Lea turun dari lantai 2 kamarnya dengan menenteng tas berwarna coklat muda dan memakai flat shoes berwarna senada dengan tasnya. Ia juga langsung duduk di sebelah Marco sambil melihat-lihat feed I* orang yang dikenalnya di ponselnya yang berwarna kuning dengan logo apel digigit keluaran terbaru miliknya.
Kedua orang tuanya dan Marco menatap serius kepada gadis yang baru saja mendaratkan bokongnya di sofa empuk nan lembut itu. Gadis itu juga sudah memakai dress berwarna medium brown dengan bermotif bunga-bunga berwarna merah dan putih berkerah sabrina yang memperlihatkan bahunya yang mulus. Juga dengan panjang dress menutupi kaki jenjangnya namun dengan belahan panjang hingga 3cm di atas lututnya. Menimbulkan kesan feminim dan sedikit sexy.
“Lea!” panggil papihnya menatap anaknya serius.
“Ya!” jawabnya singkat dan melihat papihnya itu.
Ia kemudian meletakkan ponselnya ke dalam tasnya.
“Marco, baru saja melamarmu kepada kami.” Kata papinya singkat.
“Me-melamar aku?” tanya Lea bingung.
Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. Lalu menoleh pada Marco yang wajahnya masih terlihat tegang karna belum mendengar jawaban dari Lea. Marco tersenyum canggung.
“Iya, Sayang. Marco bilang ia serius padamu.” Tambah maminya.
Lea terdiam menatap maminya, Lalu bergantian menatap papinya yang duduk di sebelahnya.
“Lalu apa jawabanmu?” tanya papinya.
“Tapi aku masih kuliah Coco. Dan aku juga masih ingin mengejar karirku sebagai penyanyi.” Kata Lea menatap Marco dengan tatapan keterkejutannya.
“Setelah kita menikah aku tidak akan menghalangi keinginanmu. Kamu tetap boleh mengejar mimpimu dan tetap berkuliah menyelesaikan sarjanamu, bahkan jika kamu ingin melanjutkan kuliahmu lagi setelah S1mu selesai. Aku tidak akan menghalanginya. Aku juga ingin punya istri yang berpendidikan, Lea. Juga bisa menyeimbangkan untuk dirinya dan keluarga.” Jelas Marco dengan lembut dan menggenggam tangan Lea yang terasa dingin.
Lea menatap sebentar wajah Marco dan beralih kepada kedua orang tuanya. Kemudian ia menutup matanya sejenak. Dan berusaha mencari kata-kata yang pas. Biar bagaimanapun hubungannya dengan Marco baru berjalan 3 hari dan Marco jelas-jelas membuktikan keseriusan ucapannya ketika di penthousenya malam itu.
“Baiklah. Aku terima lamaranmu. Tapi aku mau kamu berjanji untuk tidak menghalangi impianku dan kuliahku.” Tatapnya dalam.
“Iya aku berjanji!” kata Marco tersenyum tulus.
Kedua orang tua Kalea tersenyum mendengar jawaban Lea yang menyetujui permintaan Marco. Orangtuanya tau jika memang Lea, pernah berucap ingin menikah jika dirinya sudah menginjak kepala 2. Tapi saat itu, ia masih belum memiliki kekasih dan masih kecil. Seiring berjalannya waktu, Lea sudah tidak pernah lagi mengutarakan niatnya itu untuk menikah muda karna sedang asyik dengan karir dan kuliahnya. Namun, tak disangka-sangka mereka dapat kabar itu benar-benar di saat Lea sudah menginjak usia 20 tahun 2 bulan lalu. Dan orangtuanya sangat bersyukur karna Marco yang menjadi kekasihnya.
******
“Kamu gila Marco!” kata Lea terkekeh begitu sampai di penthouse kekasihnya itu
“Aku sudah gila karnamu, Lea!” kata Marco kemudian memutar tubuh kekasihnya itu hingga menghadapnya. Menatap sebentar wajah Lea yang cantik, polos dan tanpa make up itu. Lalu, ia menggendong gadisnya itu dan menaikkannya ke minibarnya.
