Share

Asisten Juanda Indrawan

   Teringat akan masalah Rachel mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya.

   "Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati.

    Juan sembari mengerjakan tugas tanpa sengaja melihat Rachel yang sedang berfikir.

    "Imut juga," satu gambaran yang di berikan Juan.

    "Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik.

    Juanda Indrawan menjadi asisten Rachel sudah lama jauh sebelum Rachel menjadi pimpinan penerbit buku. Juan pernah membuat sebuah cerita namun dirinya tidak lolos ke tahap selanjuynya. Hingga dia bercita-cita bingin menjadi seorang Editor karena ingin tahu letak kesalahan dia saat menulis.

     "Tapi ini yang terbaik untukku, iya hanya ini caranya," lagi-lagi Rachel bermonolog dalam hati dengan manggut-manggut menaik turunkan kepalanya.

Aku harus menyiapkan mentalku," Rachel memantapkan hati.

   Rachel mengedipkan mata pada Juan yang di sebrang sana, namun respon Juan hanya mengerutkan kening saja.

   "Apa yang terjadi pada Nenek Sihir itu," ucap Juan  mengedikkan bahunya.

   "Kenapa Miss?" Tanya Juan.

   "Tidak saya hanya pegal-pegal saja," jawab Rachel.

   "Haduh, jawaban macam apa itu konyol sekali. Pegal-pegal? di pikir saya kuli!" ketus Rachel dalam hatinya.

   "Ju, pesankan makan siang," titah Rachel untuk mengalihkan.

   "Saya mau soto bening, bilang ke tukang dagangnya kuah soto jangan di aduk ambil air yang di tengah, daging sapi jangan ada kulitnya atau tetelannya, tapi dagingnya, pakai emping jangan kerupuk," cerocos Rachel dan Juan mencatatnya.

  "Dan satu lagi, jangan lupa sambal dan jeruk limau," sambung Rachel.

   "Siap Miss," jawab Juan, langsung bergegas pergi mencari makanan yang di inginkan.

  "Harusnya hidup di buat simple aja jangan di ambil pusing, makanan aja pilih-pilih harus yang simple aja gimana yang buat," gerutu Juan.

   Keluarlah Juan berpapasan dengan Siska yang akan masuk membawa berkas tadi pagi Rachel pinta. Juan tersenyum menyeringai menandakan Rachel di dalam sedang ber-mood kurang bagus.

   "Semangat," bisik Juan.

   Rasa takut muncul dari hati Siska, namun dia harus segera meyerahkan laporan itu, perlahan dia mengetuk pintu.

"Tok tok tok."

"Masuk," jawab Rachel tegas.

"Siang Miss, maaf ini laporan tadi pagi," tutur Siska.

    Rachel tak menjawab nya hanya menggerakkan dagunya sebagai tanda simpan di meja,  "Mengerikan," ucap Siska dalam hati.

  Juan yang kini mengantri membeli soto bening itu.

  "Bang persen 2, yang satu biasa aja komplit, yang satunya lagi kuah soto jangan di aduk ambil air yang di tengah, daging sapi jangan ada kulitnya atau tetelannya, tapi dagingnya, pakai emping jangan kerupuk," tutur Juan memesan soto bening itu.

   Si Abang tukang soto bengong apa yang di ucapkan Juan, "Pandai sekali kamu membuat naskah soto," ucap si Abang soto.

   "Haha, biasa si Nenek pengen soto bening spesial," jawab Juan

   "Keren amat dia jam segini makan soto, biasanya suka lasagna spesial," ucap pegawai yang kebetulan membeli soto 

  "Maklum lidah emaknya orang Betawi," jawab Juan.

   Karena saking terkenalnya Rachel di penjuru perusahaan hingga para pedagang di kantin pun tahu tabiat Rachel begitu ektrem. Sehingga seperti tidak ada jiwa ramah di depan mereka.

***

  Di tempat lain, "Semoga dengan cara ini Rachel.bisa kembali lagi."

   "Iya, aku sudah merindukan dia. Dan semoga saja dia di pulangkan," tutur orang di sebrang sana yang tak lain adalah orang tua Rachel.

   "Lagian kenapa sih, si Rachel ingin menjadi penerbit di sana.," Ucap Mami Rachel yang bernama Anastasya.

"Itu keinginan besarnya, aku pikir dia tak akan se-serius ini,"balas Andrew White.

  Dulu Rachel pernah berkata, "Aku ingin menjadi penulis terkenal," ucap Rachel kecil.

  "Ayah mending jadi penerbit yang bisa melahirkan author-author baru," ucap Andrew

***

  Kembali pada Juan yang kini sudah siap dengan 2 mangkuk soto. Satu miliknya dan satu lagi milik Rachel.

"Pak Juan ganti profeai ya?" celetuk seorang pegawai pria.

 "Beginilah nasib hidup." Jawab singkat.

 "Kurir ganteng," ucap pegawai wanita yang menyembulkan kepalanya di balik ruang kerjanya.

  Membuka hendel pintu dan masuk ke dalam ruangan.

  "Maaf Miss ini soto nya," ujar Juan.

   Rachel pun melihat isi mangkok itu, dan betuk saja isinya sama seperti yang di deskripsikan oleh dirinya.

   "Ini punya siapa?" tunjuk pada mangkok soto milik Juan.

   "Ini punya saya Miss," jawab Juan.

    "Wah, sangat menggoda. Terlihat gurih," ucap Rachel dalam hati dengan menarik air liurnya.

   Mata Rachel tak bisa di bohongi, dengan sigap Juan langsung menyambar mangkuk miliknya.

   "Maaf Miss, biarkan saya makan di luar. Permisi," ucap Tio langsung beranjak pergi.

   Rachel membuang nafas kasar, betapa begitu menginginkan soto yang di ambil Juan.

   "Haissh, yang benar saja. Aku tidak mau yg berlemak itu," cicit Rachel.

    Mau tidak mau dia pun memakan soto itu sampai habis.

   Berbeda dengan Juan yang membawa mangkuk keluar dari ruangan Rachel.

   "Mau makan aja kok di luar. Di usir ya?" tanya Siska tertawa.

   "Nih ada kerupuk," menawarkan dengan mengejek.

   "Awas ya kamu," menatap sinis Siska.

   "Minggir, aku ikut makan di situ," ucap Juan pada Siska.

   "Di pantry aja napa sih Pak?" tanya Siska.

   "Aku maunya juga tidak makan di sini, Tapi aku malu kesana kesini dengan bawa mangkuk," ketus Juan melahap. makanannya.

   Dengan semangat Juan memakan semnagat semangkuk soto dengan kuah yang guri pedas tentunya ada banyak tetelan penamabah nafsu makan.

   "Hehe, dia pasti menyesal tidak memakan soto segurih dan segar ini," ucap Juan dalam hati yang mnyeruput bihun yang ada kuah soto nya.

   "Bisa tenang tidak Pak makan soto nya. Tuh kuahnya nyiprat sana sini, kayak bebek," gerutu Siska.

  Bersendawa dengan keras, "Alhamdulillah," ucap Juan sambil mengelus-elus perut yang kenyang.

  "JUAN," Rachel berteriak memanggil.

   Juan langsung lari menemui Rachel, "Iya Miss, kenapa?" tanya Juan, di liriknya mangkuk soto sudah habis..

    "Kira-kira ini Nenek sihir mau apa?" tanya Juan dalam hati.

   Rachel terdiam karena ada permintaan pada Juan, "Turunkan nada suaramu Rachel. Kamu itu akan memanfaatkannya, dia akan menjadi tumbalmu," Rachel bermonolog dengan hatinya.

   Kemudian Rachel menurunkan suaranya menjadi satu oktaf. Tersenyum palsu pada Juan, lalu berbicara dengan manisnya, "Ah tidak apa-apa, hanya saja aku sudah selesai makan siangnya."

   Juan mengerutkan dahinya, dan mentap Rachel dengan menyipitkan mata, "Aneh sekali. Apa dia memiliki rencana sesuatu." 

   "Oh iya nanti sore antar aku ke Mall ada yang harus aku beli," tutur Rachel.

  Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status