Teringat akan masalah Rachel mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya.
"Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati.
Juan sembari mengerjakan tugas tanpa sengaja melihat Rachel yang sedang berfikir.
"Imut juga," satu gambaran yang di berikan Juan.
"Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik.
Juanda Indrawan menjadi asisten Rachel sudah lama jauh sebelum Rachel menjadi pimpinan penerbit buku. Juan pernah membuat sebuah cerita namun dirinya tidak lolos ke tahap selanjuynya. Hingga dia bercita-cita bingin menjadi seorang Editor karena ingin tahu letak kesalahan dia saat menulis.
"Tapi ini yang terbaik untukku, iya hanya ini caranya," lagi-lagi Rachel bermonolog dalam hati dengan manggut-manggut menaik turunkan kepalanya.
Aku harus menyiapkan mentalku," Rachel memantapkan hati.
Rachel mengedipkan mata pada Juan yang di sebrang sana, namun respon Juan hanya mengerutkan kening saja.
"Apa yang terjadi pada Nenek Sihir itu," ucap Juan mengedikkan bahunya."Kenapa Miss?" Tanya Juan.
"Tidak saya hanya pegal-pegal saja," jawab Rachel.
"Haduh, jawaban macam apa itu konyol sekali. Pegal-pegal? di pikir saya kuli!" ketus Rachel dalam hatinya.
"Ju, pesankan makan siang," titah Rachel untuk mengalihkan.
"Saya mau soto bening, bilang ke tukang dagangnya kuah soto jangan di aduk ambil air yang di tengah, daging sapi jangan ada kulitnya atau tetelannya, tapi dagingnya, pakai emping jangan kerupuk," cerocos Rachel dan Juan mencatatnya.
"Dan satu lagi, jangan lupa sambal dan jeruk limau," sambung Rachel.
"Siap Miss," jawab Juan, langsung bergegas pergi mencari makanan yang di inginkan.
"Harusnya hidup di buat simple aja jangan di ambil pusing, makanan aja pilih-pilih harus yang simple aja gimana yang buat," gerutu Juan.
Keluarlah Juan berpapasan dengan Siska yang akan masuk membawa berkas tadi pagi Rachel pinta. Juan tersenyum menyeringai menandakan Rachel di dalam sedang ber-mood kurang bagus.
"Semangat," bisik Juan.
Rasa takut muncul dari hati Siska, namun dia harus segera meyerahkan laporan itu, perlahan dia mengetuk pintu.
"Tok tok tok."
"Masuk," jawab Rachel tegas.
"Siang Miss, maaf ini laporan tadi pagi," tutur Siska.
Rachel tak menjawab nya hanya menggerakkan dagunya sebagai tanda simpan di meja, "Mengerikan," ucap Siska dalam hati.
Juan yang kini mengantri membeli soto bening itu.
"Bang persen 2, yang satu biasa aja komplit, yang satunya lagi kuah soto jangan di aduk ambil air yang di tengah, daging sapi jangan ada kulitnya atau tetelannya, tapi dagingnya, pakai emping jangan kerupuk," tutur Juan memesan soto bening itu.
Si Abang tukang soto bengong apa yang di ucapkan Juan, "Pandai sekali kamu membuat naskah soto," ucap si Abang soto.
"Haha, biasa si Nenek pengen soto bening spesial," jawab Juan
"Keren amat dia jam segini makan soto, biasanya suka lasagna spesial," ucap pegawai yang kebetulan membeli soto
"Maklum lidah emaknya orang Betawi," jawab Juan.
Karena saking terkenalnya Rachel di penjuru perusahaan hingga para pedagang di kantin pun tahu tabiat Rachel begitu ektrem. Sehingga seperti tidak ada jiwa ramah di depan mereka.
***
Di tempat lain, "Semoga dengan cara ini Rachel.bisa kembali lagi."
"Iya, aku sudah merindukan dia. Dan semoga saja dia di pulangkan," tutur orang di sebrang sana yang tak lain adalah orang tua Rachel.
"Lagian kenapa sih, si Rachel ingin menjadi penerbit di sana.," Ucap Mami Rachel yang bernama Anastasya.
"Itu keinginan besarnya, aku pikir dia tak akan se-serius ini,"balas Andrew White.
Dulu Rachel pernah berkata, "Aku ingin menjadi penulis terkenal," ucap Rachel kecil.
"Ayah mending jadi penerbit yang bisa melahirkan author-author baru," ucap Andrew
***
Kembali pada Juan yang kini sudah siap dengan 2 mangkuk soto. Satu miliknya dan satu lagi milik Rachel.
"Pak Juan ganti profeai ya?" celetuk seorang pegawai pria.
"Beginilah nasib hidup." Jawab singkat.
"Kurir ganteng," ucap pegawai wanita yang menyembulkan kepalanya di balik ruang kerjanya.
Membuka hendel pintu dan masuk ke dalam ruangan.
"Maaf Miss ini soto nya," ujar Juan.
Rachel pun melihat isi mangkok itu, dan betuk saja isinya sama seperti yang di deskripsikan oleh dirinya.
"Ini punya siapa?" tunjuk pada mangkok soto milik Juan.
"Ini punya saya Miss," jawab Juan.
"Wah, sangat menggoda. Terlihat gurih," ucap Rachel dalam hati dengan menarik air liurnya.
Mata Rachel tak bisa di bohongi, dengan sigap Juan langsung menyambar mangkuk miliknya.
"Maaf Miss, biarkan saya makan di luar. Permisi," ucap Tio langsung beranjak pergi.
Rachel membuang nafas kasar, betapa begitu menginginkan soto yang di ambil Juan.
"Haissh, yang benar saja. Aku tidak mau yg berlemak itu," cicit Rachel.
Mau tidak mau dia pun memakan soto itu sampai habis.
Berbeda dengan Juan yang membawa mangkuk keluar dari ruangan Rachel.
"Mau makan aja kok di luar. Di usir ya?" tanya Siska tertawa.
"Nih ada kerupuk," menawarkan dengan mengejek.
"Awas ya kamu," menatap sinis Siska.
"Minggir, aku ikut makan di situ," ucap Juan pada Siska.
"Di pantry aja napa sih Pak?" tanya Siska.
"Aku maunya juga tidak makan di sini, Tapi aku malu kesana kesini dengan bawa mangkuk," ketus Juan melahap. makanannya.
Dengan semangat Juan memakan semnagat semangkuk soto dengan kuah yang guri pedas tentunya ada banyak tetelan penamabah nafsu makan.
"Hehe, dia pasti menyesal tidak memakan soto segurih dan segar ini," ucap Juan dalam hati yang mnyeruput bihun yang ada kuah soto nya.
"Bisa tenang tidak Pak makan soto nya. Tuh kuahnya nyiprat sana sini, kayak bebek," gerutu Siska.
Bersendawa dengan keras, "Alhamdulillah," ucap Juan sambil mengelus-elus perut yang kenyang.
"JUAN," Rachel berteriak memanggil.
Juan langsung lari menemui Rachel, "Iya Miss, kenapa?" tanya Juan, di liriknya mangkuk soto sudah habis..
"Kira-kira ini Nenek sihir mau apa?" tanya Juan dalam hati.
Rachel terdiam karena ada permintaan pada Juan, "Turunkan nada suaramu Rachel. Kamu itu akan memanfaatkannya, dia akan menjadi tumbalmu," Rachel bermonolog dengan hatinya.
Kemudian Rachel menurunkan suaranya menjadi satu oktaf. Tersenyum palsu pada Juan, lalu berbicara dengan manisnya, "Ah tidak apa-apa, hanya saja aku sudah selesai makan siangnya."
Juan mengerutkan dahinya, dan mentap Rachel dengan menyipitkan mata, "Aneh sekali. Apa dia memiliki rencana sesuatu."
"Oh iya nanti sore antar aku ke Mall ada yang harus aku beli," tutur Rachel.
Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya.
Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya. Juan dan Rachel pun saling berfikir satu dengan yang lainnya, mata mereka saling menatap."Aku tidak mungkin mengemis pada Juan," Rachel bermonolog dengan hatinya,Begitu juga dengan Juan, "Heh aku tahu maksudmu?"Mereka saling menyipitkan mata. Hingga terdengar suara panggilan telpon di ponsel Juan. Kemudian dia mengangkatnya."Halo, Bu," jawab Juan.[ Kapan kamu pulang?]"Iya secepatnya aku pulang,"[ Kamu mau nunggu apa lagi, perusahaan itu sudah tak baik untukmu. Kamu masa tidak di izinkan berlibur, sudah 3 kali puasa tiga kali lebaran kamu enggak pulang-pulang kayak Bang Toyib saja. Kamu bisa menuntut perusahaan itu,]Samar-samar Rachel mendengar percakapan kedua orang itu. Dia Juan dan ibunya."Itu prinsip ku, tak ada yang boleh libur ke
Juan jadi pusat perbincangan ter-hits sepanjang tahun setelah keangkuhan sombongnya Rachel si Boss yang minta ampun. Juan yang kini membopong Rachel ke ruangannya,"Mari pak saya bantu," tawar salah satu pegawai pria yang bernama Danu."Tidak apa-apa, aku bisa," ucap Juan sombong."Oh rupanya Pak Juan udah mulai bucin. Mau bantu angkat Miss Rachel saja tidak boleh," gerutu Danu."Iya Pak, aku balik lagi ke tempat kerja saja," tutur Danu."Iya silahkan," jawab singkat."Hem, sama-sama angkuh," bisik Danu setelah keluar dari ruangan Rachel."Kenapa Pak Danu?" tanya pegawai lainnya."Biasa, Pak Juan mulai bucin," jawab Danu singkat. Kembali pada Juan dan Rachel di ruangan, "Kamu kenapa bisa pingsan?" tanya Juan yang menusuk-nusuk pipi Rachel dengan jarinya. Tak sengaja Juan mer
Selama perjalanan tidak ada kata yang keluar di mulut keduanya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing."Harusnya aku nolak untuk di antar pulang sama Juan," ucap Rachel dalam hati."Kenapa aku mau mengantarkan wanita keji ini," tutur Juan dalam hati.Tak tahan dengan dengan obrolan masing kini mereka akan mengeluarkan suara, namun saat akan memulai keduanya berbarengan bicara."Oke kamu dulu Ju, kenapa?" ucap Rachel."Tidak apa-apa Miss, leadis first," balas Juan."Oh, okey. Aku cuma mau bilang laporan yang harus aku serahkan hari ini sudah siap?" tanya Rachel."Udah Miss, udah siap tinggal ngedit aja," jawab Juan.Lalu mereka diam kembali, "loh kok aku jadi gugup ya, padahal aku biasanya memberontak pada siapapun," ungkap Rachel."Emmh, Miss emang kamu lagi hamil ya?" tanya Juan."Apa! Siapa yang bilang?" Rachel kaget."Kata orang-orang d
"Memang aku akui kamu itu ganteng dan imut juga," ucap Rachel dalam hati."Miss, kita sudah sampai apartemen mu. Ayo turunlah." pinta Juan membuyarkan lamunan."Eh iya Ju, ayo." jawab Rachel."Miss kamu kuat jalan sendirian?" tanya Juan."Tentu aku bisa jalan sendiri," jawab Rachel dengan semakin keluar dari mobil dengan Juan yang membuka di luar mobil."Ya sudah aku pulang ya Miss," pinta Juan."Eit tunggu, ayo masuk dulu. Aku kompres memar kamu dulu," pinta Rachel yang menarik tangan Juan."Tidak apa Miss aku bisa kok sendiri," ujar Juan."Ayolah," Rachel memaksa.Bapak satpam di luar gedung apartemen saja merasa ada yang aneh akan tingkah Rachel. "Ya ampun Miss, coba kalau saya yang di ajak masuk ke dalam apartemen," ucap satpam gedung apartemen."Maunya si Miss apa sih? Tapi dia punya hati juga," ucap Juan dalam hati."Kena
Namun hati seseorang siapa yang tahu. Mereka saat ini bisa saja saling menutupi perasaannya. Demi apa? Yaitu demi ego masing-masing. Terlebih Rachel, dia memang akan memanfaatkan Juan."Baper apa? Aku kelilipan." kilah Rachel menutupi rasa harunya. "Baguslah, maafkan saya Miss. Kamu harus istirahat." ucap Juan yang menggendong dan membaringkannya di ranjang. "Tidurlah." ucap Juan membawakan obat penurun panas. "Thank's." ucap Rachel. "Apa minta maaf! Apakah aku tidak salah dengar?" ucap Juan dalam hati. Juan pun meninggalkan Rachel untuk beristirahat. Namun dia baru teringat selepas dari rumah sakit sampai kejadian yang menimpa Rachel dia belum makan apapun lagi. Sampai Juan bernajak pergi menuju dapur dan melihat isi kulkas Rachel. "Yang benar saja, seorang wanita di apartemen sendiri. Di dapur tidak ada bahan makanan apapun," ucapnya dalam hati. Jua
Namun tak di sangka Rachel bangun sendiri dan menghampiri Juan yang melihat ke arah mangkuk yang sudah dia siapkan."Ini kamu yang buat?" tanya Rachel menyendokkan ke kuah soto.Juan hanya menganggukkan kepalanya, dan terlihat lesung pipi di senyum Juan."Wah, serius ini Ju? Rasanya sama seperti yang biasa aku makan tapi ini lebih enak dan segar." sambung Rachel. "Ya sudah jangan makan kalau tidak percaya!" seru Juan. "Buktinya ini makan soto buatan kamu, aku percaya" jawab Rachel duduk dan menikmati. "Dasar Bos aneh, bilang saja kalau kamu lapar." cicit Juan yang menyipitkan mata. "Apa Ju?" "Tidak Miss. Miss lapar ya?" tanya Juan. "Aku tidak lapar. Hanya saja aku sedang menikmati soto yang kamu buat. Aduh alamak ini empingnya mana?" tanya Rachel yang mengaduk-aduk mangkok. "Ada Miss, itu di pinggir sikut tangan Miss
Juan pun pergi meninggalkannya tanpa Rachel mengeluarkan kata-kata."Thanks Ju," bisik Rachel.Triiing Terdengar suara ponsel berdering pada ponsel Rachel."Pesan dari siapa?" tanya Rachel yang membuka pesan di ponsel. Kemudian di bacanya oleh Rachel. "Minumlah air rendaman kurma yang Kaya serat, vitamin, mineral, hingga antioksidan yang baik untuk kesehatan. Jangan terlalu banyak minum kopi." Ternyata Juan si pengirim pesan tersebut. Entah perasaan apa yang terkumpul pada benak Rachel yang pasti dia sangat bahagia malam ini. "Ada apa dengan perasaanku ini?" gumam Rachel dalam hati. "Tidak mungkin aku bisa bersamanya. Dia bukan level ku, jauhkan perasaan menjijikkan ini," lagi-lagi Rachel bermonolog dengan hatinya*** Berbeda dengan Juan yang kini di perjalanan menuju rumah sewaannya. Seulas senyum terpancar di kedua sudut bibirnya.
"Maid," Andra terkejut. "Bisa-bisanya dia kasih nama itu, emang aku pembantunya apa." gerutu Juan."Kita lihat apakah dia akan mengangkatnya atau tidak," Di apartemen Rachel yang akan memejamkan mata kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Terdengar suara nada dering Yiruma berjudul river flow in you.Trrrt, trrrt, trrrt. Rachel melirik ke sekitarnya dan matanya terfokus pada ponsel Juan. "Rupanya dia memberi nada dering yang enak di dengar," puji Rachel. Namun rasa senang itu berubah jadi marah saat melihat nama yang tertera pada layar ponsel Juan."Lah, kok ada panggilan masuk. Angkat jangan ya?""Tapi kok namanya anjing galak, siapa? Mungkin musuhnya. Biarlah," tapi suara ponsel terus berdering hingga Rachel mengangkatnya. Pelan-pelan dia mengeluarkan suara indahnya. "Halo," [ Miss, ponsel kita ter