Marco mulai melumat bibir ranum Lea dan memeluk pinggang Lea dengan sangat possessive. Hari itu Marco sangat bahagia karna dirinya sebentar lagi akan memiliki gadis impiannya. Dan bulan depan mereka berdua akan menikah. Walau usia Lea masih sangat muda. Tapi Marco berjanji tidak akan membuat gadis itu hamil sebelum ia menyelesaikan kuliahnya atau sampai gadis di hadapannya itu siap dengan kehamilan.
“Aku mencintaimu, Lea!” kata Marco di tengah ciumannya.
“Aku tidak!” kata Lea bercanda.
“Apa yang kamu ucapkan barusan? Coba ucapkan sekali lagi!” kata Marco yang tak terima jika Lea mengatakan tidak mencintainya dengan muka yang kesal sambil berkacak pinggang.
“Aku tidak mencintaimu, Marco!” ulang Lea dengan lantang sambil tersenyum kecil.
Setelah mendengar kalimat itu, Marco terdiam sejenak menatap iris mata hazel milik Lea.
“Kamu inginku hukum rupanya!” Marco kemudian menggendong tubuh ramping kekasihnya itu.
Dalam langkah menuju kamarnya, Marco menautkan bibirnya lagi pada bibir ranum Lea. Sejak mereka jadian. Marco selalu tak puas jika mencium Lea hanya sebentar. Ia bahkan tak ingin mengantar Lea pulang dan ingin sekali menahan gadis itu di penthousenya dan berciuman sepanjang hari. Bibir Lea sudah menjadi candu baginya.
******
Dering suara ponselnya terdengar sangat nyaring hingga membuatnya terbangun. Marco dan Lea sama-sama tertidur akibat kelelahan. Sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak, Marco menggelitiki tubuh Lea sampai-sampai gadis itu menggeliat-geliat akibat perlakuannya. Dia bahkan meminta ampun atas kejailannya yang mengatakan jika ia tidak mencintai Marco tadi. Itulah hukuman yang diberikan Marco.
“Ya, hallo!” jawabnya begitu nada sambungnya terhubung dengan seorang lelaki yang nomornya tidak ia ketahui.
“Maaf, Pa. Ini saya sudah ada di bawah. Pesanan Bapa saya titip ke receptionist atau bagaimana?” tanya seorang supir ojek online yang mengantarkan pesanan makanan untuk mereka berdua.
“Oh, oke saya ke bawah. Tunggu ya, Pa.” Kata Marco kemudian bangkit dari ranjangnya dan memutuskan sambungan telponnya.
Sebenarnya agak sulit, karna di penthouse itu dirinya tidak memiliki assisten satupun yang menginap. Jadi jika ia malas masak seperti ini. Ia harus rela turun ke lobby dan mengambil pesanan makanan. Mungkin setelah ia menikah dengan Kalea, ia harus mempunyai satu atau dua orang ART untuk membantu Kalea di rumah itu. Kalea pasti akan sibuk dengan segala kegiatannya. Jika sudah di rumah juga pasti ia akan kelelahan jika harus memasakkannya makanan juga.
“Terima kasih ya, Pa.” Kata Marco begitu menerima bungkusan paper bag dari restonya.
“Iya, Mas. Mari!” kata supir ojol itu ramah.
Marco kemudian membawa paper bag yang ia pesan dari restonya. Ia juga meminta untuk dikirimkan oleh Ane ice cream kesukaan kekasihnya itu. Karna jika tidak makan ice cream sehari saja, Lea pasti seperti orang yang kehilangan induknya. Uring-uringan tidak jelas.
“Darimana Sayang?” tanya Lea begitu melihat kekasihnya keluar dari lift pribadi khusus untuk penghuni penthouse itu.
Lea baru saja bangun karna melihat Marco tak ada di sampingnya. Jadi ia memutuskan untuk keluar dari kamar itu. Tapi malah melihat Marco baru saja keluar dari lift entah dari mana sambil membawa kantung belanjaan yang terlihat seperti dari resto healthy food miliknya.
“Nih, ambil makanan di lobby.” Katanya sambil menunjukkan barang bawaannya.
Lea kemudian mendekat kepada kekasihnya yang sedang menaruh kantung belanjaannya itu dan menyiapkan makan malam untuk mereka. Gadis itu memeriksa barang-barang apa yang baru saja sampai. Ia berjingkat kegirangan karna melihat Marco membawakannya ice cream favorite dari gerai Marriane, sahabatnya. Coco benar-benar membuatnya merasa beruntung. Tak perlu memintanya, Coco bahkan sudah tau apa yang diinginkannya. Bak cenayang bisa membaca segala fikirannya.
