Seorang kepercayaan Damas membawakan sebuah map coklat yang berisi data pribadi seseorang. Damas meminta data yang lengkap tentang laki-laki yang bersama dengan Kalea. Ia sendiri belum mengetahui jika laki-laki itu adalah tunangan Kalea sekarang ini. Dania sudah menceritakan tentang pertemuannya dengan Kalea dan seorang lelaki yang menemaninya kemarin. Tapi Dania tak bicara soal status hubungan mereka berdua pada Damas. Mungkin jika kakanya menyampaikan itu, adiknya pasti akan kembali patah hati.
Damas membuka map coklat itu dan membuka juga meneliti data-data yang ada disajikan oleh asistennya. Dia benar-benar terkejut jika laki-laki itu adalah teman duelnya ketika berada di SMA dulu. Marco Avilash Putra pewaris perusahaan Avilash Group yang menjadi saingannya kini. Dulu ketika Marco dan Damas sama-sama bersekolah di SMA yang sama mereka tidak pernah akur, bahkan kali ini dia juga tidak akan pernah mengalah untuk Kalea.
“Terimakasih! Kamu boleh pergi.” Kata Damas sambil membaca data-data Marco dengan sangat teliti.
Laki-laki berjas hitam itu kemudian membungkuk dan memilih pergi dari ruangan besar milik Damas. Tak lama setelah lelaki itu keluar, Dania dan Dana masuk ke dalam ruangan besar yang di tempati adiknya itu. Dulu ruangan itu dipakai oleh Ayah mereka, namun tak sebesar sekarang. Bahkan Damas membuat kamar pribadi disana jika ingin sekedar beristirahat sejenak dari rutinitasnya yang sangat padat.
“Damas!” panggil kaka pertamanya begitu masuk keruangan itu.
Damas yang sekali lagi membaca data-data tentang Marco langsung menarik tumpukan kertas itu dan menaruhnya di laci miliknya.
“Ada apa Kaka-Kakaku kemari?” katanya kemudian berdiri dan berjalan menuju sofa yang berada di ruangan itu.
Kedua kakanya bahkan sedang duduk disana dan sedikit menyandar pada sofa yang dipilih Damas agar nyaman digunakan.
“Kami hanya mengingatkan, ulangtahun Nada Indonesia Corp sebentar lagi. Kamu harus membawa kekasihmu untuk diperkenalkan kepada kami! Kamu paham?” seru Dana yang sudah berbicara bahkan susah untuk dihentikan.
“Iya, aku mengingatnya.” Katanya sambil menyesap kopi yang baru saja dihidangkan oleh sekertarisnya yang manis. “Tapi, aku tidak akan datang dengan kekasihku.” Sambung lelaki itu lagi.
“Memangnya sampai sekarang masih belum ada yang bisa memikat hatimu? Sampai-sampai kau masih juga tidak memiliki kekasih. Ayolah, Damas. Jangan terlalu tinggi memberikan standar untuk menjadi kekasihmu. Bahkan sekertarismu saja pasti ingin jika kamu ajaknya berkencan.” Cerocos Dana lagi.
“Jangan ngawur Ka. Vania sudah memiliki kekasih dan bulan depan mereka akan menikah.” Katanya berhenti sebentar lalu, “Damas suka pada Kalea, Ka! Tapi sayangnya gadis itu tidak suka padaku.” Damas jujur sambil mengacak frustasi rambutnya yang tebal dan hitam.
Kedua kakanya langsung saling bertatapan.
“Oh, Astaga kamu benar menyukai Kalea Pradipta? Si penyanyi bersuara merdu nan sukses itu?” tanya Dana membulatkan matanya tak percaya.
Dania menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan adik keduanya.
******
“Baiklah, Kalea bersiap ya.” Kata seorang crew dalam sebuah acara talk show yang dibintanginya.
“Iya.” Jawabnya tersenyum.
Kemudian Kalea masuk dan menyanyikan single terbarunya. Kalea sangat cantik, ia menggunakan dress berwarna putih tulang dengan hiasan renda berwarna kuning mustard yang membuatnya keliatan sangat feminim. Rambutnya sengaja ia cepol dan membiarkan anak rambutnya terurai bebas dengan di bagian kiri dan kanannya.
“Kalea Pradipta!” Sapa Nania sang pembaca acara kondang.
“Haloo … Ka Nania.” Sapa Kalea sambil cipika cipiki.
Semua orang yang menontonnya dan memberikan tepuk tangan karna lagu dari single terbarunya yang sangat menyentuh hati untuk siapa saja yang mendengarnya. Judulnya Cinta Kita. Kalea kemudian dipersilahkan duduk di sofa berwarna kuning cerah.
“Untuk kalian yang sudah menunggu. Nih aku hadirkan Kalea Pradipta. Penyanyi muda berbakat dan juga cantik tentunya ramahnya minta ampun. Kalea, apa kabar?” Nania menyambut Kalea begitu ia duduk di sofa kuningnya itu.
“Baik! Alhamdulillah, Ka.” Jawabnya tersenyum.
“Banyak loh, dari penonton-penonton aku yang request ke kita untuk kamu, kita datangkan kesini. Judul single terbaru kamu kan ‘CINTA KITA’. Berkisah tentang apa sih lagu ini?” tanyanya ramah.
“Sebelumnya terimakasih banget aku sudah diundang ke acara Nania Talks. Ok, single terbaru aku ini berkisah tentang seorang perempuan yang sayang banget sama cowonya. Tapi mereka harus terpisah karna cowonya koma dan si cewe berjanji akan terus menyayangi si cowo sampai kapanpun. Gitu … intinya sih seperti itu.” Jelasnya sambil tersenyum.
“Ok, kita commersial break dulu ya. Jangan kemana-mana, tetap di Nania Talks.”
Kemudian Nania dan Kalea berbincang sebentar. Nania juga meminta izin jika ia akan menanyakan beberapa pertanyaan pribadi. Kalea kemudian menyetujuinya dan mengizinkan untuk bertanya tentang masalah pribadinya.
“Balik lagi di Nania Talks … masih ada bersama kita, Kalea Pradipta. Penyanyi muda berbakat, yang kata orang ramah banget ya, memang benar sih. Akupun sebagai teman yang sudah berkecimpung di dunia entertain berbarengan ya sama Kalea.”
“Huuuu …” penonton menyoraki Nania yang memang terkenal dengan ke narsisannya yang ga mau dibilang tua.
Wanita cantik itu padahal masih berusia 35 tahunan dan terlihat masih cantik.
“Ih, kalian kenapa sih. Aku kan emang seumuran sama Kalea!” protesnya kepada penonton sambil tersenyum. “Ok, balik lagi. Ke pertanyaannya. Ini lagu akan kembali dikeluarkan barengan dengan album baru atau kamu hanya ngeluarin single terbaru aja?”
“Pastinya aku akan ngeluarin album baru, Ka. Nama albumnya juga Cinta Kita. Cuma memang masih belum launching. Mungkin bulan depan aku akan launching album terbaru ‘Cinta Kita’ ini.”
“Wah, sukses dengan album barunya. Lalu, album kamu ini gimana? Apakah mellow-mellow gitu seperti genrenya kamu atau kamu buat album yang berbeda dari yang sebelum-sebelumnya?”
“Untuk genre sendiri, masih sama dengan album sebelumnya yaitu mellow, romantic, galau. Tapi nanti aku akan berkolaborasi dengan penyanyi pria papan atas Indonesia.”
“Siapa tuh, Lea? Kasih kita bocoran ga?”
“Hahaha … nanti ya tunggu tanggal mainnya aku bakalan kasih tau siapanya. Sekarang masih dirahasiakan dulu ya.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Yah, aku penasaran nih. Boleh dong, kasih tau. Inisialnya deh, inisial.”
“Ok … aku kasih tau inisialnya A.”
“Nah, kalian bisa tebak ga siapa si A itu?”
“Lea, aku ada titipan pertanyaan nih dari netizen. Kamu harus jawab …”
“Wajib nih, Ka?”
“WAJIB! Hahahaha … “
“Ok, aku siap!” tersenyum.
“Kamu dikabarkan sedang dekat dengan seorang pengusaha berinisial M. Bener ga sih?”
“Hahahaha … harus wajib dijawab ya, Ka?”
“Oh, iya!” kata Nania mantab. “Bener ga? Kita semua pada kepo loh.”
“Hahahah … Aduh, Ehmmm … ok ok ok. Ini Cuma di Nania Talks ya. Selama ini aku diam-diam aja. Soalnya masih belum siap. Karna takut malah difikir aku gonta ganti pacar mulu.”
“Haha … ya ga lah. Wajar dong, usia muda gonta ganti pacar. Jangan dengarkan mereka. Dengarkan saja mami dan papi kamu.” Katanya tersenyum.
Kalea masih menimbang-nimbang, sambil tersenyum.
“Nah, jadi jawabannya apa? Yang aku tau si M ini tampan banget, tubuhnya atletis, pinter lagi, pengusaha pusat kebugaran dan healty food itu kan?” tebak Nania yang langsung berasumsi dengan lelaki yang sedang dekat dengan Kalea saat ini.
“Hahaha … aduh … ok ok … iya bener. Kami memang dekat. Doain aja ya yang terbaik.”
“Hahaha … kalian wahai laki-laki di luar sana, ga usah ngarepin Lea lagi. Lea udah punya pacar ya. Jadi kalau mau deketin aku aja.” Katanya diikuti tawa khas Nania yang renyah.
“Sebelum lanjut kepertanyaan berikutnya, kita commersial break dulu ya, jangan kemana-mana tetap di Nania Talks.”
Di sisi lain, seorang pria yang tak kalah tampan dari ciri-ciri laki-laki yang di sebutkan oleh Nania tadi. Sedang terbakar api cemburu karna gadis yang ia cintai ternyata benar sudah memiliki kekasih. Laki-laki itu mengepalkan tangannya dan beberapa kali terlihat membenturkan tangannya ke meja singgah sananya dan berteriak kesal.
******
“Kamu kenapa Damas?” tanya Dania yang sudah duduk di sebelah Damas.
Laki-laki itu sedang duduk termenung di pinggir kolam renang, malam yang sepi itu.
“Ga apa-apa, Ka!” jawab Damas datar kemudian menoleh pada kaka pertamanya.
“Kakak tau kamu sedang sedih, Mas. Kakak mohon jangan seperti ini.” Bujuk Dania yang seolah mengerti apa yang menjadi kesedihan adiknya.
“Aku janji ini semua ga akan menghancurkan pekerjaan aku, Ka!”
“Jangan hanya berjanji. Tapi kamu harus menepatinya. Buktikan juga kalau kamu bisa mendapatkan Lea. Kaka setuju banget kalo kamu sama Lea pacaran. Nikahi dia kalau bisa.” Ucap Dania lagi yang kini memberikan semangatnya.
“Tapi gimana caranya, Ka? Malah yang aku tau, mereka akan segera menikah.”
Dania membisikan sesuatu kepada adiknya itu dan setelahnya mereka berdua tersenyum sambil saling menatap.
******
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter 6 di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. eFBe author : @chisizachoi Love, Author 💗 💗 💗
Hari itu Nada Indonesia Corp berulangtahun. Kalea menjadi salah satu tamu kehormatan yang diundang dalam acara besar itu. Tapi kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nada Indonesia Corp akan merayakan dua kali ulang tahunnya. Yang pertama adalah makan malam bersama dengan keluarga Evans alias pemilik Nada Indonesia Corp. Kalea beruntung karena hanya beberapa penyanyi dan grup band yang diundang dalam makan malam ini. Kalea baru diberitahukan jika dirinya menjadi salah satu penyanyi di bawah naungan Nada Music yang diundang dalam acara makan malam itu, minggu lalu. Kala itu, Dania menelpon secara langsung kepada Kalea dan memintanya agar hadir. Karna Dania yang mengundangnya secara langsung, ia tak berani menolaknya. Walaupun sejujurnya ia masih merasakan lelah karna ia baru saja pulang dari Malaysia siang itu. Dania memerintahkan Damas untuk menjemput penyanyi kesayangannya itu ke rumahnya. Bahkan Kalea sudah me
Sesampainya di resto milik keluarga Adams, Kalea dan Damas langsung masuk melewati kerumanan wartawan. Mereka menunggu tamu-tamu untuk meliput acara jamuan makan malam sebelum akhirnya lusa akan mengadakan pesta. Damas sengaja menyodorkan tangannya untuk membantu Kalea agar lebih mudah berjalan. Walaupun hatinya sedang sakit karna pernyataan Kalea diperjalanan tadi, tapi Laki-laki itu berusaha mengembangkan senyuman agar orang lain tak tahu jika dirinya sedang patah hati. Kaka pertamanya Dania, sudah menyunggingkan senyum ketika melihat Damas berhasil melewati wartawan dengan menggandeng Kalea ke hadapan mereka. Rencananya untuk mendekatkan adiknya dan gadis yang ia cintai itu berjalan dengan lancar. Kalea juga menyunggingkan senyuman di depan semua orang walaupun, sebenarnya ia tidak enak karna harus menggandeng tangan Damas yang notabene adalah bossnya. Ia juga bahagia karna bisa merasakan lengan Damas yang padat berotot itu. “Kalea!”
Marco memarkirkan mobil Range Rovernya di halaman sebuah rumah minimalis yang dikombinasi warna putih dan abu-abu. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Kedua orangtuanya dan saudarinya tinggal disana. Semenjak Marco mempunyai bisnisnya sendiri dan sudah memiliki cukup uang untuk membeli penthouse yang sekarang ia tempati, ia meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal sendiri dan belajar mandiri. Ketika kedua orangtuanya mengizinkan ia langsung memilih penthouse sebagai tempat tinggalnya. Kebetulan, teman satu angkatannya ketika kuliah adalah pengembang penthouse itu. Jadi ia dengan mudah memiliki penthouse itu. Sebelum orangtuanya mengizinkan Marco pindah ke penthousenya mereka meminta agar dirinya tetap pulang ke rumahnya secara rutin agar mereka tidak merasa kehilangan anak laki-laki mereka. Dengan menyetujui syarat itu, akhirnya Marco dengan mantap menempati penthousenya.
“Halooo … Lea!” sapa laki-laki yang memang selalu mengejar Kalea. Laki-laki itu baru saja melihat Kalea keluar dari kelasnya dan segera mengejarnya juga merangkul gadis manis itu. Kalea yang mendapat perlakuan itu langsung terkejut dan mendadak berhenti berjalan. Padahal tadinya ia ingin sekali langsung pulang dan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya sambil menonton film Korea. “Astaga!” katanya terkejut. “Kok kamu kaya ngeliat setan sih? Aku Mario, Kalea!” protes laki-laki yang masih betah merangkulnya. “Ihhh … lo ngapain sih ngagetin gw aja!” Kalea mengurai rangkulan Mario dan melepaskannya dengan paksa. Mario hanya bisa menerimanya karna memang ia juga tidak ingin membuat keributan dan menjadi pusat perhatian di sekitarnya. “Ok-ok relax … relax, Kalea!” ucap lelaki itu menenangkan Lea. Kalea hanya mengerucutkan bibir ranumnya dan membetulkan posisi to
Di luar wartawan memang sudah ramai dan memanggil-manggil nama Marco untuk meminta penjelasan atas berita yang mereka dapatkan. Papi benar-benar marah dengan kelakuan Mario yang bisa menimbulkan pendapat lain tentang putra pertamanya itu. Apalagi ini juga bisa berdampak pada nama baik keluarganya juga. Marvel langsung menelpon Marco untuk memberitahukan tentang apa yang terjadi di rumahnya. Marco yang baru saja sampai mengantar Kalea setelah menghabiskan waktu bersama dengan movie marathon di penthousenya langsung terkejut mendengar apa yang baru saja diberitahukan oleh papinya. “Kamu berhati-hati ya, Nak! Papi mohon untuk jaga Kalea.” Kata Marvel kepada pada Marco di akhir kalimatnya. “Iya, Pi!” jawab Marco pasrah sebelum papinya memutuskan sambungan telponnya. Marco ingin sekali membuat perhitungan pada Mario. Tapi itu akan semakin membuatnya merasa menang. Ia kemudian memberitahukan pada Kalea tentang apa yang terjadi. Kale
“Ok, aku pulang dulu Lea!” kata Damas yang baru saja menyampaikan perasaannya dan ia sudah merasa lega. Damas mencium pipi Lea sebagai simbol perpisahan. Kalea membulatkan matanya walaupun ada semburat merah di pipi mulusnya yang membuatnya terlihat semakin gemas. Sebelum Damas masuk ke dalam Rover hitamnya yang sudah terparkir sejak tadi, ia melambaikan tangannya diikuti seulas senyuman yang membuat gadis itu tersenyum balik ke arahnya. Lea kini menganggapnya sebagai teman yang bisa dibagi suka dan dukanya bersama. Ia fikir biarkan saja gadis itu menganggapnya seperti itu. Toh ia, juga tidak akan merasa rugi walaupun hatinya hancur karna sebentar lagi dirinya akan melihat Kalea bersanding dengan laki-laki lain. Bahkan laki-laki itu adalah teman duelnya saat SMA. Baru saja Damas akan masuk ke dalam mobilnya, Marco datang dan langsung menarik kerah baju yang di kenakan Damas. Kalea yang melihat kejadian itu terkejut melihatnya. Ada kilata
Aku memacu motor sportku dengan kecepatan sangat tinggi. Kebetulan, jalan malam itu juga sangat lengang. Aku berceloteh dalam hati dan benar-benar merasa cemburu dan kecewa karna Kalea lebih memilih bossnya dibanding diriku yang bisa dibilang calon suaminya sendiri. Tinggal menghitung hari aku benar-benar akan memiliki gadis impianku itu. Sejujurnya aku kecewa dengan sikap Kalea tadi. Tapi aku mau membiarkan Lea berfikir jika aku tidak suka dengan sikapnya yang terlalu menganggap semua pria itu sama saja, seperti temannya. Bahkan dia tidak menyadari jika Damas juga menyukainya. Aku sadar dan tau betul jika lelaki itu akan berusaha semampunya untuk mendapatkan yang dia inginkan. Pasti, jika aku biarkan dia. Damas akan semakin memanfaatkan keluguannya. Tidak-tidak! aku tidak mau mengulagi kesalahanku karna kehilangan gadis yang aku cintai untuk yang kesekian kalinya. Marco POV END Namun tiba-tiba motornya oleng dan …
Operasi untuk Marco telah dilaksanakan dengan baik. Tapi Marco masih belum sadar dan dia sudah dipindahkan masuk ke ruang ICU. Damas masih terus menemani Kalea dan tidak beranjak dari sisinya walaupun hanya sebentar saja. Marriane meminta kalea untuk menemaninya ke kafetaria untuk membeli minuman untuk kedua orangtua dan dirinya. “Lea!” kata Ane begitu mereka duduk disalah satu bangku untuk menunggu minuman yang mereka pesan siap. “Ya, Ane!” jawab Kalea dengan mata yang sudah sangat sembab dan bengkak. “Boleh gw tanya sama lo?” tanya Ane dengan rasa tidak enak pada sahabatnya itu. Lea mengangguk pelan menatap mata sahabatnya. “Apa Damas menjadi salah satu sebab kalian berdua bertengkar?” tebak Ane kali ini. Deg Jantung Kalea seperti ingin mencelos keluar. Ia membulatkan matanya tak percaya. Tebakan Ane memang benar adanya. Karna saking lamanya berteman, Ane jadi tau segalanya tentang Lea. Bahkan un
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di
3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas