Share

VELIN-SEAN (INDONESIA)
VELIN-SEAN (INDONESIA)
Author: Ayne Kim

PROLOG

Author: Ayne Kim
last update Last Updated: 2021-02-28 11:33:38

VELIN menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kafe yang terletak sedikit terpojok karena terimpit dua bangunan tinggi. Hotel yang tingginya melebihi batas penglihatan seorang Velin, dan sebuah bangunan yang masih belum terlihat siap ditempati. Velin menarik napas mencoba menangkan diri karena terlalu gugup. Ia yakin, di dalam sana teman-teman seangkatan dengannya telah berkumpul dan mungkin bercerita tentang kesuksesan masing-masing setelah 5 tahun tidak bersua.

Jujur saja, Velin ragu untuk memasuki kafe yang

terlihat sepi itu. Ia ragu jika di dalam sana akan menjadi seseorang yang terasingkan karena hidupnya tidak memiliki perubahan selama 5 tahun. Dan juga ragu untuk bertemu dengan orang-orang yang dihindari semasa SMA dulu.

Semua mengacaukan otaknya yang terlalu kecil dan pas-pasan untuk berpikir. Seandainya saja otaknya itu bisa lebih genius, mungkin ia akan bekerja di sebuah perusahaan ternama, bukan menjadi pengantar bunga.

Apa lagi yang bisa dilakukan perempuan yang cuma tamat SMA? Pekerjaan di kota besar tidak menjamin sama sekali. Bahkan yang sudah memiliki ijazah sarjana saja bisa berakhir menjadi pengangguran. Lalu, bagaimana dengan dirinya yang hanya tamat SMA?

"Tidak berniat masuk?"

Velin menatap seorang perempuan yang berdiri tepat di sampingnya. Velin menarik napas sedikit kasar. Entah berapa lama ia melamun hingga tidak menyadari jika ada orang lain selain dirinya berdiri di depan kafe.

"Jika ragu, ayo pergi saja dari sini."

Velin mengernyitkan keningnya bingung. Perempuan cantik bak model itu mungkin sedang menyindirnya secara halus saat ini.

"Ada apa dengan wajahmu itu? Hah, aku juga ragu untuk masuk ke dalam sana. Kenangan saat masih SMA berputar terus di depan mataku."

Kalimat itu semakin membuat Velin berpikir lebih ekstra dari biasanya. Dan karena otaknya tidak bisa bekerja lebih, maka ia tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan yang melayang tidak karuan di otaknya.

"Maaf, kamu siapa?" Entah keberanian apa yang mendera Velin hingga ia mampu mengeluarkan suara dari bibirnya yang sejak tadi terbungkam.

"Kamu tidak mengenalku?" Ada kekecewaan dari pertanyaan balik yang diucapkan sang lawan bicara.

Velin menggelengkan kepalanya.

"Natasya. Si cupu yang selalu memakai kacamata tebal. Berjerawat dan kutu buku."

Velin membungkam mulutnya. Natasya? Dia tidak percaya apa yang ia lihat. 5 tahun tanpa mendengar kabar dari masing-masing teman semasa SMA dulu membuat begitu banyak perubahan, salah satunya Natasya. Bagaimana bisa siswi yang dikenal nerd semasa SMA, berubah menjadi perempuan cantik bahkan layak untuk menjadi model.

Wajah itu begitu mulus tanpa ada bekas jerawat di sana. Bahkan terlalu sempurna untuk disebut sebagai manusia. Mungkin, lebih tepatnya saat ini Natasya seperti bidadari yang setiap wajahnya terpahat sempurna.

"Apa kamu melakukan operasi?" Velin memukul kepalanya karena pertanyaan bodohnya itu.

Natasya tersenyum menanggapi pertanyaan Velin. "Ya, kamu benar. Aku melakukan banyak perubahan di tubuhku. Aku tidak ingin menjadi bahan kejahilan lagi."

Lagi-lagi Velin mengangguk seperti orang bodoh. "Pantas saja, itu terlihat sangat sempurna." Velin menunjuk pada wajah Natasya. "Maaf," tambahnya lagi. Ia takut jika Natasya tersinggung dengan kalimat konyolnya.

"Tidak masalah. By the way, mau masuk atau cabut?"

Velin menatap Natasya dengan senyum percaya dirinya. "Kita sudah di sini bukan? Kenapa menyia-nyiakan waktu begitu saja."

"Kamu yakin?" Natasya bertanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Ya. Setidaknya kita bisa membanggakan diri di dalam sana, meskipun harus menahan malu karena tidak mampu melakukan apa pun lebih dari yang sekarang ini."

Natasya mengangguk.

"Kamu benar."

Natasya berjalan dengan gontai dan disusul oleh Velin dari belakang. Bohong jika seorang Velin tidak gugup sama sekali, tetapi setidaknya, ia masih punya teman yang memiliki pemikiran seperti dirinya. Ya, Natasya tidak jauh beda darinya. Ragu karena beberapa alasan tertentu.

"Ah, lihat siapa yang datang!" Teriakan menggema dan itu datang dari lelaki yang memakai pakaian terlalu mencolok.

Velin bahkan hampir tertawa kencang saat menyaksikan penampilannya. Kemeja warna kuning dan dilapisi dengan jas berwarna hijau kotak-kotak. Dasi yang warna terlalu bertolak belakang. Bagaimana bisa dasi warna merah menjadi pelengkap kemeja warna kuning? Terlalu lebay.

"Maaf, kami sedikit terlambat." Natasya membungkuk memberi hormat sebelum duduk di tempat kosong, kemudian disusul oleh Velin.

"Wah, si ratu plastik ternyata." Kalimat menyakitkan itu keluar dari bibir seorang Tania. Velin ingat jelas wajah yang selalu terpoles bedak tebal itu. Apa bedanya operasi plastik dengan tambal bedak berlapis-lapis?

Velin melirik Natasya yang tersenyum ramah. Perempuan itu terlalu santai menanggapi hinaan kasar yang diutarakan oleh Tania.

"Terima kasih sudah menyambutku."

Keraguan inilah yang ternyata dialami oleh Natasya. Velin tidak yakin apakah ia bisa setenang Natasya jika nantinya mereka semua melempar pertanyaan-pertanyaan aneh.

"Ngomong-ngomong, apa kamu itu ... Velin?" Tania beralih kepada Velin.

Velin menelan ludahnya. Ia yakin kini gilirannya yang akan menjadi sasaran hinaan dari teman-teman seangkatan dirinya.

"Kamu tidak jauh beda dari dulu ya. Selalu terlihat menyedihkan."

Natasya memegang tangan Velin yang terletak di bawah meja. Menyalurkan kekuatan untuk bertahan dalam keadaan yang tampak kacau.

"Apa pekerjaanmu?" Velin mengalihkan atensinya kepada lelaki yang terlalu norak dalam berpakaian.

"Aku?" Velin menunjuk dirinya. "Aku, ah ... hanya pengantar bunga."

"Benar-benar menyedihkan?" Tania kembali mengucapkan kata-kata menyakitkan. "Kamu terlalu menderita."

"Siapa bilang kalau pengantar bunga itu menderita?"

Semua mata menatap ke arah pintu di mana seorang lelaki tampan berjalan ke arah mereka.

"Arga!" Tania selalu menjadi yang pertama menyadari siapa yang datang meskipun tidak bertemu sangat lama.

"Kapan balik dari Paris?" Tania menggeserkan kursi agar Arga duduk di sampingnya.

Velin menunduk menyadari jika Arga, lelaki yang ia hindari selama bertahun-tahun itu duduk di depannya.

"Seminggu yang lalu. Bagaimana kamu bisa tahu?" Arga tersenyum manis kepada Tania.

Tania terlihat sedikit malu. Wajah itu memerah. "Aku mengikuti akun Instagram-mu."

Natasya hampir memuntahkan minumannya saat nada suara Tania terdengar manja dan terkesan dibuat-buat menjadi seksi.

"Oh, begitu rupanya." Arga masih setia dengan senyumnya namun matanya bukan menatap Tania melain menatap Velin dengan penuh binar. "Hai, lama tidak bertemu."

Velin mengangkat wajahnya saat jemari-jemari mengacak rambutnya.

Matanya membulat sempurna. Mata Onix milik Arga begitu penuh binar membuat jantung Velin berdetak lebih cepat berkali lipat dari biasanya.

"Aku merindukanmu."

Bukan hanya Velin yang terkejut. Tania, Natasya dan yang lain yang turut bergabung dalam acara reuni dadakan itu terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang lelaki yang dulunya menolak Velin, tiba-tiba merindukan sosok itu?

"Kamu tidak merindukanku?"

Velin masih mematung dengan detak jantung yang masih sama.

"Aku menginginkanmu menjadi kekasihku."

What the hell?

Rasanya Velin ingin membentur kepalanya ke dinding untuk menyadarkan dirinya dari mimpi yang terlalu tiba-tiba itu.

"Tidak semudah itu. Lo harus melangkahi mayat gue dulu jika lo mau jadi pacar Velin."

Keterkejutan di kafe itu semakin menjadi saat kehadiran lelaki lain yang entah datang dari mana ikut bergabung.

"Lo tahu 'kan, gue juga suka sama cewek aneh ini."

Velin menatap wajah lelaki yang memegang tangannya dengan sempurna. Velin sangat tahu betul siapa lelaki yang menyebutnya aneh itu.

"Sean?"

Dan hanya senyum tipis yang terukir di bibir tebal nan seksi milik lelaki bernama Sean itu.

"Selamat datang di neraka." Bisikan itu terlalu pelan, layaknya desiran angin yang lewat begitu saja. Sean kembali, dan Velin akan kembali hidup dalam neraka yang dibuat oleh Sean sendiri.

Related chapters

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   1. SEAN

    BAGAIMANA reunimu tadi malam? Berjalan lancar?"Velin yang duduk di depan meja bundar beralas bantal kecil tidak menyahut sama sekali saat Mili-teman sekamarnya itu melemparkan pertanyaan tentang reuni yang ia datangi tadi malam. Velin terlalu malas untuk membahas, mengingat tentang reuni yang kembali membawanya dalam kisah luka masa lalu."Yak, pelan-pelan makannya. Tidak akan ada yang mengejarmu." Mili memukul kepala Velin menggunakan sendok makan. Tidak terlalu keras, tapi mampu membuat Velin melotot kepada Mili. Sedang Mili, perempuan berkacamata itu hanya tersenyum."Aish ... sial! Jangan menanyakan itu lagi, Mbak," pinta Velin dengan mimik memohon. Ia ingin melupakan apa pun yang berkaitan dengan reuni. Melupakan Arga, Sean dan yang lainnya."Kenapa? Burukkah?" Mili mengunyah sarapannya santai, tapi matanya begitu antusias kepada Velin.Velin mengangguk."Wah. Apa mereka memamerkan apa yang mereka capai selama lima tah

    Last Updated : 2021-03-01
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   2. ANCAMAN SEORANG SEAN

    VELIN memarkir motornya di depan toko bunga. Setelahnya, masuk ke dalam untuk meletakkan keranjang bunga.Dengkusan kasar terdengar jelas keluar dari bibirnya. Ia sangat kesal mengingat kejadian mengesalkan yang menimpanya tadi. Bahkan ia menyesal karena bertemu dengan 2 makhluk aneh yang memiliki ikatan darah murni itu."Cih ... abang dan adik sama saja, sama-sama mengesalkan. Mereka benar-benar ditakdirkan menjadi saudara." Velin menggerutu seraya mengentakkan kakinya ke lantai."Dasar manusia aneh. Dia bilang apa? Kangen sama bibir seksinya? Hah? Yang benar saja. Yang ada di otak sekarang ini, aku ingin menendangnya hingga ke Kutub Utara, sampai ia lupa jalan pulang." Velin masih setia menggerutu bahkan tidak menyadari jika seorang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya sedang memperhatikannya dengan saksama."Aku sumpahi enggak bakalan nemu perempuan yang cocok seumur hidup." Velin masih menggerutu. Dan lelaki yang sedari tadi berdiri tid

    Last Updated : 2021-03-01
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   3. JIWA YANG MENANGIS

    VELIN mendengkus berkali-kali lantaran terlalu bosan berada di tempat yang sama sekali tidak pernah ia datangi selama ini. Musik yang berdentum sangat keras membuat indra pendengarannya terasa berdengung. Belum lagi aroma alkohol yang menyengat di penciumannya. Tempat yang sangat buruk!Beberapa orang bahkan sudah terlena akan musik yang mengentak itu. Menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan kiri. Berdempet atau lebih tepatnya saling menempel, lalu beraksi dengan cumbuan penuh gairah.Sial!Velin ingin sekali menendang Sean! Lelaki dengan tampang di atas rata-rata itu malah terlihat sangat menikmati setiap gerakan perempuan yang menjadi pasangannya di lantai dansa. Bergelayut manja di dada bidang Sean, bahkan dengan sangat jelas perempuan itu menghadiahi kecupan-kecupan kecil di dada itu.Dan Sean tidak protes! Mana mungkin protes jika lelaki itu menikmati? Lihat saja tangan nakalnya sudah masuk ke dalam gaun merah menyala yang panjangnya han

