Sesampainya di resto milik keluarga Adams, Kalea dan Damas langsung masuk melewati kerumanan wartawan. Mereka menunggu tamu-tamu untuk meliput acara jamuan makan malam sebelum akhirnya lusa akan mengadakan pesta. Damas sengaja menyodorkan tangannya untuk membantu Kalea agar lebih mudah berjalan. Walaupun hatinya sedang sakit karna pernyataan Kalea diperjalanan tadi, tapi Laki-laki itu berusaha mengembangkan senyuman agar orang lain tak tahu jika dirinya sedang patah hati.
Kaka pertamanya Dania, sudah menyunggingkan senyum ketika melihat Damas berhasil melewati wartawan dengan menggandeng Kalea ke hadapan mereka. Rencananya untuk mendekatkan adiknya dan gadis yang ia cintai itu berjalan dengan lancar. Kalea juga menyunggingkan senyuman di depan semua orang walaupun, sebenarnya ia tidak enak karna harus menggandeng tangan Damas yang notabene adalah bossnya. Ia juga bahagia karna bisa merasakan lengan Damas yang padat berotot itu.
“Kalea!” panggil Dania begitu melihat adiknya membawa gadis itu ke hadapannya.
“Hai Ka.” Sapanya ramah masih sambil cipika cipiki dengan bossnya itu.
“Terima kasih karna telah memenuhi undanganku.” Ucap Dania yang tersenyum melihat Lea kini datang bersama dengan adiknya.
“Suatu kehormatan untukku, Ka. Harusnya malah aku yang mengucapkan terima kasih, karna telah mengundangku kemari.” Kemudian membalas senyuman Dania.
“Oh, jangan mengucapkan terima kasih karna kamu memang pantas aku undang kesini. Benarkan, Damas?” kali ini Dania melemparkan tatapan menggoda adiknya yang sedang memperhatikan mereka berdua berbincang tanpa melepas tatapannya pada Kalea.
“Iya,” jawab Damas singkat sambil terus menatap Kalea dengan penuh cinta.
“Kalian berdua duduk disini, ya. Aku akan memanggil pelayan untuk menyajikan kalian minuman.” Dania kemudian berdiri dan meninggalkan mereka berdua.
******
Jamuan makan malam itu, berjalan dengan sukses. Beberapa penyanyi menyanyikan lagu hits mereka untuk menghibur tamu-tamu undangan yang datang. Kalea juga ikut menyanyikan lagunya. Damas bahkan tak melepaskan tatapannya pada gadis itu, ia juga sempat mengambil beberapa foto dan juga video untuk ia simpan dalam gallery di smartphonenya. Dania dan Dana terus menggoda adiknya yang sedang kasmaran itu. Nyatanya rencana yang diusulkan oleh kaka keduanya berhasil dan Damas sangat berterimakasih kepada kedua kakanya.
Setelah acara selesai dan Kalea berpamitan pulang kepada kedua orangtua Damas, kedua kakanya dan tentunya kaka ipar Damas. Kalea kemudian diantar pulang oleh Damas. Sebelum akhirnya, Kalea masuk ke dalam rumah megah itu. Seperti biasa, ia menawarkan Damas untuk masuk ke dalam. Tapi kali ini Damas menolak, karna ia tau kedua orangtua Kalea sedang tidak berada di rumah. Walau ia tau, ada beberapa ARTnya yang siaga untuk Kalea. Damas juga tau, jika gadis itu sudah lelah karna baru pulang dari Malaysia siang tadi.
“Lea! Besok, jika kamu tidak ada jadwal. Bolehkah aku mengajakmu makan siang bersama?” kata Damas setelah menolak diajak masuk oleh Kalea.
“Besok? Ehmm … kebetulan aku sedang libur kuliah, Mas. Jadi besok memang tidak ada jadwal. Tapi besok aku akan pergi fitting baju pengantinku dengan Marco.” Jawabnya penuh kehati-hatian.
“Oh, baiklah. Jika memang seperti itu. Aku akan menunggumu, jika kamu sedang tidak sibuk,” ucapnya dengan nada setengah kecewa.
Mengumpulkan hatinya yang masih belum patah karna kalimat yang baru saja diucapkan oleh gadis cantik di sampingnya itu.