“Kamu tau? Aku sudah memberitahukan pada Ane jika kita akan menikah bulan depan. Dan dia sangat senang karna sebentar lagi sahabatnya akan menjadi Kaka Iparnya.” Jelasnya sambil menyuapkan salad sayur yang baru saja ia bawa ke meja makan.
Lea tersenyum gembira.
“Dulu, waktu aku kecil. Aku sempat bicara pada diriku sendiri. Dan ketika remaja, aku pernah bicara pada orang tuaku. Aku ingin menikah saat umurku 20 tahun. Setelah aku menjadi seorang penyanyi dan sibuk dengan kuliahku, aku tak ingin itu terjadi.”
“Loh, kenapa?” tanya Marco bingung hingga mengerutkan keningnya.
“Aku hanya takut jika harus berpisah dengan orang tuaku. Kamu tau kan jika aku hanya anak satu-satunya. Aku takut jika mamih dan papihku akan kesepian. Dengan aku pergi untuk manggung saja aku sudah merasa bersalah. Apalagi aku harus menikah buru-buru dengan kekasihku kelak,” katanya sambil menatap mata Marco yang sedari tadi mendengarkannya.
“Lea, jika nanti kamu menikah denganku. Aku tidak akan pernah melarangmu untuk bertemu dengan orang tuamu. Bahkan kalau perlu, kamu bisa setiap hari bertemu dengan mereka jika kamu ingin. Aku berjanji tidak akan menghalangimu,” memegang tangan Lea dan membalas tatapan kekasihnya itu dengan lembut.
“Kamu yakin?” meyakinkan kekasihnya.
“Tentu saja!” tersenyum dan membelai pipi mulus Lea, “aku akan melakukan apapun untukmu dan kebahagiaanmu. Jika kamu bahagia aku akan menurutinya. Asal aku bisa melihatmu bahagia.” Lanjutnya.
“Terima kasih, Cocoku Sayang.” Kemudian tersenyum.
******
Damas Evans, lelaki bertubuh tinggi berparas tampan dan memiliki kulit sawo matang, juga iris mata berwarna coklat itu adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan keluarga yang terkenal di Indonesia. Perusahaan bergerak dalam bidang label music, perkebunan, perikanan dan juga kuliner.
Nada Indonesia Corp adalah nama perusahaan yang berada di bawah kekuasaan Damas. Salah satu anak perusahaannya adalah Nada Music yang sudah banyak mencetak penyanyi pop Indonesia. Salah satu penyanyi naungan Nada Music adalah Kalea Pradipta. Label rekaman itu juga menjadi label rekaman bertaraf internasional. Semenjak di bawah wewenangnya nama perusahaan itu menjadi semakin diperhitungkan. Damas sendiri adalah anak bungsu dan laki satu-satunya dikeluarga Evans. Kedua kakanya perempuan dan sama-sama sudah menikah. Ayahnya sudah pensiun sejak 2 tahun lalu.
Kaka-kaka perempuannya kini ditugaskan hanya sebagai pengawas dirinya dan ayahnya berpesan pelan-pelan harus melepaskan Damas sebagai pemimpin perusahaan yang sudah dirintisnya sejak ia menikah dengan Ibu Damas.
Damas berusia 25 tahun saat ini. Ia sudah menyelesaikan kuliahnya dengan gelar cumlaude. Damas terkenal pintar dalam segala hal. Walau orang lain mengira dirinya sangat ramah, sesungguhnya di balik keramahan itu ada menyimpan rasa kesepian. Ia mendambakan menikah muda dengan gadis impiannya. Tapi sayangnya gadis yang sudah dipacarinya selama 3 tahun itu mendadak dinyatakan hamil dan ayah dari bayi yang dikandungnya bukanlah dirinya. Sungguh itu seperti tamparan yang sangat keras baginya.
Gadis Maharani, perempuan blasteran Indo Austalia itu terlihat sangat lugu. Bahkan Damas sangat menyukai keluguan Gadisnya itu. Tapi ia bahkan tak menyangka jika Gadis tega mengkhianati dirinya dengan sahabatnya sendiri. Semenjak ia memutuskan hubungannya dengan Gadis, Damas menjadi orang yang lebih pendiam dan lebih suka berdiam diri di rumahnya dan menyibukkan dirinya dengan bekerja dan berolahraga.
******
Damas menatap gadis yang sedang berada di dalam studio dan sedang merekam suaranya. Suaranya benar-benar sangat bagus dan membuatnya begitu mengaguminya. Sejak dulu, Damas memang menyukai suara indah nan merdu milik Kalea Pradipta. Lea sendiri sudah tau jika bossnya itu memang mengagumi suara indahnya. Tapi sayangnya, Damas tidak penah memujinya di depannya.
“Ok, Kalea! Kita lanjut besok ya.” Kata seorang lelaki berwajah tak kalah tampan yang duduk di hadapannya itu.
Kalea tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya memberikan hormat. Damas yang melihat itu, langsung balik badan dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Dania tiba-tiba muncul dari balik tembok yang membatasi studio rekaman dengan balkon di lantai 12 gedung itu.
Ya, gedung itu juga merupakan salah satu aset perusahaannya dan sudah tentu gedung itu sudah didekorasi sebagus dan semodern mungkin. Karna memang Damas menginginkan gedung itu terlihat modern dan menarik.
“Damas!” panggil Dania begitu melihat adiknya sedang berjalan terburu-buru karna takut kepergok melihat penyanyi idolanya.
Mau tak mau ia melambatkan langkahnya. ‘Sial kenapa Kaka ada di sini coba.’ Batinnya.
“Ya, Ka!” katanya membalikkan tubuhnya dan menghadap kakanya.
“Kamu darimana?” selidik Dania.
“Ehmm … Itu, anu-“ katanya grogi, ia berusaha mencari kata yang tepat agar kakanya tak mengatakan yang sesungguhnya. Karna ia sudah melihat Kalea sedang berjalan ke arahnya.
Tempat Damas berdiri memang dekat dengan lift.
******
Hi, Semoga kalian suka ya dengan chapter … di novel ini, ya. Nantikan kisah cintanya Damas dan Kalea dalam novel WAITING FOR HER LOVE ini ^_^. Jangan lupa untuk berikan rate 5 pada cerita author ini, tambahkan pada library kalian dan juga comment pada setiap chapternya ya (Tapi mohon untuk tidak membocorkan isi cerita yang author publish di kolom comment ya Sayang-sayangkuuu ^_^). Berikan Vote untuk Damas dan Kalea juga ya Sayang-sayangku. eFBe author : @chisizachoi Love, Author 💗 💗 💗
Kalea keluar dari ruangan studio rekaman yang berada di lantai 12 gedung mewah itu. Diikuti dengan seorang wanita dan laki-laki yang menjadi asisten dan managernya. Mereka berdua memang selalu ikut kemanapun Kalea pergi. Mereka bernama mas Dani yang ditunjuk sebagai managernya dan ka Vina ditunjuk sebagai asistennya. Semenjak kemunculannya menjadi penyanyi, mas Dani ditunjuk menjadi asistennya, lalu ketika jobnya sudah semakin banyak mas Dani diangkat menjadi road managernya sedangkan untuk masalah keuangan tetap dipegang oleh mamihnya. Ka Vina sendiri baru saja bergabung 3 bulan lalu, karna Lea juga membutuhkan seorang MUA dan juga fashion stylist untuk melengkapi setiap penampilannya. Ia lelah jika harus mengerjakannya sendiri. Kebetulan ka Vina adalah seniornya di kampusnya. Sayangnya ia tidak melanjutkan kuliahnya karna keterbatasan biaya. Jadi ia memutuskan untuk meminta ka Vina bekerja dengannya. Ka Vina sendi
Seorang kepercayaan Damas membawakan sebuah map coklat yang berisi data pribadi seseorang. Damas meminta data yang lengkap tentang laki-laki yang bersama dengan Kalea. Ia sendiri belum mengetahui jika laki-laki itu adalah tunangan Kalea sekarang ini. Dania sudah menceritakan tentang pertemuannya dengan Kalea dan seorang lelaki yang menemaninya kemarin. Tapi Dania tak bicara soal status hubungan mereka berdua pada Damas. Mungkin jika kakanya menyampaikan itu, adiknya pasti akan kembali patah hati. Damas membuka map coklat itu dan membuka juga meneliti data-data yang ada disajikan oleh asistennya. Dia benar-benar terkejut jika laki-laki itu adalah teman duelnya ketika berada di SMA dulu. Marco Avilash Putra pewaris perusahaan Avilash Group yang menjadi saingannya kini. Dulu ketika Marco dan Damas sama-sama bersekolah di SMA yang sama mereka tidak pernah akur, bahkan kali ini dia juga tidak akan pernah mengalah untuk Kalea. “Terimakasih! Kamu boleh pergi.
Hari itu Nada Indonesia Corp berulangtahun. Kalea menjadi salah satu tamu kehormatan yang diundang dalam acara besar itu. Tapi kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nada Indonesia Corp akan merayakan dua kali ulang tahunnya. Yang pertama adalah makan malam bersama dengan keluarga Evans alias pemilik Nada Indonesia Corp. Kalea beruntung karena hanya beberapa penyanyi dan grup band yang diundang dalam makan malam ini. Kalea baru diberitahukan jika dirinya menjadi salah satu penyanyi di bawah naungan Nada Music yang diundang dalam acara makan malam itu, minggu lalu. Kala itu, Dania menelpon secara langsung kepada Kalea dan memintanya agar hadir. Karna Dania yang mengundangnya secara langsung, ia tak berani menolaknya. Walaupun sejujurnya ia masih merasakan lelah karna ia baru saja pulang dari Malaysia siang itu. Dania memerintahkan Damas untuk menjemput penyanyi kesayangannya itu ke rumahnya. Bahkan Kalea sudah me
Sesampainya di resto milik keluarga Adams, Kalea dan Damas langsung masuk melewati kerumanan wartawan. Mereka menunggu tamu-tamu untuk meliput acara jamuan makan malam sebelum akhirnya lusa akan mengadakan pesta. Damas sengaja menyodorkan tangannya untuk membantu Kalea agar lebih mudah berjalan. Walaupun hatinya sedang sakit karna pernyataan Kalea diperjalanan tadi, tapi Laki-laki itu berusaha mengembangkan senyuman agar orang lain tak tahu jika dirinya sedang patah hati. Kaka pertamanya Dania, sudah menyunggingkan senyum ketika melihat Damas berhasil melewati wartawan dengan menggandeng Kalea ke hadapan mereka. Rencananya untuk mendekatkan adiknya dan gadis yang ia cintai itu berjalan dengan lancar. Kalea juga menyunggingkan senyuman di depan semua orang walaupun, sebenarnya ia tidak enak karna harus menggandeng tangan Damas yang notabene adalah bossnya. Ia juga bahagia karna bisa merasakan lengan Damas yang padat berotot itu. “Kalea!”
Marco memarkirkan mobil Range Rovernya di halaman sebuah rumah minimalis yang dikombinasi warna putih dan abu-abu. Sudah lama ia tidak menginjakkan kakinya di rumah mewah itu. Kedua orangtuanya dan saudarinya tinggal disana. Semenjak Marco mempunyai bisnisnya sendiri dan sudah memiliki cukup uang untuk membeli penthouse yang sekarang ia tempati, ia meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk tinggal sendiri dan belajar mandiri. Ketika kedua orangtuanya mengizinkan ia langsung memilih penthouse sebagai tempat tinggalnya. Kebetulan, teman satu angkatannya ketika kuliah adalah pengembang penthouse itu. Jadi ia dengan mudah memiliki penthouse itu. Sebelum orangtuanya mengizinkan Marco pindah ke penthousenya mereka meminta agar dirinya tetap pulang ke rumahnya secara rutin agar mereka tidak merasa kehilangan anak laki-laki mereka. Dengan menyetujui syarat itu, akhirnya Marco dengan mantap menempati penthousenya.
“Halooo … Lea!” sapa laki-laki yang memang selalu mengejar Kalea. Laki-laki itu baru saja melihat Kalea keluar dari kelasnya dan segera mengejarnya juga merangkul gadis manis itu. Kalea yang mendapat perlakuan itu langsung terkejut dan mendadak berhenti berjalan. Padahal tadinya ia ingin sekali langsung pulang dan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya sambil menonton film Korea. “Astaga!” katanya terkejut. “Kok kamu kaya ngeliat setan sih? Aku Mario, Kalea!” protes laki-laki yang masih betah merangkulnya. “Ihhh … lo ngapain sih ngagetin gw aja!” Kalea mengurai rangkulan Mario dan melepaskannya dengan paksa. Mario hanya bisa menerimanya karna memang ia juga tidak ingin membuat keributan dan menjadi pusat perhatian di sekitarnya. “Ok-ok relax … relax, Kalea!” ucap lelaki itu menenangkan Lea. Kalea hanya mengerucutkan bibir ranumnya dan membetulkan posisi to
Di luar wartawan memang sudah ramai dan memanggil-manggil nama Marco untuk meminta penjelasan atas berita yang mereka dapatkan. Papi benar-benar marah dengan kelakuan Mario yang bisa menimbulkan pendapat lain tentang putra pertamanya itu. Apalagi ini juga bisa berdampak pada nama baik keluarganya juga. Marvel langsung menelpon Marco untuk memberitahukan tentang apa yang terjadi di rumahnya. Marco yang baru saja sampai mengantar Kalea setelah menghabiskan waktu bersama dengan movie marathon di penthousenya langsung terkejut mendengar apa yang baru saja diberitahukan oleh papinya. “Kamu berhati-hati ya, Nak! Papi mohon untuk jaga Kalea.” Kata Marvel kepada pada Marco di akhir kalimatnya. “Iya, Pi!” jawab Marco pasrah sebelum papinya memutuskan sambungan telponnya. Marco ingin sekali membuat perhitungan pada Mario. Tapi itu akan semakin membuatnya merasa menang. Ia kemudian memberitahukan pada Kalea tentang apa yang terjadi. Kale
“Ok, aku pulang dulu Lea!” kata Damas yang baru saja menyampaikan perasaannya dan ia sudah merasa lega. Damas mencium pipi Lea sebagai simbol perpisahan. Kalea membulatkan matanya walaupun ada semburat merah di pipi mulusnya yang membuatnya terlihat semakin gemas. Sebelum Damas masuk ke dalam Rover hitamnya yang sudah terparkir sejak tadi, ia melambaikan tangannya diikuti seulas senyuman yang membuat gadis itu tersenyum balik ke arahnya. Lea kini menganggapnya sebagai teman yang bisa dibagi suka dan dukanya bersama. Ia fikir biarkan saja gadis itu menganggapnya seperti itu. Toh ia, juga tidak akan merasa rugi walaupun hatinya hancur karna sebentar lagi dirinya akan melihat Kalea bersanding dengan laki-laki lain. Bahkan laki-laki itu adalah teman duelnya saat SMA. Baru saja Damas akan masuk ke dalam mobilnya, Marco datang dan langsung menarik kerah baju yang di kenakan Damas. Kalea yang melihat kejadian itu terkejut melihatnya. Ada kilata
Rahang dan tangan Coco sukses mengepal dan deru nafas yang tidak beraturan membuatnya menatap dua anak manusia yang sedang bergumul dengan gairah yang entah siapa yang memulainya. Lea dan Damas sukses dibuat jadi bergidik ngeri. Terutama Lea yang pasti akan menjadi tersangka atas kejadian yang baru saja tidak sengaja dipertontonkan untuk mantan calon suaminya itu. Lea yang tadinya terpejam bahkan langsung membeliakkan matanya karna mendengar suara yang begitu ia kenal itu. Damas juga jadi menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati tubuh istrinya dan ikut melihat ke sumber suara yang membuat mereka saling terdiam dan mengumpulkan kesadarannya sesegera mungkin.“Co … Co?” Lea terkejut melihat lelaki yang dulu hampir menjadi suaminya itu kini malah melihat dirinya dengan suami sahnya hampir melakukan hubungan intim di sana. Mereka yang sedang dikuasai oleh gairahh jadi tidak begitu fokus dengan suara derap langkah. Yang terdengar di ruangan itu adalah suara cecapan yang Damas lakuka
Dua hari kemudian, “Halo, iya Pa, tunggu sebentar ya. Saya keluar dulu.” Damas menjawab telpon seseorang ketika ia dan Lea sedang berada di ruang keluarga. Hari itu tidak ada jadwal yang mengharuskan Damas untuk berangkat ke kantor. Ia lebih memilih untuk berada di penthousenya menemani Lea. Jadilah Damas memesan makan siang untuk mereka nikmati berdua. Tak lama lelaki itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celananya setelah menjawab telpon dari orang yang mengantarkan makanan untuk mereka. “Siapa, Sayang?” tanya Lea yang kemudian menanyakan hal itu pada suaminya yang sekarang sudah berdiri dari sofanya. “Aku ke depan dulu ya, ini driver ojek onlinenya sudah sampai. Aku pesan makanan untuk kita berdua.” Kata Damas yang kemudian menyunggingkan senyumannya. “Oke aku tunggu,” Damas kemudian keluar setelah mengelus pucuk kepala Lea dengan sayang dan sedikit mencubit gemas pipi istrinya yang sudah terlihat sedikit chubby karna terlalu banyak disuguhkan makanan lezat dari su
3 Bulan kemudian.Damas akhirnya berhasil membujuk Lea untuk pulang ke rumahnya setelah mereka berdua menyelenggarakan acara 4 bulanan untuk anak mereka. Mereka membuat acara 4 bulanan untuk buah hati mereka tentunya dengan acara tertutup di sebuah resto yang sudah mereka booking khusus untuk acara itu. Hanya ada beberapa kerabat dan sanak saudara yang hadir dalam acara itu. Bahkan mungkin tidak lebih dari 200 orang yang datang untuk memanjatkan doa bersama untuk kesehatan dan kelancaran kelahiran buah cinta mereka.Lea sendiri memang awalnya menolak untuk membuat acara itu, mengingat kondisi Coco yang masih belum mengetahui kondisi dan situasi yang sebenarnya tentang hubungan mereka. Tapi Damas berjanji hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi apapun mengenai mantan teman duelnya itu. Jadilah, Lea akhirnya mau ikut dalam persiapan acaranya itu. Bahkan, Lea tampak paling bersemangat untuk mempersiapkannya.Setelah mereka sampai di kamarnya, Damas mulai membuka setiap helai benang yang
Ane langsung pulang ketika mendengarkan kabar dari Coco. Gadis itu juga begitu mengkhawatirkan sahabatnya. Walaupun Ane dan kedua orangtua Coco sudah tau apa yang menjadi penyebab Lea seperti itu. Tapi Ane tetaplah khawatir pada sahabatnya itu. Marvel dan Marlina langsung meminta Ane untuk pulang walaupun acara pernikahan salah satu kolega Marvel masih belum selesai terlaksana. Ane menurut mendengar perintah dari kedua orangtuanya untuk menemani Lea di mansion mereka. “Lea!” Ane sedikit berbisik ketika Lea sedang terlihat berbaring dan tertidur pulas di kamarnya. Ane mengelus lengan Lea dengan lembut sehingga membuat Lea tersadar. “Masih pusing?” tanya Ane ketika melihat Lea mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. “Ya, sedikit. Maaf aku jadi mengganggu acaramu, An.” Ucap Lea yang menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang king size milik sahabatnya. “Sama sekali
Kini hanya tinggal Coco dan Lea di dalam sebuah ruang tunggu. Lea diminta untuk menunggui Coco yang baru saja menyelesaikan terapinya. Gadis itu meminta pa Hardi untuk mengambilkan obat dan vitamin yang harus rutin diminum oleh Coco di apotik di dekat ruang tunggu itu. “Co, apa kamu ingin makan sesuatu?” tanya Lea yang kemudian menyodorkan menu makanan sebuah resto cepat saji pada layar ponselnya. Kebetulan setelah pulang dari Hospi Hospital, tidak ada orang di mansion keluarga Avilash. Kedua orangtua Coco dan Ane sedang pergi ke sebuah acara pernikahan kolega Marvel. Jadilah, hanya tinggal mereka berdua yang ada nanti di dalam rumah. Tentu saja, dengan pa Hardi sebagai pendamping bagi Coco saat ini. Karna mendengar rencana kedua orangtuanya, Coco juga meminta pa Hardi dan ARTnya tidak memasak untuknya. “Aku tidak ingin apapun yang ada disana,” ucap Coco sambil menggelengkan kepalanya. “Kamu harus makan. Kamu per
