Share

Sidang

Author: Pandalica
last update Last Updated: 2021-09-30 21:03:44

Senin, 20 Juli 2022

Bel pulang sekolah berdering menjadi tanda dimulainya persidangan. Para perwakilan masing-masing pihak terkait memasuki ruang rapat sekolah. Air muka mereka mengeras dan sulit berseri-seri. Masa depan seseorang sedang dipertaruhkan di sini.

Tiga meja panjang dirangkai membentuk huruf U. Setiap sisinya diisi oleh perwakilan kelas X-1, kelas X-4, dan pimpinan sidang, yaitu Juan serta Nanda, sekretaris osis. Selain Juan, tidak ada yang tahu bahwa seseorang sedang meneliti.

Kepala sekolah mengawasi dari balik jendela satu arah. Ruang rapat terhubung dengan bilik kerja kepala sekolah melalui jendela itu. Ia menyeduh kopi sambil menikmati tontonannya.

Tanpa basa-basi, Juan membuka sidang dengan pembacaan beberapa peraturan. Hal paling penting adalah setiap kesaksian harus disertai dengan bukti, minimal konfirmasi dari dua orang. Pengecualian untuk konteks tertentu.

“Sekarang saya persilahkan perwakilan Ricardo untuk memberi pembelaan.” Juan memberi intruksi.

“Kami memiliki saksi mata.” Hanna berdiri. “Kami juga memiliki barang bukti.” Ia memberi arahan pada Glen yang bertugas mengoperasikan laptop. Sebuah foto ditampilkan pada layar proyektor. Ia menjelaskan artinya.

Tommy beserta teman-temannya memucat. Mereka menatap nanar Hanna. Seolah bertanya, ‘Dari mana kalian mendapatkannya?’

Intan berbisik pada Ricardo. Ia mencari tahu penyebab ketidakhadiran Tabian dalam persidangan. Seingat Ricardo, Tabian melesat ke luar kelas setelah bel berbunyi. Menghilang entah kemana.

“Melalui foto ini dapat dipastikan bahwa bukan Ricardo yang memiliki niat untuk melukai Tommy.” Hanna kembali duduk dengan senyum puas. Juan memberi isyarat kepada pihak Tommy.

“Setiap akibat pasti ada penyebab. Dalam fisika, hal itu disebut prinsip kausalitas.” Paul, wali kelas X-4, mulai berfilosofi. “Tommy sudah menceritakan semuanya kepada saya tentang permasalahan pribadinya dengan Ricardo. Melalui kacamata moral, hal itu sulit dimaafkan.”

“Dan apakah maksud dari ‘hal itu,’ Pak Paul?” tanya Juan.

Pak Paul menggerak-gerakkan telunjuknya, memberi tanda. Mata belonya memicing. Ia tidak sedikit pun tampak frustasi. Ia belum merasa kalah, justru sebaliknya.

“Perhatikan! Apakah kelakuan semacam ini dapat dibiarkan?” Ia menunjuk-nunjuk layar. Sebuah video diputar. Seorang siswa laki-laki dirisak oleh beberapa orang termasuk seorang siswi.

“Apa prinsip dari sekolah Yudhis?” Ia semakin meninggikan suara. “Bullying dalam bentuk apa pun harus ditindak!”

Juan tersenyum tipis. Ia melirik sekilas siluet kepala sekolah yang sedang menikmati. “Tolong sampaikan lebih jelas, Pak Paul.”

Laki-laki yang dimaksud adalah Tommy saat SMP. Ia dirisak. Pelakunya adalah kakak kandung Ricardo. Ia sakit hati dan berniat balas dendam. Itulah yang disampaikan oleh Pak Paul.

Ricardo tidak bergeming. Maknanya, pihak Tommy berkata jujur. Hanna tidak tinggal diam. Ia menyebutkan satu per satu peraturan tertulis dan tidak tertulis di SMA Yudhis.

“Masa lalu yang tidak ada kaitannya dengan peratuan sekolah ini, tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan yang pasti. Tommy sudah terikat dengan sekolah ini. Hukum di tempat inilah yang berlaku,” tandas Hanna.

Bagaimana Juan akan memutuskan? Hukum moral atau hukum yang adil? Ia berpikir keras sembari menganalisis perdebatan di hadapannya. Ia kembali melirik ke arah jendela, tetapi siluet kepala sekolah menghilang. Ia memanjangkan lehernya untuk meyakinkan diri.

“Pertama.” Juan membuka mulut. “Tuntutan pada Ricardo akan dicabut karena terbukti ia tidak bersalah. Ia tidak menusuk Tommy.”

Pak Paul menahan napas, tidak sabaran. Ia ingin kembali berargumen. Ia mengeluarkan sebuah map cokelat--dengan nama sebuah rumah sakit dicetak tebal--dari dalam tasnya.

“Kedua. Pemicu dari insiden ini adalah kakak Ricardo. Sayangnya, ia tidak bersekolah di sini.”

Hanna ingin mengacungkan tangan untuk berpendapat. Akan tetapi, Intan menahannya. Tata krama menjadi salah satu poin penting dalam memenangkan sidang. Intan mengingatkan dengan gelengan kepala.

“Oleh karena itu, hukum di tempat ini tidak dapat diterapkan.” Juan melanjutkan. “Sebaliknya. Ada hukum tertulis mengenai larangan membawa senjata tajam ke sekolah.” Juan memainkan kacamatanya.

“Bukan karena kami di ujung tanduk yang mendorong kami melakukan hal ini.” Pak Paul kembali berdiri. “Kesehatan mental sangatlah penting. Tommy menjalankan serangkaian tes kejiwaan saat ia dirawat.”

“Bagaimana hasilnya, Pak Paul?” tanya Juan.

“Ia mengidap post-traumatic stress disorder. Singkatnya, PTSD. Mohon untuk bersikap bijak dalam menangani kasus seperti ini. Pertimbangkan baik-baik.” Pak Paul menyudahi.

Juan memberi ruang kepada pihak Ricardo untuk mengajukan rekes. Hanna bungkam. Seluruh hasil analisisnya sudah ia nyatakan. Membawa isu penyakit jiwa adalah hal cerdik. Ia tidak mempertimbangkan alibi seperti itu.

“Satu pertanyaan lagi untuk Tommy. Jelaskan secara singkat kenapa kamu bisa terluka,” pinta Juan.

“Apakah itu penting?”

“Ya, Pak Paul. Bukankah karena hal itu tidak diketahui, maka pihak Tommy terdorong untuk membuat tuduhan palsu?”

“Saya tersandung batu.”

“Baiklah. Karena tidak ada lagi yang ingin disampaikan, sidang akan ditutup.”

"Duk! Duk! Duk!"

Suara ketukan menyahut Juan. Asalnya dari pintu masuk. Tabian muncul dengan menyeret Fisesa bersamanya.

“Mohon maaf bila saya mengganggu,” kata Tabian. Ia memperkenalkan diri lalu permisi. Glen langsung mengambil alih.

“Dia adalah saksi mata dari perselisihan antara Ricardo dan Tommy. Dia yang tahu motif asli dari permasalahan yang ada.” Glen menarik napas sejenak. “Hal terutama yang memantik amarah Ricardo.” Ia menekankan kalimat terakhir.

Gelagat Ricardo berubah. Ia tidak bisa duduk diam. Intan mencoba menenangkannya.

Pak Paul berdiri untuk menghalangi tetapi Juan dengan cepat mempersilahkan Fisesa untuk berbicara.

“Silahkan.”

Fisesa tidak dapat menyembunyikan perasaannya. Alisnya bertaut dan wajahnya memerah. Ia kesal telah dibawa-bawa ke masalah yang bukan menjadi haknya. Tetapi ia sudah terlanjur muncul. Mundur bukanlah pilihan yang tepat.

“Kebetulan, saya satu kelas dengan Ricardo dan Tommy pada jam khusus. Selama dua minggu ini.” Ia juga bilang kalau pihak osis dapat mengonfirmasinya pada guru.

“Dari pengamatan saya, Tommylah yang memancing Ricardo.”

“Apa yang Tommy katakan?”

