Share

WFHLove - CH 9

Author: SZ. Soed
last update Last Updated: 2021-01-12 19:17:11

Marco memarkirkan mobil Range Rovernya di halaman sebuah rumah minimalis yang dikombinasi warna putih dan abu-abu. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Kedua orangtuanya dan saudarinya tinggal disana. Semenjak Marco mempunyai bisnisnya sendiri dan sudah memiliki cukup uang untuk membeli penthouse yang sekarang ia tempati, ia meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal sendiri dan belajar mandiri. Ketika kedua orangtuanya mengizinkan ia langsung memilih penthouse sebagai tempat tinggalnya.

Kebetulan, teman satu angkatannya ketika kuliah adalah pengembang penthouse itu. Jadi ia dengan mudah memiliki penthouse itu. Sebelum orangtuanya mengizinkan Marco pindah ke penthousenya mereka meminta agar dirinya tetap pulang ke rumahnya secara rutin agar mereka tidak merasa kehilangan anak laki-laki mereka. Dengan menyetujui syarat itu, akhirnya Marco dengan mantap menempati penthousenya.

Baru sampai di depan pintunya, Marco melihat ada seorang laki-laki yang mungkin ia lihat umurnya masih lebih muda dibanding dirinya. Laki-laki itu sedang duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya. Marco melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang tamu hendak menyapa kedua orangtuanya dan kemudian masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, baru beberapa langkah untuk masuk ke dalam ia mendengar ibunya sedang menangis dan memperlihatkan kesedihan yang mendalam. Marco langsung mempercepat langkahnya dan masuk ke dalam ruang tamu yang memang di design tidak terlalu besar namun cukup untuk menampung lima sampai sepuluh orang di dalamnya.   

“Mam, Pap!” sapa Marco pada kedua orangtuanya lalu, mencium tangan mereka bergantian.

“Marco kamu sudah pulang?” tanya maminya yang kemudian buru-buru menyeka air matanya.

“Iya, malam ini Marco mau menginap disini ya.” Katanya sambil tersenyum.  

“Co, sini duduk.” Pinta papinya menunjuk sebuah kursi single sitter di sebelah laki-laki yang berusia lebih muda darinya itu.

               

Ia juga melihat ada beberapa koper yang ditaruh di sebelah kursi yang di tempati yang mungkin dilihat secara sekilas usianya masih seumuran dengan adik dan calon istrinya, Kalea. Marco juga menyadari jika laki-laki itu sepertinya sangat familiar dengannya dan entah pernah bertemu dengannya dimana. Marco hanya menurut ketika papinya meminta untuk duduk bergabung bersama dengan mereka.

“Ada apa Pap?” tanya Marco bingung ketika ia duduk dan menatap papinya yang sepertinya ingin berbicara serius dengannya.

“Kenalkan, ini Mario. Dan Mario ini Marco, anak sulung papi bersama dengan Mami Marlina.”

Laki-laki muda itu mengulurkan tangan mengajaknya bersalaman. Walaupun gurat wajahnya tidak menampakkan kesedihan. Tapi jelas lelaki bernama Mario itu tidak senang dengan keberadaan Marco.

“Mario.” Katanya memperkenalkan diri.

“Marco.”  Menerima jabatan tangannya.

“Co, mulai hari ini. Mario akan tinggal bersama dengan kita. Dan Mario ini adalah anak dari tante Arlen.” Kata maminya dengan suara sepertinya ragu-ragu.

Marco masih menyimak keterangan yang mungkin kedua orangtuanya akan jelaskan siapa sebenarnya laki-laki muda yang berada di sebelahnya itu.

“Tante Arlen dan papi sudah menikah beberapa tahun lalu dan Mario ini adalah anak papi dan tante Arlen.” Jelas papinya yang kali ini bersuara dengan sedikit kikuk dan berkaca-kaca menatap anak sulungnya itu.

“APA?!” mata Marco terbelalak mendengar penjelasan singkat dari papinya.

Maminya kini sudah tak sanggup lagi menahan air matanya. Isak tangis dari maminya mulai terdengar di ruangan itu.

“Jangan bercanda, Pi. Tante Arlen itu, sepupu Mami. Maksud Papi apa bicara seperti itu? Mam, tolong jelaskan sejelas-jelasnya.” Marco mulai menuntut penjelasan lebih pada kedua orangtuanya.

Mario bergeming, ia masih duduk terpaku di tempatnya dan hanya bisa terdiam menyaksikan pemandangan keluarga dari papinya. Arlen jelas tidak mungkin melakukan  

“Papi yang salah, Co! maka maafkan papimu ini, Nak!” kata Marvel mengakui kesalahannya di masa lampau.