“Baiklah, nanti akan aku beritahu jika aku sedang tidak ada jadwal. Aku masuk dulu ya, Mas.” Lea memberikan senyuman pada lelaki di sampingnya itu.
“Oke … selamat malam Kalea!” kata Damas tersenyum.
“Selamat malam dan hati-hati di jalan ya, Mas! Sekali lagi terima kasih untuk hari ini karna sudah mau repot-repot menjemput dan mengantarkanku.” Kata Kalea membalas senyuman Damas dan segera turun dari mobil sedan mewah milik Damas.
Damas mengangguk mendengar ucapan gadis itu. Sebelum benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Kalea melambaikan tangan pada Damas yang juga membuka kaca di sebelahnya dan ikut melambaikan tangan dan tersenyum. Lalu, ia menjalankan mobilnya menuju mansion keluarga Evans. Tempat dirinya dan kedua orangtuanya tinggal.
******
Marco masih merasa sangat kecewa dengan perlakuan Lea yang membuat dirinya seperti tidak dianggap. Hari itu, Marco berangkat menuju rumah kediaman keluarga Pradipta untuk menjemput Lea untuk fitting baju pengantin di butik yang ditunjuk oleh kedua orangtua mereka. Mami dan papinya masih belum juga pulang dari Singapura untuk melakukan pekerjaan disana. Tapi kedua orangtuanya sudah membuatkan janji temu dengan tante Yana, pemilik butik yang ditunjuk oleh mereka. Ini juga meminimalisir adanya berita wartawan yang aneh-aneh tentang pernikahan mereka.
Sesampainya di rumah kediaman keluarga Pradipta, Lea langsung keluar begitu mendengar suara mobil Marco terparkir di halaman rumahnya. Lea memang sengaja bersiap lebih awal agar bisa menyambut Marco. Ia tau sebenarnya Marco sedang ngambek karna semalam ia lupa memberikan kabar, hingga akhirnya laki-laki itu menelponnya lebih dulu. Ada perasaan tidak enak sebenarnya, tapi ya sudah mau diapakan lagi. Semoga saja marco mau memaafkannya kali ini atas keteledorannya.
“Cocoooo!” panggilnya begitu melihat lelaki itu turun dari mobil Range Rover kesayangannya dan segera menghambur ke dalam pelukannya.
“Hai!” Marco bersikap masih dingin, terlihat jelas jika lelakinya itu sedang ngambek karna ulah Kalea yang melupakannya.
Ia juga tak membalas pelukan Lea.
“Mau masuk dulu, atauuu … langsung pergi?” tanya Lea melepaskan pelukannya karna merasa diabaikan oleh lelakinya.
“Terserah kamu, kita masih punya waktu satu jam.” Sambil melihat jam tangan berantai silver yang melingkar di tangan kirinya.
“Kalau begitu, kita bisa masuk dulu. Aku sedang makan ice cream. Setelahnya baru kita berangkat.” Kemudian menarik Marco ke dalam rumahnya.
Lelaki itu hanya menuruti, walaupun masih bersikap dingin. Begitu mereka berdua sudah berada di dalam ruang makan, Marco melihat semangkok ice cream coklat dan strawberry berukuran sedang dan tak lupa gadis itu memasukkan beraneka buah untuk ia nikmati bersama dengan ice cream kesukaannya itu.
“Astaga, Lea! Akukan sudah bilang, untuk tidak memakan ice cream sebanyak ini. Nanti kalau kamu kena radang bagaimana?” Marco menampakkan wajah kesalnya.
“Ya tapi aku ingin ini, Coco! Aku suka! dan aku tidak bisa jika tidak memakannya. Kamu tau itu,” celoteh gadis itu dan masih tersenyum manis.
“Aku mengkhawatirkanmu, jadi tolong. Jangan macam-macam.” Marco menyindir sedikit tentang kejadian kemarin dan segera duduk di sebelah gadisnya itu.
“Maaf, Coco! Aku benar-benar lupa untuk mengabarimu.” Seraya memeluk Coconya yang tengah melipat tangannya di depan dada.
Gadis itu seolah mengetahui kemana arah pembicaraan kekasihnya. Lelaki itu juga tampak sedikit mengendurkan rahangnya yang sedari tadi mengetat karna masih kesal. Ternyata, pelukan Lea bisa membuatnya sedikit menghilangkan sedikit marahnya.
