Namun hati seseorang siapa yang tahu. Mereka saat ini bisa saja saling menutupi perasaannya. Demi apa? Yaitu demi ego masing-masing. Terlebih Rachel, dia memang akan memanfaatkan Juan.
"Baper apa? Aku kelilipan." kilah Rachel menutupi rasa harunya.
"Baguslah, maafkan saya Miss. Kamu harus istirahat." ucap Juan yang menggendong dan membaringkannya di ranjang.
"Tidurlah." ucap Juan membawakan obat penurun panas.
"Thank's." ucap Rachel.
"Apa minta maaf! Apakah aku tidak salah dengar?" ucap Juan dalam hati.
Juan pun meninggalkan Rachel untuk beristirahat. Namun dia baru teringat selepas dari rumah sakit sampai kejadian yang menimpa Rachel dia belum makan apapun lagi. Sampai Juan bernajak pergi menuju dapur dan melihat isi kulkas Rachel.
"Yang benar saja, seorang wanita di apartemen sendiri. Di dapur tidak ada bahan makanan apapun," ucapnya dalam hati.
Jua
Namun tak di sangka Rachel bangun sendiri dan menghampiri Juan yang melihat ke arah mangkuk yang sudah dia siapkan."Ini kamu yang buat?" tanya Rachel menyendokkan ke kuah soto.Juan hanya menganggukkan kepalanya, dan terlihat lesung pipi di senyum Juan."Wah, serius ini Ju? Rasanya sama seperti yang biasa aku makan tapi ini lebih enak dan segar." sambung Rachel. "Ya sudah jangan makan kalau tidak percaya!" seru Juan. "Buktinya ini makan soto buatan kamu, aku percaya" jawab Rachel duduk dan menikmati. "Dasar Bos aneh, bilang saja kalau kamu lapar." cicit Juan yang menyipitkan mata. "Apa Ju?" "Tidak Miss. Miss lapar ya?" tanya Juan. "Aku tidak lapar. Hanya saja aku sedang menikmati soto yang kamu buat. Aduh alamak ini empingnya mana?" tanya Rachel yang mengaduk-aduk mangkok. "Ada Miss, itu di pinggir sikut tangan Miss
Juan pun pergi meninggalkannya tanpa Rachel mengeluarkan kata-kata."Thanks Ju," bisik Rachel.Triiing Terdengar suara ponsel berdering pada ponsel Rachel."Pesan dari siapa?" tanya Rachel yang membuka pesan di ponsel. Kemudian di bacanya oleh Rachel. "Minumlah air rendaman kurma yang Kaya serat, vitamin, mineral, hingga antioksidan yang baik untuk kesehatan. Jangan terlalu banyak minum kopi." Ternyata Juan si pengirim pesan tersebut. Entah perasaan apa yang terkumpul pada benak Rachel yang pasti dia sangat bahagia malam ini. "Ada apa dengan perasaanku ini?" gumam Rachel dalam hati. "Tidak mungkin aku bisa bersamanya. Dia bukan level ku, jauhkan perasaan menjijikkan ini," lagi-lagi Rachel bermonolog dengan hatinya*** Berbeda dengan Juan yang kini di perjalanan menuju rumah sewaannya. Seulas senyum terpancar di kedua sudut bibirnya.
"Maid," Andra terkejut. "Bisa-bisanya dia kasih nama itu, emang aku pembantunya apa." gerutu Juan."Kita lihat apakah dia akan mengangkatnya atau tidak," Di apartemen Rachel yang akan memejamkan mata kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Terdengar suara nada dering Yiruma berjudul river flow in you.Trrrt, trrrt, trrrt. Rachel melirik ke sekitarnya dan matanya terfokus pada ponsel Juan. "Rupanya dia memberi nada dering yang enak di dengar," puji Rachel. Namun rasa senang itu berubah jadi marah saat melihat nama yang tertera pada layar ponsel Juan."Lah, kok ada panggilan masuk. Angkat jangan ya?""Tapi kok namanya anjing galak, siapa? Mungkin musuhnya. Biarlah," tapi suara ponsel terus berdering hingga Rachel mengangkatnya. Pelan-pelan dia mengeluarkan suara indahnya. "Halo," [ Miss, ponsel kita ter
Setelah mereka saling mentertawakan satu sama lain. Juan mengawali pembicaraan. "Miss, siapa semalam yang datang ke apartemen setelah aku?" tanya Juan. Rachel mengerutkan dahi, lalu bertanya. "Maksud kamu apa?" "Tidak Miss, hanya saja aku melihat itu." tunjuk Juan pada tandaerah di lehernya. Rachel lalu mengambil ponsel dan melihat apa yanga Juan tunjuk. Tak ada ekspresi apapun dari Rachel dia biasa saja. "Ini bukannya ulahmu ya Juan?" tanya Rachel membuat Juan berfikir keras. "Aku tidak melakukan itu Miss, aku ini pria baik-baik walau aku pria kesepian." tutur Juan. "Kamu mikir apa? Emang ini ulah kamu. Coba ingat-ingat," pinta Rachel. "Miss, aku ini manusia beragama. Mana mungkin aku menyentuh anda," Juan bernada tinggi."Tahu apa kamu, ini ulah kamu kan? Saat aku mau muntah,saat mual-mual siapa yang mijit leher aku?" tanya Rachel.Juan sejenak berf
"Jadi Pernikahan ini hanya sebuah kontrak?" tanya Juan. "Tentu saja Tuan, kamu pikir ini nikah betulan," jawab Rachel.Juan terasa sakit padahal dia belum menikah. "Apakah aku harus berterus terang untuk tidak melanjutkan pernikahan singkat ini. Nanti aku jadi duda." Juan mengusap kasar mukanya."Kamu kenapa Ju?" tanya Rachel yang melihat Juan bengong."Tidak apa-apa Miss." jawab Juan tersenyum hambar."Oke, big thanks ya Ju." Rachel yang tiba-tiba memeluk Juan. Entah apa yang ada dalam hati Juan yang pasti dia merasa senang begitu pula dengan Rachel yang merasa tenang seperti ada yang menjaganya. Tak lama kemudian Rachel melerai pelukannya. Berbeda dengan Gery dan Thomas dia berjalan menyusuri Lorong kantor penerbitan itu. "Aku tidak habis pikir, apa yang akan di lakukan bule itu," ucap Gery. "Tuan anda juga bule," lirih Thomas. "Kamu juga sa
Sesekali Juan melirik Rachel, namun dengan sigap Rachel membuang mukanya ke arah jendela. Seakan dia menyimpan warna kulit mukanya yang hampir memerah. "Miss, ternyata kamu lucu juga," ucap Juan dalam hatinya. Rachel mulai membuka suaranya agar suasana perjalanan tidak sepi."Ju, kita mau kemana ini?" tanya Rachel gugup."Kita akan ke rumahku. Kamu kan sudah dengar." jawab Juan. "Maksud aku itu, daerah mana?" Rachel membenarkan ucapannya. Juan hanya tersenyum, bahkan dia sudah memikirkan apakah Rachel akan siap atau tidak tinggal di rumah Juan. "Kita akan ke Banten." jawab Juan. Rachel yang mendengarnya hanya mengerutkan dahi. "Apa kamu pernah ke Banten Miss?" tanya Juan. Rachel hanya menggelengkan kepalanya saja. "Tapi aku pernah mendengarnya Ju." Juan tersenyum menyeringai akan jawaban Rachel. "Dia tidak tahu kalau di sana
Juan yang mendengarnya pun merasa bangga, bagaimana tidak calon istrinya seorang wanita yang cantik jelita. "Oh iya sayang ini calon istrinya Om, cantik banget ya." Juan yang menyombongkan diri. Rachel yang merasa di puji sangat malu tapi bahagia merasa jadi Princess. "Miss, jangan terlalu percaya diri mereka memuji karena mereka hanya melihat dari luar," ejek Juan berbisik. Mendengar dirinya di ejek oleh Tio, tanpa aba-aba Rachel langsung mencubit paha Juan. "Aww," teriak Juan. Rachel hanya menahan tawa, membuat orang-orang di depan mereka bebalik ke belakang. "Aden kenapa?" tanya si sopir Jeep. Rachel nambah tertawa karena mendengar Juan di panggil Aden, Juan yang melihatnya merasa risih. "Ini wanita kerasukan apa?" tanya Oding sopir Jeep Dalam hati. "Aden, sepertinya si Eneng harus di bawa ke orang pintar, dari tadi tertawa
Rachel akhirnya melepaskan tangannya begitu juga dengan Juan hingga Rachel pun terjatuh."Aww," rintih Rachel. Merasa dirinya terjatuh Rachel lalu duduk menekuk kakinya dan menutupi muka dengan dengkulnya serta tangan yang memeluk erat kakinya. Rachel begitu malu untuk membuka mukanya pada Juan.Juan lalu mengambil selimut yang di atas kasur lalu menutupi badannya. "Sudahlah, maafkan aku. Aku khilaf." sesal Juan"Ayo bergegaslah, kita akan berkeliling ke Tanjung lesung. Ayah meminta kita ke sana." tutur Juan.Hanya anggukkan yang di berikan Rachel. "Manis sekali kamu Miss," cicit Juan namun terdengar oleh Rachel. "Dasar pria gila."Lalu Juan menggendong si kucing itu"Anabul-ku lain kali jangan masuk sembarangan ya," ucap Juan mengusap-usap kepala si kucing."Hacuh, hacuh," Rachel masih bersin."Rupanya dia bukan hanya