    Last Updated : 2021-03-01
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   4. MEMORI KEPAHITAN

    VELIN mengerjap pelan saat bias cahaya matahari masuk ke dalam kamar dan mendera di penglihatannya. Sudah terlalu pagi! Velin meregangkan otot kakunya, ternyata tidur dengan posisi duduk menekuk membuat seluruh tulang dan sarafnya kaku.Sejenak, ia berjalan ke depan cermin panjang yang berdiri tegak di dekat lemari. Menatap wajahnya yang sungguh tidak baik-baik saja. Daripada disebut manusia, Velin malah lebih pantas disebut sebagai Zombi! Wajah sembab dengan mata bengkak akibat menangis semalam. Rambut yang berantakan karena Velin terus menjambak tanpa henti ketika emosinya meluap mengingat Sean.Semua karena Sean! Lelaki itu benar-benar lebih mirip Iblis daripada manusia.Dari dulu, Sean adalah masalah yang tidak mampu Velin atasi dari hidupnya. Sekuat apa pun ia menyingkirkan lelaki itu, sialnya ... Sean tetap berdiri kokoh di depannya.Entah alasan apa yang membuat Sean begitu semangat mengganggu dirinya?Suka? Tidak mungkin! Jika S

    Last Updated : 2021-03-01
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   5. CINTA DAN RAHASIA

    “Mencintaimu dalam diam adalah luka terindah!” –Velin Ashakira——SENYUM tipis tercetak jelas di bibir tipis Velin setelah berhasil memoles liptint. Sentuhan terakhir untuk menyempurnakan penampilannya yang sebenarnya sangat sederhana. Pakaian yang digunakan hanya kemeja kotak merah tua lengan panjang, sengaja digulung untuk mempermudah gerak. Dan celana jeans biru tua yang menutupi kaki jenjangnya.“Vel!”Velin mendengkus pelan saat ketukan keras dan teriakan menggema bersamaan dari luar kamar. Pelakunya tentu saja Mili, si perempuan yang kata orang-orang lebih mirip seperti kakak kandungnya.“Vel, sarapan.”Suara itu kembali terdengar. Velin tidak menyahut, justru lebih memilih berjalan ke pintu, sebelum itu, ia sempat meraih tas selempang berukuran sedang yang tergeletak di atas ranjang.“Kamu ... kerja?” Pertanyaan itu keluar dari bibir Mili saat kepala Velin menyembul dari celah pintu yang ter

    Last Updated : 2021-03-01
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   6. BENCI YANG BERHARGA

    “Benci dan cinta itu dua hal yang memiliki perbedaan tipis. Tanpa sadar, saat kamu membenci, tiba-tiba cinta telah terselip di antaranya.” –Hafiz Altariksyah——“KALAU tahu kayak gini jadinya, mending gue enggak ikut.” Seira melirik Sean yang tengah fokus menyetir. Pipinya sengaja digembungkan kemudian mendengkus kasar.Sean mengacak rambut Seira gemas. “Lo gemasin banget, sumpah. Kalau bukan adik, sudah gue awetkan terus gue letak di museum.”Seira menepis tangan Sean dari rambutnya. Kemudian menatap horor sekaligus menghadiahi satu pukulan kuat di lengan sang tertua.Hanya kekehan sebagai respons dari tindakan sang bungsu.“Sean, lo enggak boleh goda calon pacar gue kayak gitu.” Suara bariton yang lebih rendah terdengar di antara mereka. Pemilik suara itu adalah Hafiz, lelaki yang memiliki wajah seperti tokoh dalam animasi.Namun, sayan

    Last Updated : 2021-03-02
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   7. LUKA

    Berhenti membuat luka untukku. Jika tidak, kamu akan melihatku mati dalam remuk!" –Velin Ashakira ——"MOCHA latte, satu ya, Mas." Velin tersenyum kepada kasir yang sedang menulis pesanannya."Siap." Sang kasir menjawab sembari memamerkan senyum sebagai balasan dari keindahan yang diberikan oleh Velin.Hanya butuh beberapa menit, dan mocha latte sudah berada di tangan Velin."Mbak, cantik. Kalau senyum, cantiknya tambah," goda kasir itu sembari mengembalikan sisa uang Velin.Velin mengangguk sembari berkata, "Terima kasih." Lantas meninggalkan kafe.Satu hal yang Velin tidak sadari. sejak tadi, ada seseorang yang duduk di sudut kafe sedang memperhatikan interaksi Velin dan sang kasir.Sean! Ya, orang itu adalah Sean.Rahang mengeras sempurna, bersamaan sorot mata yang memerah karena rasa marah dan cemburu bercampur menjadi satu.Lelaki itu ikut keluar, menyusul Velin yang

    Last Updated : 2021-03-03
  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   8. MERAKIT RASA

    Jika tak sanggup memberi, setidaknya tetap berada di sisiku." – Sean Varza Nasution——HAFIZ menggeleng berulang kali, lantaran terlalu bosan melihat tingkah aneh seorang Sean. Sahabatnya itu benar-benar sudah gila! Sudah hampir 1 jam, lelaki yang memiliki pesona yang mampu membuat perempuan-perempuan di belahan dunia histeris, sedang tersenyum layaknya orang bodoh yang baru jatuh cinta.Kadang memukul kepalanya sendiri, lalu mengusap wajah frustrasi. Bahkan terkadang juga mengacak rambutnya sendiri.Rasanya, Hafiz ingin sekali menendang punggung itu agar kembali sadar.Oke, bukan untuk pertama kalinya Hafiz melihat Sean seperti itu. Namun, kali ini jauh lebih buruk. Dan penyebabnya adalah perempuan yang tengah tertidur nyenyak di sofa dengan mulut menganga.Tidak sempurna tetapi kecantikan yang terlihat natural.Velin Ashakira!Segaris senyum tertera di bibir Hafiz. Sepertinya, ia tahu kelemahan seorang

    Last Updated : 2021-03-03

Latest chapter

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   EXTRA PART (SEIRA)

    "Jadi semua akan selesai seperti ini? Bahkan saat kita belum memulai sama sekali." Seira mencoba menahan tangisnya saat lelaki yang belakangan ini memorak-porandakan hatinya menghubunginya untuk pamit dari hidup Seira.Membuat kisah baru tanpa menyelesaikan kisah lama yang telah terbentuk. Seira tidak bisa memahami meskipun telah mencoba untuk mengerti. Ia tahu, Hafiz melakukan semua itu karena janji dan juga untuk melindungi banyak orang dari amukan seorang Sean. Namun, kenapa harus perasaannya yang dikorbankan?"Maaf. Ini mungkin menyakitkan, tetapi gue gak bisa mengingkari janji yang telah gue buat sendiri. Velin butuh bantuan." Suara di ujung telepon itu terdengar serak.Seira yakin, Hafiz juga terluka sama sepertinya. Lalu kenapa memilih jalan yang menyesakkan dada?"Apa lo mencintai gue?" Seira menggigit bibirnya. Demi Tuhan, jika ditanya apa ia rela, tentu jawabannya tidak. Bagaimana ia bisa rela jika perasaan yang berusaha ia sangkal selama ini muncul di pe

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   EXTRA PART (HAFIZ)

    Hafiz menghela napas saat ponselnya yang ada di atas meja kayu berdering. Sekilas melirik dan mengusap wajahnya frustrasi lantaran yang menelepon adalah nomor yang sama sejak sejam yang lalu.Seira Varza Nasution, gadis remaja yang ia tinggalkan di Jakarta dengan luka menganga di hati.Hafiz menatap langit-langit rumahnya yang benar-benar jauh dari kata mewah. Kemudian memejamkan mata dan menggigit bibir bagian dalamnya untuk mereda rasa sesak yang beberapa hari ini terus menghantui.Cintanya!Ia telah melukai dengan sangat kejam. Tidak memberi sedikitpun kesempatan untuk tetap berada di samping. Padahal dalam sebuah jalinan kasih, jarak bukan sebuah penghalang jika saling mengerti satu sama lain. Namun, Hafiz meniadakan semuanya, tanpa kabar, tanpa jejak bahkan tanpa memberi kata yang tepat untuk perpisahan.Kenapa ia sekejam itu?Demi menepati janji. Demi menolong Velin dan Sean, ia mematahkan hati Seira. Ah, bukan

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   EXTRA PART (VELIN)

    Takdir memang selalu bermain di antara insan yang bernapas. Entah itu takdir baik atau pun buruk semua berjalan beriring tanpa peduli apa seseorang sanggup untuk bertahan atau tidak sama sekali. Toh, hidup akan terus berjalan meskipun tersendat dan tertatih hingga mencapai pada tujuannya.Ya, begitu hidup. Begitulah takdir!Meskipun air mata terus mengalir bahkan berubah dari bening menjadi memerah, tidak akan ada yang bisa melepaskan siapa pun dari rencana yang Tuhan tentukan untuk manusia yang ia ciptakan dari kata kesempurnaan.Sejurus, jika dilihat dalam kaca mata awam, semua adalah kesalahan yang memilih jalan untuk terseret dalam kesesatan, tapi percayalah, tidak ada yang ingin hidup dalam ambang kehancuran di mana bayangan keresahan dan ketakutan mendiami sudut hati.Ah, semua sudah tertulis saat dalam kandungan, apa pun pilihan tidak akan berubah jalan tujuan yang sudah ditentukan. Begitu juga Velin yang sudah memilih jalan hidup

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   EPILOG

    "Kepergiannya adalah kematianku!" -Sean Varza Nasution****Air mata itu menjadi satu-satunya cara untuk melepaskan semua beban di dada. Meskipun nyatanya akan tetap ada luka yang menganga bahkan menciptakan luka lama yang entah kapan sembuhnya. Seira tidak dapat memahami bagaimana Tuhan menciptakan jalan hidup seorang Sean yang begitu berantakan. Kadang kala gadis manis itu menyalahkan takdir karena membiarkan Sean merasakan yang namanya penderitaan kasat mata.Berawal dari meninggalnya sang mama adalah pembuka jalan untuk air mata dan segala yang berkaitan dengan kesesakan dada yang seolah tidak mampu terkendalikan. Meskipun Seira masih terlalu muda saat itu, tetapi ia mengerti bagaimana menderitanya seorang Sean, menangis dalam diam adalah bukti dari sesaknya jiwa seorang anak lelaki yang terlalu dekat dengan perempuan yang melahirkan mereka dengan penuh cinta.Penderitaan yang ditanggung semakin menjadi kala Sean mengalami pelecehan seksual. Astaga, hidup yang terlal

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   35. ENDING STORY

    Tidak ada yang tahu bagaimana orang-orang suruhan Hardan bekerja mengurus tindakan kriminal yang Sean ciptakan, termasuk Hardan sendiri. Lelaki berumur itu hanya menerima hasil kerja tanpa diberitahu bagaimana proses yang anak buahnya lakukan. Dia menerima kabar beberapa jam yang lalu jika di vila tidak ada lagi jejak Sean tertinggal, bersih total! Seandainya polisi mengusut apa pun di sana, maka mereka akan kewalahan karena vila itu bersih seperti tidak pernah ada kejadian pembunuhan.Benar-benar luar biasa. Hardan tidak menyesal menyewa orang-orang seperti mereka.Lalu bagaimana dengan Arga? Apa masih hidup atau benar-benar sudah tidak bernyawa?Jika dipikirkan lagi bagaimana Sean menancapkan pisau di perut dan leher berulang kali, maka jawabannya sudah pasti meninggal di tempat. Lantas ke mana mayat lelaki tampan itu perginya? Tubuh penuh darah Arga telah dipindahkan ke mobil dan kemudian dibawa ke tempat jauh yang jaraknya dari vila menempuh waktu sela

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   34. FINAL

    Setelah Sean mematikan sambungan telepon secara sepihak, Hafiz segera berlari menuju kamar mandi sekedar untuk membasuh muka. Langsung mengambil kunci mobil beserta dompet yang ada di atas nakas tanpa mengganti pakaian. Ia masih mengenakan kaos warna putih berkerah V dan juga celana training warna hitam bekas tidur.“Sandal gue mana?” Hafiz seperti orang kebingungan mencari sandal jepitnya padahal ada di dekat kakinya.Setelah menemukan apa yang dicari, Hafiz berlari menuju garasi mobil. Ia harus cepat menyusul Sean sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Dari nada suara beserta kalimat Sean tadi di telepon, Hafiz yakin kali ini tidak ada kelonggaran yang akan diberikan oleh Sean. Ini seperti tendangan final dalam permainan bola, sungguh menegangkan.“Sial, kenapa pake mogok segala!” Hafiz memukul setir mobil karena mobil tidak kunjung menyala. “Saat genting gini malah berulah.” Terpaksa Hafiz turun dari mobilnya. Satu-satunya cara adalah menghubungi Seira ag

