Share

Kesepakatan Berdua

    Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya.

   Juan dan Rachel pun saling berfikir satu dengan yang lainnya, mata mereka saling menatap.

 "Aku tidak mungkin mengemis pada Juan," Rachel bermonolog dengan hatinya,

 Begitu juga dengan Juan, "Heh aku tahu maksudmu?"

Mereka saling menyipitkan mata. Hingga terdengar suara panggilan telpon di ponsel Juan. Kemudian dia mengangkatnya.

 "Halo, Bu," jawab Juan.

[ Kapan kamu pulang?]

"Iya secepatnya aku pulang,"

[ Kamu mau nunggu apa lagi, perusahaan itu sudah tak baik untukmu. Kamu masa tidak di izinkan berlibur, sudah 3 kali puasa tiga kali lebaran kamu enggak pulang-pulang kayak Bang Toyib saja. Kamu bisa menuntut perusahaan itu,]

 Samar-samar Rachel mendengar percakapan kedua orang itu. Dia Juan dan ibunya.

 "Itu prinsip ku, tak ada yang boleh libur kecuali tanggal merah saja," ucap Rachel dengan sombongnya.

  "Ya sudah, nanti aku kabari lagi kalau aku akan pulang," jawab Juan, walaupun  ibunya masih mengoceh Juan mengakhiri panggilan ibunya.

 "Ini bukan yang aku inginkan Ibu ku tersayang," jawab Juan.

  Kemudian Rachel memanggil Juan, "Hey Asisten! Sini."

 Tak lama Juna pun menghampiri Rachel.

  "Aku tadi mendengar ocehan ibumu. Kamu mau balik? Silahkan," tegas Rachel.

   "Maksud anda apa Miss?" tanya Juan menyipitkan mata.

   "Aku tanya kamu tidak merindukanku keluarga kamu?" tanya Rachel sekali.lagi.

   "Ya tentulah aku sangat merindukan orangtuaku, saudaraku dan kampung halamanku," jawab Juan dengan mengekpresikan gerakan merangkul dan seperti  menghirup udara segar.

  "Hanya karena kamu menahan aku tidak bisa kemana-mana. Membuang hajat pun aku tak tenang," ucap Juan dalam hati.

  "Hemmh, boleh saja jika kalau kamu mau pulang tapi dengan satu syarat," Rachel menyeringai tersenyum memiliki motif terselubung.

   "Kini saatnya rencanaku akan berhasil," ucap Rachel dalam hati.

   "Rupanya dia sedang bermain-main denganku. Rasakan semuanya akan berbalik padamu. Aku tahu kartu As mu Nona Rachel," bermonolog dengan hatinya sorot mata tajam tersirat dari Juan.

  "Mau anda apa Miss? Yakin hanya satu syarat," tanya Juan untuk memastikan.

 Dengan jawaban yang mantap sekali keluar dari mulut manis Rachel. "Tentu hanya satu yang aku pinta, menikah lah denganku."

  Juan melotot apa yang baru saja di dengarnya, yang Juan pikir adalah Rachel akan meminta bantuan untuk masalah kartu Visa dan akan dia ubah datanya. Tapi ternyata bukan itu yang dia mau tapi dia ingin dengan menikahi Juan dia bisa mengubah kewarganegaraan dari asing ke kewarganegaraan Indonesia.

  "What! Siapa yang mau menikahi kamu wahai Nona," ucap Tio dalam hati yang masih memikirkan dua kali bahkan berkali-kali.

  "Bagaimana?" tanya Rachel.

  "Anda yakin? Tapi saya tidak yakin. Apalagi saya tidak mencintai anda Miss," tutur Juan.

  "Tentu saja aku pun memiliki perasaan yang sama. Aku tidak mungkin menyukai kamu sampai mencintai kamu. Secuil pun aku tak memiliki rasa itu," cerocos Rachel.

  "Lantas tujuan apa, dari semua ini?" tanya Juan.

   "Ini demi karir ku, cita-cita ku," ucap sinis Rachel.

  "Ooh, kalau begitu ini kesempatan emasku, bahkan lebih berharga dari emas," tatapan licik terbit pada isi kepala Juan.

  "Oke Miss, anda serius hanya meminta satu syarat," ujar Juan.

   "Iya, demi Visa ku," jawab Rachel singkat.

   "Oke Miss kita deal?" ujar Juan dan mereka pun bersalaman.

  Keduanya bermonolog dengan hatinya masing-masing,

Juan : "Aku pastikan anda menderita Nona, kamu akan mendapatkan balasan yang setimpal,"

Rachel : "Semoga kamu bisa menjadi budakku,"

 Juan sudah tahu apa maunya Rachel, kini saatnya dia mengungkapkan apa permainan nya,

  "Miss kamu tahu sejak dulu aku seorang penulis?" tanya Juan.

  "I know, terus," jawab Rachel

  "Aku mau terbit kan buku ku yang dulu," pinta Juan.

   "Apa! Judul macam itu kamu ingin terbitkan berupa buku. Heh jangan gila, aku sudah membacanya kamu tahu banyak sekali yang bertentangan. Kalau mau kamu buat lagi cerita yang baru yang lebih bagus," tutur Rachel.

   "Tidak semudah itu bodoh, kamu meminta menerbitkan buku mu. Usaha dulu." ucap Rachel dalam hati.

   "Oke, aku akan membuat cerita baru tapi jadikan aku editor. Aku lebih pandai dari mereka, kosa kata dan isi kepala yang aku miliki jauh dari mereka. Jika anda tidak mengijinkannya jangan harap aku akan Menikahimu. Biar saja kamu di kembalikan ke negara asalmu," tutur Juan penuh dengan emosi.

   "Eits, tidak bisa begitu. Kita sudah bersalaman loh," ucap Rachel.

    Namun Juan tak menggubris apa yang Rachel katakan, hingga Juan pun pergi meninggalkan ruangan kerja Rachel dan Juan. Rachel sudah tak bisa berfikir lagi, kalau pun dia membutuhkan suami bayaran bisa-bisa saja, tapi tidak semudah itu. Rachel lebih percaya pada Juan karena dia bisa di andalkan.

   Tak tinggal diam, Rachel mengejar Juan, dan tangan Juan pun di genggam oleh Rachel, dengan satu tarikan nafas.

  "Maukah kamu menjadi suamiku?" ucap Rachel dengan lantang.

   Juan pun masih geleng-geleng kepala, tak habis pikir apa yang di lakukan Bos-nya itu. Semua orang menatap penuh dengan tanya. Yang sedang minum terhenti airnya mengalir dengan sendiri , yang sedang membahas pekerjaan tiba-tiba tak terhenti, semuanya diam hanya kedipan mata ynag mereka tampilkan. Juan yang mengerti akan perasaan jika di tolak di khalayak ramai pasti di bully dan di perbincangkan. Hingga Juan pun tak bisa menolak permintaan Rachel.

  "Baiklah, kita akan menikah," jawab Juan.

  "Maaf ya teman-teman, ini masalah pribadi kami. Kami sudah lama menjalin hubungan. Dan mungkin kini saatnya kami menikah karena terlalu mendesak," tutur Juan.

 "Oh iya Pak Juan, tidak apa-apa. Selamat ya Miss selamat Pak," ucap Siska.

  "Kenapa mendesak? Apa karena Miss Rachel sedang mengandung," ucap Siska membuat seisi kantor penerbit ramai di perbincangkan.

  "Seorang Boss di hamili Asistennya," bisik salah satu pegawai.

   "Wah Pak Juan, selamat ya?" 

    "Selamat ya Miss, semoga lancar sampai lahiran,"

    "Selamat Pak, Bu. Semoga dedek bayinya sehat ya,"

 "Apa! Lelucon apa lagi ini. Masa aku harus berpura-pura hamil juga," ucap Rachel dalam hati.

  Saking kesalnya Rachel pun pingsan di tempat, hingga Juan merangkul dan menggendong nya.

   "Pak Juan tenang ya, hamil muda memang begini pasti sering sakit-sakitan," tutur karyawan perempuan yang sudah pernah hamil.

  "Iya Pak, kasiha. Kadang nanti mual-mual juga, dan sensitif," sambungnya. 

 "Tolong bukakan pintu biar dia istirahat," ucap Juan yang menggendong Rachel.

 "Siska, tolong buatkan teh manis," titah Juan.

 "Oh iya Sis, sama beli minyak angin juga," tambahnya.

 Juan jadi pusat perbincangan ter-hits sepanjang tahun setelah keangkuhan dan minta ampun sombongnya Rachel di Boss.

   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status