“Iya, aku tau. Jadi lebih baik, aku menanyakan kabarmu melalui asistenmu saja. Jadi aku tidak perlu menunggu sepanjang hari untuk mendengar kabar darimu.” Sindir Marco lagi pada
“I-iya aku minta maaf, Coco!”
“Baiklah, kali ini saja. Tolong jangan membuatku cemas.” Mengelus kepala Kalea dengan sayang.
******
Marco dan Lea sampai di butik tante Yana dengan keadaan sudah berbaikan. Mereka berdua terlihat tersenyum sejak berbaikan. Tapi, Lea langsung melihat lelaki yang selama beberapa minggu ini sudah tidak mengganggunya lagi. Jujur ia merasa bersyukur karna sudah tidak diganggu oleh Mario lagi. Tapi ia juga melihat ada keanehan, ia takut menyakiti perasaan Mario. Lea paling tidak mau ada seseorang yang terluka akibat perilaku ataupun ucapannya.
“Ayo, turun!” ajak Marco sambil mematikan mesin mobilnya.
“Sayang, nanti dulu. Di dalam butik itu ada Mario! Si cowo reseh itu.” Kata Lea menutupi wajahnya agar tak terlihat oleh Mario.
“Hahahaha … Sayang, kaca mobilku tidak bisa terlihat dari luar. Jadi kamu tidak perlu menutupi wajahmu dengan brosur seperti itu,” Marco tertawa melihat gadisnya yang begitu polos.
“Oh iya, aku lupa.” Menyeringai malu.
Tak lama, Mario keluar dari dalam butik tante Yana bersama dengan seorang wanita yang umurnya mungkin seperti mami Lea. Wanita itu terlihat cantik walaupun umurnya sudah tidak muda lagi. Mario dan wanita itu, tampak sangat akrab bahkan Mario membawakan barang belanjaan dari butik dan sesekali tersenyum melihat wanita yang berjalan di sampingnya.
“Yuk, dia udah pergi.” Ajak Marco begitu melihat mobil Mercedes putih yang Mario dan wanita paruh baya tadi pergi meninggalkan halaman butik.
Kalea mengangguk lalu mengikuti Marco. Lelaki itu terlihat sudah tidak terlalu marah lagi dan memilih untuk membukakan pintu untuk gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. Marco masih belum menanyakan ada hubungan apa antara Kalea dengan laki-laki yang baru saja mereka lihat tadi. Ia fikir nanti saja, ketika sudah santai. Begitu masuk ke dalam butik tante Yana, mereka melihat tante Yana sedang mengatur beberapa gaun pengantin yang entah dipersiapkan untuk siapa. Tapi wanita dengan stelan blazer berwarna putih itu terlihat sedang sibuk. Kalea juga langsung menyapa tante Yana begitu melihat wanita itu.
“Siang, Tante!” sapa Lea diringi dengan senyuman manisnya.
“Hai, Sayang! akhirnya sudah sampai. Ehmmm … kamu datang setengah jam lebih cepat rupanya.” Kata tante Yana memeluk Kalea.
“Iya, tadi Coco jemputnya kecepatan. Aku juga udah ga sabar ngeliat gaun pengantinku.” Katanya begitu melepas pelukan tante Yana.
Tante Yana mengangguk untuk merespon ucapan Lea. Kemudian Marco diperkenalkan oleh Lea pada tante Yana. Lalu mereka sebentar mengobrol sampai akhirnya, wanita cantik yang mengenakan stelan blazer itu mengajaknya ke ruangannya.
“Ya udah, kita ke ruangan tante yuk. Takutnya ada wartawan yang ngikutin kamu!” ajak tante Yana kemudian menarik lembut tangan Kalea. “Ina, bawa gaun pengantin yang tadi ke ruangan saya ya.” Titah tante Yana begitu melihat salah satu staffnya begitu berpapasan dengan mereka ketika menuju ruangan tante Yana yang terletak di sudut ruangan.
“Baik Bu!” sahut wanita manis bertubuh sintal itu.
******
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 8 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. eFBe author : @chisizachoi Love, Author 💗 💗 💗
Marco memarkirkan mobil Range Rovernya di halaman sebuah rumah minimalis yang dikombinasi warna putih dan abu-abu. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Kedua orangtuanya dan saudarinya tinggal disana. Semenjak Marco mempunyai bisnisnya sendiri dan sudah memiliki cukup uang untuk membeli penthouse yang sekarang ia tempati, ia meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal sendiri dan belajar mandiri. Ketika kedua orangtuanya mengizinkan ia langsung memilih penthouse sebagai tempat tinggalnya. Kebetulan, teman satu angkatannya ketika kuliah adalah pengembang penthouse itu. Jadi ia dengan mudah memiliki penthouse itu. Sebelum orangtuanya mengizinkan Marco pindah ke penthousenya mereka meminta agar dirinya tetap pulang ke rumahnya secara rutin agar mereka tidak merasa kehilangan anak laki-laki mereka. Dengan menyetujui syarat itu, akhirnya Marco dengan mantap menempati penthousenya.
“Halooo … Lea!” sapa laki-laki yang memang selalu mengejar Kalea. Laki-laki itu baru saja melihat Kalea keluar dari kelasnya dan segera mengejarnya juga merangkul gadis manis itu. Kalea yang mendapat perlakuan itu langsung terkejut dan mendadak berhenti berjalan. Padahal tadinya ia ingin sekali langsung pulang dan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya sambil menonton film Korea. “Astaga!” katanya terkejut. “Kok kamu kaya ngeliat setan sih? Aku Mario, Kalea!” protes laki-laki yang masih betah merangkulnya. “Ihhh … lo ngapain sih ngagetin gw aja!” Kalea mengurai rangkulan Mario dan melepaskannya dengan paksa. Mario hanya bisa menerimanya karna memang ia juga tidak ingin membuat keributan dan menjadi pusat perhatian di sekitarnya. “Ok-ok relax … relax, Kalea!” ucap lelaki itu menenangkan Lea. Kalea hanya mengerucutkan bibir ranumnya dan membetulkan posisi to
Di luar wartawan memang sudah ramai dan memanggil-manggil nama Marco untuk meminta penjelasan atas berita yang mereka dapatkan. Papi benar-benar marah dengan kelakuan Mario yang bisa menimbulkan pendapat lain tentang putra pertamanya itu. Apalagi ini juga bisa berdampak pada nama baik keluarganya juga. Marvel langsung menelpon Marco untuk memberitahukan tentang apa yang terjadi di rumahnya. Marco yang baru saja sampai mengantar Kalea setelah menghabiskan waktu bersama dengan movie marathon di penthousenya langsung terkejut mendengar apa yang baru saja diberitahukan oleh papinya. “Kamu berhati-hati ya, Nak! Papi mohon untuk jaga Kalea.” Kata Marvel kepada pada Marco di akhir kalimatnya. “Iya, Pi!” jawab Marco pasrah sebelum papinya memutuskan sambungan telponnya. Marco ingin sekali membuat perhitungan pada Mario. Tapi itu akan semakin membuatnya merasa menang. Ia kemudian memberitahukan pada Kalea tentang apa yang terjadi. Kale
“Ok, aku pulang dulu Lea!” kata Damas yang baru saja menyampaikan perasaannya dan ia sudah merasa lega. Damas mencium pipi Lea sebagai simbol perpisahan. Kalea membulatkan matanya walaupun ada semburat merah di pipi mulusnya yang membuatnya terlihat semakin gemas. Sebelum Damas masuk ke dalam Rover hitamnya yang sudah terparkir sejak tadi, ia melambaikan tangannya diikuti seulas senyuman yang membuat gadis itu tersenyum balik ke arahnya. Lea kini menganggapnya sebagai teman yang bisa dibagi suka dan dukanya bersama. Ia fikir biarkan saja gadis itu menganggapnya seperti itu. Toh ia, juga tidak akan merasa rugi walaupun hatinya hancur karna sebentar lagi dirinya akan melihat Kalea bersanding dengan laki-laki lain. Bahkan laki-laki itu adalah teman duelnya saat SMA. Baru saja Damas akan masuk ke dalam mobilnya, Marco datang dan langsung menarik kerah baju yang di kenakan Damas. Kalea yang melihat kejadian itu terkejut melihatnya. Ada kilata