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   33. MARI AKHIRI SAJA

    "Ini mau ke mana, Arga?" Velin melirik kanan dan kiri, mencoba mencari tahu hendak ke mana mobil Arga menuju.Arga tidak menyahut hanya diam sembari menyeringai.Velin menghela napas kasar. Arga gila! Lelaki itu menyeretnya secara kasar dari flat bahkan saat dirinya masih baru bangun dari tidur nyenyak. Ia masih menggunakan baju tidur, belum sempat cuci muka, mandi dan juga gosok gigi. Velin tidak habis pikir apa yang lelaki di sampingnya itu pikirkan."Kita mau ke mana, Arga?" Nada suara Velin meninggi. Mencoba memberi perlawanan meskipun hanya dengan teriakan. Velin ingin sekali menjambak rambut Arga, mungkin menendang bagian bawah lelaki itu agar berhenti menyetir dan mengantarnya pulang, tetapi ia tidak ingin mengambil risiko, bisa-bisa mereka mengalami kecelakaan nanti."Liburan." Arga menyahut singkat.Netra Velin menatap tajam pada Arga. Liburan? Yang benar saja. Lelucon macam apa yang tengah mainkan oleh Arga. "Ini bukan waktunya liburan, Arga. Aku

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   32. SETUMPUK RASA YANG MEMERIH

    Yang Sean tahu, Velin itu miliknya. Yang ia yakini sepanjang hidup tanpa peduli jika banyak orang di luar sana mencoba mematahkan dalil yang terlontar dari mulutnya. Selagi hatinya bahagia, kenapa harus memedulikan pendapat insan yang tidak ada sangkut-paut dalam takdirnya. Terlalu memusingkan dan bisa-bisa membuatnya menghakimi mereka dengan cara menghilangkan nyawa.Sean sangat membenci jika miliknya disentuh apalagi berniat merebut darinya."Abang mau ke mana? Periksa jiwa, ya?" Seira melemparkan pertanyaan membuat Sean menghentikan langkahnya tepat di samping sofa yang di duduki sang adik."Tahu aja lo, ya." Senyum Sean mengembang sempurna layaknya orang bodoh.Seira memutar bola matanya. "Abang benaran gila ternyata. Mana ada orang yang ketemu psikiater bahagia?""Ada. Gue pastinya." Senyum masih dipertahankan oleh Sean dari wajahnya.Ia terlalu bahagia hari ini. Alasannya sederhana, karena semalaman dia dan Velin menghabiskan waktu ber

  • VELIN-SEAN (INDONESIA)   31. ARGA VS HAFIZ

    "Pink atau putih?" Hafiz menggaruk kepala yang tidak gatal saat kebingungan memilih warna terbaik dari dua warna yang ada di depannya saat ini. Pink yang terlalu genit yang pasti sangat dibenci oleh calon kekasihnya, dan putih yang mudah kotor yang tidak ia sukai. "Pink aja kali, ya?" Kembali membuat pertanyaan untuk dirinya sendiri sembari menatap objek yang menarik perhatiannya sejak beberapa menit yang lalu. Dua benda cantik yang dipajang di etalase.Hafiz menghela napas pelan. Astaga, ia begitu bingung menentukan warna yang pantas untuk Seira kenakan. Tidak mungkin membeli kedua-duanya, sudah pasti calon kekasihnya itu akan menatapnya horor sembari berdiam diri seharian. Seira itu aneh, tapi Hafiz cinta."Aish, ini terlalu sulit," kata Hafiz sembari mengacak rambutnya frustrasi. Seandainya Siera itu cewek manis yang menyukai warna pink, maka dia tidak akan sebingung ini. "Kenapa harus pink sama putih, sih?" Kembali menghela napas dan kali ini terdengar kasar."Maaf, Mas

DMCA.com Protection Status