Home / Lain / Vice Versa / Penelusuran Sore

Share

Penelusuran Sore

Author: Pandalica
last update Last Updated: 2021-09-29 20:16:13

Kamis, 14 Juli 2022

"Tadi sampai dimana?" tanya Tabian dengan wajah tanpa dosa.

"Semua fokus!" perintah Glen dari depan kelas.

Glen menyampaikan bahwa Ricardo telah terlibat dalam sebuah insiden. Ricardo dituduh telah melukai Tommy, anak kelas X-4. Tommy sekarang dirawat di rumah sakit akibat luka tusukan di perutnya. Satu-satunya saksi mata adalah Ricardo karena ia orang terakhir yang bertemu dengan Tommy. Namun keputusan akhir menyatakan bahwa Ricardo adalah pelakunya.

Masalah semakin besar ya?

Tabian kini melirik ke kiri dan ke kanan. Hujatan demi hujatan dilontarkan pada Ricardo. Sebagian kelas memperlihatkan kebencian dengan nyata.

Semakin parah. Tabian menyimpulkan.

“Tolong tenang, teman-teman. Aku belum selesai. Ricardo, silahkan terangkan pada mereka.”

Ricardo berdiri dari belakang mejanya. Mulutnya tidak melebar seperti biasanya. Dadanya lapang, siap menerima olokan.

“Silahkan kalian ingin percaya atau tidak.” Baru satu kalimat yang diucapkan, langsung mengundang beberapa orang untuk menjawab ‘tidak percaya.’ “Bukan aku yang melukai anak itu. Justru sebaliknya.”

“Apa maksudmu?” selidik Hanna. Kentara ia penasaran. Pernyataan dari Ricardo dapat membersihkan namanya.

“Anak itu yang berusaha menusukku. Ia mengajakku bertemu. Jika kalian jadi aku, apa yang kalian lakukan kalau seseorang mengacungkan pisau? Kabur ‘kan?” Ricardo bersikeras.

Glen memberi isyarat pada Ricardo untuk duduk. Ia menjelaskan tentang CCTV yang menangkap aksi Ricardo dan Tommy. Untuk saat ini, hanya rekaman tersebut yang menjadi alat bukti.

“Kita diberi kesempatan. Peluang ini diberikan oleh wali kelas kita dan Kak Juan,” ucap Glen dengan tenang.

Tabian memiringkan kepalanya ke kanan mendengar nama yang dikenalnya. Kak Juan? Kok bisa?

“Kita diijinkan mengumpulkan bukti yang menguatkan pembelaan Ricardo. Silahkan berkumpul di kelas saat pulang sekolah, jika kalian tidak ingin kelas kita mendapat poin paling rendah.” Demikianlah diskusi pagi itu diakhiri.

Waktu berjalan begitu cepat bagi seluruh murid kelas X-1. Atmosfer kelas lebih berat dari biasanya. Berita mengenai Ricardo mulai menggema ke kelas-kelas lain. Dinding-dinding memang memiliki mulut dan telinga.

Ricardo yang menjadi topik utama di sekolah bersikap santai. Sebaliknya Glen yang merasa bertanggung jawab, sepanjang hari itu gelisah. Keringat bercucuran, pertanda ia berpikir keras.

“Hanya segini ya?” Glen tersenyum kecut. Rupanya ia terlalu berharap dengan teman-teman sekelasnya. Kenyataannya hanya 4 orang yang berkumpul selain dirinya ketika kelas sudah usai, yaitu Ricardo, Intan, Hanna, dan Tabian.

“Berlima juga sudah banyak, Glen,” hibur Intan. Ricardo tidak dapat berpaling dari Intan sejak berkumpul. Dengan penuh minat, ia menelisik setiap inci wajah Intan.

Sebuah decakan mengganggu Ricardo. Ia mendapati Hanna menatapnya dengan jijik. “Oh, ada seseorang yang tidak disangka-sangka akan ikut bergabung.” Ricardo sengaja meninggikan suara.

