemunculannya menjadi penyanyi, mas Dani ditunjuk menjadi asistennya, lalu ketika jobnya sudah semakin banyak mas Dani diangkat menjadi road managernya sedangkan untuk masalah keuangan tetap dipegang oleh mamihnya. Ka Vina sendiri baru saja bergabung 3 bulan lalu, karna Lea juga membutuhkan seorang MUA dan juga fashion stylist untuk melengkapi setiap penampilannya. Ia lelah jika harus mengerjakannya sendiri. Kebetulan ka Vina adalah seniornya di kampusnya. Sayangnya ia tidak melanjutkan kuliahnya karna keterbatasan biaya. Jadi ia memutuskan untuk meminta ka Vina bekerja dengannya. Ka Vina sendi
Seorang kepercayaan Damas membawakan sebuah map coklat yang berisi data pribadi seseorang. Damas meminta data yang lengkap tentang laki-laki yang bersama dengan Kalea. Ia sendiri belum mengetahui jika laki-laki itu adalah tunangan Kalea sekarang ini. Dania sudah menceritakan tentang pertemuannya dengan Kalea dan seorang lelaki yang menemaninya kemarin. Tapi Dania tak bicara soal status hubungan mereka berdua pada Damas. Mungkin jika kakanya menyampaikan itu, adiknya pasti akan kembali patah hati. Damas membuka map coklat itu dan membuka juga meneliti data-data yang ada disajikan oleh asistennya. Dia benar-benar terkejut jika laki-laki itu adalah teman duelnya ketika berada di SMA dulu. Marco Avilash Putra pewaris perusahaan Avilash Group yang menjadi saingannya kini. Dulu ketika Marco dan Damas sama-sama bersekolah di SMA yang sama mereka tidak pernah akur, bahkan kali ini dia juga tidak akan pernah mengalah untuk Kalea. “Terimakasih! Kamu boleh pergi.
Hari itu Nada Indonesia Corp berulangtahun. Kalea menjadi salah satu tamu kehormatan yang diundang dalam acara besar itu. Tapi kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nada Indonesia Corp akan merayakan dua kali ulang tahunnya. Yang pertama adalah makan malam bersama dengan keluarga Evans alias pemilik Nada Indonesia Corp. Kalea beruntung karena hanya beberapa penyanyi dan grup band yang diundang dalam makan malam ini. Kalea baru diberitahukan jika dirinya menjadi salah satu penyanyi di bawah naungan Nada Music yang diundang dalam acara makan malam itu, minggu lalu. Kala itu, Dania menelpon secara langsung kepada Kalea dan memintanya agar hadir. Karna Dania yang mengundangnya secara langsung, ia tak berani menolaknya. Walaupun sejujurnya ia masih merasakan lelah karna ia baru saja pulang dari Malaysia siang itu. Dania memerintahkan Damas untuk menjemput penyanyi kesayangannya itu ke rumahnya. Bahkan Kalea sudah me
Sesampainya di resto milik keluarga Adams, Kalea dan Damas langsung masuk melewati kerumanan wartawan. Mereka menunggu tamu-tamu untuk meliput acara jamuan makan malam sebelum akhirnya lusa akan mengadakan pesta. Damas sengaja menyodorkan tangannya untuk membantu Kalea agar lebih mudah berjalan. Walaupun hatinya sedang sakit karna pernyataan Kalea diperjalanan tadi, tapi Laki-laki itu berusaha mengembangkan senyuman agar orang lain tak tahu jika dirinya sedang patah hati. Kaka pertamanya Dania, sudah menyunggingkan senyum ketika melihat Damas berhasil melewati wartawan dengan menggandeng Kalea ke hadapan mereka. Rencananya untuk mendekatkan adiknya dan gadis yang ia cintai itu berjalan dengan lancar. Kalea juga menyunggingkan senyuman di depan semua orang walaupun, sebenarnya ia tidak enak karna harus menggandeng tangan Damas yang notabene adalah bossnya. Ia juga bahagia karna bisa merasakan lengan Damas yang padat berotot itu. “Kalea!”
Marco memarkirkan mobil Range Rovernya di halaman sebuah rumah minimalis yang dikombinasi warna putih dan abu-abu. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Kedua orangtuanya dan saudarinya tinggal disana. Semenjak Marco mempunyai bisnisnya sendiri dan sudah memiliki cukup uang untuk membeli penthouse yang sekarang ia tempati, ia meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal sendiri dan belajar mandiri. Ketika kedua orangtuanya mengizinkan ia langsung memilih penthouse sebagai tempat tinggalnya. Kebetulan, teman satu angkatannya ketika kuliah adalah pengembang penthouse itu. Jadi ia dengan mudah memiliki penthouse itu. Sebelum orangtuanya mengizinkan Marco pindah ke penthousenya mereka meminta agar dirinya tetap pulang ke rumahnya secara rutin agar mereka tidak merasa kehilangan anak laki-laki mereka. Dengan menyetujui syarat itu, akhirnya Marco dengan mantap menempati penthousenya.
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di
3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas