Tubuh terbawa tarikan tangan Juan hingga merekapun makan siang dengan makanan khas yaitu hidangan laut yang membuat makan bus menambah nasi berkali-kali lipat.
"Wait, cocok juga kalau di pakai buat foto." ujar Angga.
Hingga saat makan pun mereka kena foto Angga.
"Foto yang jarang di temukan," Angga memuji hasil karyanya.
"Bang, itu karena yang jadi modelnya cantik," tutur asisten Angga.
Rachel tersenyum malu,hingga dia mengalihkan pandangannya ke arah laut.
"Ju, duduk di sampingnya dan ikuti arah Rachel," pinta Angga.
Beberapa kali Angga mengambil foto yang tak sengaja itu berubah jadi sangat enak di pandang.
Sudah 2 jam mereka di restoran itu, dan memutuskan untuk menyusul rombongan yang sudah lebih dulu pergi.
Juan membayar semua tagihan berikut numpang foto di restoran itu Pikir Juan tidak ada yang geratis di dunia ini.
melanjutkan perjalanan yang menyen
Halimah begitu geram melihat kebersamaan Suaminya dan Rachel."Apa yang diucapkan Agatha ada benarnya juga," ucap Halimah dalam hatinya.Sesekali Halimah memandangi Agatha, dia merencanakan sesuatu. "Kita lihat nanti siapa yang akan menang." ucap Agatha. "Jelas kita yang akan menang lah Tha," balas Halimah. "Untuk saat ini biarkan dia menghirup udara segar," sambung Halimah. Kedua wanita itu meninggalkan Ahmad dan Rachel yang masih mengobrol di pinggir kolam.Kembali pada Juan yang kini di dalam kamar mandi. Memandangi dirinya yang tampan dan macho di depan cermin. Hanya saja kalau di tempat kerja dia tunduk akan Rachel yang disiplin. "Aduh, kenapa akhir-akhir ini hatiku tidak bisa di kondisikan," ucap Juan yang bermonolog dengan dirinya di depan cermin. Dia mengusap dari muka lalu ke rambut dengan air. Hingga wajahnya terlihat segar dan rambut yang sedik
Nafas mereka saling memburu, deru ombak yang membuatnya lebih menikmati malam indah. Hingga tubuh Juan menimpa tubuh Rachel, mata Juan terlihat sayu seakan-akan Juan meminta lebih. Namun tiba-tiba mata Rachel menyadarkan keduanya. "Sorry Miss, aku terlalu menikmati," ucap Juan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rachel, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Shit!" gerutu Rachel dalam hati. "Ayo Miss, sebaiknya kita pulang. Ini sudah mulai larut pasti sudah di cari sama Ayah." ujar Juan. "Iya Ju," jawab Rachel masih gugup. Mereka pulang dengan Rachel yang mengekori Juan. Sampai di depan resort masih seperti itu. Juan mengakali agar hubungan kami baik-baik. Yaitu dengan Juan berhenti di tengah jalan langsung menggandeng tangan Rachel. "Sorry Miss, kita harus selalu mesra," bisik Juan ditelinga Rachel. Semua orang melihat kejadi
Pagi hari di kantor sebuah penerbitan buku, masuklah seorang wanita cantik berkulit putih blasteran Austria dan Indonesia, yang perawakan bak gitar spanyol. Memiliki nerta hijau sebagai daya tarik, berambut panjang warna coklat blonde. Rachel biasanya datang ke kantor di dampingi dengan sang asisten Juan yang setia mencatat segala kegiatan Rachel. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kini Juan yang berlari membawa sarapan pagi Rachel di koridor kantor. "Sial," makanan milik Rachel tumpah. "Aish! Shit! hari yang sial!" ujar Juan dalam hati dengan mengusap kasar wajahnya. "Maafkan saya Pak Juan," ucap salah seorang pegawai. "Bagaimana ini, kalau balik lagi enggak keburu," gerutu Juan. Mau tidak mau Juan mengganti menu sarapan dengan makanan lain yaitu dengan yang lebih simpel, yakni membuat roti lapis pakai selai cokelat dan teh hangat yang ada di pantry. 
Teringat akan masalah Rachel mencari cara agar tidak di deportasi, dengan senyum menggigit bibirnya Rachel memiliki ide yang tidak masuk di akal, mungkin bisa di pilihan tergila yang pernah dia lakukan selama hidupnya. "Apa aku harus lakukan itu?" gumam Rachel dalam hati. Juan sembari mengerjakan tugas tanpa sengaja melihat Rachel yang sedang berfikir. "Imut juga," satu gambaran yang di berikan Juan. "Hah, tidak mungkin," Rachel membolak-balik isi kepalanya untuk mendapatkan rencana terbaik. Juanda Indrawan menjadi asisten Rachel sudah lama jauh sebelum Rachel menjadi pimpinan penerbit buku. Juan pernah membuat sebuah cerita namun dirinya tidak lolos ke tahap selanjuynya. Hingga dia bercita-cita bingin menjadi seorang Editor karena ingin tahu letak kesalahan dia saat menulis. "Tapi ini yang terbaik untukku, iya hanya ini caranya," lagi-lagi Rachel
Juan makin bingung di buat Rachel, "Sebetulnya rencana apa yang akan di buat wanita sihir ini?" tanya Juan pada hatinya. Juan dan Rachel pun saling berfikir satu dengan yang lainnya, mata mereka saling menatap."Aku tidak mungkin mengemis pada Juan," Rachel bermonolog dengan hatinya,Begitu juga dengan Juan, "Heh aku tahu maksudmu?"Mereka saling menyipitkan mata. Hingga terdengar suara panggilan telpon di ponsel Juan. Kemudian dia mengangkatnya."Halo, Bu," jawab Juan.[ Kapan kamu pulang?]"Iya secepatnya aku pulang,"[ Kamu mau nunggu apa lagi, perusahaan itu sudah tak baik untukmu. Kamu masa tidak di izinkan berlibur, sudah 3 kali puasa tiga kali lebaran kamu enggak pulang-pulang kayak Bang Toyib saja. Kamu bisa menuntut perusahaan itu,]Samar-samar Rachel mendengar percakapan kedua orang itu. Dia Juan dan ibunya."Itu prinsip ku, tak ada yang boleh libur ke
Juan jadi pusat perbincangan ter-hits sepanjang tahun setelah keangkuhan sombongnya Rachel si Boss yang minta ampun. Juan yang kini membopong Rachel ke ruangannya,"Mari pak saya bantu," tawar salah satu pegawai pria yang bernama Danu."Tidak apa-apa, aku bisa," ucap Juan sombong."Oh rupanya Pak Juan udah mulai bucin. Mau bantu angkat Miss Rachel saja tidak boleh," gerutu Danu."Iya Pak, aku balik lagi ke tempat kerja saja," tutur Danu."Iya silahkan," jawab singkat."Hem, sama-sama angkuh," bisik Danu setelah keluar dari ruangan Rachel."Kenapa Pak Danu?" tanya pegawai lainnya."Biasa, Pak Juan mulai bucin," jawab Danu singkat. Kembali pada Juan dan Rachel di ruangan, "Kamu kenapa bisa pingsan?" tanya Juan yang menusuk-nusuk pipi Rachel dengan jarinya. Tak sengaja Juan mer
Selama perjalanan tidak ada kata yang keluar di mulut keduanya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing."Harusnya aku nolak untuk di antar pulang sama Juan," ucap Rachel dalam hati."Kenapa aku mau mengantarkan wanita keji ini," tutur Juan dalam hati.Tak tahan dengan dengan obrolan masing kini mereka akan mengeluarkan suara, namun saat akan memulai keduanya berbarengan bicara."Oke kamu dulu Ju, kenapa?" ucap Rachel."Tidak apa-apa Miss, leadis first," balas Juan."Oh, okey. Aku cuma mau bilang laporan yang harus aku serahkan hari ini sudah siap?" tanya Rachel."Udah Miss, udah siap tinggal ngedit aja," jawab Juan.Lalu mereka diam kembali, "loh kok aku jadi gugup ya, padahal aku biasanya memberontak pada siapapun," ungkap Rachel."Emmh, Miss emang kamu lagi hamil ya?" tanya Juan."Apa! Siapa yang bilang?" Rachel kaget."Kata orang-orang d
"Memang aku akui kamu itu ganteng dan imut juga," ucap Rachel dalam hati."Miss, kita sudah sampai apartemen mu. Ayo turunlah." pinta Juan membuyarkan lamunan."Eh iya Ju, ayo." jawab Rachel."Miss kamu kuat jalan sendirian?" tanya Juan."Tentu aku bisa jalan sendiri," jawab Rachel dengan semakin keluar dari mobil dengan Juan yang membuka di luar mobil."Ya sudah aku pulang ya Miss," pinta Juan."Eit tunggu, ayo masuk dulu. Aku kompres memar kamu dulu," pinta Rachel yang menarik tangan Juan."Tidak apa Miss aku bisa kok sendiri," ujar Juan."Ayolah," Rachel memaksa.Bapak satpam di luar gedung apartemen saja merasa ada yang aneh akan tingkah Rachel. "Ya ampun Miss, coba kalau saya yang di ajak masuk ke dalam apartemen," ucap satpam gedung apartemen."Maunya si Miss apa sih? Tapi dia punya hati juga," ucap Juan dalam hati."Kena
Nafas mereka saling memburu, deru ombak yang membuatnya lebih menikmati malam indah. Hingga tubuh Juan menimpa tubuh Rachel, mata Juan terlihat sayu seakan-akan Juan meminta lebih. Namun tiba-tiba mata Rachel menyadarkan keduanya. "Sorry Miss, aku terlalu menikmati," ucap Juan. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rachel, dia hanya menganggukkan kepalanya. "Shit!" gerutu Rachel dalam hati. "Ayo Miss, sebaiknya kita pulang. Ini sudah mulai larut pasti sudah di cari sama Ayah." ujar Juan. "Iya Ju," jawab Rachel masih gugup. Mereka pulang dengan Rachel yang mengekori Juan. Sampai di depan resort masih seperti itu. Juan mengakali agar hubungan kami baik-baik. Yaitu dengan Juan berhenti di tengah jalan langsung menggandeng tangan Rachel. "Sorry Miss, kita harus selalu mesra," bisik Juan ditelinga Rachel. Semua orang melihat kejadi
Halimah begitu geram melihat kebersamaan Suaminya dan Rachel."Apa yang diucapkan Agatha ada benarnya juga," ucap Halimah dalam hatinya.Sesekali Halimah memandangi Agatha, dia merencanakan sesuatu. "Kita lihat nanti siapa yang akan menang." ucap Agatha. "Jelas kita yang akan menang lah Tha," balas Halimah. "Untuk saat ini biarkan dia menghirup udara segar," sambung Halimah. Kedua wanita itu meninggalkan Ahmad dan Rachel yang masih mengobrol di pinggir kolam.Kembali pada Juan yang kini di dalam kamar mandi. Memandangi dirinya yang tampan dan macho di depan cermin. Hanya saja kalau di tempat kerja dia tunduk akan Rachel yang disiplin. "Aduh, kenapa akhir-akhir ini hatiku tidak bisa di kondisikan," ucap Juan yang bermonolog dengan dirinya di depan cermin. Dia mengusap dari muka lalu ke rambut dengan air. Hingga wajahnya terlihat segar dan rambut yang sedik
Tubuh terbawa tarikan tangan Juan hingga merekapun makan siang dengan makanan khas yaitu hidangan laut yang membuat makan bus menambah nasi berkali-kali lipat. "Wait, cocok juga kalau di pakai buat foto." ujar Angga.Hingga saat makan pun mereka kena foto Angga."Foto yang jarang di temukan," Angga memuji hasil karyanya."Bang, itu karena yang jadi modelnya cantik," tutur asisten Angga. Rachel tersenyum malu,hingga dia mengalihkan pandangannya ke arah laut. "Ju, duduk di sampingnya dan ikuti arah Rachel," pinta Angga.Beberapa kali Angga mengambil foto yang tak sengaja itu berubah jadi sangat enak di pandang.Sudah 2 jam mereka di restoran itu, dan memutuskan untuk menyusul rombongan yang sudah lebih dulu pergi. Juan membayar semua tagihan berikut numpang foto di restoran itu Pikir Juan tidak ada yang geratis di dunia ini.melanjutkan perjalanan yang menyen
Juan yang memakai setelan anak motor terlihat nampak keren sekali begitu juga Rachel dia memakai setelan yang senada dengan yang di gunakan Juan. "Rupanya wanita ini manis juga," ujar Juan. Rachel tersenyum saat melihat Juan yang sudah menunggu di atas motor. "Ayo naiklah, orang-orang sudah duluan berangkat." "Kamu enggak takut hitam Miss?" tanya Juan. "Enggak, aku senang acara adventure gini," jawab Rachel. Tiba-tiba Juan memakaikan helm ke kepala Rachel, dia hanya diam dan menatap Juan yang tengah serius memasangkan helmnya. Sesekali Juan menatap Rachel dan mereka saling bertukar pandangan. Wajah Juan mendekati wajah Rachel, terlihat bibir tipis namun bawahnya bervolume berwarna pink itu terlihat memanyunkan namun matanya di paksa menutup. Juan menahan tawanya. "Fffft." "Matamu indah Miss," bisik Juan. Perlahan membuka sebelah matanya lalu keduanya, d
Rachel akhirnya melepaskan tangannya begitu juga dengan Juan hingga Rachel pun terjatuh."Aww," rintih Rachel. Merasa dirinya terjatuh Rachel lalu duduk menekuk kakinya dan menutupi muka dengan dengkulnya serta tangan yang memeluk erat kakinya. Rachel begitu malu untuk membuka mukanya pada Juan.Juan lalu mengambil selimut yang di atas kasur lalu menutupi badannya. "Sudahlah, maafkan aku. Aku khilaf." sesal Juan"Ayo bergegaslah, kita akan berkeliling ke Tanjung lesung. Ayah meminta kita ke sana." tutur Juan.Hanya anggukkan yang di berikan Rachel. "Manis sekali kamu Miss," cicit Juan namun terdengar oleh Rachel. "Dasar pria gila."Lalu Juan menggendong si kucing itu"Anabul-ku lain kali jangan masuk sembarangan ya," ucap Juan mengusap-usap kepala si kucing."Hacuh, hacuh," Rachel masih bersin."Rupanya dia bukan hanya
Juan yang mendengarnya pun merasa bangga, bagaimana tidak calon istrinya seorang wanita yang cantik jelita. "Oh iya sayang ini calon istrinya Om, cantik banget ya." Juan yang menyombongkan diri. Rachel yang merasa di puji sangat malu tapi bahagia merasa jadi Princess. "Miss, jangan terlalu percaya diri mereka memuji karena mereka hanya melihat dari luar," ejek Juan berbisik. Mendengar dirinya di ejek oleh Tio, tanpa aba-aba Rachel langsung mencubit paha Juan. "Aww," teriak Juan. Rachel hanya menahan tawa, membuat orang-orang di depan mereka bebalik ke belakang. "Aden kenapa?" tanya si sopir Jeep. Rachel nambah tertawa karena mendengar Juan di panggil Aden, Juan yang melihatnya merasa risih. "Ini wanita kerasukan apa?" tanya Oding sopir Jeep Dalam hati. "Aden, sepertinya si Eneng harus di bawa ke orang pintar, dari tadi tertawa
Sesekali Juan melirik Rachel, namun dengan sigap Rachel membuang mukanya ke arah jendela. Seakan dia menyimpan warna kulit mukanya yang hampir memerah. "Miss, ternyata kamu lucu juga," ucap Juan dalam hatinya. Rachel mulai membuka suaranya agar suasana perjalanan tidak sepi."Ju, kita mau kemana ini?" tanya Rachel gugup."Kita akan ke rumahku. Kamu kan sudah dengar." jawab Juan. "Maksud aku itu, daerah mana?" Rachel membenarkan ucapannya. Juan hanya tersenyum, bahkan dia sudah memikirkan apakah Rachel akan siap atau tidak tinggal di rumah Juan. "Kita akan ke Banten." jawab Juan. Rachel yang mendengarnya hanya mengerutkan dahi. "Apa kamu pernah ke Banten Miss?" tanya Juan. Rachel hanya menggelengkan kepalanya saja. "Tapi aku pernah mendengarnya Ju." Juan tersenyum menyeringai akan jawaban Rachel. "Dia tidak tahu kalau di sana
"Jadi Pernikahan ini hanya sebuah kontrak?" tanya Juan. "Tentu saja Tuan, kamu pikir ini nikah betulan," jawab Rachel.Juan terasa sakit padahal dia belum menikah. "Apakah aku harus berterus terang untuk tidak melanjutkan pernikahan singkat ini. Nanti aku jadi duda." Juan mengusap kasar mukanya."Kamu kenapa Ju?" tanya Rachel yang melihat Juan bengong."Tidak apa-apa Miss." jawab Juan tersenyum hambar."Oke, big thanks ya Ju." Rachel yang tiba-tiba memeluk Juan. Entah apa yang ada dalam hati Juan yang pasti dia merasa senang begitu pula dengan Rachel yang merasa tenang seperti ada yang menjaganya. Tak lama kemudian Rachel melerai pelukannya. Berbeda dengan Gery dan Thomas dia berjalan menyusuri Lorong kantor penerbitan itu. "Aku tidak habis pikir, apa yang akan di lakukan bule itu," ucap Gery. "Tuan anda juga bule," lirih Thomas. "Kamu juga sa
Setelah mereka saling mentertawakan satu sama lain. Juan mengawali pembicaraan. "Miss, siapa semalam yang datang ke apartemen setelah aku?" tanya Juan. Rachel mengerutkan dahi, lalu bertanya. "Maksud kamu apa?" "Tidak Miss, hanya saja aku melihat itu." tunjuk Juan pada tandaerah di lehernya. Rachel lalu mengambil ponsel dan melihat apa yanga Juan tunjuk. Tak ada ekspresi apapun dari Rachel dia biasa saja. "Ini bukannya ulahmu ya Juan?" tanya Rachel membuat Juan berfikir keras. "Aku tidak melakukan itu Miss, aku ini pria baik-baik walau aku pria kesepian." tutur Juan. "Kamu mikir apa? Emang ini ulah kamu. Coba ingat-ingat," pinta Rachel. "Miss, aku ini manusia beragama. Mana mungkin aku menyentuh anda," Juan bernada tinggi."Tahu apa kamu, ini ulah kamu kan? Saat aku mau muntah,saat mual-mual siapa yang mijit leher aku?" tanya Rachel.Juan sejenak berf