Dua pasang mata yang menonton berusaha menilik maksud dari sindiran itu melalui raut Ricardo. Tabian memutar bola mata, tidak peduli. Ia merogoh isi tas—bosan.

Hanna membalas dengan tidak kalah pedas. “Aku tidak tahu siapa maksudmu. Hanya satu orang di tempat ini yang tidak pernah membuka mulutnya sedari awal.” Ia mengamati Tabian yang sedang memainkan botol air mineral.

Glen menepuk tangannya tiga kali. “Sudah, sudah. Semua memiliki kesempatan yang sama. Mari kita membahas hal yang lebih penting. Kita hanya punya waktu tiga hari. Senin nanti, sidang akan dilaksanakan.”

“Sebaiknya kita awali dengan apa, Glen?” tanya Intan.

Glen meletakkan laptop di atas meja. Ia mengajak untuk menonton rekaman CCTV yang sudah diperbincangkan sebelumnya di kelas. Hanna dengan sigap mencatat di buku catatan tentang detail-detail yang akan ia tangkap dalam video.

Rabu, pukul 17.00 WIB

Tommy menunggu seseorang di gedung sekolah bagian belakang. Ada beberapa pohon dan pagar besi yang membatasi SMP dan SMA Yudhis. Ia dua kali mengecek jam yang melekat di pergelangan tangan kanan.

“Kalian janjian kapan?” tanya Glen.

“Jam lima.”

Rabu, pukul 17.15 WIB

Ricardo datang dengan kedua tangan yang tersembunyi di kantong depan jaket. Wajahnya jengkel. Percakapan kecil terjadi di antara mereka.

“Kalian membicarakan apa?” Kali ini Hanna yang bertanya.

“Cewek paling cantik di sekolah,” jawab Ricardo asal. Wajah Hanna memerah, kesal.

“Ricardo ...,” tegur Glen.

“Dia ingin menunjukkan sesuatu padaku.” Suara Ricardo mengecil tanpa sebab. Perubahan itu tidak disadari siapa pun kecuali Tabian.

Hah? Apa-apaan itu? Tabian mulai mengawasi gerak-gerik Ricardo.

Rabu, pukul 17.20 WIB

Ricardo berlari dari balik sisi gedung lain yang menjadi titik buta CCTV. Tommy tak kunjung muncul. Sebelum langit gelap, beberapa murid tidak dikenal datang dan membopong Tommy yang terluka.

Video selesai. Tidak ada yang berkomentar. Berdasarkan bukti yang ada, tuduhan yang diberikan pada Ricardo sangat kuat. Hanna langsung berdiri di tempat.

“Aku mau mengecek TKP.” Tiba-tiba Tabian mengajukan diri sebelum Hanna membuka mulut.

"Hah?" seru Hanna. "Aku duluan!"

“Lebih baik berdua daripada seorang diri.” Glen menyarankan.

“Ta-tapi,” sergah Hanna.

“Baiklah,” jawab Tabian singkat. Sendiri atau tidak, sama aja. Daripada dia ngoceh terus.

“Intan, tolong gunakan koneksimu. Cari tahu saksi mata lain di hari itu,” perintah Glen. Intan mengangguk tanda mengerti, sekilas matanya berapi-api terbakar semangat.

“Lalu kamu dan Ricardo?” tanya Hanna.

“Kita ke warkop yuk, Bro,” celetuk Ricardo santai.

Glen sedikit terperanjat mendengarnya tetapi ia mulai mengerti gelagat Ricardo. Mungkin itu cara Ricardo menenangkan diri untuk menghadapi situasi runyam saat ini. Glen menolaknya dan mengajak Ricardo untuk membantu dirinya mencari petunjuk melalui rekaman CCTV lainnya.

Rekaman selanjutnya diputar yaitu rekam jejak Ricardo dari pagi hingga sore hari. Hasilnya nihil. Tidak ada pertanda bahwa Ricardo menyiapkan pisau seperti yang dituduhkan padanya. Setidaknya, Glen yakin hal ini dapat menjadi bantuan untuk membuktikan bahwa Ricardo tidak merencanakan penganiayaan.

***

 “Tabian! Tunggu!” panggil Hanna.

Tabian langsung berhenti tepat di depan wajah Hanna. Hanna yang belum siap--mau tidak mau--menabrak punggung Tabian yang sedikit berkeringat. Ia memekik pelan dan cepat-cepat menarik selembar tisu dari saku roknya.

“Apa?”

Hanna mengusap hidungnya dengan hati-hati. “Bukan ke sana arah gedungnya.”

“Tahu kok.”

“Terus?”

“Ada urusan sebentar. Duluan aja.”

Tabian berjalan lurus ke depan dengan sedikit tergesa. Ia menimbang-nimbang sesuatu dan tanpa sadar menyentuh bibirnya berkali-kali. Matanya menelisik dinding lorong bagian kiri maupun kanan.

Seharusnya berada di sekitar sini.

Tabian mendekati sebuah papan pengumuman. Kertas menempel di setiap sudut dengan teratur. Sebuah kertas di sudut kiri menarik perhatiannya. Jadwal pembagian kelas khusus minggu lalu.

Sudah ku duga. Tapi bagaimana caranya aku tahu siapa yang tahu?

Tabian meninggalkan tempat itu. Tampak dari luar, ia seperti tidak sedang memikirkan apapun tetapi nalarnya berkecamuk menduga-duga langkah yang harus dilakukan selanjutnya.

Rekaman CCTV diijinkan untuk kita lihat selama penyelidikan ini. Jadi ... oke. Jujur saja, aku malas turun tangan langsung untuk memastikan. Tapi aku juga tidak mau melibatkan orang bermulut besar. Hanya satu orang yang punya kualifikasi yang sesuai. Glen.

Tabian mengirim pesan singkat pada Glen untuk memintanya memeriksa CCTV ketika Ricardo bertengkar dengan seseorang saat jam khusus Rabu lalu. Tabian yakin mereka akan mendapatkan sebuah petunjuk dari rekaman tersebut. Sekecil apa pun, Tabian harus menemukan benang merahnya.

Setelah yakin dengan taktiknya, Tabian pun menghampiri Hanna. Ia harus melewati lapangan sepak bola di belakang sekolah sebelum tiba di TKP. Beberapa anggota ekskul sepak bola sedang berteduh di bawah pepohonan.

Kemarin mereka tidak ada di sana.

Tabian mengotak-atik handphone untuk mengonfirmasi firasatnya. Ia menanyakan satu hal pada Intan yang memiliki segudang koneksi. Mulai dari kakak kelas hingga para guru. Tabian tidak sadar jika seseorang sudah berada dihadapannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

“Apa tujuanmu?” tantang Hanna.

Related chapters

  • Vice Versa   Langkah Terakhir

    Kamis, 14 Juli 2022 “Apa tujuanmu?” tantang Hanna. Tabian melirik sekilas dan kembali fokus dengan layar handphone. “Maksudnya?” “Tiba-tiba punya minat pada Ricardo,” selidik Hanna. Tabian menghela napas sejenak. “Anggap saja, aku tidak mau dapat hukuman karena poin kelas kita rendah.” “Aku tidak percaya.” “Itu urusanmu.” Tabian mulai menjauhi Hanna. Ia membungkuk dan mendekatkan wajah ke tanah sekitar TKP. Ia terdiam menganalisis sesuatu yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh mata manusia sembari meraba tanah merah. Ia memicingkan mata tiba-tiba lalu berjongkok. Hanna tidak mau kalah. Sedari tadi ia telah mencatat segala sesuatu yang ditangkap panca indranya. Bidang tanah merah berukuran sekitar 10x5 meter, rerumputan liar yang menjulang tinggi hingga sebahu orang dewasa, dan tembok gedung tanpa jendela. Pagar besi memanjang hingga ujung lapangan sepak bola dan dibaliknya ada tanah kosong seperti habis dipangk

    Last Updated : 2021-09-29
  • Vice Versa   Para Penghuni Lapas

    Aku duduk dikelilingi oleh teman-teman baru yang berumur dua minggu. Tidak sedikit yang mengerutkan kening mendengar ceritaku barusan. Apa mereka juga belum mengerti taktik yang aku rencanakan? "Tabian." "Ada apa, Tuan Handoko?" Tuan Handoko yang memiliki badan paling kekar diantara para tahanan mulai bangkit dari zona nyaman. Lengan kanannya yang bertato gagak hitam bergerak-gerak seiring ia mengelus dagunya yang kasar akibat cukuran. Aku tidak sengaja berpapasan dengan Tuan Handoko kemarin, jadinya tahu bagaimana perjuangannya mencukur dengan silet setengah tumpul. "Seberapa cantik si Fisesa itu? Apakah dia seksi?" Ah, bodohnya aku. Seharusnya aku bisa menebak isi kepala Tuan Handoko. Ia dan kawan-kawannya lebih fokus pada teman-teman cewekku daripada cerita itu sendiri. Apa yang harus aku jawab agar Tuan Handoko merasa senang? Fisesa memang memiliki mata yang indah dengan kecokelatan. Tetapi, ia sulit didekati bahkan sebagai teman s

    Last Updated : 2021-09-30
  • Vice Versa   Sidang

    Senin, 20 Juli 2022 Bel pulang sekolah berdering menjadi tanda dimulainya persidangan. Para perwakilan masing-masing pihak terkait memasuki ruang rapat sekolah. Air muka mereka mengeras dan sulit berseri-seri. Masa depan seseorang sedang dipertaruhkan di sini. Tiga meja panjang dirangkai membentuk huruf U. Setiap sisinya diisi oleh perwakilan kelas X-1, kelas X-4, dan pimpinan sidang, yaitu Juan serta Nanda, sekretaris osis. Selain Juan, tidak ada yang tahu bahwa seseorang sedang meneliti. Kepala sekolah mengawasi dari balik jendela satu arah. Ruang rapat terhubung dengan bilik kerja kepala sekolah melalui jendela itu. Ia menyeduh kopi sambil menikmati tontonannya. Tanpa basa-basi, Juan membuka sidang dengan pembacaan beberapa peraturan. Hal paling penting adalah setiap kesaksian harus disertai dengan bukti, minimal konfirmasi dari dua orang. Pengecualian untuk konteks tertentu. “Sekarang saya persilahkan perwakilan Ricardo untuk memberi pembe

    Last Updated : 2021-09-30
  • Vice Versa   Dua Sisi Koin

    Rabu, 27 Juli 2022 Minggu lalu Tabian dan teman sekelasnya pada jam khusus diberi PR untuk merangkum novel karya Jostein Gaarder. Setiap anak mendapat bagian filsuf yang berbeda. Tabian pun berkenalan dengan murid Plato, yaitu Aristoteles. Dua minggu lalu tentang matematika, sekarang tentang bahasa. Apakah seperti ini pola mengajar sekolah Yudhis yang membuatnya begitu terkenal? Bagaimana dengan kelas lain? Sekolah Yudhis merupakan salah satu sekolah terbaik karena sebagian besar lulusannya mendapat undangan untuk melanjutkan studi baik di luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa media khususnya yang berfokus pada pendidikan sering menyorot sekolah ini dalam berita. Para kritikus pun sering membahas sekolah Yudhis jika mengangkat topik sistem pendidikan di Indonesia. Seperti persidangan lalu yang ditangani dengan cepat dan tuntas. Berita tersebut sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah dengan versinya masing-masing. Ricardo tidak dihukum s

    Last Updated : 2021-10-02
  • Vice Versa   Sebuah Alasan

    Jum'at, 29 Juli 2022 Fisesa adalah salah satu murid kelas X-1 yang langganan datang paling cepat. Ia mendapati Intan telah duduk di tempatnya dengan berbalut jaket abu-abu pagi itu. "Fisesa, kamu mau makan-makan gratis?" tanya Intan dengan mata berbinar. Cat kuku beningnya berkilauan dari balik lengan jaket, menambah kesan menggemaskan. "Terima kasih, tapi aku sudah punya." Fisesa menyodorkan buku agenda cokelatnya. Di sana terselip beberapa kupon makan dan struk belanja yang lupa dibuang. "Tapi inijapanese food lho." Sebuah kupon makan dengan gambar ramen dan sumpit menyembul tiba-tiba dari balik telapak tangan Intan. Bagaimana ia bisa tahu aku suka itu? Fisesa mendongak. Samar-samar ia dapat membaca sebuah kata: Ichibento. Nama kafe terkenal yang menyediakan makanan Jepang di daerah Tangerang. "Aku hanya ingin minta tolong satu hal." Intan menggigit bibir bawahnya perlahan dan menempelkan kedua ujung t

    Last Updated : 2021-10-02
  • Vice Versa   Sambutan dan Terima Kasih

    Dear teman-teman pembaca, Halo, aku Pandalica. Terima kasih sudah mengikuti cerita Vice Versa hingga chapter ini ya. Aku mengapresiasi antusiasme teman-teman sekalian. Vice Versa berasal dari kata serapan bahasa Latin yang artinya 'dan sebaliknya.' Kata ini aku pilih sebagai judul novelku untuk mewakili petualangan Tabian dalam memecahkan misteri di sekolahnya. Bagaimana pendapat teman-teman dengan cerita Tabian? Aku tunggu ya masukan dan kritiknya. Karena penulis tidak dapat berkembang tanpa masukan dari para pembaca. Oh iya, outline cerita ini sudah selesai dari setahun yang lalu lho dan penulis sedang meramunya agar menjadi cerita yang menarik. Mohon doa dan dukungannya ya! Salam kasih, Pandalica

    Last Updated : 2021-10-03
  • Vice Versa   Di Balik Topeng

    Senin, 01 Agustus 2022 Apa yang akan kalian lakukan jika dua perempuan muda dengan gerak-gerik aneh mencegat kalian ketika ingin makan siang? Glen memilih untuk mendengarkan. "Ada apa, Intan? Fisesa?" Intan menyenggol pinggang Fisesa."Glen, boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau Intan sampaikan." Mereka bertiga kemudian melingkari meja Fisesa. Glen berada di tengah-tengah. "Jadi begi--." "Glen? Ayo ke kantin!" Sekonyong-konyong Tabian muncul. Intan mengepalkan tangannya diam-diam. Ia berusaha tersenyum semanis mungkin. "Aku pinjam temanmu sebentar ya, Tabian." "Oh? Oke, aku tunggu," balas Tabian singkat. Ia mendaratkan tubuhnya tanpa beban di bangku miliknya. Fisesa dan Intan beradu pandang secara otomatis. Fisesa mengangguk untuk meyakinkan Intan. "Jadi begi--." "Intan~" panggil seorang laki-laki yang paling tidak diinginkan saat itu. Intan memutar bola matan

    Last Updated : 2021-10-04
  • Vice Versa   Prolog

    Sepotong tubuh berkulit cerah meronta-ronta di atas brankar. Napasnya memburu bukan tanpa sebab. Ratusan detik yang lalu, ia dikejar-kejar oleh dua pria berbadan dua kali lebih besar. Banjir keringat membasahi kaos oblongnya. Ia terlalu lelah, tenggorokannya kering. Teriakan minta tolong hanya sampai di ubun-ubun dan ujung lidahnya. Kacamata hitam membuat wajah para pengejar nampak buram, menambah kesan seram. Mereka menahan dan mengikat tubuh sang remaja—dada, pinggang, dan kakinya—dengan tiga pasang sabuk hitam yang memiliki lebar 5 cm. Hal itu tidak mematikan semangat hidup sang remaja. Ia memusatkan rontaan pada kedua kakinya, berusaha melonggarkan ikatan yang ada. “Duk! Duk! Duk!” Tapi ... mustahil. Ikatannya tidak bergeser sedikit pun. Suara kaki yang beradu dengan bantalan brankar menggema di lorong yang sunyi. Hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya, para pengejar, dan seseorang yang berpakaian serba putih. Wajahnya tidak nampak jelas ak

    Last Updated : 2021-09-27

Latest chapter

  • Vice Versa   Di Balik Topeng

    Senin, 01 Agustus 2022 Apa yang akan kalian lakukan jika dua perempuan muda dengan gerak-gerik aneh mencegat kalian ketika ingin makan siang? Glen memilih untuk mendengarkan. "Ada apa, Intan? Fisesa?" Intan menyenggol pinggang Fisesa."Glen, boleh minta waktunya sebentar? Ada yang mau Intan sampaikan." Mereka bertiga kemudian melingkari meja Fisesa. Glen berada di tengah-tengah. "Jadi begi--." "Glen? Ayo ke kantin!" Sekonyong-konyong Tabian muncul. Intan mengepalkan tangannya diam-diam. Ia berusaha tersenyum semanis mungkin. "Aku pinjam temanmu sebentar ya, Tabian." "Oh? Oke, aku tunggu," balas Tabian singkat. Ia mendaratkan tubuhnya tanpa beban di bangku miliknya. Fisesa dan Intan beradu pandang secara otomatis. Fisesa mengangguk untuk meyakinkan Intan. "Jadi begi--." "Intan~" panggil seorang laki-laki yang paling tidak diinginkan saat itu. Intan memutar bola matan

  • Vice Versa   Sambutan dan Terima Kasih

    Dear teman-teman pembaca, Halo, aku Pandalica. Terima kasih sudah mengikuti cerita Vice Versa hingga chapter ini ya. Aku mengapresiasi antusiasme teman-teman sekalian. Vice Versa berasal dari kata serapan bahasa Latin yang artinya 'dan sebaliknya.' Kata ini aku pilih sebagai judul novelku untuk mewakili petualangan Tabian dalam memecahkan misteri di sekolahnya. Bagaimana pendapat teman-teman dengan cerita Tabian? Aku tunggu ya masukan dan kritiknya. Karena penulis tidak dapat berkembang tanpa masukan dari para pembaca. Oh iya, outline cerita ini sudah selesai dari setahun yang lalu lho dan penulis sedang meramunya agar menjadi cerita yang menarik. Mohon doa dan dukungannya ya! Salam kasih, Pandalica

  • Vice Versa   Sebuah Alasan

    Jum'at, 29 Juli 2022 Fisesa adalah salah satu murid kelas X-1 yang langganan datang paling cepat. Ia mendapati Intan telah duduk di tempatnya dengan berbalut jaket abu-abu pagi itu. "Fisesa, kamu mau makan-makan gratis?" tanya Intan dengan mata berbinar. Cat kuku beningnya berkilauan dari balik lengan jaket, menambah kesan menggemaskan. "Terima kasih, tapi aku sudah punya." Fisesa menyodorkan buku agenda cokelatnya. Di sana terselip beberapa kupon makan dan struk belanja yang lupa dibuang. "Tapi inijapanese food lho." Sebuah kupon makan dengan gambar ramen dan sumpit menyembul tiba-tiba dari balik telapak tangan Intan. Bagaimana ia bisa tahu aku suka itu? Fisesa mendongak. Samar-samar ia dapat membaca sebuah kata: Ichibento. Nama kafe terkenal yang menyediakan makanan Jepang di daerah Tangerang. "Aku hanya ingin minta tolong satu hal." Intan menggigit bibir bawahnya perlahan dan menempelkan kedua ujung t

  • Vice Versa   Dua Sisi Koin

    Rabu, 27 Juli 2022 Minggu lalu Tabian dan teman sekelasnya pada jam khusus diberi PR untuk merangkum novel karya Jostein Gaarder. Setiap anak mendapat bagian filsuf yang berbeda. Tabian pun berkenalan dengan murid Plato, yaitu Aristoteles. Dua minggu lalu tentang matematika, sekarang tentang bahasa. Apakah seperti ini pola mengajar sekolah Yudhis yang membuatnya begitu terkenal? Bagaimana dengan kelas lain? Sekolah Yudhis merupakan salah satu sekolah terbaik karena sebagian besar lulusannya mendapat undangan untuk melanjutkan studi baik di luar negeri maupun dalam negeri. Beberapa media khususnya yang berfokus pada pendidikan sering menyorot sekolah ini dalam berita. Para kritikus pun sering membahas sekolah Yudhis jika mengangkat topik sistem pendidikan di Indonesia. Seperti persidangan lalu yang ditangani dengan cepat dan tuntas. Berita tersebut sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah dengan versinya masing-masing. Ricardo tidak dihukum s

  • Vice Versa   Sidang

    Senin, 20 Juli 2022 Bel pulang sekolah berdering menjadi tanda dimulainya persidangan. Para perwakilan masing-masing pihak terkait memasuki ruang rapat sekolah. Air muka mereka mengeras dan sulit berseri-seri. Masa depan seseorang sedang dipertaruhkan di sini. Tiga meja panjang dirangkai membentuk huruf U. Setiap sisinya diisi oleh perwakilan kelas X-1, kelas X-4, dan pimpinan sidang, yaitu Juan serta Nanda, sekretaris osis. Selain Juan, tidak ada yang tahu bahwa seseorang sedang meneliti. Kepala sekolah mengawasi dari balik jendela satu arah. Ruang rapat terhubung dengan bilik kerja kepala sekolah melalui jendela itu. Ia menyeduh kopi sambil menikmati tontonannya. Tanpa basa-basi, Juan membuka sidang dengan pembacaan beberapa peraturan. Hal paling penting adalah setiap kesaksian harus disertai dengan bukti, minimal konfirmasi dari dua orang. Pengecualian untuk konteks tertentu. “Sekarang saya persilahkan perwakilan Ricardo untuk memberi pembe

  • Vice Versa   Para Penghuni Lapas

    Aku duduk dikelilingi oleh teman-teman baru yang berumur dua minggu. Tidak sedikit yang mengerutkan kening mendengar ceritaku barusan. Apa mereka juga belum mengerti taktik yang aku rencanakan? "Tabian." "Ada apa, Tuan Handoko?" Tuan Handoko yang memiliki badan paling kekar diantara para tahanan mulai bangkit dari zona nyaman. Lengan kanannya yang bertato gagak hitam bergerak-gerak seiring ia mengelus dagunya yang kasar akibat cukuran. Aku tidak sengaja berpapasan dengan Tuan Handoko kemarin, jadinya tahu bagaimana perjuangannya mencukur dengan silet setengah tumpul. "Seberapa cantik si Fisesa itu? Apakah dia seksi?" Ah, bodohnya aku. Seharusnya aku bisa menebak isi kepala Tuan Handoko. Ia dan kawan-kawannya lebih fokus pada teman-teman cewekku daripada cerita itu sendiri. Apa yang harus aku jawab agar Tuan Handoko merasa senang? Fisesa memang memiliki mata yang indah dengan kecokelatan. Tetapi, ia sulit didekati bahkan sebagai teman s

  • Vice Versa   Langkah Terakhir

    Kamis, 14 Juli 2022 “Apa tujuanmu?” tantang Hanna. Tabian melirik sekilas dan kembali fokus dengan layar handphone. “Maksudnya?” “Tiba-tiba punya minat pada Ricardo,” selidik Hanna. Tabian menghela napas sejenak. “Anggap saja, aku tidak mau dapat hukuman karena poin kelas kita rendah.” “Aku tidak percaya.” “Itu urusanmu.” Tabian mulai menjauhi Hanna. Ia membungkuk dan mendekatkan wajah ke tanah sekitar TKP. Ia terdiam menganalisis sesuatu yang sepertinya tidak dapat dilihat oleh mata manusia sembari meraba tanah merah. Ia memicingkan mata tiba-tiba lalu berjongkok. Hanna tidak mau kalah. Sedari tadi ia telah mencatat segala sesuatu yang ditangkap panca indranya. Bidang tanah merah berukuran sekitar 10x5 meter, rerumputan liar yang menjulang tinggi hingga sebahu orang dewasa, dan tembok gedung tanpa jendela. Pagar besi memanjang hingga ujung lapangan sepak bola dan dibaliknya ada tanah kosong seperti habis dipangk

  • Vice Versa   Penelusuran Sore

    Kamis, 14 Juli 2022 "Tadi sampai dimana?" tanya Tabian dengan wajah tanpa dosa. "Semua fokus!" perintah Glen dari depan kelas. Glen menyampaikan bahwa Ricardo telah terlibat dalam sebuah insiden. Ricardo dituduh telah melukai Tommy, anak kelas X-4. Tommy sekarang dirawat di rumah sakit akibat luka tusukan di perutnya. Satu-satunya saksi mata adalah Ricardo karena ia orang terakhir yang bertemu dengan Tommy. Namun keputusan akhir menyatakan bahwa Ricardo adalah pelakunya. Masalah semakin besar ya? Tabian kini melirik ke kiri dan ke kanan. Hujatan demi hujatan dilontarkan pada Ricardo. Sebagian kelas memperlihatkan kebencian dengan nyata. Semakin parah. Tabian menyimpulkan. “Tolong tenang, teman-teman. Aku belum selesai. Ricardo, silahkan terangkan pada mereka.” Ricardo berdiri dari belakang mejanya. Mulutnya tidak melebar seperti biasanya. Dadanya lapang, siap menerima olokan. “Silahkan kalian i

  • Vice Versa   Di Tarik Pulang

    Rabu, 06 Juli 2022 Daniarsyah Faldy Yunus. Nama pesaing Kak Juan cukup berlawanan dengan nama Juan Juandi yang mudah diingat. Tabian tidak pernah melihat batang hidung laki-laki bernama Daniarsyah ini termasuk dalam promosi eskul kemarin. Serius nih? Kalau Kak Juan sampai teriak-teriak pakai TOA. “Jangan dipandangin lama-lama. Nanti naksir,” goda seseorang. “Ka Juan?” “Mau pulang?” Tabian mengiyakan. “Ayo bareng.” Gedung utama mulai sepi. Sepanjang jalan dari lorong hingga halaman depan, hanya anggota osis yang terlihat. Mereka lalu lalang untuk mempersiapkan acara pemilihan ketua osis SMA Yudhis ke-10 yang sebentar lagi dilaksanakan. Jumat depan. “Hebat ya, masih semester tiga sudah terpilih jadi ketua osis,” puji Tabian asal. Ia mengamati reaksi Juan dari setiap perubahan pada raut wajahnya. Kening, alis, pupil mata, lekukan bibir, apapun itu. Tabian mencari setitik tanda. Juan tertawa kec

DMCA.com Protection Status