Fisesa melirik Ricardo sebelum menjawab. Ia sedikit ragu. “Tommy bilang kalau dia akan menyebarkan foto telanjangnya kakak Ricardo.”

Sebagian dari mereka kaget mendengar kesaksian tersebut. Ricardo dan Tommy sontak menunduk. Juan merespons dengan alis terangkat. Tabian sudah ke luar sejak Fisesa mengangkat suara. Ia menguping dari balik pintu.

“Jadi hal itu yang membuat kalian bertengkar minggu lalu, Ricardo?” Juan memastikan. Ricardo membenarkan. Pak Paul menatap Tommy dengan kesal karena ia tidak mengetahui hal tersebut.

“Apakah ada kaitannya dengan percakapan kalian di gedung belakang sekolah?” Ricardo kembali membenarkan.

Juan memejamkan mata sesaat sebelum berdiri. Kali ini ia benar-benar menutup sidang. Seluruh komponen yang dibutuhkan untuk mempertimbangkan hasil akhir sudah terkumpul. Mereka bubar.

“Aku tidak tahu apakah kita akan menang atau tidak.” Glen berterus terang. Anak kelas X-1 berkumpul di bangku halaman sekolah.

“Yang penting, kita sudah berusaha, Glen,” hibur Intan. “Tidak ada yang bisa menjamin keselamatan orang lain seratus persen. Jangan terlalu dipikirkan.” Ricardo termenung.

“Kemana Tabian?” tanya Hanna.

“Pulang duluan,” jawab Glen.

“Oh.” Hanna menyilangkan tangan. “Aku pikir dia mau ngapain. Kesaksian dari Fisesa hanya seperti riak kecil. Apa gunanya?”

“Tapi kalian lihat ekspresi pihak Tommy? Seperti tertangkap basah.” Glen menerangkan.

“Dia hanya membuatku terlihat semakin buruk,” maki Ricardo. “Sial.” Ia meninju dinding. Kesal.

“Itu ide aku, Ricardo. Jangan menyalahkan Tabian,” balas Glen.

“Ya, mungkin itu idemu, Glen. Tapi yang lain? Aku sudah mendengarnya dari Hanna tentang dia dan Iyas.”

Ricardo menoleh pada Hanna. Ada keengganan dalam diri Ricardo untuk mendukung Hanna, tetapi kekesalannya pada tuntutan Iyas lebih besar. Iyas memintanya untuk tidak mengganggu dirinya lagi. Bukan hanya itu, tas Iyas harus Ricardo gendong ketika berangkat dan pulang sekolah selama seminggu.

Ricardo tidak langsung setuju. Saat itu Tabian tidak berhadapan langsung dengan Ricardo. Hanna dan Iyaslah yang mendatangi dan menjelaskan kepadanya tentang bukti foto yang dimiliki Iyas.

Ricardo mencari tahu hasil penyelidikan yang dilakukan Glen dan Intan. Hasilnya nihil. Saat kejadian tersebut, tidak ada ekskul yang menggunakan lapangan belakang gedung sekolah. Bagian-bagian vital yang tertangkap CCTV pun tidak menangkap ada saksi mata lain. Mau tidak mau, Ricardo menyetujui syarat dari Iyas.

Tabian, yang sedang dibicarakan, sedang menguping pembicaraan antara Juan dan kepala sekolah SMA Yudhis, Guntoro, di ruang rapat. Tidak ada siapa pun kecuali mereka berdua padahal Tabian awalnya hanya ingin menemui Juan.

“Kerja bagus, Juan Juandi,” puji Pak Guntoro.

“Terima kasih, Pak.”

“Usulan-usulanmu jauh melebihi ekspektasi.” Pak Guntoro menepuk pundak kanan Juan. “Mulai dari memanfaatkan ekskul karate untuk menjaga keamanan hingga memajukan jadwal ekskul sepak bola.”

Tabian terbelalak. Dia yang ... ?

“Kamu seperti cenayang. Mengapa kamu bisa tahu insiden seperti ini akan terjadi?”

“Saya tidak tahu, Pak. Saya hanya ingin mengantisipasi masalah sedini mungkin. Membasminya secepat mungkin.”