Marco melihat Mario dengan tatapan tajamnya dan beralih kepada papinya yang merasa bersalah karna telah mengkhianati keluarganya. Laki-laki paruh baya itu menunduk dalam penuh penyesalan.  

“Astaga! Jadi selama ini tante Arlen pergi ke US karna menyembunyikan ini semua?” tebak Marco pada keadaan yang sekarang ia sudah faham kebenarannya.

Papinya hanya mengangguk dengan tatapan penuh rasa bersalah kepada istri dan anak-anaknya.

“Apa ketika Papi dan tante Arlen menikah Mami mengetahui dan mengizinkannya?” tanya Marco kali ini dengan nada yang sangat amat kecewa pada pria yang sudah membesarkan dan menjadi panutannya.

Maminya hanya bisa menangis mendengar kalimat demi kalimat yang Marco dan suaminya lontarkan. Tentunya suasana disana sedang tidak dalam suasana yang kondusif. Marlena kemudian berjalan mendekati Marco yang sedang menatap tajam ke arah papinya.  

“Sayang, dengarkan mami. Saat itu, kami berdua diambang perceraian. Semua pasangan, pasti ingin semuanya baik-baik saja. Kami berdua juga ingin semuanya berjalan dengan normal dan sempurna. Tante Arlen dan papimu memang sudah bersahabat sejak kecil dan kami berdua bisa menikah juga karna tante Arlen yang menjadi perantara Tuhan untuk mempertemukan kami. Ketika kami diambang perceraian, papimu dan tante Arlen melakukan kesalahan. Ketika tante Arlen dinyatakan hamil anak Papimu, mami sungguh benar-benar kecewa dengan mereka berdua. Sampai akhirnya mami meminta mereka berdua menikah dan membesarkan anak yang sedang dikandungnya saat itu. Biar bagaimanapun anak yang dikandung tante Arlen, sama sekali tidak bersalah. Yang salah hanya kedua orangtuanya yang lalai, Co. Mami juga meminta tante Arlen untuk pergi dari Indonesia, itulah sebabnya tante Arlen pergi dari Indonesia setelah resmi dinikahi oleh papimu. Agar kamu dan Marriane tidak mengetahui hal ini dulu. Mami juga yang meminta tante Arlen untuk membesarkan Mario.” Jelas mami dengan air mata yang sudah menganak sungai.

“Astaga Mami! Kenapa Mami seperti ini?” Marco langsung memeluk maminya yang berjongkok di depannya dan menangis.

Mami tidak menjawab pertanyaan Marco. Bulir-bulir kristal yang jatuh dari sudut mata coklat milik mami tidak bisa dihentikan hingga akhirnya Marco membawa maminya masuk ke dalam kamar. Marco dan maminya meninggalkan Mario dan papinya untuk melanjutkan pembicaraan mereka berdua. Marco hanya tidak ingin membuat maminya semakin terluka dan sakit. Walaupun, penyebab anak lelaki itu lahir ke dunia adalah juga atas permintaannya. Tapi tetap saja, maminya tidak sekuat itu untuk menghadapi ini semua.

******

“Mami, istirahat dulu ya. Marco mau ke kamar dulu. Mami sudah makan?” tanya Marco begitu selesai memakaikan selimut untuk maminya.

“Sudah, Co! mami ga laper. Mami hanya mau istirahat.” Ucap Marlina dengan nada yang agak sedikit bergetar.  

“Baiklah. Kalau Mami perlu apapun, tolong kasih tau Marco ya!” katanya dengan penuh kelembutan.

“Iya sayang.” Maminya sedikit memasang senyuman, walaupun masih meneteskan air mata kesedihan.

Marco kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya keluar. Tapi belum saja ia keluar dari kamar orangtuanya, Marco mendengar isak tangis maminya kembali terdengar. Marco yang tidak tega langsung membalikkan tubuhnya dan segera melangkah mendekati maminya dan memeluknya.

“Mami yang salah, Co! mami yang salah!” kata Marlin yang tangisnya kini semakin menjadi.

Marco membawa Marlin ke pelukannya.

“Harusnya saat itu, mami tidak meminta bercerai dengan papimu. Sehngga ia tidak mencari pelampiasan di luar sana. Dan mami lebih tidak menyangka lagi kenapa harus sepupu mami yang menjadi wanita lain dari papimu. Mami tidak membenci Mario, mami juga sayang padamu dan Marriane. Tapi kenapa saat itu mami bodoh sekali. Mami sungguh berdosa pada kalian, Co.” Katanya merancau, masih dengan tangisannya.

Terlihat ada penyesalan di mata mami saat ini.

“Apa papi sudah menceraikan tante Arlen?” tanya Marco begitu memegang tangan maminya dan menatap dalam kepada wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kelembutan juga kasih sayang itu.

“Belum. Tante Arlen meminta haknya untuk tinggal di Indonesia dan hidup bersama dengan papimu,” ujar mami sambil mencoba mengatur nafasnya.

Mungkin inilah alasan, kenapa maminya bisa sampai sehisteris barusan.  

“Gila! Kenapa dia berusaha menghancurkan keluarga kita sekarang?” Marco mengusap wajahnya kasar.

“Karna ketika dia mengandung Mario, mami sedang mengandung adikmu, Marriane. Itu salah satu alasan mami meminta papimu untuk menikahi Arlen. Mami tau, jika Arlen menggugurkan kandungannya. Dia pasti akan tersiksa dan merasakan kehilangan. Mami juga seorang ibu yang ingin anak yang mami kandung bisa tumbuh besar di rahim kami dengan sehat dan membesarkan anak-anak yang mami lahirkan. Jadi mami mengizinkan mereka berdua menikah, walaupun hati mami begitu hancur melihatnya. Setelah mereka menikah dan sekarang Mario juga sudah besar. Ia menuntut hak lebih sebagai istri papimu juga. Hak yang sama dengan milik mami.” Marlina menjelaskan lagi duduk permasalahannya.  

“Tapi Mami ga punya keinginan untuk bercerai dengan papi lagi kan?” tanya Marco menatap dalam sang mami.

“Tidak, Marco. Hanya sekali saja mami melakukan kesalahan dan tak ingin melakukannya lagi.” Katanya dengan penuh penyesalan.  

“Kalau begitu, Mami harus mempertahankan yang seharusnya menjadi milik Mami. Marco dan Marriane akan mendukung Mami sepenuhnya,” ucap Marco dengan mantap dan lagi-lagi memeluk maminya.

******

Marriane baru saja sampai. Ia datang bersama dengan Mark dan segera masuk keruang keluarga. Biasanya jika masih belum jam sepuluh malam, kedua orangtuanya pasti bersantai di ruang keluarga dan pastinya sedang menonton acara tv atau sekedar bersantai disana. Tapi kali ini suasana rumah benar-benar berbeda, tampak sunyi dan sepi sekali. Entah kemana semua penghuni rumah itu, padahal mobil kedua orangtuanya sudah terparkir di halaman rumah dan ia malah melihat mobil kaka lakinya yang juga ikut terparkir disana.

“Mam!” panggil Marriane begitu berada di depan pintu kamar kedua orangtuanya.

Mami dan Marco langsung terdiam sejenak. Marco memerintahkan adik perempuannya itu untuk masuk ke dalam.

“Masuk!” jawab Marco.

Marriane langsung membukakan pintu kamar berwarna putih itu dan melongok masuk ke dalam kamar orangtuanya. Ia terkejut melihat maminya sedang terduduk di kasur king size miliknya dan menangis. Terlihat juga matanya sembab karna terlalu banyak menangis.

“Mam, Mami kenapa?” tanyanya panik ketika sudah berdiri di sisi kiri Maminya.

               

Maminya tidak langsung menjawab. Ia hanya berkali-kali menyeka air matanya. Marriane masih penuh tanda tanya akan semua sikap maminya yang menangis entah apa alasannya. Pandangannya bergantian kepada kaka laki-lakinya yang sedang mengelus tangan maminya berkali-kali.

“Coco! Ada apa?” tanya Marriane kali ini menuntut penjelasan pada kaka laki-lakinya yang sepertinya sudah mengetahui apa yang menjadi penyebab maminya menangis.

“Mami istirahat ya, aku bicara dulu dengan Marriane.” Marco kemudian membantu maminya berbaring dan kali ini benar-benar memakaikan selimutnya.

               

Marco kemudian menarik lembut tangan adiknya yang masih penuh tanda tanya itu. Marco juga menyalakan lampu di meja nakas agar maminya bisa beristirahat, walaupun sepertinya tidak akan mungkin bisa. Tapi setidaknya membiarkan maminya sedikit tenang adalah cara membantu orangtuanya menyelesaikan masalah mereka.

******

SZ. Soed

Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 9 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. eFBe author : @chisizachoi Love, Author 💗 💗 💗

| Like

Related chapters

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 10

    “Halooo … Lea!” sapa laki-laki yang memang selalu mengejar Kalea. Laki-laki itu baru saja melihat Kalea keluar dari kelasnya dan segera mengejarnya juga merangkul gadis manis itu. Kalea yang mendapat perlakuan itu langsung terkejut dan mendadak berhenti berjalan. Padahal tadinya ia ingin sekali langsung pulang dan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya sambil menonton film Korea. “Astaga!” katanya terkejut. “Kok kamu kaya ngeliat setan sih? Aku Mario, Kalea!” protes laki-laki yang masih betah merangkulnya. “Ihhh … lo ngapain sih ngagetin gw aja!” Kalea mengurai rangkulan Mario dan melepaskannya dengan paksa. Mario hanya bisa menerimanya karna memang ia juga tidak ingin membuat keributan dan menjadi pusat perhatian di sekitarnya. “Ok-ok relax … relax, Kalea!” ucap lelaki itu menenangkan Lea. Kalea hanya mengerucutkan bibir ranumnya dan membetulkan posisi to

    Last Updated : 2021-01-12
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 11

    Di luar wartawan memang sudah ramai dan memanggil-manggil nama Marco untuk meminta penjelasan atas berita yang mereka dapatkan. Papi benar-benar marah dengan kelakuan Mario yang bisa menimbulkan pendapat lain tentang putra pertamanya itu. Apalagi ini juga bisa berdampak pada nama baik keluarganya juga. Marvel langsung menelpon Marco untuk memberitahukan tentang apa yang terjadi di rumahnya. Marco yang baru saja sampai mengantar Kalea setelah menghabiskan waktu bersama dengan movie marathon di penthousenya langsung terkejut mendengar apa yang baru saja diberitahukan oleh papinya. “Kamu berhati-hati ya, Nak! Papi mohon untuk jaga Kalea.” Kata Marvel kepada pada Marco di akhir kalimatnya. “Iya, Pi!” jawab Marco pasrah sebelum papinya memutuskan sambungan telponnya. Marco ingin sekali membuat perhitungan pada Mario. Tapi itu akan semakin membuatnya merasa menang. Ia kemudian memberitahukan pada Kalea tentang apa yang terjadi. Kale

    Last Updated : 2021-01-14
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 12

    “Ok, aku pulang dulu Lea!” kata Damas yang baru saja menyampaikan perasaannya dan ia sudah merasa lega. Damas mencium pipi Lea sebagai simbol perpisahan. Kalea membulatkan matanya walaupun ada semburat merah di pipi mulusnya yang membuatnya terlihat semakin gemas. Sebelum Damas masuk ke dalam Rover hitamnya yang sudah terparkir sejak tadi, ia melambaikan tangannya diikuti seulas senyuman yang membuat gadis itu tersenyum balik ke arahnya. Lea kini menganggapnya sebagai teman yang bisa dibagi suka dan dukanya bersama. Ia fikir biarkan saja gadis itu menganggapnya seperti itu. Toh ia, juga tidak akan merasa rugi walaupun hatinya hancur karna sebentar lagi dirinya akan melihat Kalea bersanding dengan laki-laki lain. Bahkan laki-laki itu adalah teman duelnya saat SMA. Baru saja Damas akan masuk ke dalam mobilnya, Marco datang dan langsung menarik kerah baju yang di kenakan Damas. Kalea yang melihat kejadian itu terkejut melihatnya. Ada kilata

    Last Updated : 2021-01-26
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 13

    Aku memacu motor sportku dengan kecepatan sangat tinggi. Kebetulan, jalan malam itu juga sangat lengang. Aku berceloteh dalam hati dan benar-benar merasa cemburu dan kecewa karna Kalea lebih memilih bossnya dibanding diriku yang bisa dibilang calon suaminya sendiri. Tinggal menghitung hari aku benar-benar akan memiliki gadis impianku itu. Sejujurnya aku kecewa dengan sikap Kalea tadi. Tapi aku mau membiarkan Lea berfikir jika aku tidak suka dengan sikapnya yang terlalu menganggap semua pria itu sama saja, seperti temannya. Bahkan dia tidak menyadari jika Damas juga menyukainya. Aku sadar dan tau betul jika lelaki itu akan berusaha semampunya untuk mendapatkan yang dia inginkan. Pasti, jika aku biarkan dia. Damas akan semakin memanfaatkan keluguannya. Tidak-tidak! aku tidak mau mengulagi kesalahanku karna kehilangan gadis yang aku cintai untuk yang kesekian kalinya. Marco POV END Namun tiba-tiba motornya oleng dan …

    Last Updated : 2021-01-31
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 14

    Operasi untuk Marco telah dilaksanakan dengan baik. Tapi Marco masih belum sadar dan dia sudah dipindahkan masuk ke ruang ICU. Damas masih terus menemani Kalea dan tidak beranjak dari sisinya walaupun hanya sebentar saja. Marriane meminta kalea untuk menemaninya ke kafetaria untuk membeli minuman untuk kedua orangtua dan dirinya. “Lea!” kata Ane begitu mereka duduk disalah satu bangku untuk menunggu minuman yang mereka pesan siap. “Ya, Ane!” jawab Kalea dengan mata yang sudah sangat sembab dan bengkak. “Boleh gw tanya sama lo?” tanya Ane dengan rasa tidak enak pada sahabatnya itu. Lea mengangguk pelan menatap mata sahabatnya. “Apa Damas menjadi salah satu sebab kalian berdua bertengkar?” tebak Ane kali ini. Deg Jantung Kalea seperti ingin mencelos keluar. Ia membulatkan matanya tak percaya. Tebakan Ane memang benar adanya. Karna saking lamanya berteman, Ane jadi tau segalanya tentang Lea. Bahkan un

    Last Updated : 2021-03-01
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 15

    Seminggu kemudian Marvel, Marlina, dan Lea dipanggil ke ruang dokter untuk membicarakan keadaan Marco yang sebenarnya. Seminggu kemarin Marco memang dikabarkan sedang koma hingga lelaki itu masuk ke dalam ruang ICU dan tubuhnya hampir dipenuhi oleh alat-alat medis. Di tangannya juga ada infus yang selalu berganti-ganti entah cairan apa yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. Sudah hari ke sembilan setelah kejadian kecelakaan itu terjadi, Marco masih belum membuka matanya dan belum ada tanda-tanda keadaannya akan segera pulih. “Selamat siang, Dok!” kata Marvel begitu melihat dokter Cedric yang duduk di ruangannya. “Selamat siang! Mari silahkan duduk,” ucap dokter Cedric ramah. Marvel, Marlina, dan juga Kalea langsung duduk di tempat yang disediakan. Kalea mengalah untuk tetap berdiri dan berada di samping Marlina sebagai wanita yang ia anggap calon ibunya. “Begini … ehmm …” dokter Cedric

    Last Updated : 2021-03-03
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 16

    Kalea baru saja menyelesaikan mandinya dan segera keluar. Ia masuk ke walk in closetnya hanya dengan mengenakan bathrobe putih dan juga handuk di kepalanya karna tidak ingin air dari rambutnya menetes. Lea kemudian pergi menuju meja riasnya dan memakai beberapa cream skin care yang harus dipakainya untuk perawatan wajahnya di malam hari. Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan sudah terdengar beberapa kali orang itu mengetuknya. Tapi sepertinya ia ingin mengabaikan orang itu saja karna dirinya benar-benar sedang tidak ingin diganggu oleh orang lain. Moodnya sedang tidak bagus untuk menghadapi orang yang ingin bertemunya malam-malam begini. Ia kemudian mengenakan dress polos rumahan yang selalu nyaman menurutnya untuk ia pakai. Ia benar-benar sudah kelelahan hari ini harus mendampingi Marco seharian. Ya, walaupun itu semua keinginan

    Last Updated : 2021-03-04
  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 17

    “Tujuan? Maksud kamu apa?” Damas mengernyitkan dahinya dan senyumannya pudar bergantikan dengan wajah penasaran. “Tujuan Mas Damas bertemu dengan orangtuaku dan juga mengajukan permintaan untuk melamarku,” Damas tertawa kecil tanpa melepas tatapannya pada gadis yang berada di hadapannya itu. Lea mengendurkan bahunya dan bersandar pada kursinya. Ia juga bersedekap sambil terus memandang Damas yang masih tersenyum setelah mendengar kalimatnya yang terakhir. “Sorry! Mungkin kamu merasa tersinggung.” Akhirnya Damas berhenti menertawainya. “Jawab saja, aku akan mendengarkan apa yang mendasari tindakan Mas Damas tanpa minta persetujuan dariku dulu.” Lea masih memasang tampang dinginnya. “Ok, baiklah. Sudah sejak awal aku jelaskan padamu. Aku mencintaimu dan aku tau, saat itu kamu tidak mungkin membalasku. Tapi asal kamu tau Lea. Marco memang lawan dan teman duelku. Kami sering berselisihfaham.

    Last Updated : 2021-03-05

Latest chapter

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 44

    Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 43

    Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 42

    3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 41

    Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 40

    Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 39

    “Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 38

    3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 37

    Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu

  • WAITING FOR HER LOVE (BAHASA INDONESIA)   WFHLove - CH 36

    Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status