“Selamat, ya! Kandungannya Lea sehat. Aku akan meresepkan vitamin untuk Lea dan bayi kalian. diminum harus rutin dan jangan cape-cape ya, Lea. Aku tau jadwal kamu pasti padat. Pa Boss, ringankanlah tugas Istrimu jangan suruh dia bekerja dulu. Kalau bisa,” kata Dokter Syafima sambil memberikan senyuman pada Lea dan Damas yang tengah duduk di depannya. Dokter Syafima yang juga sempat menjadi penyanyi di bawah naungan perusahaan Damas itu ikut merasakan kebahagiaan yang tercipta di hadapannya. Ia merasa terkejut begitu melihat Damas nyatanya membawa Lea ke hadapannya untuk memeriksakan kandungannya. Saat mereka menikah, Syafima yang akrab disapa dokter Syasya itu diundang ke acara pernikahan mereka. Tapi, sayangnya Syasya tidak bisa datang dan mengirimkan doa dan juga beberapa hadiah ke penthouse Damas dan Lea. “Aku sih ingin saja, memberikannya libur. Tapi Ka Syasya juga tau kan Istriku ini sangat tidak bisa diam. Aku takut jika nantinya akan di
3 hari kemudian, “Selamat pagi,” sapa Lea pada seorang lelaki yang sedang berada di kursi roda. Lelaki itu sedang memandang indahnya kebun bunga milik maminya. Setiap pagi, hanya itu yang ia lakukan. Karna setelah mandi dan mengganti pakaiannya, pa Hardi selalu mengantarkan Coco ke taman bunga itu dan menyiapkan sarapannya di halaman belakang. Coco menoleh ketika Lea berada di sampingnya. “Sayang!” Coco langsung tersenyum dan sedikit menarik tangan Lea. Jelas saja, Lea sedikit banyaknya terkejut dengan apa yang Coco lakukan padanya. “Kenapa?” tanya Lea yang langsung mengerti jika lelaki itu memintanya untuk mendekat ke arahnya. “Darimana saja kamu? aku begitu merindukanmu,” ucapnya sambil mengelus pipi Lea dengan sangat sayang dan penuh kehati-hatian. “Maaf, karna beberapa hari ini aku tidak ada kabar. Aku harus rekaman dan melakukan sedikit jadwalk
Dalam perjalanan kembali ke kamarnya, ternyata Lea menelpon Ane. Getaran yang di kantung denim yang sedang ia kenakan terasa membuatnya berhenti sejenak dan merogoh kantung belakangnya. “Ada apa Ane? Apa terjadi sesuatu dengan Coco?” tanya Lea dengan suara paniknya. “Tidak, tidak! Coco baik-baik saja. Dia hanya begitu merindukanmu, Lea. Ia terus menanyakanmu. Menanyayakan keberadaanmu dan sedang bersama siapa kamu. Sepertinya perasaan Coco begitu kuat padamu, Lea.” Ucap Ane yang sedikit menyesali kebohongan yang sudah ia katakan pada kakanya tadi. “Aku juga merindukan Coco, An. Tapi aku tidak bisa kesana sekarang dan mendampinginya.” Ucap Lea dengan nada sedikit tidak enak. “Iya, aku tau Lea. Aku mengerti. Aku minta maaf karna seharusnya tadi aku tidak menciptakan kebohongan ini.”Sesal Ane yang juga merasa tidak enak pada sahabatnya itu. “Tapi aku akan usahakan untuk menemui Coco.” Janji Lea pada sahabatnya itu. “Ya, kami akan menunggu
Selama perjalanan pulang ke penthouse, tak ada sedikitpun pembicaraan antara Damas dan Lea. Hanya ada beberapa kali bunyi panggilan masuk ke ponsel Damas yang tentunya langsung lelaki itu jawab. Damas bahkan seperti sedang mengabaikan Lea walaupun, Lea memegang tangan kiri Damas untuk ia bawa ke pangkuannya. Lelaki itu seperti terlihat sedang kesal dan tak ingin diganggu. Lea, mencoba memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki di sampingnya yang masih juga sibuk berbicara dengan sekertarisnya melalui sambungan telponnya. Damas tidak memandang ini hari apa, tapi yang pasti lelaki itu akan menerima segala bentuk panggilan dari kantornya jika itu sudah menyangkut pekerjaannya. Di menit pertama Lea menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki itu ketika sedang menyetir sambil terus berbicara melalui sambungan telponnya, tidak menimbulkan reaksi apapun. Damas terus tidak memperdulikan Lea. Dan itu membuatnya sedikit kecewa karna biasanya Damas