Aku memacu motor sportku dengan kecepatan sangat tinggi. Kebetulan, jalan malam itu juga sangat lengang. Aku berceloteh dalam hati dan benar-benar merasa cemburu dan kecewa karna Kalea lebih memilih bossnya dibanding diriku yang bisa dibilang calon suaminya sendiri. Tinggal menghitung hari aku benar-benar akan memiliki gadis impianku itu. Sejujurnya aku kecewa dengan sikap Kalea tadi. Tapi aku mau membiarkan Lea berfikir jika aku tidak suka dengan sikapnya yang terlalu menganggap semua pria itu sama saja, seperti temannya. Bahkan dia tidak menyadari jika Damas juga menyukainya. Aku sadar dan tau betul jika lelaki itu akan berusaha semampunya untuk mendapatkan yang dia inginkan. Pasti, jika aku biarkan dia. Damas akan semakin memanfaatkan keluguannya. Tidak-tidak! aku tidak mau mengulagi kesalahanku karna kehilangan gadis yang aku cintai untuk yang kesekian kalinya. Marco POV END Namun tiba-tiba motornya oleng dan …
Operasi untuk Marco telah dilaksanakan dengan baik. Tapi Marco masih belum sadar dan dia sudah dipindahkan masuk ke ruang ICU. Damas masih terus menemani Kalea dan tidak beranjak dari sisinya walaupun hanya sebentar saja. Marriane meminta kalea untuk menemaninya ke kafetaria untuk membeli minuman untuk kedua orangtua dan dirinya. “Lea!” kata Ane begitu mereka duduk disalah satu bangku untuk menunggu minuman yang mereka pesan siap. “Ya, Ane!” jawab Kalea dengan mata yang sudah sangat sembab dan bengkak. “Boleh gw tanya sama lo?” tanya Ane dengan rasa tidak enak pada sahabatnya itu. Lea mengangguk pelan menatap mata sahabatnya. “Apa Damas menjadi salah satu sebab kalian berdua bertengkar?” tebak Ane kali ini. Deg Jantung Kalea seperti ingin mencelos keluar. Ia membulatkan matanya tak percaya. Tebakan Ane memang benar adanya. Karna saking lamanya berteman, Ane jadi tau segalanya tentang Lea. Bahkan un
Seminggu kemudian Marvel, Marlina, dan Lea dipanggil ke ruang dokter untuk membicarakan keadaan Marco yang sebenarnya. Seminggu kemarin Marco memang dikabarkan sedang koma hingga lelaki itu masuk ke dalam ruang ICU dan tubuhnya hampir dipenuhi oleh alat-alat medis. Di tangannya juga ada infus yang selalu berganti-ganti entah cairan apa yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Sudah hari ke sembilan setelah kejadian kecelakaan itu terjadi, Marco masih belum membuka matanya dan belum ada tanda-tanda keadaannya akan segera pulih. “Selamat siang, Dok!” kata Marvel begitu melihat dokter Cedric yang duduk di ruangannya. “Selamat siang! Mari silahkan duduk,” ucap dokter Cedric ramah. Marvel, Marlina, dan juga Kalea langsung duduk di tempat yang disediakan. Kalea mengalah untuk tetap berdiri dan berada di samping Marlina sebagai wanita yang ia anggap calon ibunya. “Begini … ehmm …” dokter Cedric
Kalea baru saja menyelesaikan mandinya dan segera keluar. Ia masuk ke walk in closetnya hanya dengan mengenakan bathrobe putih dan juga handuk di kepalanya karna tidak ingin air dari rambutnya menetes. Lea kemudian pergi menuju meja riasnya dan memakai beberapa cream skin care yang harus dipakainya untuk perawatan wajahnya di malam hari. Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan sudah terdengar beberapa kali orang itu mengetuknya. Tapi sepertinya ia ingin mengabaikan orang itu saja karna dirinya benar-benar sedang tidak ingin diganggu oleh orang lain. Moodnya sedang tidak bagus untuk menghadapi orang yang ingin bertemunya malam-malam begini. Ia kemudian mengenakan dress polos rumahan yang selalu nyaman menurutnya untuk ia pakai. Ia benar-benar sudah kelelahan hari ini harus mendampingi Marco seharian. Ya, walaupun itu semua keinginan
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di
3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas