Juan yang memakai setelan anak motor terlihat nampak keren sekali begitu juga Rachel dia memakai setelan yang senada dengan yang di gunakan Juan.
"Rupanya wanita ini manis juga," ujar Juan.
Rachel tersenyum saat melihat Juan yang sudah menunggu di atas motor.
"Ayo naiklah, orang-orang sudah duluan berangkat."
"Kamu enggak takut hitam Miss?" tanya Juan.
"Enggak, aku senang acara adventure gini," jawab Rachel.
Tiba-tiba Juan memakaikan helm ke kepala Rachel, dia hanya diam dan menatap Juan yang tengah serius memasangkan helmnya. Sesekali Juan menatap Rachel dan mereka saling bertukar pandangan.
Wajah Juan mendekati wajah Rachel, terlihat bibir tipis namun bawahnya bervolume berwarna pink itu terlihat memanyunkan namun matanya di paksa menutup.
Juan menahan tawanya. "Fffft."
"Matamu indah Miss," bisik Juan.
Perlahan membuka sebelah matanya lalu keduanya, d
Tubuh terbawa tarikan tangan Juan hingga merekapun makan siang dengan makanan khas yaitu hidangan laut yang membuat makan bus menambah nasi berkali-kali lipat. "Wait, cocok juga kalau di pakai buat foto." ujar Angga.Hingga saat makan pun mereka kena foto Angga."Foto yang jarang di temukan," Angga memuji hasil karyanya."Bang, itu karena yang jadi modelnya cantik," tutur asisten Angga. Rachel tersenyum malu,hingga dia mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Ju, duduk di sampingnya dan ikuti arah Rachel," pinta Angga.Beberapa kali Angga mengambil foto yang tak sengaja itu berubah jadi sangat enak di pandang.Sudah 2 jam mereka di restoran itu, dan memutuskan untuk menyusul rombongan yang sudah lebih dulu pergi. Juan membayar semua tagihan berikut numpang foto di restoran itu Pikir Juan tidak ada yang geratis di dunia ini.melanjutkan perjalanan yang menyen
Halimah begitu geram melihat kebersamaan Suaminya dan Rachel."Apa yang diucapkan Agatha ada benarnya juga," ucap Halimah dalam hatinya.Sesekali Halimah memandangi Agatha, dia merencanakan sesuatu. "Kita lihat nanti siapa yang akan menang." ucap Agatha. "Jelas kita yang akan menang lah Tha," balas Halimah. "Untuk saat ini biarkan dia menghirup udara segar," sambung Halimah. Kedua wanita itu meninggalkan Ahmad dan Rachel yang masih mengobrol di pinggir kolam.Kembali pada Juan yang kini di dalam kamar mandi. Memandangi dirinya yang tampan dan macho di depan cermin. Hanya saja kalau di tempat kerja dia tunduk akan Rachel yang disiplin. "Aduh, kenapa akhir-akhir ini hatiku tidak bisa di kondisikan," ucap Juan yang bermonolog dengan dirinya di depan cermin. Dia mengusap dari muka lalu ke rambut dengan air. Hingga wajahnya terlihat segar dan rambut yang sedik
Nafas mereka saling memburu, deru ombak yang membuatnya lebih menikmati malam indah. Hingga tubuh Juan menimpa tubuh Rachel, mata Juan terlihat sayu seakan-akan Juan meminta lebih. Namun tiba-tiba mata Rachel menyadarkan keduanya. "Sorry Miss, aku terlalu menikmati," ucap Juan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rachel, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Shit!" gerutu Rachel dalam hati. "Ayo Miss, sebaiknya kita pulang. Ini sudah mulai larut pasti sudah di cari sama Ayah." ujar Juan. "Iya Ju," jawab Rachel masih gugup. Mereka pulang dengan Rachel yang mengekori Juan. Sampai di depan resort masih seperti itu. Juan mengakali agar hubungan kami baik-baik. Yaitu dengan Juan berhenti di tengah jalan langsung menggandeng tangan Rachel. "Sorry Miss, kita harus selalu mesra," bisik Juan ditelinga Rachel. Semua orang melihat kejadi
Pagi hari di kantor sebuah penerbitan buku, masuklah seorang wanita cantik berkulit putih blasteran Austria dan Indonesia, yang perawakan bak gitar spanyol. Memiliki nerta hijau sebagai daya tarik, berambut panjang warna coklat blonde. Rachel biasanya datang ke kantor di dampingi dengan sang asisten Juan yang setia mencatat segala kegiatan Rachel. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kini Juan yang berlari membawa sarapan pagi Rachel di koridor kantor. "Sial," makanan milik Rachel tumpah. "Aish! Shit! hari yang sial!" ujar Juan dalam hati dengan mengusap kasar wajahnya. "Maafkan saya Pak Juan," ucap salah seorang pegawai. "Bagaimana ini, kalau balik lagi enggak keburu," gerutu Juan. Mau tidak mau Juan mengganti menu sarapan dengan makanan lain yaitu dengan yang lebih simpel, yakni membuat roti lapis pakai selai cokelat dan teh hangat yang ada di pantry. 
Teringat akan masalah Rachel mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya. "Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati. Juan sembari mengerjakan tugas tanpa sengaja melihat Rachel yang sedang berfikir. "Imut juga," satu gambaran yang di berikan Juan. "Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik. Juanda Indrawan menjadi asisten Rachel sudah lama jauh sebelum Rachel menjadi pimpinan penerbit buku. Juan pernah membuat sebuah cerita namun dirinya tidak lolos ke tahap selanjuynya. Hingga dia bercita-cita bingin menjadi seorang Editor karena ingin tahu letak kesalahan dia saat menulis. "Tapi ini yang terbaik untukku, iya hanya ini caranya," lagi-lagi Rachel
Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya. Juan dan Rachel pun saling berfikir satu dengan yang lainnya, mata mereka saling menatap."Aku tidak mungkin mengemis pada Juan," Rachel bermonolog dengan hatinya,Begitu juga dengan Juan, "Heh aku tahu maksudmu?"Mereka saling menyipitkan mata. Hingga terdengar suara panggilan telpon di ponsel Juan. Kemudian dia mengangkatnya."Halo, Bu," jawab Juan.[ Kapan kamu pulang?]"Iya secepatnya aku pulang,"[ Kamu mau nunggu apa lagi, perusahaan itu sudah tak baik untukmu. Kamu masa tidak di izinkan berlibur, sudah 3 kali puasa tiga kali lebaran kamu enggak pulang-pulang kayak Bang Toyib saja. Kamu bisa menuntut perusahaan itu,]Samar-samar Rachel mendengar percakapan kedua orang itu. Dia Juan dan ibunya."Itu prinsip ku, tak ada yang boleh libur ke
Juan jadi pusat perbincangan ter-hits sepanjang tahun setelah keangkuhan sombongnya Rachel si Boss yang minta ampun. Juan yang kini membopong Rachel ke ruangannya,"Mari pak saya bantu," tawar salah satu pegawai pria yang bernama Danu."Tidak apa-apa, aku bisa," ucap Juan sombong."Oh rupanya Pak Juan udah mulai bucin. Mau bantu angkat Miss Rachel saja tidak boleh," gerutu Danu."Iya Pak, aku balik lagi ke tempat kerja saja," tutur Danu."Iya silahkan," jawab singkat."Hem, sama-sama angkuh," bisik Danu setelah keluar dari ruangan Rachel."Kenapa Pak Danu?" tanya pegawai lainnya."Biasa, Pak Juan mulai bucin," jawab Danu singkat. Kembali pada Juan dan Rachel di ruangan, "Kamu kenapa bisa pingsan?" tanya Juan yang menusuk-nusuk pipi Rachel dengan jarinya. Tak sengaja Juan mer
Selama perjalanan tidak ada kata yang keluar di mulut keduanya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing."Harusnya aku nolak untuk di antar pulang sama Juan," ucap Rachel dalam hati."Kenapa aku mau mengantarkan wanita keji ini," tutur Juan dalam hati.Tak tahan dengan dengan obrolan masing kini mereka akan mengeluarkan suara, namun saat akan memulai keduanya berbarengan bicara."Oke kamu dulu Ju, kenapa?" ucap Rachel."Tidak apa-apa Miss, leadis first," balas Juan."Oh, okey. Aku cuma mau bilang laporan yang harus aku serahkan hari ini sudah siap?" tanya Rachel."Udah Miss, udah siap tinggal ngedit aja," jawab Juan.Lalu mereka diam kembali, "loh kok aku jadi gugup ya, padahal aku biasanya memberontak pada siapapun," ungkap Rachel."Emmh, Miss emang kamu lagi hamil ya?" tanya Juan."Apa! Siapa yang bilang?" Rachel kaget."Kata orang-orang d