Tabian mengurungkan niat awalnya. Ia pergi dari sana, merenungi tujuan Juan sebenarnya. Menurutnya, Juan sudah terlibat terlalu jauh dalam insiden ini. Apa dia sudah mengira kalau Ricardo bukan pelakunya?

Related chapters

  • Vice Versa   Dua Sisi Koin

    Rabu, 27 Juli 2022 Minggu lalu Tabian dan teman sekelasnya pada jam khusus diberi PR untuk merangkum novel karya Jostein Gaarder. Setiap anak mendapat bagian filsuf yang berbeda. Tabian pun berkenalan dengan murid Plato, yaitu Aristoteles. Dua minggu lalu tentang matematika, sekarang tentang bahasa. Apakah seperti ini pola mengajar sekolah Yudhis yang membuatnya begitu terkenal? Bagaimana dengan kelas lain? Sekolah Yudhis merupakan salah satu sekolah terbaik karena sebagian besar lulusannya mendapat undangan untuk melanjutkan studi baik di luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa media khususnya yang berfokus pada pendidikan sering menyorot sekolah ini dalam berita. Para kritikus pun sering membahas sekolah Yudhis jika mengangkat topik sistem pendidikan di Indonesia. Seperti persidangan lalu yang ditangani dengan cepat dan tuntas. Berita tersebut sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah dengan versinya masing-masing. Ricardo tidak dihukum s

    Last Updated : 2021-10-02
  • Vice Versa   Sebuah Alasan

    Jum'at, 29 Juli 2022 Fisesa adalah salah satu murid kelas X-1 yang langganan datang paling cepat. Ia mendapati Intan telah duduk di tempatnya dengan berbalut jaket abu-abu pagi itu. "Fisesa, kamu mau makan-makan gratis?" tanya Intan dengan mata berbinar. Cat kuku beningnya berkilauan dari balik lengan jaket, menambah kesan menggemaskan. "Terima kasih, tapi aku sudah punya." Fisesa menyodorkan buku agenda cokelatnya. Di sana terselip beberapa kupon makan dan struk belanja yang lupa dibuang. "Tapi inijapanese food lho." Sebuah kupon makan dengan gambar ramen dan sumpit menyembul tiba-tiba dari balik telapak tangan Intan. Bagaimana ia bisa tahu aku suka itu? Fisesa mendongak. Samar-samar ia dapat membaca sebuah kata: Ichibento. Nama kafe terkenal yang menyediakan makanan Jepang di daerah Tangerang. "Aku hanya ingin minta tolong satu hal." Intan menggigit bibir bawahnya perlahan dan menempelkan kedua ujung t

    Last Updated : 2021-10-02
  • Vice Versa   Sambutan dan Terima Kasih

    Dear teman-teman pembaca, Halo, aku Pandalica. Terima kasih sudah mengikuti cerita Vice Versa hingga chapter ini ya. Aku mengapresiasi antusiasme teman-teman sekalian. Vice Versa berasal dari kata serapan bahasa Latin yang artinya 'dan sebaliknya.' Kata ini aku pilih sebagai judul novelku untuk mewakili petualangan Tabian dalam memecahkan misteri di sekolahnya. Bagaimana pendapat teman-teman dengan cerita Tabian? Aku tunggu ya masukan dan kritiknya. Karena penulis tidak dapat berkembang tanpa masukan dari para pembaca. Oh iya, outline cerita ini sudah selesai dari setahun yang lalu lho dan penulis sedang meramunya agar menjadi cerita yang menarik. Mohon doa dan dukungannya ya! Salam kasih, Pandalica

    Last Updated : 2021-10-03
  • Vice Versa   Di Balik Topeng

    Senin, 01 Agustus 2022 Apa yang akan kalian lakukan jika dua perempuan muda dengan gerak-gerik aneh mencegat kalian ketika ingin makan siang? Glen memilih untuk mendengarkan. "Ada apa, Intan? Fisesa?" Intan menyenggol pinggang Fisesa."Glen, boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau Intan sampaikan." Mereka bertiga kemudian melingkari meja Fisesa. Glen berada di tengah-tengah. "Jadi begi--." "Glen? Ayo ke kantin!" Sekonyong-konyong Tabian muncul. Intan mengepalkan tangannya diam-diam. Ia berusaha tersenyum semanis mungkin. "Aku pinjam temanmu sebentar ya, Tabian." "Oh? Oke, aku tunggu," balas Tabian singkat. Ia mendaratkan tubuhnya tanpa beban di bangku miliknya. Fisesa dan Intan beradu pandang secara otomatis. Fisesa mengangguk untuk meyakinkan Intan. "Jadi begi--." "Intan~" panggil seorang laki-laki yang paling tidak diinginkan saat itu. Intan memutar bola matan

    Last Updated : 2021-10-04
  • Vice Versa   Prolog

    Sepotong tubuh berkulit cerah meronta-ronta di atas brankar. Napasnya memburu bukan tanpa sebab. Ratusan detik yang lalu, ia dikejar-kejar oleh dua pria berbadan dua kali lebih besar. Banjir keringat membasahi kaos oblongnya. Ia terlalu lelah, tenggorokannya kering. Teriakan minta tolong hanya sampai di ubun-ubun dan ujung lidahnya. Kacamata hitam membuat wajah para pengejar nampak buram, menambah kesan seram. Mereka menahan dan mengikat tubuh sang remaja—dada, pinggang, dan kakinya—dengan tiga pasang sabuk hitam yang memiliki lebar 5 cm. Hal itu tidak mematikan semangat hidup sang remaja. Ia memusatkan rontaan pada kedua kakinya, berusaha melonggarkan ikatan yang ada. “Duk! Duk! Duk!” Tapi ... mustahil. Ikatannya tidak bergeser sedikit pun. Suara kaki yang beradu dengan bantalan brankar menggema di lorong yang sunyi. Hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya, para pengejar, dan seseorang yang berpakaian serba putih. Wajahnya tidak nampak jelas ak

    Last Updated : 2021-09-27
  • Vice Versa   Mengganggu dan Menggelitik

    Senin, 04 Juli 2022 Kiri, kanan. Kiri, kanan. Siswa dan siswi berjaga-jaga dalam menyebrang jalan. Mereka berhamburan hingga berlarian menuju gerbang. Penampang besi menyerupai alfabet terpampang di atas gerbang merangkai tulisan: SMA Yudhis. Tembok pagarnya seputih awan dan menjulang tinggi—bersaing dengan pepohonan. “Mari kita saksikan penampilan dari ekskul karate!” Suara TOA menggaung ke seluruh penjuru halaman dan sayup-sayup terdengar hingga gerbang. Dua hari pertama adalah kesempatan emas bagi setiap anggota ekstrakurikuler—disingkat ekskul—untuk promosi. Halaman depan telah dipadati para murid yang menonton atraksi. Meja berjajar di sisi luar lapangan sebagai tempat mendaftarkan diri. Rayuan para kakak kelas tidak berhasil menggaet dirinya. Laki-laki jangkung dengan rambut hitam berponi. Ia berjalan menerobos kerumunan, tidak berminat dengan setiap taktik yang ada. Tawaran minuman gratis hingga anggota yang memiliki dewi kecantikan, gagal mena

    Last Updated : 2021-09-27
  • Vice Versa   Rabu Ripuh

    Rabu, 06 Juli 2022 Pagi hingga siang di hari Rabu, waktunya jam khusus. Ke lima kelas angkatan kelas X membentuk kelompok belajar yang sudah ditetapkan. Informasi hanya diberikan melalui papan pengumuman yang ada di tiap lantai. Murid-murid membludak, berlomba-lomba mengecek calon teman barunya. Lorong-lorong kini lebih mirip gorong-gorong yang dipenuhi cicitan tikus. Tidak sedikit yang berlari-lari kecil menuju gedung pelaksanaan jam khusus. Padahal dekat, tinggal guling-guling dari gedung utama. Ruang kelasnya lebih kecil dari gedung sebelah. Hanya 5x5 meter. Saling berhadapan satu sama lain dan berjumlah empat belas. “Sepuluh orang tiap kelas? Pelajaran macam apa yang akan kita terima?” Anya menggerutu pada Intan. “Katanya beragam. Ada pelajaran musik, olahraga, ber—.” “Kata siapa?” potong Anya. “Kakak kelas.” “Siapa?” tandas Anya. Matanya penuh selidik, berusaha menafsir ucapan Intan. Tidak ada jawaban. “Aku

    Last Updated : 2021-09-27
  • Vice Versa   Kebas di Lapas

    Cor beton. Kasur baruku selama satu dekade ke depan. Kepalaku kini beralaskan botol mineral. Dingin dan sedikit lembab. Kadang-kadang ada yang bergerak-gerak di ujung kakiku saat kegelapan datang. Apa itu? Sudah tiga hari ku cari tahu, tetapi belum ketemu. Teman baruku hanya mengatakan bahwa itu hewan peliharaan. Milik seisi rumah.Esoknya aku sengaja terjaga karena ingin berkenalan dengan peliharaan itu. Dengkuran teman-temanku saling bersahutan satu sama lain. Andai saja ada kamera. Aku ingin mengabadikannya. Suara tetesan air dari keran bocor pun menggema. Aneh, padahal kamar mandi ada di ujung lorong.Mataku menari-nari di bawah remang lampu yang tidak seberapa. Hanya bohlam kuning tergantung di langit-langit yang menjaga kewarasanku dan kawan-kawanku dalam gelap. Dimana kamu, peliharaan? Keluarlah, aku ingin menyapamu kembali. Telapak kakiku merah-merah kamu buat tiap hari.“Cit! Cit! Cit!”Itu dia! Telinganya sangat lebar di antara jenis

    Last Updated : 2021-09-27

Latest chapter

  • Vice Versa   Di Balik Topeng

    Senin, 01 Agustus 2022 Apa yang akan kalian lakukan jika dua perempuan muda dengan gerak-gerik aneh mencegat kalian ketika ingin makan siang? Glen memilih untuk mendengarkan. "Ada apa, Intan? Fisesa?" Intan menyenggol pinggang Fisesa."Glen, boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau Intan sampaikan." Mereka bertiga kemudian melingkari meja Fisesa. Glen berada di tengah-tengah. "Jadi begi--." "Glen? Ayo ke kantin!" Sekonyong-konyong Tabian muncul. Intan mengepalkan tangannya diam-diam. Ia berusaha tersenyum semanis mungkin. "Aku pinjam temanmu sebentar ya, Tabian." "Oh? Oke, aku tunggu," balas Tabian singkat. Ia mendaratkan tubuhnya tanpa beban di bangku miliknya. Fisesa dan Intan beradu pandang secara otomatis. Fisesa mengangguk untuk meyakinkan Intan. "Jadi begi--." "Intan~" panggil seorang laki-laki yang paling tidak diinginkan saat itu. Intan memutar bola matan

  • Vice Versa   Sambutan dan Terima Kasih

    Dear teman-teman pembaca, Halo, aku Pandalica. Terima kasih sudah mengikuti cerita Vice Versa hingga chapter ini ya. Aku mengapresiasi antusiasme teman-teman sekalian. Vice Versa berasal dari kata serapan bahasa Latin yang artinya 'dan sebaliknya.' Kata ini aku pilih sebagai judul novelku untuk mewakili petualangan Tabian dalam memecahkan misteri di sekolahnya. Bagaimana pendapat teman-teman dengan cerita Tabian? Aku tunggu ya masukan dan kritiknya. Karena penulis tidak dapat berkembang tanpa masukan dari para pembaca. Oh iya, outline cerita ini sudah selesai dari setahun yang lalu lho dan penulis sedang meramunya agar menjadi cerita yang menarik. Mohon doa dan dukungannya ya! Salam kasih, Pandalica

