Sesekali Juan melirik Rachel, namun dengan sigap Rachel membuang mukanya ke arah jendela. Seakan dia menyimpan warna kulit mukanya yang hampir memerah.
"Miss, ternyata kamu lucu juga," ucap Juan dalam hatinya.
Rachel mulai membuka suaranya agar suasana perjalanan tidak sepi.
"Ju, kita mau kemana ini?" tanya Rachel gugup.
"Kita akan ke rumahku. Kamu kan sudah dengar." jawab Juan.
"Maksud aku itu, daerah mana?" Rachel membenarkan ucapannya.
Juan hanya tersenyum, bahkan dia sudah memikirkan apakah Rachel akan siap atau tidak tinggal di rumah Juan.
"Kita akan ke Banten." jawab Juan.
Rachel yang mendengarnya hanya mengerutkan dahi.
"Apa kamu pernah ke Banten Miss?" tanya Juan.
Rachel hanya menggelengkan kepalanya saja. "Tapi aku pernah mendengarnya Ju."
Juan tersenyum menyeringai akan jawaban Rachel. "Dia tidak tahu kalau di sana
Juan yang mendengarnya pun merasa bangga, bagaimana tidak calon istrinya seorang wanita yang cantik jelita. "Oh iya sayang ini calon istrinya Om, cantik banget ya." Juan yang menyombongkan diri. Rachel yang merasa di puji sangat malu tapi bahagia merasa jadi Princess. "Miss, jangan terlalu percaya diri mereka memuji karena mereka hanya melihat dari luar," ejek Juan berbisik. Mendengar dirinya di ejek oleh Tio, tanpa aba-aba Rachel langsung mencubit paha Juan. "Aww," teriak Juan. Rachel hanya menahan tawa, membuat orang-orang di depan mereka bebalik ke belakang. "Aden kenapa?" tanya si sopir Jeep. Rachel nambah tertawa karena mendengar Juan di panggil Aden, Juan yang melihatnya merasa risih. "Ini wanita kerasukan apa?" tanya Oding sopir Jeep Dalam hati. "Aden, sepertinya si Eneng harus di bawa ke orang pintar, dari tadi tertawa
Rachel akhirnya melepaskan tangannya begitu juga dengan Juan hingga Rachel pun terjatuh."Aww," rintih Rachel. Merasa dirinya terjatuh Rachel lalu duduk menekuk kakinya dan menutupi muka dengan dengkulnya serta tangan yang memeluk erat kakinya. Rachel begitu malu untuk membuka mukanya pada Juan.Juan lalu mengambil selimut yang di atas kasur lalu menutupi badannya. "Sudahlah, maafkan aku. Aku khilaf." sesal Juan"Ayo bergegaslah, kita akan berkeliling ke Tanjung lesung. Ayah meminta kita ke sana." tutur Juan.Hanya anggukkan yang di berikan Rachel. "Manis sekali kamu Miss," cicit Juan namun terdengar oleh Rachel. "Dasar pria gila."Lalu Juan menggendong si kucing itu"Anabul-ku lain kali jangan masuk sembarangan ya," ucap Juan mengusap-usap kepala si kucing."Hacuh, hacuh," Rachel masih bersin."Rupanya dia bukan hanya
Juan yang memakai setelan anak motor terlihat nampak keren sekali begitu juga Rachel dia memakai setelan yang senada dengan yang di gunakan Juan. "Rupanya wanita ini manis juga," ujar Juan. Rachel tersenyum saat melihat Juan yang sudah menunggu di atas motor. "Ayo naiklah, orang-orang sudah duluan berangkat." "Kamu enggak takut hitam Miss?" tanya Juan. "Enggak, aku senang acara adventure gini," jawab Rachel. Tiba-tiba Juan memakaikan helm ke kepala Rachel, dia hanya diam dan menatap Juan yang tengah serius memasangkan helmnya. Sesekali Juan menatap Rachel dan mereka saling bertukar pandangan. Wajah Juan mendekati wajah Rachel, terlihat bibir tipis namun bawahnya bervolume berwarna pink itu terlihat memanyunkan namun matanya di paksa menutup. Juan menahan tawanya. "Fffft." "Matamu indah Miss," bisik Juan. Perlahan membuka sebelah matanya lalu keduanya, d
Tubuh terbawa tarikan tangan Juan hingga merekapun makan siang dengan makanan khas yaitu hidangan laut yang membuat makan bus menambah nasi berkali-kali lipat. "Wait, cocok juga kalau di pakai buat foto." ujar Angga.Hingga saat makan pun mereka kena foto Angga."Foto yang jarang di temukan," Angga memuji hasil karyanya."Bang, itu karena yang jadi modelnya cantik," tutur asisten Angga. Rachel tersenyum malu,hingga dia mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Ju, duduk di sampingnya dan ikuti arah Rachel," pinta Angga.Beberapa kali Angga mengambil foto yang tak sengaja itu berubah jadi sangat enak di pandang.Sudah 2 jam mereka di restoran itu, dan memutuskan untuk menyusul rombongan yang sudah lebih dulu pergi. Juan membayar semua tagihan berikut numpang foto di restoran itu Pikir Juan tidak ada yang geratis di dunia ini.melanjutkan perjalanan yang menyen
Halimah begitu geram melihat kebersamaan Suaminya dan Rachel."Apa yang diucapkan Agatha ada benarnya juga," ucap Halimah dalam hatinya.Sesekali Halimah memandangi Agatha, dia merencanakan sesuatu. "Kita lihat nanti siapa yang akan menang." ucap Agatha. "Jelas kita yang akan menang lah Tha," balas Halimah. "Untuk saat ini biarkan dia menghirup udara segar," sambung Halimah. Kedua wanita itu meninggalkan Ahmad dan Rachel yang masih mengobrol di pinggir kolam.Kembali pada Juan yang kini di dalam kamar mandi. Memandangi dirinya yang tampan dan macho di depan cermin. Hanya saja kalau di tempat kerja dia tunduk akan Rachel yang disiplin. "Aduh, kenapa akhir-akhir ini hatiku tidak bisa di kondisikan," ucap Juan yang bermonolog dengan dirinya di depan cermin. Dia mengusap dari muka lalu ke rambut dengan air. Hingga wajahnya terlihat segar dan rambut yang sedik
Nafas mereka saling memburu, deru ombak yang membuatnya lebih menikmati malam indah. Hingga tubuh Juan menimpa tubuh Rachel, mata Juan terlihat sayu seakan-akan Juan meminta lebih. Namun tiba-tiba mata Rachel menyadarkan keduanya. "Sorry Miss, aku terlalu menikmati," ucap Juan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rachel, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Shit!" gerutu Rachel dalam hati. "Ayo Miss, sebaiknya kita pulang. Ini sudah mulai larut pasti sudah di cari sama Ayah." ujar Juan. "Iya Ju," jawab Rachel masih gugup. Mereka pulang dengan Rachel yang mengekori Juan. Sampai di depan resort masih seperti itu. Juan mengakali agar hubungan kami baik-baik. Yaitu dengan Juan berhenti di tengah jalan langsung menggandeng tangan Rachel. "Sorry Miss, kita harus selalu mesra," bisik Juan ditelinga Rachel. Semua orang melihat kejadi
Pagi hari di kantor sebuah penerbitan buku, masuklah seorang wanita cantik berkulit putih blasteran Austria dan Indonesia, yang perawakan bak gitar spanyol. Memiliki nerta hijau sebagai daya tarik, berambut panjang warna coklat blonde. Rachel biasanya datang ke kantor di dampingi dengan sang asisten Juan yang setia mencatat segala kegiatan Rachel. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kini Juan yang berlari membawa sarapan pagi Rachel di koridor kantor. "Sial," makanan milik Rachel tumpah. "Aish! Shit! hari yang sial!" ujar Juan dalam hati dengan mengusap kasar wajahnya. "Maafkan saya Pak Juan," ucap salah seorang pegawai. "Bagaimana ini, kalau balik lagi enggak keburu," gerutu Juan. Mau tidak mau Juan mengganti menu sarapan dengan makanan lain yaitu dengan yang lebih simpel, yakni membuat roti lapis pakai selai cokelat dan teh hangat yang ada di pantry. 
Teringat akan masalah Rachel mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya. "Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati. Juan sembari mengerjakan tugas tanpa sengaja melihat Rachel yang sedang berfikir. "Imut juga," satu gambaran yang di berikan Juan. "Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik. Juanda Indrawan menjadi asisten Rachel sudah lama jauh sebelum Rachel menjadi pimpinan penerbit buku. Juan pernah membuat sebuah cerita namun dirinya tidak lolos ke tahap selanjuynya. Hingga dia bercita-cita bingin menjadi seorang Editor karena ingin tahu letak kesalahan dia saat menulis. "Tapi ini yang terbaik untukku, iya hanya ini caranya," lagi-lagi Rachel