  • Vice Versa   Sebuah Alasan

    Jum'at, 29 Juli 2022 Fisesa adalah salah satu murid kelas X-1 yang langganan datang paling cepat. Ia mendapati Intan telah duduk di tempatnya dengan berbalut jaket abu-abu pagi itu. "Fisesa, kamu mau makan-makan gratis?" tanya Intan dengan mata berbinar. Cat kuku beningnya berkilauan dari balik lengan jaket, menambah kesan menggemaskan. "Terima kasih, tapi aku sudah punya." Fisesa menyodorkan buku agenda cokelatnya. Di sana terselip beberapa kupon makan dan struk belanja yang lupa dibuang. "Tapi inijapanese food lho." Sebuah kupon makan dengan gambar ramen dan sumpit menyembul tiba-tiba dari balik telapak tangan Intan. Bagaimana ia bisa tahu aku suka itu? Fisesa mendongak. Samar-samar ia dapat membaca sebuah kata: Ichibento. Nama kafe terkenal yang menyediakan makanan Jepang di daerah Tangerang. "Aku hanya ingin minta tolong satu hal." Intan menggigit bibir bawahnya perlahan dan menempelkan kedua ujung t

  • Vice Versa   Dua Sisi Koin

    Rabu, 27 Juli 2022 Minggu lalu Tabian dan teman sekelasnya pada jam khusus diberi PR untuk merangkum novel karya Jostein Gaarder. Setiap anak mendapat bagian filsuf yang berbeda. Tabian pun berkenalan dengan murid Plato, yaitu Aristoteles. Dua minggu lalu tentang matematika, sekarang tentang bahasa. Apakah seperti ini pola mengajar sekolah Yudhis yang membuatnya begitu terkenal? Bagaimana dengan kelas lain? Sekolah Yudhis merupakan salah satu sekolah terbaik karena sebagian besar lulusannya mendapat undangan untuk melanjutkan studi baik di luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa media khususnya yang berfokus pada pendidikan sering menyorot sekolah ini dalam berita. Para kritikus pun sering membahas sekolah Yudhis jika mengangkat topik sistem pendidikan di Indonesia. Seperti persidangan lalu yang ditangani dengan cepat dan tuntas. Berita tersebut sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah dengan versinya masing-masing. Ricardo tidak dihukum s

  • Vice Versa   Sidang

    Senin, 20 Juli 2022 Bel pulang sekolah berdering menjadi tanda dimulainya persidangan. Para perwakilan masing-masing pihak terkait memasuki ruang rapat sekolah. Air muka mereka mengeras dan sulit berseri-seri. Masa depan seseorang sedang dipertaruhkan di sini. Tiga meja panjang dirangkai membentuk huruf U. Setiap sisinya diisi oleh perwakilan kelas X-1, kelas X-4, dan pimpinan sidang, yaitu Juan serta Nanda, sekretaris osis. Selain Juan, tidak ada yang tahu bahwa seseorang sedang meneliti. Kepala sekolah mengawasi dari balik jendela satu arah. Ruang rapat terhubung dengan bilik kerja kepala sekolah melalui jendela itu. Ia menyeduh kopi sambil menikmati tontonannya. Tanpa basa-basi, Juan membuka sidang dengan pembacaan beberapa peraturan. Hal paling penting adalah setiap kesaksian harus disertai dengan bukti, minimal konfirmasi dari dua orang. Pengecualian untuk konteks tertentu. “Sekarang saya persilahkan perwakilan Ricardo untuk memberi pembe

  • Vice Versa   Para Penghuni Lapas

    Aku duduk dikelilingi oleh teman-teman baru yang berumur dua minggu. Tidak sedikit yang mengerutkan kening mendengar ceritaku barusan. Apa mereka juga belum mengerti taktik yang aku rencanakan? "Tabian." "Ada apa, Tuan Handoko?" Tuan Handoko yang memiliki badan paling kekar diantara para tahanan mulai bangkit dari zona nyaman. Lengan kanannya yang bertato gagak hitam bergerak-gerak seiring ia mengelus dagunya yang kasar akibat cukuran. Aku tidak sengaja berpapasan dengan Tuan Handoko kemarin, jadinya tahu bagaimana perjuangannya mencukur dengan silet setengah tumpul. "Seberapa cantik si Fisesa itu? Apakah dia seksi?" Ah, bodohnya aku. Seharusnya aku bisa menebak isi kepala Tuan Handoko. Ia dan kawan-kawannya lebih fokus pada teman-teman cewekku daripada cerita itu sendiri. Apa yang harus aku jawab agar Tuan Handoko merasa senang? Fisesa memang memiliki mata yang indah dengan kecokelatan. Tetapi, ia sulit didekati bahkan sebagai teman s

  • Vice Versa   Langkah Terakhir

    Kamis, 14 Juli 2022 “Apa tujuanmu?” tantang Hanna. Tabian melirik sekilas dan kembali fokus dengan layar handphone. “Maksudnya?” “Tiba-tiba punya minat pada Ricardo,” selidik Hanna. Tabian menghela napas sejenak. “Anggap saja, aku tidak mau dapat hukuman karena poin kelas kita rendah.” “Aku tidak percaya.” “Itu urusanmu.” Tabian mulai menjauhi Hanna. Ia membungkuk dan mendekatkan wajah ke tanah sekitar TKP. Ia terdiam menganalisis sesuatu yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh mata manusia sembari meraba tanah merah. Ia memicingkan mata tiba-tiba lalu berjongkok. Hanna tidak mau kalah. Sedari tadi ia telah mencatat segala sesuatu yang ditangkap panca indranya. Bidang tanah merah berukuran sekitar 10x5 meter, rerumputan liar yang menjulang tinggi hingga sebahu orang dewasa, dan tembok gedung tanpa jendela. Pagar besi memanjang hingga ujung lapangan sepak bola dan dibaliknya ada tanah kosong seperti habis dipangk

  • Vice Versa   Penelusuran Sore

    Kamis, 14 Juli 2022 "Tadi sampai dimana?" tanya Tabian dengan wajah tanpa dosa. "Semua fokus!" perintah Glen dari depan kelas. Glen menyampaikan bahwa Ricardo telah terlibat dalam sebuah insiden. Ricardo dituduh telah melukai Tommy, anak kelas X-4. Tommy sekarang dirawat di rumah sakit akibat luka tusukan di perutnya. Satu-satunya saksi mata adalah Ricardo karena ia orang terakhir yang bertemu dengan Tommy. Namun keputusan akhir menyatakan bahwa Ricardo adalah pelakunya. Masalah semakin besar ya? Tabian kini melirik ke kiri dan ke kanan. Hujatan demi hujatan dilontarkan pada Ricardo. Sebagian kelas memperlihatkan kebencian dengan nyata. Semakin parah. Tabian menyimpulkan. “Tolong tenang, teman-teman. Aku belum selesai. Ricardo, silahkan terangkan pada mereka.” Ricardo berdiri dari belakang mejanya. Mulutnya tidak melebar seperti biasanya. Dadanya lapang, siap menerima olokan. “Silahkan kalian i

  • Vice Versa   Di Tarik Pulang

    Rabu, 06 Juli 2022 Daniarsyah Faldy Yunus. Nama pesaing Kak Juan cukup berlawanan dengan nama Juan Juandi yang mudah diingat. Tabian tidak pernah melihat batang hidung laki-laki bernama Daniarsyah ini termasuk dalam promosi eskul kemarin. Serius nih? Kalau Kak Juan sampai teriak-teriak pakai TOA. “Jangan dipandangin lama-lama. Nanti naksir,” goda seseorang. “Ka Juan?” “Mau pulang?” Tabian mengiyakan. “Ayo bareng.” Gedung utama mulai sepi. Sepanjang jalan dari lorong hingga halaman depan, hanya anggota osis yang terlihat. Mereka lalu lalang untuk mempersiapkan acara pemilihan ketua osis SMA Yudhis ke-10 yang sebentar lagi dilaksanakan. Jumat depan. “Hebat ya, masih semester tiga sudah terpilih jadi ketua osis,” puji Tabian asal. Ia mengamati reaksi Juan dari setiap perubahan pada raut wajahnya. Kening, alis, pupil mata, lekukan bibir, apapun itu. Tabian mencari setitik tanda. Juan tertawa kec

DMCA.com Protection Status